05 Februari 2012

Perempuan - Perempuan Hebat Dalam Alkitab

** Hawa, Ibu Semua Manusia (Kejadian 3) **

Tuhan menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam dan memberikan dia kuasa yang sama: memilih apa yang baik dan buruk. Di awal cerita penciptaan kita bisa lihat pribadi Hawa yang sangat independent, dan sangat terhubung dengan dunia di sekitarnya. Dia menjelajahi taman Eden, berbincang dengan ular, membuat keputusan atas buah terlarang, dan dengan ringan membagi pengalamannya dengan Adam.

Kisah Hawa mengingatkan kita para wanita bahwa kita bisa secara bersamaan menjadi kreatif dan juga merusak. Hawa mengajarkan kita untuk hati-hati dalam membuat pilihan, dan menyelaraskan keinginan kita dengan hikmat Tuhan.

Manusia itu memberi nama Hawa kepada isterinya, sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup. (Kejadian 3:20)

** Hagar, Orang Asing Yang Diterima Tuhan (Kejadian 16:1-16; 21:1-21) **

Setelah Tuhan berjanji kepada Abram akan menjadikannya bangsa yang besar, Sarai yang tidak juga mengandung memberikan kepadanya Hagar. Hati-hatilah dengan apa yang Anda minta. Begitu Hagar hamil, Sarai menyesali apa yang ia lakukan dan menganiaya Hagar. Agar akhirnya Hagar di usir ke padang gurun, budak, yang namanya berarti “orang asing” menerima sebuah pesan yang menenangkannya, "Engkau mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan akan menamainya Ismael, sebab TUHAN telah mendengar tentang penindasan atasmu itu." Hagar kembali kepada nyonyanya yang penganiaya dengan sebuah janji bahwa keturunan anaknya akan tidak terhitung.

Jika Anda tidak mendapatkan hak Anda, dihina dan putus asa, dengarkanlah suara malaikat. Anda bisa mendengarkannya hanya dengan sebuah seruan doa.

** Rahab, Pelacur Berhati Emas (Yosua 2:1-24) **

Rahab, perempuan yang dipandang rendah oleh masyarakatnya ini menyembunyikan dua mata-mata yang dikirim oleh Yosua, dan membantu mereka melarikan diri. Begitu melihat mereka, Rahap tahu bahwa ada sebuah kesempatan bagi baginya untuk selamat waktu itu. 

"Maka sekarang, bersumpahlah kiranya demi TUHAN, bahwa karena aku telah berlaku ramah terhadapmu, kamu juga akan berlaku ramah terhadap kaum keluargaku; dan berikanlah kepadaku suatu tanda yang dapat dipercaya, bahwa kamu akan membiarkan hidup ayah dan ibuku, saudara-saudaraku yang laki-laki dan yang perempuan dan semua orang-orang mereka dan bahwa kamu akan menyelamatkan nyawa kami dari maut."

Mungkin tindakannya terlihat manipulatif dengan bagaimana ia menolong para mata-mata itu untuk menyelamatkan dirinya dan keluarganya. Tetapi Rahab mengenali ada rencana Ilahi melalui hal itu.

Dari kehidupan Rahab kita bisa belajar melihat setiap kesempatan untuk berbuat baik adalah kesempatan untuk menyelamatkan diri kita sendiri dan bahkan keluarga kita. Jadi jangan lewatkan setiap kesempatan berbuat baik yang menghampiri Anda.

** Ribka, hadir sebagai penolong Ishak **

Lalu Ishak membawa Ribka ke dalam kemah Sara, ibunya, dan mengambil dia menjadi isterinya. Ishak mencintainya dan demikian ia dihiburkan setelah ibunya meninggal. (Kejadian 24:67)

** Zhipora, hadir sebagai penolong Musa **

Tetapi di tengah jalan, di suatu tempat bermalam, TUHAN bertemu dengan Musa dan berikhtiar untuk membunuhnya. Lalu Zipora mengambil pisau batu, dipotongnya kulit khatan anaknya, kemudian disentuhnya dengan kulit itu kaki Musa sambil berkata: "Sesungguhnya engkau pengantin darah bagiku." (Keluaran 4:24-25)

** Debora, Putri Ksatria (Hakim-hakim 4 & 5) **

Saat itu, Debora menjadi hakim atas Israel dengan duduk di bawah pohon Palem. Seorang wanita yang memerintah Israel. Setelah 20 tahun di tindas, dia memanggil jenderal militer Balak untuk membawa 10.000 prajurit dan menyerang Sisera di Gunung Tabor. Tapi Barak menjawab, "Jika engkau turut maju aku pun maju." Debora setuju, tapi ia memberi tahu Balak bahwa dia tidak akan mendapatkan kemuliaan atas perang itu jika dirinya ikut pergi. "Sebab TUHAN akan menyerahkan Sisera ke dalam tangan seorang perempuan," nubuatan ini selain bicara tentang kemenangan yang akan dia menangkan juga menyatakan secara langsung bahwa Sisera akan mati ditangan seorang perempuan.

Debora mengajarkan bagaimana seorang wanita harus bertindak bijaksana sekalipun ia menjadi seorang pemimpin. Debora dengan rendah hati mendelegasikan tugas, namun ia juga berani mengambil tanggung jawab ketika orang yang dipimpinnya tidak mampu. Dia juga perempuan berani, dan tegas dalam kepemimpinannya.

** Yael, Wanita Biasa Berhati Singa (Hakim-hakim 4:17-24; 5:6,24) **

Ketika pasukan Sisera terdesak, dengan terhuyung-huyung dia bersembunyi di perkemahan Yael, isteri Heber, orang Keni. Sisera tidak menduga sama sekali bahwa wanita itu loyal terhadap Israel. Yael menerima Sisera di kemahnya, memberi susu saat ia meminta air, dan menghibur dia hingga tidur. Kemudian Yael yang bertubuh kecil itu membunuh Sisera dalam tidurnya dan memenuhi nubuatan Debora.

Cerita Yael membuat kita tahu bahwa kadang-kadang seorang perempuan harus membunuh raksasa dalam hidupnya, dengan apa yang ada padanya. Tangan Yael mungkin penuh darah karena hal itu, tapi atas tindakannya yang berani itu Israel mengalami keamanan selama 40 tahun kemudian

** Ruth, Teman Yang Setia (Kitab Ruth) **

Namanya Ruth yang dipercaya kependekan dari nama "retut" yang artinya "teman yang menyenangkan". Dia adalah menantu dari Naomi. Naomi yang seorang janda pergi ke Moab bersama keluarganya karena kelaparan, namun kembali ke Yerusalem setelah kematian semua anaknya dan juga suaminya. Dia memberitahu teman-teman lamanya, "Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku." Yang Naomi lewatkan adalah hadiah indah yang Tuhan berikan kepadanya: Ruth. Naomi telah melepaskan kedua menantunya untuk kembali ke keluarganya masing-masing, namun Ruth menyatakan, "bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku."

Beruntung Ruth bertemu Boaz, seorang kerabat dari suami Naomi. Ruth dan Boas akhirnya bersama, mereka memiliki putra bernama Obed, kakek Daud. Setelah itu Ruth menghilang dari cerita, untuk kemudian dikenang dalam Matius sebagai garis keturunan Yesus Kristus.
Pelajaran yang bisa kita ambil dari Ruth?

Ketulusan cinta dan kesetiaan akan membawa Anda kepada sebuah rencana Ilahi.

** Hulda, Nabiah Israel **

Maka pergilah imam Hilkia, Ahikam, Akhbor, Safan dan Asaya kepada nabiah Hulda, isteri seorang yang mengurus pakaian-pakaian, yaitu Salum bin Tikwa bin Harhas; nabiah itu tinggal di Yerusalem, di perkampungan baru. Mereka memberitakan semuanya kepadanya. (2 Raja-raja 22:14)

** Batsyeba, Dari Hawa Nafsu Menjadi Ibu Seorang Raja **

Si cantik Batsyeba, istri Uria membuat raja Israel tidak bisa menahan godaan matanya jatuh dalam sebuah rencana jahat. Negara saat itu sedang perang, Daud seharusnya bersama para prajuritnya di medan perang, tetapi raja memilih menyendiri di istananya. Dia tanpa ragu mengambil istri orang, dan Batsyeba tanpa ragu mendatangi rajanya. Namun konsekuensinya harus diterima, Batsyeba hamil dan akhirnya Daud membuat prajuritnya sendiri terbunuh.

Nabi Nathan menyampaikan penghakiman atas sang raja, "Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya."

Tetapi Tuhan berbelas kasihan pada pasangan ini. Sekalipun keduanya terus mengalami pencobaan, Tuhan memberkati mereka dengan memberikan Salomo. Batsyeba akhirnya dikenal bukan karena tindakannya yang salah di awal kisah hidupnya, namun juga sebagai ibu suri. Dia mengajarkan kepada kita bahwa masih ada kasih karunia bagi orang berdosa yang mau bertobat dan mau memulai hidup baru di dalam Tuhan. Untuk setiap rasa sakitnya Tuhan menyediakan penghiburan.

** Ester, Ratu Yang Berani dan Bijaksana (Kitab Ester) **

Ester hanyalah seorang anak yatim piatu dan dibesarkan oleh pamannya, Mordekai, hingga akhirnya dia ditakdirkan untuk menjadi bangsawan. Menyembunyikan identitasnya sebagai seorang Yahudi, Ester mengikuti kontes menjadi selir raja, dan menjalani spa selama setahun dan juga perawatan lainnya. Raja itu memang tidak terlihat pintar, namun ia tahu cara memilih seorang ratu. Raja akhirnya memahkotai Ester dengan mahkota. Hal ini baik bagi Ester hingga suatu hari Mordekai mengalami sesuatu. Mordekai memaksa Ester keluar dari zona amannya dan melakukan tindakan. Raja dipengaruhi oleh penasihatnya yang jahat, Haman untuk melakukan pembunuhan masal atas orang Yahudi. Mordekai meminta Ester untuk bertindak, sekalipun itu bisa berarti kematian bagi Ester sendiri. Tapi Ester tahu jati dirinya, dia berkata, "kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati." Akhirnya, hikmatnya menyelamatkan bangsanya.

Ester mengingatkan kita untuk tidak membatasi diri kita dalam kenyamanan yang ada, namun harus berani untuk memperjuangkan nasib kaum kita. Kita harus peduli, dan kadang kita harus mempertaruhkan segalanya untuk perjuangan kita.

** Maria, Ibu Yesus (Lukas 1:26-38, 1:39-56, 2:1-7, 2:21-38, 2:41-52, 4:16-30, 8:19-21) **

Banyak orang mengatakan telah menerima Yesus secara pribadi, namun tidak seorang pun menerima-Nya lebih pribadi daripada Maria, ibu-Nya. Dia benar-benar mengalami, Imanuel, Tuhan bersama kita. Firman Tuhan mengatakan bagaimana sebagai seorang perawan ia ditunangkan dengan Yusuf si tukang kayu. Kemudian Maria menerima anugrah khusus, Gabriel mengatakan ini kepada Maria:

"Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya."

Yang mengesankan bukan tentang kunjungan malaikatnya, tapi bagaimana Maria berkata, “ya.”

Bisa dikatakan Maria adalah murid Yesus yang pertama. Dia harus percaya pada-Nya sebelum orang lain. Imannya pada Yesus adalah hasil dari tindakan yang tidak biasa. Itu adalah anugrah. Apa yang dia ajarkan adalah kita harus melepaskan gagasan bahwa iman itu hasil kerja keras kita. Anugrah Tuhan dalam hidup kita adalah iman, yang mengerjakan dalam kita segala pekerjaan baik yang telah Tuhan rancangkan sejak bumi belum dijadikan.

** Perempuan Samaria di Depan Sumur (Yohanes 4:1-30) **

Seperti Yesus, perempuan Samaria itu datang ke sumur karena haus. Yesus ingin memuaskan rasa dahaga-Nya; demikian juga perempuan tersebut.  Tapi dibalik semua itu, ada cerita lain yang lebih bermakna. Yesus haus akan jiwa-jiwa, perempuan ini haus akan cinta. "Beri aku minum," demikian pinta Yesus, sebuah skandal; Orang Yahudi saat itu tidak boleh bicara dengan orang Samaria yang najis. Ketika perempuan itu mempertanyakan hal ini, Yesus menjawab, "Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup."

Air kehidupan terdengar menarik di telinga perempuan yang pernah menjadi istri dari lima suami ini, bahkan sekarang ia dengan kekasihnya yang ke enam. Dia akhirnya mengambil minuman kehidupan itu dan tidak pernah merasa haus lagi. Perempuan ini akhirnya menjadi salah satu penginjil di awal ke Kristenan, dia memberitahu semua orang yang ia kenal apa yang Yesus lakukan dalam hidupnya.

Perempuan Samaria ini mengajarkan kita bahwa tidak peduli sekering apapun jiwa kita, kasih Yesus bisa membuat sesuatu yang mengejutkan dan memuaskan semua dahaga kita.

** Maria Magdalena, Wanita Dengan Cinta Yang Besar (Matius 27:55-56, Markus 14:40-41, Matius 28:1-9, Yohanes 20:18) **

Maria Magdalena, nama ini di identifikasi oleh para teolog sebagai perempuan tuna susila. Sekalipun demikian, apapun faktanya, Maria Magdalena adalah sekutu Yesus yang paling kuat. Tentunya, Yesus sebelumnya harus mengusir tujuh setan keluar darinya, atau setidaknya menyembuhkan penyakit yang tidak pernah diungkapkan detilnya, tetapi perempuan yang penuh syukur ini muncul menjadi pemimpin murid-murid perempuan dan menawarkan Yesus dukungan keuangan. Keempat injil mengutip bahwa Maria mengikut Yesus hingga akhir hidup-Nya, bahkan ketika para murid laki-laki tercerai berai.

Dialah yang cukup berani datang ke makam yang dijaga prajurit, dan berbincang dengan malaikat. Dan dia juga yang pertama kali bertemu dengan Yesus yang telah bangkit. Dia menjadi rasul dari para rasul, saat dia berlari, dan memberitakan pada para pria itu kabar baik, "Aku telah melihat Tuhan."

Dengan Maria sebagai teladan hidup kita, kita bisa mengejar hasrat kita dengan segenap kekuatan kita, tanpa takut, apapun tantangannya.

** Hana, nabiah di Yerusalem. **

Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. (Lukas 2:36-37)

** Febe, pelayan Jemaat Kengkrea. **

Aku meminta perhatianmu terhadap Febe, saudari kita yang melayani jemaat di Kengkrea, supaya kamu menyambut dia dalam Tuhan, sebagaimana seharusnya bagi orang-orang kudus, dan berikanlah kepadanya bantuan bila diperlukannya. Sebab ia sendiri telah memberikan bantuan kepada banyak orang, juga kepadaku sendiri. (Roma 16:1-2)

** Priskila, rekan kerja Paulus yang mengajar Apollos. **

Sampaikan salam kepada Priskila dan Akwila, teman-teman sekerjaku dalam Kristus Yesus. (Roma 16:3)

Paulus tinggal beberapa hari lagi di Korintus. Lalu ia minta diri kepada saudara-saudara di situ, dan berlayar ke Siria, sesudah ia mencukur rambutnya di Kengkrea, karena ia telah bernazar. Priskila dan Akwila menyertai dia. (Kisah Rasul 18:18)

Ia (Apolos) mulai mengajar dengan berani di rumah ibadat. Tetapi setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa dia (Apolos) ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah (Kisah Rasul 18:26)

** Maria, pelayan Jemaat di Roma **

Salam kepada Maria, yang telah bekerja keras untuk kamu. (Roma 16:6)

** Trifena dan Trifosa, pelayan Tuhan **

Salam kepada Trifena dan Trifosa, yang bekerja membanting tulang dalam pelayanan Tuhan. Salam kepada Persis, yang kukasihi, yang telah bekerja membanting tulang dalam pelayanan Tuhan. (Roma 16:12)

** Euodia dan Sintikhe, pejuang pekabaran Injil **

Euodia kunasihati dan Sintikhe kunasihati, supaya sehati sepikir dalam Tuhan. Bahkan, kuminta kepadamu juga, Sunsugos, temanku yang setia: tolonglah mereka. Karena mereka telah berjuang dengan aku dalam pekabaran Injil, bersama-sama dengan Klemens dan kawan-kawanku sekerja yang lain, yang nama-namanya tercantum dalam kitab kehidupan. (Filipi 4:2-3)

Inilah bukti nyata bahwa Tuhan memakai perempuan untuk menjadi penolong yang sepadan bagi laki-laki,dan menjadi pelayan dan pengajar jemaat-jemaat Tuhan.

Ada yang bertahan dengan prinsip bahwa 1 Korintus 14:34 dan 1 Timotius 2:12 sebagai larangan terhadap perempuan untuk mengajar,dan menganggap orang-orang yang tidak setuju dengannya sebagai orang-orang yang mengeraskan hati dan tidak mau menerima kebenaran, bahkan menganggap orang-orang yang tidak setuju dengannya sebagai calon anti Kristus. Padahal sangat jelas dan gamblang bahwa ayat itu hanya ditujukan kepada perempuan dalam konteks surat tersebut. Apabila surat tersebut memang ditujukan untuk perempuan secara umum,maka surat itu akan bertentangan dengan konteks Alkitab secara keseluruhan.

Kedua ayat tersebut diatas ditulis oleh rasul Paulus, sedangkan pada kenyataanya rasul Paulus memiliki teman-teman sekerja perempuan yang berjuang bersama-sama dia dalam pekabaran injil. Adalah hal yang tidak mungkin apabila Paulus mengajarkan bahwa perempuan tidak boleh mengajar, sementara dia sendiri memiliki teman-teman penginjil perempuan. Kebenaran adalah konsisten, kebenaran yang tidak konsisten bukanlah kebenaran.

Alkitab dengan jelas mengajarkan kepada kita bahwa Tuhan menggunakan banyak perempuan dalam mengajar umatnya,seperti para perempuan diatas.

Orang-orang yang menafsirkan surat Paulus dalam 1 Korintus 14:34 dan 1 Tomitius 2:12 sebagai larangan bagi perempuan untuk mengajar, sesungguhnya adalah orang-orang yang tidak bisa melihat konteks Surat Paulus dan konteks keseluruhan Alkitab dan jelas-jelas telah menentang kebenaran yang telah ditunjukan oleh Alkitab.

Etimologi Frasa 'Amin' Dan Perkembangannya

Dalam bahasa Inggris, kata 'amin' memiliki dua pengucapan utama, ah-men (/ɑːˈmɛn/) atau ay-men (/eɪˈmɛn/), dengan variasi tambahan kecil dalam setiap penekanan/pengucapan kalimat. Oxford English Dictionary menuliskan kata "eɪ'mεn, sering diucapkan ɑː'mɛn".

Pengucapan ah-men sering digunakan dalam pertunjukan musik klasik, di gereja-gereja dengan ritual-ritual dan liturgi yang lebih formal dan liberal didalam denominasi Protestan Arus Utama, serta hampir setiap jemaat Yahudi, sesuai dengan pengucapan bahasa Ibrani modern. Pengucapan ay-men, sebuah produk Great Vowel Shift yang berasal dari abad ke-15, terkait dengan Irlandia Protestan dan denominasi Injili konservatif umumnya, dan pengucapan yang biasanya digunakan dalam musik Gospel. Fowler, dalam Penggunaan Modern English Usage nya (2nd ed, sv 'amin'), Mengutip dari Esai dan Studi (1960), "Ay-men kemungkinan adalah sebuah penemuan komparasi dari Anglikan yang bertahan sekitar seratus tahun". Katolik Roma, secara keseluruhan mempertahankan kata "āmen" dalam bahasa Inggris.

** Etimologi **

Kata "amin" atau "amin" dalam bahasa inggris didefinisikan dalam Concise Oxford English Dictionary sebagai suatu interjeksi atau kata seru sekaligus kata benda yang bermakna 'so be it (maka jadilah/tetapkanlah)' dan diucapkan diakhir doa atau hymne. Asal mula kata "amin" ini sebenarnya berasal dari bahasa ibrani, kata ini kemudian diadopsi ke dalam bahasa Yunani dan oleh Jemaat / Gereja mula-mula yang masih bercorak Yudaisme.

Dari Yunani, "amin" memasuki bahasa-bahasa barat lainnya termasuk bahasa Inggris. Huruf akarnya, ''AMN'', mempunyai konotasi dalam bahasa Ibrani modern yang berarti "mendidik, melatih, benar, terpercaya, membenarkan, kepercayaan diri, kesetiaan, perjanjian." Akar kata ini terlihat sinonim dengan akar kata Arab yaitu "Alif-Mim-Nun" dimana huruf yang membentuk kata "amin" sendiri mengikuti tulisan dari bahasa Ibrani adalah "Aleph-mem-yod-nun."

Dengan mempelajari akar kata ini di dalam Lughat-ul-Quran (Leksicon Al-Qur'an) karya G. A. Parwez Edisi ke-4, 1998 mengkonfirmasikan bahwa tidak terdapat penyebutan secara eksplisit kata "amin" atau 'Aamiin' di dalam Al-Qur'an.

Kata Armenia ամեն / ɑːmɛn / yang berarti "setiap", namun itu juga digunakan dalam bentuk yang sama pada akhir doa, sama seperti dalam bahasa Inggris.

** 'Amin' dan 3 Agama **

Faktanya bahwa kata "amin" sering diucapkan di akhir doa atau hymne dari 3 (tiga) agama yang berbeda yaitu Kristen, Yahudi dan Islam bisa dikatakan bahwa kata ini merupakan divine word dari 3 (tiga) agama tersebut. Muslim menggunakan kata "amin" tidak hanya setelah membaca surat pertama dalam Al Qur'an yaitu surat Al Fatihah, tapi juga menggunakannya ketika selesai berdoa. Sedangkan dalam Kristen penggunaan amin diadopsi dalam ibadah Kristen sebagai kata penutup untuk doa dan hymne dan menyatakan perjanjian yang kuat. Tidak jauh berbeda dengan Islam dan Kristen, Hukum rabbi Yahudi juga mengharuskan seorang individu untuk mengatakan "amin" dalam berbagai konteks diantaranya pada titik-titik tertentu selama berdoa.

** 'Amin' dalam Yudaisme **

Meskipun "amin", dalam Yudaisme, umumnya dinyatakan sebagai respon terhadap berkat, itu juga sering digunakan sebagai penegasan deklarasi apapun. Hukum rabbi Yahudi mengharuskan seorang individu untuk mengatakan "amin" dalam berbagai konteks.

Liturgis, "amin" adalah tanggapan komunal yang akan dibacakan pada titik-titik tertentu selama pelayanan doa. Hal ini dibacakan secara komunal untuk menegaskan suatu berkat yang dibuat oleh pembaca doa. Hal ini juga diamanatkan sebagai respon selama Doksologi Kaddish. Jemaat kadang-kadang diminta untuk menjawab "amin" oleh istilah-ve'imru (Ibrani: ואמרו) = "dan [sekarang] mengatakan (gb.)," atau, ve-Nomar (ונאמר) = "dan mari kita katakan"

Penggunaan kontemporer mencerminkan praktek kuno, pada awal abad ke-4 SM, orang-orang Yahudi berkumpul di Bait Allah menjawab "amin" pada penutupan sebuah Doksologi atau doa lain yang diucapkan oleh seorang imam. Liturgi Yahudi tentang Doksologi kemudian diadopsi oleh orang-orang Kristen. Hukum Yahudi juga memerlukan individu untuk menjawab "amin" setiap kali mereka mendengar berkat dibacakan, bahkan dalam lingkungan non-Liturgis.

Talmud mengajarkan secara homiletika bahwa kata "amin" adalah singkatan dari אל מלך נאמן (El melekh ne Eman, "Tuhan, Raja dapat dipercaya"), frase ini dibacakan diam-diam oleh seorang individu sebelum membaca "Shema" tersebut.

**) PS: Homiletika adalah sebuah ilmu yang harus dimengerti oleh siapapun yang menyampaikan khotbah dari mimbar.

** Amin dalam agama Kristen **

Penggunaan "amin" umumnya telah diadopsi dalam ibadah Kristen sebagai kata penutup untuk doa dan himne dan mengekspresikan persetujuan yang kuat. Penggunaan Liturgis dari kata "amin" dalam zaman rasul-rasul dibuktikan oleh bagian dari 1 Korintus, dan Justin Martyr (c. 150) menyatakan bahwa Jemaat Kristen menanggapi dengan mengucapkan "amin" untuk menerima berkat setelah melakukan Perjamuan Ekaristi. Mengucapkan kata "amin" juga dikenalkan dalam Tradisi Baptisan yang dilakukan oleh gereja Ortodoks Yunani setelah menyebutkan setiap Nama dari Pribadi Tritunggal Maha Kudus. Di antara sekte Gnostik tertentu, "amin" menjadi nama malaikat.

Tuhan Yesus juga sering mengucapkan kata "amin" untuk menempatkan penekanan/penegasan pada pernyataan-Nya sendiri (diterjemahkan: "Sesungguhnya"). Dalam Injil Yohanes, "amin" terus diucapkan berulang kali, "Sesungguhnya, sesungguhnya." Amin juga digunakan dalam sumpah (Bilangan 5:22, Ulangan 27:15-26, Nehemia 5:13; 8:6; 1 Tawarikh 16:36). Kata "amin" lebih lanjut ditemukan pada akhir doa Jemaat mula-mula (1 Korintus 14:16).

** Amin dalam Islam **

Muslim menggunakan kata Amin (bahasa Arab: آمين) tidak hanya setelah membacakan surah pertama (Al Fatihah) dari Al Qur'an, tetapi juga ketika menyimpulkan sebuah doa, dengan arti yang sama seperti dalam Kristen. Islam menggunakan kata yang sama seperti yang diucapkan Yahudi.

Dalam bahasa Arab, "amin" berarti "jadilah demikian". Untuk Muslim, akhir yang wajar untuk setiap permohonan. Ada hadits yang menunjukkan bahwa Muhammad mendorong orang untuk mengatakan itu setelah permohonan. Tradisi lainnya mengatakan bahwa Muhammad memerintahkan umatnya untuk mengatakan "amin" saat imam selesai membaca surat Al-Fatihah.

Fakta bahwa 'Amin' datang dari sumber Yahudi masuk ke dalam ajaran Kristiani diakui oleh Catholic Encyclopedia Vol. 1 1907:

The word Amen is one of a small number of Hebrew words which have been imported unchanged into the liturgy of the Church ... 'So frequent was this Hebrew word in the mouth of Our Saviour', observes the catechism of the Council of Trent, "that it pleased the Holy Ghost to have it perpetuated in the Church of God.

Terjemahan:

Kata Amin adalah satu dari beberapa kosakata dari bahasa Ibrani yang diadopsi tanpa perubahan ke dalam Liturgi Gereja. 'Sangat sering kata Ibrani ini diucapkan oleh Juru Selamat Kami'. Konsili Trente menyatakan, Pengucapan ("amin") ini sangat berkenan bagi Roh Kudus sehingga kata itu ("amin") diabadikan di dalam Gereja Allah.

** Alkitab Ibrani **

Tiga penggunaan Alkitab yang berbeda dari amin dapat dicatat:

  1. Awal amin, merujuk kembali kata-kata dari pembicara lain dan memperkenalkan kalimat afirmatif, misalnya 1 Raja-Raja 1:36.
  2. Terpisah amin, sekali lagi mengacu pada kata-kata pembicara lain tetapi tanpa hukuman afirmatif komplementer, misalnya Nehemia 5:13.
  3. Amin akhir, dengan tidak ada perubahan pembicara, seperti dalam subsciption untuk tiga bagian pertama dari Mazmur.

** Perjanjian Baru **

Ada 52 (lima puluh dua) kata "amin" dituliskan/digunakan dalam Injil Sinoptik dan dalam Injil Yohanes ada 25 (dua puluh lima). Lima kata "amin" akhir (Matius 6:13, 28:20, Markus 16:20, Lukas 24:53 dan Yohanes 21:25) dalam setiap manuskrip mensimulasikan apa yang tercatat dari "amin" akhir dalam Mazmur Ibrani. Semua "amin" awal terjadi dalam ucapan-ucapan Yesus. Kata "amin" awal yang tak tertandingi dalam tulisan Ibrani, menurut Friedrich Delitzsch, karena mereka tidak mengacu pada kata-kata seorang pembicara sebelumnya melainkan memperkenalkan sebuah pemikiran baru.

Yesus menggunakan kata "Amin" (sesungguhnya) untuk menegaskan ucapan-ucapan-Nya sendiri, bukan dari orang lain, dan penggunaan ini diadopsi oleh Gereja. Penggunaan bentuk "amin", tunggal atau ganda di awal untuk memperkenalkan pernyataan khidmat dari Yesus dalam Injil ternyata tidak memiliki paralelisasi dalam praktek yang biasa dilakukan oleh Imam Besar bangsa Yahudi.

Dalam Alkitab, kata "amin" diteguhkan dalam berbagai konteks yang penting, diantaranya:

  1. Ucapan Kutuk dan Berkat dalam Ulangan 27.
  2. Amin ganda ("amin dan amin") terjadi dalam Mazmur 89 (Mazmur 41:13; 72:19; 89:52) yang digunakan untuk mengkonfirmasi kata-kata dan permohonan atas doa.
  3. Menutup doa dengan "amin" dalam Doa Bapa Kami (Matius 6:13)
  4. "Amin" terjadi dalam beberapa rumusan Doksologi Jemaat Kristen (Roma 1:25, 11:36 9:5, 15:33), dan Doksologi dalam Mazmur (41:14; 72:19; 89:53; 106:48) yang merupakan bentuk Liturgi dari Yudaisme.
  5. "Amin" sebagai affirmasi untuk menutup surat-surat Paulus.
  6. "Amin" sebagai affirmasi untuk menutup Perjanjian Baru (Wahyu 22:21)

** "Amin" dan Al-Qur'an. **

Kata ini bisa diperkirakan masuk ke dalam ajaran tradisional Islam yang diadopsi dari sumber-sumber ajaran Kristen atau Yahudi hampir 200-300 tahun setelah kematian Muhammad ketika buku-buku Hadits mulai tercipta.

Merupakan suatu fakta yang diketahui, atau hampir diketahui oleh semua orang bahwa kata ini sama sekali tidak terdapat di dalam Al-Qur'an. Lalu mengapa kaum Muslim tradisional begitu menganggap suatu kata yang bahkan tidak bisa ditemukan dalam kitab terakhir sebagai kata yang begitu penting?

Ya, tebakan anda benar, bahwa kata ini bisa ditemukan di dalam Hadits, sumber kedua mengenai (dis)informasi urusan agama bagi kaum Muslim tradisional setelah Al-Qur'an. Dalam Shahih Bukhari Volume 6, Buku 2, terjemahan Inggris oleh Dr. M. Muhsin Khan, kita menemukan lagi suatu permata dari buah tulisan Abu Huraira. (Bila anda mengunjungi http://www.usc.edu/dept/MSA/fundamentals/hadithsunnah/bukhari/, maka hadits tersebut terletak dalam Volume 1, Buku 12, Hadits nomor 749)

Narrated Abu Huraira:Allah's Apostle said, "When the Imam says: 'Ghair-il-Maghdubi 'Alaihim Walad-Dallin [i.e. not the path of those who earn Your anger, not the path of those who went astray' (1:7)], then you must say, 'Amin', for if one's utterance of 'Amin' coincides with that of the angels then his past sins will be forgiven."

Terjemahan:

Narasi oleh Abu Huraira: Nabi Allah bersabda, "Ketika sang Imam mengucapkan: 'Ghairil-maghdhuubi 'alaihim waladh-dhaalliin [bukan jalan yang Engkau murkai, dan bukan jalan mereka yang sesat (1:7)], maka kamu harus mengatakan, 'Amin,' karena jika ucapan 'Amin' seseorang bertepatan dengan ucapan para malaikat, maka seluruh dosa-dosanya pada masa lampau akan dimaafkan."

** "Amin" dan Paganisme. **

Dalam Columbia Encyclopedia, 6th Edition 2001 tertulis bahwa kata "amin" memiliki konotasi dengan salah satu sesembahan dari kaum Pagan.

Amon or Amen, Egyptian deity. He was originally the chief god of Thebes; he and his wife Mut and their son Khensu were the divine Theban triad of deities. Amon grew increasingly important in Egypt, and eventually he (identified as Amon Ra; see Ra) became the supreme deity. He was identified with the Greek Zeus (the Roman Jupiter). Amon's most celebrated shrine was at Siwa in the Libyan desert; the oracle of Siwa later rivaled those of Delphi and Dodona. He is frequently represented as a ram or as a human with a ram's head.

Terjemahan:

Amon atau Amen (Amin), berhala Mesir. Dia sebenarnya merupakan dewa tertinggi Thebes; dia dan istrinya Mut dan anaknya Khensu merupakan dewa-dewi Thebes. Amon selanjutnya menjadi dewa utama bangsa Mesir Kuno, dan pada akhirnya dia (dikenal sebagai Amon Ra) yang adalah dewa tertinggi. Dia diidentikan dengan dewa Zeus - Yunani Kuno (Dewa Jupiter bangsa Romawi Kuno). Kuil Amon yang paling tersohor terletak di Siwa di gurun pasir Libya; dewa Amon seringkali direpresentasikan sebagai kambing atau manusia berkepala kambing.

Di tulisan lain yaitu The Egypt Travel and Antiquities Guide dalam artikel mereka mengenai "amin" mendeskripsikan maknanya sebagai berikut:

"Of the attributes ascribed to Amen in the Ancient Empire nothing is known, but, if we accept the meaning "hidden" which is usually given to his name, we must conclude that he was the personification of the hidden and unknown creative power which was associated with the primeval abyss, gods in the creation of the world, and all that is in it. The word or root amen, certainly means "what is hidden," "what is not seen," "what cannot be seen," and the like, and this fact is proved by scores of examples which may be collected from texts of all periods.

In hymns to Amen we often read that he is "hidden to his children, "and "hidden to gods and men," and it has been stated that these expressions only refer to the "hiding," i.e., "setting" of the sun each evening, and that they are only to be understood in a physical sense, and to mean nothing more than the disappearance of the god Amen from the sight of men at the close of day.

Now, not only is the god himself said to be "hidden," but his name also is "hidden," and his form, or similitude, is said to be "unknown;" these statements show that "hidden," when applied to Amen, the great god, has reference to something more than the "sun which has disappeared below the horizon," and that it indicates the god who cannot be seen with the mortal eyes, and who is invisible, as well as inscrutable, to gods as well as men."

Terjemahan:

"Dari semua atribut yang diberikan kepada Amen (Amon) dalam Kekaisaran Kuno tidak diketahui, namun, jika kita menerima arti tersembunyi yang biasanya diberikan kepada namanya, kita harus menyimpulkan bahwa dia adalah personifikasi dari suatu kekuatan pencipta yang tersembunyi dan tidak diketahui yang diasosiasikan dengan masa awal yang penuh kegelapan (primeval abyss), dewa-dewa dalam penciptaan dunia, dan segala yang ada di dalamnya. Kata atau akar kata "amin" sudah pasti bermakna 'yang tersembunyi,' 'yang tidak terlihat,' 'yang tidak bisa dilihat,' dan semacamnya, dan fakta ini dibuktikan oleh banyak contoh yang dapat dikumpulkan dari teks bermacam-macam periode.

Dalam hymne kepada Amen (Amon) kita sering membaca bahwa dia 'tersembunyi terhadap anak-anaknya,' dan 'tersembunyi terhadap para dewa dan manusia,' dan telah dinyatakan bahwa ungkapan-ungkapan semacam ini hanya mengacu kepada 'bersembunyi' yakni 'terbenamnya' matahari setiap malam, dan ungkapan-ungkapan tersebut harus dimengerti secara fisik, dan tidak memiliki arti lebih selain menghilangnya dewa Amen (Amon) dari penglihatan manusia setiap suatu hari berakhir.

Nah, tidak hanya dewa-nya sendiri yang dikatakan sebagai 'yang tesembunyi,' namun namanya pun 'tersembunyi,' dan bentuknya atau perumpamaannya, dikatakan sebagai sesuatu 'yang tidak diketahui'; pernyataan-pernyataan ini menunjukkan bahwa 'yang tersembunyi,' ketika diaplikasikan kepada Amen (Amon), sang dewa utama, memiliki referensi kepada sesuatu yang lebih dari 'matahari yang menghilang di bawah horizon,' dan bahwa ia diindikasikan sebagai seorang dewa yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia, dia yang tidak terlihat, sekaligus tidak dapat diteliti, baik terhadap dewa-dewa maupun manusia."

Dari sumber paganime diatas, ada asumsi bahwa "dewa yang tersembunyi" ini tidak lain adalah Iblis yang telah berhasil untuk menipu tidak hanya umat Kristen, namun juga kaum Yahudi dan Islam sampai hari ini.

Fakta bahwa penyembahan "Amen" dan "Amen-Ra" telah menjadi popular tidak hanya di kalangan bangsa Mesir Kuno namun orang asing yang tinggal di daerahnya atau pada masa tersebut.

Pemujaan Amen-Ra menyebar ke segala penjuru negeri baik utara maupun selatan Thebes, dan monument-monumen membuktikan bahwa hal tersebut berhasil masuk ke dalam seluruh wilayah kekuasaan Mesir di Syria, dan Nubia, dan di Oasis. Di bagian Mesir Atas pusatnya terletak di Thebes, Herakeopolis Magna; di Mesir Kuno pusatnya terletak di Memphis, Sais, Xois, Metelis, Heliopolis, Babylon, Mendes, Thmuis, Diospolis, Butus, dan Kepulauan Khemmis; di gurun pasir Libya ada di Oasis Kenemet, (yakni Farafra), dan Oasis Yupiter Ammon; di Nubia, terletak pada Wadi Sabua, Abu Simbel, Napata, dan Meroe; dan di Syria terletak di beberapa tempat yang pada saat itu dikenal sebagai Diospolis.

Amen (Amon), lalu istrinya, Mut beserta si anak Khensu adalah representasi dari Triad Thebe, keluarga suci dari kaum Thebes. Amen (Amon) dikenal sebgai "Raja para dewa" pada masa Kekaisaran Baru di Mesir Kuno pada 1550-1070 SM ketika Thebes menjadi ibukota Mesir, dan pada periode inilah kaum Yahudi berada di sana sebagai budak.

Selama 400 tahun perbudakan, nampak jelas bahwa kaum Yahudi kehilangan keyakinan monotheisme mereka dan jatuh ke dalam paganisme Mesir. Jika dalam rentang waktu 40 tahun selama eksodus mereka dapat menciptakan berhala lembu emas yang konon bisa berbicara, apakah terlalu mengada-ada untuk mengasumsikan bahwa kata 'Amin' menyusup ke dalam ritual keagamaan mereka – kata yang dinamai setelah dewa Mesir – yang tidak hanya kaum Yahudi gagal untuk menghilangkannya namun juga diwariskan kepada kaum Kristiani dan Muslim?

Bagi para skeptis, yang mungkin berargumentasi terhadap hubungan antara dewa Mesir "Amen" terhadap kata dalam penggunaannya zaman modern ini, saya akan mengutip bagian akhir dari paragraf di bawah judul "Amen" dari Catholic Encyclopedia, Vol 1 1907, yang entah secara sengaja atau tidak mengakui koneksi tersebut:

"Finally, we may note that the word Amen occurs not infrequently in early Christian inscriptions, and that it was often introduced into anathemas and gnostic spells. Moreover, as the Greek letters which form Amen according to their numerical values total 99 (alpha=1, mu=40, epsilon=8, nu=50), this number often appears in inscriptions, especially of Egyptian origin, and a sort of magical efficacy seems to have been attributed to this symbol. It should be mentioned that the word Amen is still employed in the ritual both of Jews and Mohammedans."

Terjemahan:

"Pada akhirnya, kita dapat mencatat bahwa kata Amen/Amin tidak jarang muncul dalam inskripsi-inskripsi (tulisan-tulisan) kaum Kristiani awal, dan kata tersebut sering diperkenalkan ke dalam mantra-mantra anathema (sesuatu yang terkutuk atau terusir) dan gnostis. Lebih lanjut, berdasarkan huruf-huruf Yunani yang membentuk kata Amen/Amin menurut nilai numericnya berjumlah 99 (alpha=1; mu=40; epsilon=8; nu=50), angka ini seringkali muncul dalam inskripsi-inskripsi, terutama yang berasal dari Mesir, dan suatu macam efek magis seperti diatributkan kepada simbol tersebut. Perlu juga dicatat bahwa kata Amen/Amin masih digunakan dalam ritual kaum Yahudi dan Muhammad (Muslim)."

Pertanyaan bagi kita adalah, apakah dengan adanya keterkaitan secara historis antara kata "amin" yang berasal dari paganisme Mesir lantas membuat kita tidak lagi mengucapkan kata "amin" ketika mengakhiri pembicaraan kita dengan Allah?

Populer di kalangan Teosofi, para pendukung teori Afrocentric sejarah, dan penganut esoteris Kristen adalah dugaan bahwa "amin" merupakan turunan dari nama (dewa Mesir) Amun (yang kadang-kadang juga dieja Amin). Beberapa penganut agama-agama Timur percaya bahwa "amin" memiliki akar yang sama dengan kata Sansekerta Hindu, "Aum". Tidak ada dukungan akademis untuk salah satu dari pandangan-pandangan ini. Kata Ibrani, seperti disebutkan di atas, dimulai dengan "Aleph", sedangkan nama Mesir dimulai dengan sebuah "Yodh".

Agama-agama Abrahamaic turun dalam rumpun budaya yang sama, tidak heran kalau ada kata-kata yang sama yang digunakan oleh beberapa culture/subculture berbeda. Kata-kata dalam bahasa Jawa juga banyak yang mirip dengan kata-kata dalam bahasa Sansekerta, dan bahasa-bahasa rumpun indogerman.

Sebelum manusia mengenal bahasa verbal, mereka berkomunikasi dengan telepati (jadi, sebenarnya ketrampilan-ketrampilan gaib itu memiliki sejarah yang sangat purba), sehingga demikian juga mereka dapat berkomunikasi langsung dengan pohon, gunung, alam. sisa-sisa pengetahuan inilah yang dibangkitkan ketika seseorang melatih kemampuan-kemampuan dasar primordial (kuno) itu.

Kata-kata/bahasa verbal muncul sebagai adaptasi dari ekspresi-ekspresi alam, misalnya berawal dengan menirukan bunyi-bunyi alam, lalu muncul kata-kata interjeksional (kata-kata seru yang tidak ada artinya), lalu mulai muncul nama-nama dan seterusnya sehingga menjadi sistem penandaan yang kompleks.
Jadi, kemiripan, atau kesamaan kata bahkan dalam bahasa-bahasa yang jauh keterpisahan geografisnya itu sangat mungkin dan banyak terjadi. Sebuah tindakan yang tidak bijaksana dilakukan adalah jika suatu culture mengklaim budayanya (termasuk bahasa) secara ekslusif, lebih-lebih mengidentifikasikannya dengan ras, agama, atau kelompok tertentu dan karena manusia itu makhluk yang gemar berperang, tak akan kurang akal untuk mencari bahan bakar konflik antar sesamanya.

Agama-agama Abrahamaic "yang turun dari atas genteng" kepada bangsa Yahudi/Yudaisme (dan Kristen) serta Arab (Islam) sudah tentu mempunyai akar bahasa yang sama sehingga sebenarnya tidak banyak berbeda dalam bentuk bahasa ibadahnya karena masih berada dalam lingkup THESE-ANTITHESE- dan SYNTHESE.

Keberhasilan mereka adalah bisa mempengaruhi separuh dari manusia di dunia dengan berbagai macam cara yang menakjubkan.