06 Februari 2014

Kajian Kritis Terhadap Injil (Non Kanonik) Maria Magdalena

“Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar, ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur. Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus.”
(Yohanes 20:1-2)
Kata Yesus kepadanya: "Maria!" Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: "Rabuni!", artinya Guru.

Jesus saith unto her, Mary. She turned herself, and saith unto him, Rabboni; which is to say, Master.

Text Receptus, λεγει αυτη ο ιησους μαρια στραφεισα εκεινη λεγει αυτω ραββουνι ο λεγεται διδασκαλε

Translit, legei autê ho iêsous maria strapheisa ekeinê legei autô rabbouni ho legetai didaskale

Yohanes 20: 16
Dalam bahasa Ibrani kata rabuni (rhabboni / rab-bon-i) ditulis rabi (Yohanes 1:38) yang berarti guru.
Tetapi Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat, bahwa mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu cari?" Kata mereka kepada-Nya: "Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?"

Then Jesus turned, and saw them following, and saith unto them, What seek ye? They said unto him, Rabbi, (which is to say, being interpreted, Master,) where dwellest thou?

Text Receptus, στραφεις δε ο ιησους και θεασαμενος αυτους ακολουθουντας λεγει αυτοις τι ζητειτε οι δε ειπον αυτω ραββι ο λεγεται ερμηνευομενον διδασκαλε που μενεις

Translit, strapheis de ho iêsous kai theasamenos autous akolouthountas legei autois ti zêteite hoi de eipon autô rabbi ho legetai ermêneuomenon didaskale pou meneis

Yohanes 1:38
Rabuni (Rhabboni / rab-bon-i) bentuk yang diperkuat dari kata Rabbi. Sekalipun ini berarti "guru (ku)", namun sangat tidak lazim kata ini dipakai dalam Yudaisme kuno untuk ditujukan kepada manusia, kecuali kepada Tuhan (dalam bahasa doa). Dan tak ada keraguan bahwa Rasul Yohanes menggunakan kata ini untuk merujuk kepada keilahian Yesus.

Rabi atau Rabbi (Ibrani Klasik רִבִּי ribbī;; Ashkenazi  modern dan Israel  רַבִּי rabbī) dalam Yudaisme, berarti "guru", atau arti harafiahnya "yang agung". Kata "Rabi" berasal dari akar kata bahasa Ibrani RaV, yang dalam bahasa Ibrani Alkitabiah berarti "besar" atau "terkemuka, (dalam pengetahuan)".

Dalam aliran-aliran Yudaisme kuno, kaum bijaksana disapa sebagai רִבִּי (Ribbi atau Rebbi) dalam abad-abad belakangan ini diubah ucapannya menjadi Rabi ("guruku"). Istilah sapaan penghormatan ini lambat laun dipergunakan sebagai gelar, dan akhiran pronomina "i" ("-ku") kehilangan maknanya karena seringnya kata ini digunakan.

Injil (Non Kanonik) Maria Magdalena

Perkamen Injil NON Kanonik Maria Magdalena

Teks Injil Maria Magdalena terdapat dalam Akhmim Codex, yaitu sebuah teks gnostik yang ditemukan di Kairo pada tahun 1896 oleh Dr. Carl Rheinhardt. Teks yang ditemukan dalam bahasa Coptic ini kemungkinan ditulis pada abad ke-4 atau ke-5 M. Teks Injil Maria Magdalena berjumlah 19 halaman, tetapi halaman 1-6 dan 11-14 sudah hilang. Selain Akhmim Codex, teks Injil Maria Magdalena juga juga ditemukan dalam sebuah papyrus berbahasa Yunani, namun hanya berisi bagian terakhir dari kitab tersebut. Versi Yunani ini diduga ditulis pada abad ke-3 M. Terjemahan menyeluruh dari teks ini baru diterbitkan pada tahun 1955, 10 tahun setelah  penemuan Nag Hammadi yang sangat populer.

Nama “Magdalena” sebenarnya tidak muncul dalam kitab ini. Kitab ini hanya menyebut nama Maria. Hampir semua sarjana tidak menyangkal bahwa yang dimaksud dalam kitab ini adalah Maria Magdalena. Dalam Perjanjian Baru terdapat enam wanita yang bernama Maria, tiga di antaranya yang terkenal adalah Maria ibu Yesus, Maria Magdalena dan Maria Bethania. Dari antara tiga Maria ini, pilihan para sarjana jatuh pada Maria Magdalena karena dalam kitab-kitab kuno lain, Maria Magdalena ditampilkan sebagai orang yang dekat dengan Yesus dan menerima wahyu khusus dari Dia.

Injil Maria Magdalena banyak membahas tentang tiga hal:
  1. Kematian sebagai akibat dari Demiurgos
  2. Kenaikan Yesus
  3. Kenaikan jiwa dalam pandangan gnostik
Ketiga tema utama tersebut diajarkan melalui percakapan antara murid-murid Yesus dan Maria Magdalena yang ditampilkan sebagai pemberi jawab atas pertanyaan murid-murid. Sebagian besar kitab ini juga menggambarkan diskusi antara Yesus yang bangkit dengan Maria Magdalena tentang kehidupan setelah kematian.

Tidak ada yang spesial dari kitab ini. Jumlah halaman yang ditemukan yang terlalu sedikit membuat para sarjaa kesulitan mengetahui penekanan maupun konsistensi teologi dari kitab ini. Secara umum apa yang ditampilkan sangat mirip dengan tulisan-tulisan gnostik yang lain.
Bagaimanapun, ada satu bagian yang mengundang kontroversi para sarjana.
Injil Maria 17:10 - 18:2
Tetapi Andreas menjawab dan berkata kepada saudara-saudara, “katakan apa yang ingin kalian katakan tentang apa yang telah ia (Maria Magdalena) katakan. Aku setidaknya tidak percaya kalau Juru Selamat mengatakan seperti itu, karena ajaran-ajaran itu jelas merupakan hal yang aneh”. Petrus menjawab dan mengatakan hal yang sama.
Ia menanyakan mereka tentang Juru Selamat: “apakah Ia sungguh-sungguh berbicara dengan seorang wanita tanpa pengetahuan kita dan tidak secara publik?
Akankah kita berpaling dan semua mendengarkan dia (Maria Magdalena)?
Apakah Ia lebih memilih dia daripada kita?”
Lalu Maria meratap dan berkata kepada Petrus, “Saudaraku Petrus, apa yang engkau pikirkan?
Apakah engkau berpikir bahwa aku sendiri telah memikirkan hal ini atau aku sedang berdusta tentang Juru Selamat?”
Lewi menjawab dan berkata kepada Petrus, “Petrus, engkau selalu temperamental. Sekarang aku melihat engkau menentang seorang wanita seperti musuh. Tetapi jika Juru Selamat membuat dia layak, akankah engkau sungguh-sungguh menolaknya?
Juru Selamat tentu mengenal dia sangat baik. Itulah sebabnya Ia mengasihi dia lebih daripada kita. Sebaliknya, biarlah kita malu dan memakai Manusia sempurna, berpisah sebagaimana Ia memerintahkan kita dan memberitakan Injil, tidak meletakkan hukum atau peraturan lain selain apa yang Juru Selamat katakan.
Teks di atas menyiratkan posisi Maria Magdalena yang lebih istimewa dibandingkan para rasul lain. Kontroversi seputar teks ini menjadi semakin mencuat seiring dengan penafsiran para sarjana liberal yang mengatakan bahwa untuk menyerang dominasi Maria Magdalena, Gereja Ortodoks (secara khusus Paus Gregorius I, tahun 591 M) kemudian menampilkan Maria Magdalena sebagai pelacur. Mereka berpendapat bahwa Gereja Ortodoks melakukan itu sebagai sentimen gender dan perebutan kekuasaan gereja.

Bagaimana kita menganggapi kontroversi di atas...?

Sebagaimana dalam tulisan Gnostik lainnya, kitab ini juga memiliki ungkapan-ungkapan yang simbolis dan misterius, tidak terkecuali Injil Maria Magdalena 17:10-18:21. Teks ini menggambarkan pertentangan antara aliran Ortodoks (diwakili oleh Petrus) dan aliran minoritas lain (diwakili tokoh wanita Maria Magdalena). Seperti kebanyakan konsep gnostik, yang dianggap lebih hebat adalah sebagian kecil orang yang mendapatkan wahyu khusus secara rahasia.

Pemunculan Maria Magdalena sebagai orang yang terkemuka dalam kitab ini diduga para sarjana berhubungan dengan sebuah sekte Kristen yang dulu mungkin didirikan oleh atau memuja Maria Magdalena. Sekte ini mengekspresikan pemujaan tersebut dalam konsep gnostik. Kemungkinan besar hal ini berkaitan dengan konsep gnostik yang mengagungkan “hikmat” (sophia) yang ditampilkan sebagai figur feminin. Teks di atas juga tidak boleh diartikan sebagai indikasi adanya perebutan jabatan gerejawi. Kaum Gnostik menganggap diri sebagai penerima pengetahuan yang rahasia dari Kristus, sedangkan pengetahuan ini bertentangan dengan ajaran Gereja Ortodoks yang menekankan penerusan  tradisi dari saksi mata.

Injil Maria (Injil ini tidak menyebutkan nama Magdalena, namun dari isinya diketahui bahwa yang dimaksudkan sebagai Maria disini adalah Maria Magdalena, atau Maria dari kota Magdala) ditemukan di Kairo pada tahun 1896 dan kemudian dua fragmen lainnya juga. Ketiga fragmen itu tidak lengkap, yaitu dua dalam bahasa Yunani yang berasal dari abad-2/3, yaitu P. Rylands 463 yang dipublikasikan pada tahun 1938, P. Oxyrhynchus 3525 yang dipublikasikan pada tahun 1983, dan terjemahan Koptik yang lebih panjang Berolinensis Gnosticus 8052,1 yang dipublikasikan pada tahun 1955.

Dari kenyataan bahwa naskah Yunaninya lebih tua dari naskah Koptik, demikian juga dengan yang terjadi pada naskah-kaskah Gnostik lainnya seperti Injil Thomas, dapat disimpulkan bahwa khazanah Gnostik semula ditulis dalam bahasa Yunani (abad-2/3), kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Koptik (abad-3/4). Menurut perkiraan, naskah Injil Maria Magdalena ditulis sekitar tahun 120-180.
Menurut Karen King teologi yang diberitakan Injil Maria Magdalena adalah:
“... Injil Maria menyampaikan penglihatan bahwa dunia sedang berlalu, tidak menuju ciptaan baru atau orde dunia baru, tetapi menuju pembubaran khayalan kekacauan mengenai penderitaan, kematian, dan dominasi yang tidak sah. Juruselamat telah datang agar setiap jiwa dapat menemukan spiritualitas alamiahnya sendiri yang benar, yang berakar dalam Yang Baik, dan kembali ketempat peristirahatan yang kekal yang melebihi batasan waktu, materi, dan moralitas palsu...”
( Penulis buku The Gospel of Mary of Magdala, [Polebridge, 2003], menulis dalam buku The Complete Gospels )
Injil Maria Magdalena meninggikan Maria Magdalena diatas para murid lainnya yang kesemuanya laki-laki, bahkan dalam Injil ini ditimbulkan kesan bahwa Maria Magdalena adalah murid yang paling disayangi oleh Yesus dan mendapat banyak pesan rahasia yang tidak diberikan kepada para murid lainnya. Lebih dari itu disimpulkan bahwa Maria Magdalena adalah rasul kepada rasul, atau rasul yang utama, karena ialah yang pertama melihat kebangkitan Yesus dan kemudian  ialah yang memberitahukannya kepada para rasul lainnya.

Terjemahan Injil (Non Kanonik) Maria Magdalena 

1. (halaman 1-6 hilang)

2. Hakikat materi
(1) “… Akankah materi dihancurkan atau tidak?”
(2) Sang Penyelamat berkata, “Segala yang kodrati, segala yang dibentuk, segala ciptaan, ada di dalam dan bersama dengan yang lainnya. (3) Dan semuanya itu akan lenyap kembali ke akarnya sendiri. (4) Kodrat materi lenyap ke dalam akar kodratinya. (5) Barangsiapa bertelinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar.”

3. Hakikat dosa dan kebajikan
(1) Maka Petrus berkata kepadanya, “Engkau sudah menjelaskan segala sesuatunya kepada kami. (2) Katakan juga , apa dosa dunia ini?” (3) Sang Penyelamat menjawab, “Tidak ada sesuatu yang disebut dosa, (4) tetapi kamulah yang menciptakan dosa pada waktu kamu melakukan perzinahan, dan perzinahan inilah yang disebut dosa. (5) Karena alasan itulah, Kebajikan telah datang di antaramu, telah datang kepada setiap hal kodrati, (6) supaya memulihkan kodrat kembali ke akarnya.” (7) Lalu dia melanjutkan, “Itulah sebabnya mengapa kamu menjadi sakit dan mati, (8) sebab [kamu mengasihi] apa [yang memperdaya kamu]. (9) Barangsiapa memiliki pengertian, hendaklah dia memahami. (10) Materi menimbulkan penderitaan tanpa bentuk, karena penderitaan itu datang dari apa yang bertentangan dengan kodrat. (11) Maka kekacauan yang mengganggu terjadi pada seluruh tubuh. (12) Itulah sebabnya aku katakan kepadamu, Jadilah bajik dan pemberani. (13) Dan jikalau kamu kehilangan keberanian, hendaklah kamu tetap berani di tengah-tengah adanya aneka bentuk kodrati. (14) Barangsiapa bertelinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar.”

4. Perpisahan dengan sang Penyelamat
(1) Ketika Dia yang Diberkati telah mengatakan hal-hal ini, dia menyalami mereka dan berkata, “Damai bagimu!” (2) “Terimalah damai dariku dalam dirimu!” (3)“Hati-hatilah (4) supaya tidak seorang pun menyesatkan kamu dengan mengatakan, ’Lihat dia ada di sini’ atau ‘Lihat dia ada di sana.’ (5) Sebab sang Anak Manusia ada di dalam kamu. (6) Ikutilah dia. (7) Orang-orang yang mencarinya, akan mendapatkannya.” (8) “Maka pergilah, beritakan Injil tentang kerajaan. (9)Janganlah membuat aturan-aturan apa pun selain apa yang aku telah berikan kepadamu, (10) dan juga janganlah menegakkan hukum seperti yang diperbuat pemberi hukum, sebab jika tidak demikian kamu akan diikat olehnya.” (11) Setelah dia mengatakan hal-hal ini, dia pun pergi meninggalkan mereka.

5. Maria menghibur murid-murid lainnya
(1) Murid-murid sangat tertekan, menangis sangat sedih, dan berkata, (2) “Bagaimana kita dapat pergi ke dunia bangsa-bangsa lain dan memberitakan Injil tentang kerajaan sang Anak Manusia? (3) Jika mereka tidak menyayangkannya, bagaimana kita juga akan disayangkan?” (4) Maka Maria pun bangkit berdiri. Dia menyalami semua murid lainnya, dan berkata kepada saudara-saudaranya itu, (5) “Jangan menangis, jangan berduka dan jangan ragu, (6) sebab kasih karunianya akan menyertai kamu semua dan akan melindungi kamu. (7) Tetapi, mari kita puji keagungannya, (8) sebab dia telah mempersiapkan kita dan membuat kita menjadi manusia-manusia sejati.” (9) Ketika Maria mengatakan hal-hal ini, dia berhasil menenangkan hati mereka. (10) Maka mulailah mereka memperdebatkan ucapan-ucapan sang [Penyelamat] sendiri.

6. Petrus meminta Maria mengajar
(1) Petrus berkata kepada Maria, “Saudaraku, kita tahu sang Penyelamat mengasihi engkau lebih dari dia mengasihi semua perempuan lain. (2) Katakanlah kepada kami kata-kata sang Penyelamat yang engkau ingat, hal-hal yang kamu ketahui yang tidak kami ketahui sebab kami belum mendengarnya.” (3) Maria menjawab, “Aku akan mengatakan kepada kalian hal-hal yang tersembunyi bagi kalian.” (4) Maka mulailah Maria mengatakan kata-kata ini kepada mereka.

7. Penglihatan dan pikiran
(1) Dia berkata, “Aku melihat Tuhan dalam suatu penglihatan (2) dan aku berkata kepadanya, ‘Tuhan, aku telah melihatmu hari ini dalam suatu penglihatan.’” (3) Dia menjawabku, “Diberkatilah kamu, sebab kamu tidak ragu waktu melihat aku! (4) Sebab di mana ada pikiran, di situ harta berada.” (5) Aku berkata kepadanya, “Guru, bagaimanakah seseorang itu melihat sebuah penglihatan, apakah dengan jiwanya ataukah dengan rohnya?” (6) Sang Penyelamat menjawab, “Seseorang tidak melihat dengan jiwanya atau pun dengan rohnya. (7) Pikiran, yang ada di antara keduanya, itulah yang melihat penglihatan …”

8. (halaman 11-14 hilang)

9. Naiknya jiwa
(1) “ … nya.” (2) Dan Hasrat berkata, “Aku tidak melihat engkau turun, namun sekarang aku melihat engkau naik. (3) Mengapa engkau berdusta, sebab engkau kepunyaanku?” (4) Jiwa pun menjawab, “Aku telah melihat engkau, tetapi engkau tidak melihat atau mengenal aku. (5) Bagimu aku hanyalah sepotong pakaian, (6) dan kamu tidak mengenal aku.” (7) Setelah jiwa mengatakan hal ini, dia pun pergi dengan kesukaan besar. (8) Jiwa pun mendekati Kuasa ketiga, yang disebut “Ketidaktahuan”. (9) Kuasa ini bertanya kepada jiwa, “Kemana engkau hendak pergi? (10) Engkau diikat oleh kefasikan, (11) sesungguhnya engkau diikat, (12) karena itu janganlah menghakimi!” (13) Dan jiwa berkata, “Mengapa kamu menghakimi aku, sebab aku sendiri tidak menghakimi? (14) Aku diikat, tetapi aku tidak mengikat apa pun. (15) Mereka tidak mengenal aku, tetapi aku tahu bahwa dunia ini harus dilenyapkan, yakni hal-hal duniawi maupun hal-hal surgawi.” (16) Pada waktu jiwa telah mengalahkan Kuasa yang ketiga, dia pun naik dan melihat Kuasa keempat. (17) Kuasa ini memiliki tujuh bentuk:
(18) Bentuk yang pertama adalah kegelapan,
(19) yang kedua Hasrat
(20) yang ketiga ketidaktahuan
(21) yang keempat keinginan yang membawa maut
(22) yang kelima kerajaan kedagingan
(23) yang keenam hikmat kedagingan yang bodoh
(24) yang ketujuh hikmat orang yang marah.
(25) Inilah semua Kuasa-kuasa Kemurkaan.
(26) Mereka menyelidiki jiwa, “Dari mana kamu datang, hai pembunuh manusia, dan mau kemana kamu, hai penakluk kerajaan-kerajaan?” (27) Jiwa menjawab dan berkata, “Apa yang mengikat aku telah dibunuh, dan apa yang mengitari aku telah dihancurkan, dan hasratku telah diakhiri, dan ketidaktahuan pun telah mati. (28) Di dalam suatu dunia, aku telah dibebaskan dari suatu dunia lainnya, dan di dalam suatu gambar aku telah dibebaskan dari suatu gambar surgawi, dan dari rangkaian kealpaan yang sementara. (29) Sejak sekarang, aku akan beristirahat, melalui perjalanan waktu zaman ini, dalam kebisuan.” (30) Setelah Maria mengatakan semua hal ini, dia pun berdiam diri, (31) sebab sang Penyelamat telah berbicara kepadanya hanya sampai di situ.

10. Murid-murid berselisih paham atas pengajaran Maria
(1) Andreas menanggapi dan berkata kepada saudara-saudaranya, “Katakanlah apa yang kalian pikirkan tentang apa yang dia [Maria] telah katakan, (2) tetapi aku tidak percaya kalau sang Penyelamat telah mengatakan hal-hal ini, sebab sesungguhnya ajaran-ajaran ini adalah gagasan-gagasan yang aneh.” (3) Petrus menanggapi dengan keprihatinan yang serupa. Dia bertanya kepada murid-murid lainnya tentang sang Penyelamat, “Apakah betul kalau dia berbicara kepada seorang perempuan secara pribadi tanpa sepengetahuan kita? (4) Apakah kita semua harus berpaling kepadanya dan mendengarkannya? Apakah dia memang lebih memilihnya daripada memilih kita?” (5) Maka Maria pun menangis dan berkata kepada Petrus, “Saudaraku Petrus, apa yang engkau sedang pikirkan? (6) Apakah engkau beranggapan bahwa aku telah mengada-ada atau bahwa aku berdusta tentang sang Penyelamat?” (7) Lewi menjawab, katanya kepada Petrus, “Petrus, engkau selalu saja marah. (8) Sekarang aku lihat engkau berbantahan dengan perempuan ini, sepertinya dia itu seorang musuh. (9) Jika sang Penyelamat memandangnya layak, siapa engkau sampai harus menolaknya? (10) Sesungguhnya sang Penyelamat mengenalnya dengan baik. Itulah sebabnya dia telah mengasihinya lebih dari dia mengasihi kita. (11) Karena itu, kita haruslah merasa malu. Kita harus berpakaian dengan pakaian Kemanusiaan yang sempurna, kita harus mendapatkannya bagi diri kita seperti telah diperintahnya. (12) Dan kita harus memberitakan Injil, (13) dan tidak membuat aturan atau hukum apa pun selain yang telah dinyatakan oleh sang Penyelamat.” (14) Setelah [Lewi mengatakan] hal-hal ini, maka mereka pun keluar untuk mengajar dan berkhotbah.


Maria Magdalena Istri Yesus...?

Isu yang ramai diembuskan dalam buku-buku sensasi masa kini adalah peran Maria Magdalena yang disebut-sebut sebagai pacar dan istri Yesus. Dalam fiksi "The Da Vinci Code" digambarkan Yesus mengawini Maria Magdalena dan mempunya keturunan di Inggeris, bahkan, dalam film "The Lost Tomb of Jesus" diisukan bahwa Yesus dan Maria Magdalena dikubur bersama dalam kuburan keluarga di Talpiot beserta anak mereka bernama Yudah.

Sebenarnya, baik dalam kitab Injil, Injil gnostik, maupun literatur pada abad pertama, tidak ada indikasi yang menunjukkan bahwa Maria Magdalena adalah istri Yesus. Jika teori seperti itu muncul, itu hanyalah tafsiran sensasional yang dilontarkan oleh mereka yang mencari sensasi demi popularitas dan uang dengan menyudutkan kekristenan. Tambahan pula, berita skandal sangat laku dan punya daya jual tinggi di masyarakat karena publik haus cerita yang seperti itu, apalagi kalau skandal seks dikaitkan pada tokoh agama.

Tidak ada indikasi dalam Injil bahwa Maria Magdalena berpacaran atau bahkan menjadi istri Yesus. Demikian pula para bapa Gereja, mereka tidak pernah mengaitkan Maria Magdalena sebagai istri Yesus meskipun ada yang menghargainya sebagai seorang murid perempuan yang bisa dijadikan teladan karena kesetiaannya. (Maria Magdalena memang adalah  murid Yesus yang dekat dan ikut hadir ketika Yesus disalib. Ia juga disebut bersama dengan perempuan lain yang lebih dahulu melihat Yesus yang bangkit, kemudian memberi tahu murid-murid lainnya.)

Isu soal Maria Magdalena sendiri sebenarnya tumbuh dari penafsiran sempit dan tendensius atas beberapa naskah gnostik. Padahal, khasanah Gnostik yang ditulis pada abad2 pertama penyebaran Injil Kristus itu pun tidak memuat pernyataan bahwa Maria Magdalena adalah istri Yesus. Bahkan, Injil Filipus dan Injil Maria Magdalena yang dikutip dan 'dianggap' sebagai 'bukti' itu juga tidak memuat pernyataan secara eksplisit bahwa Maria Magdalena adalah istri Yesus.

Yang ada pun hanyalah kerancuan yang dilakukan oleh Paus Gregorius Agung. Pada abad VI, tanggal 21 Desember 591 M, di Basilika St. Clement, dalam khotbahnya, ia memang pernah mengidentikkan antara Maria Magdalena (perempuan yang disembuhkan oleh Yesus dari kerasukan tujuh roh jahat, Luk.8:1-2) dan perempuan pelacur tanpa nama pada bacaan sebelumnya (Luk.7:36-50). Paus Gregorius mengaburkan nama Maria Magdalena dengan perempuan yang berzinah dalam ayat-ayat sebelumnya, dan Maria saudara Marta dan Lazarus, sehubungan dengan abad VI dimana kota Magdala dikenal sebagai kota yang memiliki reputasi moralitas yang kurang baik. Meskipun demikian, Paus Gregorius tidak mengaitkan Maria Magdalena sebagai istri Yesus. Ia hanya memberikan contoh mengenai pesan moral yang meninggikan Maria Magdalena sebagai pelacur yang bertobat.

Isu Skandal Maria Magdalena

Karena buku dan film dengan tema yang melecehkan Yesus laku keras (bestseller), maka banyak bermunculan buku-buku sejenis, yang menjadikan Maria Magdalena sebagai pacar dan istri Yesus.
Pada tahun 1983 terbit buku The Holy Blood Holy Grail (Michael Baigent, Richard Leigh, Henry Lincoln, Dell Book, 1983). Di dalam buku itu diungkapkan teori bahwa The Holy Grail bukanlah cawan perjamuan yang merupakan bagian dari legenda Raja Arthur di Inggris, melainkan merupakan simbolisasi dari rahim perempuan yang menerima benih Yesus.
Dalam buku itu disebutkan, “Menurut legenda abad pertengahan tertentu, Magdalena membawa ‘Darah Suci’ (Holy Blood) atau ‘Darah Raja’ (Royal Blood) ke Perancis. Mungkin, Magdalena – wanita yang sukar dipahami dalam Injil – sebenarnya adalah istri Yesus. Mungkin hubungan itu menghasilkan keturunan. Setelah penyaliban, mungkin Magdalena, dengan sedikitnya satu anak, diselundupkan ke Gaul – tempat komunitas Yahudi yang sudah lama tinggal di situ memberinya perlindungan”
(Baigent, hlm. 313).
Kisah penyelundupan Maria Magdalena ke Gaul (Perancis) di kemudian hari dikaitkan dengan keberadaan organisasi Knights Templar (Baigent, hlm. 64–95. Pada Bab 3 diceritakan tentang sejarah Knights Templar). Dikisahkan bahwa Knights Templar didirikan pada tahun 1118 dengan misi melindungi para peziarah yang datang ke Yerusalem dari kemungkinan gangguan orang-orang Arab. Organisasi Knights Templar kemudian semakin terkenal dan kaya karena menjalankan aktivitas perbankan selain berperan sebagai penjaga peziarah. Namun, karena lama-kelamaan kekuasaannya menjadi terlalu besar dan kaya, organisasi itu dituduh menjalankan sihir sehingga dibubarkan pada abad XIV oleh paus dan raja. Banyak pengikutnya dianiaya dan dihukum dan harta mereka dirampas.

Legenda yang kemudian berkembang adalah bahwa Knights Templar juga mengemban misi rahasia untuk menyelamatkan Holy Blood yang dianggap sebagai keturunan darah suci. Seusai keberadaan Knights Templar, misi penyelamatan suci itu dipercayai diteruskan oleh legenda baru berupa organisasi Prieure de Sion (Priory of Zion / Biarawan Sion).

Dalam buku lanjutannya yang berjudul The Messianic Legacy, Baigent dkk. kemudian menghadirkan organisasi di lingkungan gereja Katolik Roma, Opus Dei, sebagai antitema Preure de Sion. Bila Prieure de Sion menjaga kelangsungan keturunan darah suci, Opus Dei justru diisukan berusaha untuk membungkam Holy Blood. (The Messianic Legacy, Corgi Books, 1987 –pertama diterbitkan oleh Jonathan Cape pada tahun 1986). Mengenai Opus Dei, baca hlm. 230, 426, 438, 448).

Dalam bukunya itu Baigent kemudian mengaitkan peran Maria Magdalena sebagai penerus darah suci dengan tulisan dalam Injil Gnostik (Injil Filipus dan Maria Magdalena) bahwa Maria Magdalena adalah istri Yesus dan rasul kepada rasul, yang kemudian memunyai keturunan dinasti Merovingian (salah satu keturunannya, Plantard de St. Clair, tinggal di Perancis Selatan).
Injil Filipus yang dikutip Baigent itu berbunyi:
“Dan pendamping [Juruselamat adalah] Maria Magdalena. [Namun, Kristus mencintainya lebih dari] para murid], [dan biasa] menciumnya [sering] di [mulutnya]. Para murid lainnya [merasa terpojok dan tidak setuju]. Mereka berkata kepada-Nya, ‘Mengapa engkau mencintainya lebih dari kami semua?’ Juruselamat menjawab dan berkata kepadanya, “Mengapa Aku tidak mencintai kamu seperti Aku mencintai dia?”
(Baigent, hlm. 382).
Kutipan Baigent itu bernada tendensius karena sebenarnya beberapa bagian naskah itu, yang dikurung [ ... ],  hilang/rusak. Yang hilang itulah yang ditambahi olehnya tanpa penjelasan. Naskah asli yang dikutip itu sebenarnya berbunyi,
“Dan pendamping [ ... ] Maria Magdalena. [ ... ] para murid, [ ... ] menciumnya [ ... ] di [ ... ]. Para murid lainnya [ ... ].
Mereka berkata kepada-Nya, "Mengapa engkau mencintainya lebih dari kami semua?"
Juruselamat menjawab dan berkata kepadanya, "Mengapa Aku tidak mencintai kamu seperti Aku mencintai dia?"
(James M. Robinson “Injil Filipus” dalam The Nag Hammady Library, Harper: San Francisco, 2005, hlm. 148).
Jadi, kalau dilihat dari naskah aslinya, kutipan Baigent dalam bukunya itu merupakan tafsiran yang direkayasa dan merupakan penambahan yang spekulatif, dan dalam bukunya, tanda kurung itu dihilangkan sehingga terkesan seluruh kalimat adalah asli.

Buku Holy Blood Holy Grail yang kemudian disusul dengan sambungannya, The Messianic Legacy, pada waktu itu laris manis. Bahkan, di sampul buku itu diberi komentar “The Shocking International Bestseller”. Namun, banyak buku yang kemudian ditulis orang yang melemahkan tesis Baigent dkk. karena ia telah merekayasa kutipan Injil Filipus dan ditafsirkan secara harfiah di luar konteks pengertian ciuman dalam latar belakang gnostiknya.

Adapun cerita Holy Blood Holy Grail tentang Pierre Plantard de St. Clair sebagai keturunan Yesus dan keberadaan Prieure de Sion yang kontroversial, semua itu telah dibuktikan kebohongannya oleh banyak pihak. Bahkan, Plantard kemudian diajukan ke pengadilan pada tahun 1989.
“Bukti-bukti yang mendukung keberadaan Priory of Sion hingga kini masih diragukan keasliannya oleh para ahli sejarah dan ilmuwan. ... Para peneliti dan pengarang lainnya bahkan menyatakan bahwa teori Priory of Sion itu adalah kebohongan besar, dan menjatuhkan nama Plantard. ... Plantard kemudian mengakui bahwa semua cerita tentang Priory of Sion adalah kebohongan.”
(Cinemags, 82, Mei 2006, hlm.44–45 di bawah judul “Priory of Sion”).
Pengakuan Plantard de St. Clair

Di pengadilan, Plantard akhirnya mengaku bahwa ia bukan keturunan Yesus dan bahwa keberadaan Prieure de Sion adalah cerita yang direkayasanya. Ia memanipulasi aktivitas-aktivitas dan peninggalan-peninggalan Saunierre di Rennes-le-Chateuu dan mengaitkannya dengan Priory of Sion. Plantard juga menuliskan dua daftar anggota Priory of Sion yang berbeda dan keduanya fiktif.
“Priory of Sion (diciptakan Plantard untuk) dipimpin oleh seorang Grand Master. Namun, ternyata ada dua buah versi daftar Grand Master itu. Uniknya, dua-duanya adalah ciptaan Plantard, dengan memakai nama samaran yang berbeda. ... Versi Vaincare No. 3, September 1989, halaman 22 (harus diingat, editor majalah itu adalah Thomas Plantard de St. Clair): ... Versi kedua itu dibuat saat Plantard berusaha untuk kembali ke pusat perhatian, di tahun 1989, ketika ia menyatakan bahwa versi pertama adalah palsu dan sebagian kecil dari  ‘Secret Files’ yang ternyata juga palsu.”
(Cinemags, hlm. 45 di bawah judul “The Grand Masters of the Priory of Sion”).
Kebohongan itu, seperti halnya kebohongan Notovitch tentang biara Himis di India, terus diulang-ulang oleh buku-buku berikutnya. Misalnya, ide Baigent mengenai Maria Magdalena sebagai istri Yesus dan mengikuti Plantard tentang biarawan Sion, meskipun sudah disangkal Plantard, terus dihidupkan dalam buku-buku yang terbit kemudian.

Penulis lain, John Shelby Spong, dalam bukunya yang berjudul Born of a Woman: A Bishop Rethinks the Birth of Jesus (Harper: San Francisco, 1992) mengatakan bahwa Yesus mengawini Maria Magdalena dan catatan dalam “Perjamuan Kawin di Kana” tidak lain adalah perjamuan kawin Yesus sendiri. Yesus yang dikatakannya menikah dengan seorang pelacur itu dapat juga menjadi “kabar baik” bagi para pelacur.
Barbara Thiering, dalam bukunya, Jesus and the Riddle of the Dead Sea Scrolls (Harper: San Francisco, 1992. Di London diterbitkan dengan judul Jesus The Man,1993), mengemukakan teorinya berdasarkan metode penafsiran Pesher bahwa Yesus mengawini Maria Magdalena, murid yang pernah ditolong-Nya. Buku itu memang diakuinya sebagai buku kontroversial. Bahkan, di sampul edisi London, Jesus the Man, diberi komentar tambahan, “The Controversial Bestseller That Will Change Forever Your View of Christianity.”

Thiering, yang dalam bukunya itu memuat juga kutipan ayat Injil Filipus hasil rekayasa Baigent, kemudian menyimpulkan bahwa Maria Magdalena adalah istri Yesus. (hlm. 87–88). Ia juga menyimpulkan bahwa setelah Maria Magdalena melahirkan dua anak laki-laki dan satu perempuan, ia mengajukan cerai kepada Yesus, dan Yesus kemudian menikahi Lydia yang masih perawan.
"Sesudah kelahiran anak ketiga ... , pada bulan Maret 44 Maria Magdalena memutuskan meninggalkan suaminya. ... Bahwa ada perceraian dan perkawinan kedua secara tidak langsung disebutkan dalam pernyataan pada bulan Maret 50: ‘Tuhan membuka hati (Lydia, perempuan yang muncul di Filipi)’. Tanggalnya adalah enam tahun setelah kelahiran putranya pada tahun 44. ... Frasa ‘membuka hati’ juga menunjukkan bahwa Lydia masih perawan.” (hlm. 146–147).
Semua itu menunjukkan bahwa kebohongan ternyata banyak terjadi di kalangan cendekiawan, yang sebenarnya diharapkan bersikap jujur secara ilmiah dan akademis. Meskipun ia seorang uskup (Spong) atau pemegang gelar doktor yang membawa jargon ilmiah dan mengaku ahli sejarah, yang keluar bisa saja bukan pendapat ilmiah yang subjektif, melainkan lebih merupakan hasil pendapat pribadi yang tendensius.

Khasanah Gnostik

Kitab-kitab Gnostik sebenarnya sudah  lama ditemukan secara parsial. Namun, ketenarannya mencuat ketika pada tahun 1945 di Nag Hammadi, Mesir, ditemukan perpustakaan Gnostik yang berisi tiga belas kodeks (bundel berisi beberapa kitab) yang berisikan 52 kitab. (James M. Robinson, The Nag Hammady Library, Harper: San Francisco, 2005). Dari ke-52 kitab Gnostik yang ditemukan itu ada beberapa yang dikaitkan dengan Maria Magdalena, mungkin yang paling terkenal adalah Injil Thomas karena Jesus Seminar menganggapnya sebagai Injil kelima. (The Search for the Authentic Words of Jesus, The Five Gospels, What Did Jesus Really Say? Pollebridge, 1993). Dalam ayat terakhir (Logion 114) Injil itu disebutkan bahwa Maria Magdalena dianggap tidak layak menjadi warga Kerajaan Surga karena ia seorang perempuan.

Injil Filipus adalah Injil yang banyak dikutip dalam hal "ciuman" Yesus kepada Maria Magdalena. Ayat dalam Injil Filipus itulah yang dikutip oleh Michael Baigents, Barbara Thering, dan Dan Brown dalam buku-buku mereka. Injil Filipus sebenarnya merupakan kompilasi tentang makna dan nilai sakramen dalam konteks ajaran Gnostik Valentinus. Berbeda dengan Injil kanonik yang berisi narasi, Injil itu, meskipun menyebut beberapa perbuatan Yesus, lebih menekankan ucapan-ucapan Yesus seperti lazimnya naskah Gnostik yang muncul pada abad II-III. Dalam Injil itu diceritakan adanya tiga pendamping (companion) yang bernama Maria, tetapi yang lebih disorot adalah Maria Magdalena -salah satu ayatnya yang terkenal berkaitan dengan Maria Magdalena.

Injil Gnostik yg sedang dibahas dalam tulisan ini, Injil Maria Magdalena. Injil itu menceritakan kondisi Maria Magdalena sebagai murid kesayangan Yesus yang lebih superior daripada Petrus, yang dalam tradisi Gereja Katholik Roma dianggap sebagai rasul utama (primat Gereja). Injil itu tidak termasuk khasanah Nag Hammadi, tetapi ditemukan tersendiri pada tahun 1896 ketika muncul di Kairo. Injil Maria Magdalena dibagi dua bagian. Pertama mengungkapkan percakapan Yesus dengan para murid-Nya mengenai materi dan dosa. Dalam hal itu, setelah ditinggalkan Yesus, para murid menjadi sedih dan ragu-ragu. Maria Magdalenalah yang kemudian menghibur mereka dan membawa mereka untuk memandang ajaran Yesus yang baik. Bagian kedua memuat wahyu khusus yang diterima Maria Magdalena dari Yesus, yang membuat Petrus bertanya kepada Maria mengenai ajaran itu. Ayat itulah yang dianggap menunjukkan keutamaan Maria Magdalena yang lebih daripada Petrus dan murid lainnya.

Pistis Sophia merupakan kitab Gnostik lain yang digunakan sebagai alasan untuk menunjukkan adanya hubungan yang khusus antara Maria Magdalena dan Yesus. Injil Orang Mesir (The Gospel of the Egyptian) adalah tulisan isoteris yang mewakili ajaran mitologi Gnostik menurut aliran Set.

Ternyata konfrontasi antara Maria Magdalena dan Petrus itu bukan saja ditemukan dalam Injil Maria Magdalena, melainkan juga dalam Injil Thomas, Pistis Sophia, dan Injil Orang Mesir. Konfrontasi itu menggambarkan salah satu pertentangan atau fraksi sejak abad II, yaitu antara Petrus juga Andreas (yang mewakili mereka yang menolak wahyu isoteris dan menolak perempuan mengajar) dan pengikut Maria Magdalena (yang menekankan Maria sebagai murid yang dikasihi Yesus dan lebih superior daripada yang lainnya).

Khasanah Gnostik lainnya adalah Kisah Filipus (The Acts of Phillips). Kisah yang tersimpan lama di biara Xenophontos, Yunani, ditemukan oleh Francois Bovon yang kemudian menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggris. Kisah itu bercerita tentang Filipus yang memiliki saudara bernama Marta dan Mariamne. Ketiganya menjadi pengInjil dalam aliran yang menekankan kesucian, vegetarian, dan selibat. Kisah Filipus sendiri mencuat karena nama Mariamne muncul dalam salah satu osuari di makam Talpiot, yang oleh film "The Lost Tomb of Jesus" dianggap sama dengan Mariamne dalam Kisah Filipus karena keduanya mengajar. Dalam makam Talpiot itu namanya adalah Mariamne e Mara atau Mariamne sang guru, yang kemudian dianggap sebagai nama lain Maria Magdalena.

Tidak benar bahwa Maria Magdalena adalah Rasul apalagi kalau dibilang kepala, karena dalam ke-4 Injil tidak pernah disebut Maria Magdalena sebagai murid Yesus. Sekalipun Yohanes melaporkan Maria Magdalena ke kubur tidak tertutup kemungkinan adanya perempuan-perempuan lain disampingnya. Matius mencatat bahwa Maria Magdalena tidak sendirian kekubur tetapi bersama Maria yang lain (Matius 28:1), Markus mencatat Maria Magdalena datang bersama Maria ibu Yakobus dan Salome (Markus 16:1), sedangkan Lukas mencatat Maria Magdalena datang bersama Yohana, Maria ibu Yakobus, dan perempuan-perempuan lain.

Berbagai usaha dilakukan Dan Brown dalam meyakinkan para pembacanya untuk percaya bahwa Maria Magdalena isteri Yesus, misalnya dengan mencatut lukisan Last Supper karya  Leonardo da Vinci yang ditafsirkan bahwa yang duduk di sebelah kanan Yesus adalah Maria Magdalena yang menggunakan pakaian mirror image dengan pakaian Yesus, siluet yang membentuk huruf V yang dianggap lambang cawan atau rahim wanita, dan bahkan huruf M imaginer dalam gambar itu disebutkan merupakan initial nama isteri Yesus itu.

Membaca novel fiksi demikian mereka yang mengerti bisa tersenyum geli, namun Dan Brown juga mengutip dua ayat dari Injil Gnostik Filipus dan Maria Magdalena yang kelihatannya cukup meyakinkan yang membuat pembaca tersentak. Kedua kutipan itu adalah: 
And the companion of the Saviour is Mary Magdalene. Christ loved her more than all the disciples and used to kiss her often on her mouth. The rest of the disciples were offended by it and expressed disapproval. They said to him, ‘Why do you love her more than all of us?
(The Da Vinci Code, Corgi Books, hlm. 331

And Peter said, ‘Did the Saviour really speak with a woman without our knowledge?Are we to turn about and all listen to her?Did he prefer her to us?’And Levi answered, ‘Peter, you have always been hot-tempered. Now I see you contending against the woman like an adversary. If the Saviour made her worthy, who are you indeed to reject her? Surely the Saviour knows her very well. That is why he loved her more than us.’ (Ibid, hlm. 333)
‘Kiss her often on her mouth’ ditafsirkan oleh Dan Brown sebagai menunjuk Maria Magdalena sebagai isteri Yesus, karena hanya isteri yang biasa menerima itu dari suaminya.
Ayat Injil Filipus yang dikutip Dan Brown, ditafsirkannya kata ‘companion’ sebagai ‘spouse’ (pasangan hidup), jelas terlalu tendensius, karena bahasa aslinya adalah ‘koinonos’ yang lebih punya arti sebagai partner/rekan sepelayanan/pendamping.

Injil Maria Magdalena yang ditemukan baik dalam naskah berbahasa Yunani maupun dalam terjemahan Koptik, dan bahasa asli ‘companion’ dalam naskah Yunaninya adalah ‘koinonos’ yang dalam Perjanjian Baru kata ini memiliki arti: partner/teman (Luk.5:10); partner/teman sekerja (2 Kor 8:23); communication of the faith/persekutuan iman (Flm.1:6); companion/mengambil bagian (Ibr.10:33); dan companion/saudara & sekutu (Why.1:9). Sedangkan ‘isteri’ (spouse) digunakan kata Yunani ‘gune’ (Mat.1:20;1Kor.7:3,4;1Tim.3:11). Injil Maria Magdalena sendiri dan Injil-Injil Gnostik lainnya tidak ada yang menyebutkan bahwa Maria Magdalena itu isteri Yesus.

Dalam naskah Gnostik yang lain, yaitu The Second Apocalypse of James (codex V) kita menjumpai ungkapan yang sama, dimana disebutkan:
And he kissed my mouth. He took hold of me, saying, “My beloved! Behold, I shall reveal to you those things that (neither) the heavens nor their archions have known.’
Dan ia mencium mulutku. Ia memelukku dan berkata, “Kekasihku! Ketahuilah! Aku akan menyatakan kepadamu hal-hal itu yang pernah dikenal surga atau para pesuruhnya.
Bagi pemerhati ajaran Gnostik (lihat: Elain Pagels: The Gnostic Gospels dan Stephan A. Hoeller: Gnosticism: New Light on the Ancient Tradition of Inner Knowing) kutipan-kutipan Injil Gnostik itu tentu menarik untuk diteliti, apalagi kalau ayat Injil Filipus itu secara eksplisit menyebutkan Yesus mencium bibir Maria, apakah ini benar-benar ciuman bibir layaknya perilaku bebas selebriti masa kini...?

Khasanah Koptik yang ditemukan di Mesir itu jelas bernafas Gnostik dan dimiliki komunitas Gnostik, ajaran mistik yang tumbuh yang bersinkretisasi dengan kekristenan pada abad ke-2-3, menurut Graham Stanton profesor Perjanjian Baru yang pernah menjabat president Masyarakat International Ahli Perjanjian Baru ‘Studiorum Novi Testamenti Societas’ (lihat: The Gospel Truth, New Light on Jesus & The Gospel, hlm. 87-88) nafas Gnostik mendasari tulisan-tulisan yang ditemukan itu, bahkan Injil Thomas, sekalipun banyak memuat ayat-ayat paralel yang sama dengan keempat Injil Kanonik, juga bernafas Gnostik. Bentley Layton, ahli karya Gnostik, menyebut bahwa nafas Gnostik Injil Thomas senafas dengan karya Gnostik lainnya Hymn of the Pearl dari sekolah Thomas yang lebih eksplisit mengungkapkan ajaran Gnostik. (lihat: The Gnostic Scriptures, hlm.376).

Karena khasanah koptik bernuansa Gnostik, kita harus mengerti artinya dari kerangka ajaran Gnostik, dan sekalipun banyak ayat-ayat yang paralel dengan ayat Injil Kanonik (seperti dalam Injil Thomas), artinya berbeda dengan arti yang dikemukakan dalam keempat Injil Kanonik. Bagi Gnostik, tubuh itu tidak ada gunanya, tubuh itu jahat dan berdosa, karena itu mereka menekankan the true self within self, konsep mistik mengenai keberadaan manusia sebenarnya, karena itu ungkapan-ungkapan mengenai tubuh tidak bisa begitu saja diartikan secara harfiah tetapi harus dimengerti secara isoteris dalam terang ajaran Gnostik. Keselamatan bukan karena penebusan dosa yang dilakukan Kristus melalui salib seperti diungkapkan Injil Kanonik, tetapi keselamatan adalah usaha penggalian ‘the self’ melalui ucapan ‘gnosis’ Yesus yang mereka dengar dari Yesus sebagai pembimbing spiritual mereka.
Dalam Alkitab sendiri, arti ‘ciuman bibir’ juga merupakan simbol relasi kasih, baik relasi kasih hubungan Tuhan dengan umat-Nya Israel (Perjanjian Lama) seperti dalam ayat berikut:
Kiranya ia mencium aku dengan kecupan! (Kidung Agung 1:2).
Maupun sebagai salam persaudaraan dengan mencontoh hubungan Yesus dan Gereja sebagai pengantin-Nya yang disebutkan Paulus (Perjanjian Baru).
Sampaikan salam seorang kepada yang lain dengan cium kudus (1 Korintus 16:20)
Pengertian ayat-ayat Alkitab bisa harfiah atau alegoris tergantung pengertian konteksnya, sedangkan naskah Gnostik disamping pengertiannya bisa harfiah atau alegoris, umumnya memiliki pengertian yang isoteris. Isoterisme adalah sifat alamiah ajaran mistik Gnostik. Terjemahan ‘companion’ yang dipaksakan dengan arti ‘spouse (pasangan/isteri) harus dilihat dalam pengertian isoterisnya bisa berbagai-bagai macam artinya.
Lalu bagaimana dengan keunggulan Maria Magdalena dari Petrus dalam Injil Maria Magdalena...?
Memang isi Injil Gnostik ini (lihat: Karen King: The Gospel of Mary of Magdala) menonjolkan primate Maria Magdalena dalam persaingannya dengan Petrus. Dalam hal ini, kita juga tidak bisa begitu saja mengertinya secara harfiah seakan-akan Injil Gnostik ini berdiri sendiri.

Kalau kita membaca karya-karya Gnostik baik yang merupakan khasanah Nag Hamadi (a.l. Gospel of Thomas, Gospel of Philip, 1st & 2nd Apocalyse of James) atau penemuan ditempat lain (a.l. Gospel of Mary dan Gospel of Judas) kita dapat melihat bahwa semua orang memiliki peringkat yang sama dalam usaha menggapai status sebagai pembimbing sama halnya Yesus. Karena itu umumnya para penulis Injil-Injil Gnostik mengaku bahwa mereka memperoleh pesan rahasia dari Yesus secara khusus. Thomas mengaku bahwa ia menerima ucapan rahasia Yesus, Yakobus (James) mengaku bahwa ialah pengawal ucapan rahasia Yesus dan disebut sebagai yang terkasih, dan Maria Magdalena mengaku sebagai murid yang paling dikasihi Yesus lebih dari para rasul lainnya. Yudas meng’klaim’ sebagai pewaris gnosis yang benar sedangkan para rasul lainnya dianggap belum mengerti dan salah arah.

Semua penganut gnosis mengklaim diri mereka penting, karena itu adalah keliru kalau semua ucapan itu dilihat secara terpisah dari satu Injil Gnostik terlepas dari Injil Gnostik lainnya, apalagi di kalangan komunitas Gnostik ada fraksi-fraksi yang lebih menonjolkan Petrus, Thomas, atau bahkan Maria Magdalena (feminisme masa itu) yang tentu mengungkapkan pandangan fraksi tersebut. Penonjolan Maria Magdalena dalam Injil Filipus dan Injil Maria Magdalena bisa kita bandingkan dengan ayat terakhir dalam Injil Thomas (codex II) yang justru merendahkan derajat wanita yang seharusnya membutuhkan bimbingan rohani sebelum bisa disamakan dengan pria. Disini Thomas menulis bahwa Petrus menganggap perempuan lebih rendah dari laki-laki, dan ini didukung oleh Yesus:
Simon Peter said to them, “Make Mary leave us, for females do not deserve life.”Jesus said: “Look,  I will guide her to make her male, so that she too may become a living spirit resembling you males. For every female who makes herself male will enter the kingdom of Heaven. 
Simon Petrus berkata kepada mereka, “Biarkan Maria meninggalkan kita, karena perempuan tidak layak memperoleh hidup.” Yesus berkata: “Lihatlah, aku akan membimbingnya menjadi laki-laki, agar ia pun dapat menjadi roh yang hidup menyamai kamu yang laki-laki. Karena setiap perempuan yang menjadikan dirinya sendiri laki-laki akan masuk kerajaan Surga”
(Logion 114).
Maria Magdalena bukan murid atau rasul, Yesus hanya memiliki 12 orang murid saja, dan dalam upacara Perjamuan Malam, hanya disebutkan bahwa Yesus makan bersama ke-12 murid-Nya (Matius 26:20; Markus 14:17). Karena itu, menafsirkan Yohanes yang digambarkan Leonardo dalam lukisan Last Supper sebagai Magdalena berarti kurang menghargai karya antik itu. Apalagi Yohanes dan Petrus dipilih sebagai panita penyelenggara sehingga dapat meliput perjamuan itu dengan sangat mendetail dan melaporkan saat-saat ketika Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya (Yohanes 13:1-20), ini menunjukkan bahwa ia saksi mata perjamuan malam itu.

Maria Magdalena bukan isteri Yesus karena kalau benar demikian tentu Injil akan mencatat, Injil ditulis sekitar 20 tahun setelah Yesus hidup di bumi. Gereja tidak berwewenang apa-apa untuk mengubah Injil yang sudah tertulis, karena Injil sudah tersebar luas sebelum Gereja terorganisasikan, dan adalah keliru kalau menganggap Gereja menghilangkan data Maria Magdalena sebagai isteri Yesus untuk mempertahankan ajaran ‘Yesus adalah Tuhan’ karena dalam Injil dicatat bahwa Maria Magdalena sendiri memanggil Yesus sebagai “Tuhanku” (Yohanes 20:13).


Lukisan The Last Supper

Fakta tentang lukisan "The Last Supper" - Leonardo Da Vinci 

Dalam film The Da Vinci Code, disebutkan bahwa dalam lukisan The Last Supper karya Leonardo Da Vinci, orang yang berada di sebelah kanan Yesus Kristus adalah Maria Magdalena. Padahal, dalam adat istiadat bangsa Yahudi zaman itu laki-laki dan perempuan dilarang untuk duduk dalam 1 meja. Bahkan sampai sekarang pun adat istiadat itu masih berlaku. Jadi tidaklah mungkin kalau orang itu adalah Maria Magdalena.

Art historian, Pinin Brambilla Barcilon dan Pietro C. Marani, dalam bukunya: "Leonardo, The Last Supper" menyatakan bahwa orang disebelah kanan Yesus Kristus adalah "John (Yohanes)" - http://www.press.uchicago.edu/Misc/Chicago/504271_john.html
 
Pada situs art history (http://arthistory.about.com/cs/leonardo/a/last_supper.htm) disebutkan bahwa urutan dari kiri ke kanan pada lukisan tersebut adalah:
  • Bartholomew, James Minor and Andrew form a group of three. All are aghast, Andrew to the point of holding his hands up in a "stop!" gesture.
  • Judas, Peter and John form the next group of three. Judas, you will note, has his face in shadow and is clutching a small bag (of silver?). Peter is visibly angry and a feminine-looking John seems about to swoon.
  • Christ is the calm in the midst of the storm.
  • Thomas, James Major and Philip are next. Thomas is clearly agitated, James Major stunned and Philip seems to be seeking clarification.
  • Matthew, Thaddeus and Simon comprise the last group of three figures. It appears that, when a situation turns ugly, Simon is the "go to" guy for explanations.
Berikut ini FAQ tentang lukisan tersebut:
Why did Leonardo paint this?
Because his employer requested he do so. Leonardo worked for Ludovico Sforza, Duke of Milan, for nearly eighteen years (1482-99). The Duke decided he wanted this particular religious scene painted and Leonardo, who was not stupid, decided painting it made perfect financial sense.
How big is it?
It’s huge, really - 460 x 880 cm (15 x 29 feet). It covers an entire large wall, very unlike reproductions sized to hang neatly behind one’s sofa.
Where is it?
The original mural is on a wall of the refectory (dining hall) in the Convent of Santa Maria delle Grazie in Milan, Italy.
If you’d care to see a reproduction or fifty, they’re easily found. As an image, Last Supper has been put on everything from mirrors, to mouse pads, to musical pillows.
How long did it take Leonardo to paint this?
He began working on it in 1495, and finished Last Supper in 1498. This is worth noting, as Leonardo was a known procrastinator with a marked tendency to leave projects unfinished.
Why is the composition remarkable?
First, because the disciples are all displaying very human, identifiable emotions. "The Last Supper" had certainly been painted before. Leonardo’s version, though, was the first to depict real people acting like real people.
Secondly, and of major importance - the technical perspective in Last Supper is incredible! You can see that every single element of the painting directs one’s attention straight to the midpoint of the composition, Christ’s head. It’s arguably the greatest example of one point perspective ever created.
What does Last Supper depict?
Last Supper is Leonardo’s visual interpretation of an event chronicled in all four of the Gospels (books in the Christian New Testament). The evening before Christ was betrayed by one of his disciples, he gathered them together to eat, tell them he knew what was coming and wash their feet (a gesture symbolizing that all were equal under the eyes of the Lord). As they ate and drank together, Christ gave the disciples explicit instructions on how to eat and drink in the future, in remembrance of him. It was the first celebration of the Eucharist, a ritual still performed.
Specifically, Last Supper depicts the next few seconds in this story after Christ dropped the bombshell that one disciple would betray him before sunrise, and all twelve have reacted to the news with different degrees of horror, anger and shock.
Who’s in it?
Looking across the picture from left to right:
Bartholomew, James Minor and Andrew form a group of three. All are aghast, Andrew to the point of holding his hands up in a "stop!" gesture.
Judas, Peter and John form the next group of three. Judas, you will note, has his face in shadow and is clutching a small bag (of silver?). Peter is visibly angry and a feminine-looking John seems about to swoon.
Christ is the calm in the midst of the storm.
Thomas, James Major and Philip are next. Thomas is clearly agitated, James Major stunned and Philip seems to be seeking clarification.
Matthew, Thaddeus and Simon comprise the last group of three figures. It appears that, when a situation turns ugly, Simon is the "go to" guy for explanations.
Why is it falling apart?
Leonardo, always the inventor, tried using new materials for Last Supper. Instead of using tempera on wet plaster (the preferred method of fresco painting, and one which had worked successfully for centuries), he thought he’d give using dry plaster a whirl. His experiment resulted in a more varied palette, which was Leonardo’s intent. What he hadn’t taken into account (because, who knew?) was that this method wasn’t at all durable. The painted plaster began to flake off the wall almost immediately, and people have been attempting to restore it ever since.
Why doesn’t Jesus have any feet?
Rest assured, Leonardo intended for Christ to have feet and, in fact, painted them. Around 1650, some unnamed, woefully misguided soul - on a mission to insert another door into the refectory - apparently decided that the only logical spot for said door was smack dab in the middle of that wall. We probably shouldn’t grumble and just consider ourselves lucky that he wasn’t engineering windows.
I heard this story about Last Supper. Is it true?
Do you mean the story in which Leonardo first paints Jesus Christ, after searching many months for the perfect model? And then, years and years later, after painting all eleven other disciples, has an even more grueling search for the perfect model for Judas? And - amazingly - the same person ends up being the model for both? That story?
No, it’s not true, and for so many reasons (all of which are detailed in a piece at Snopes). It’s a neat bit of fiction, though, complete with a moral.
Lukisan Last Supper menggambarkan Yesus yang duduk ditengah meja dan ruangan dijadikan pusat titik hilang pemandangan, dikelilingi 12 murid, 6 di sebelah kanan dan 6 di sebelah kiri-Nya. Dalam Novel ‘The Da Vinci Code’, digambarkan seakan-akan Leonardo menyimpan olok-olokan yang ditujukan kepada agama Kristen dan gereja Roma Katolik dan menyembunyikannya dalam lambang-lambang dalam lukisannya itu. Dan Brown menulis bahwa sebenarnya lukisan Last Supper menjelaskan rahasia Biarawan Sion yang mantan pemimpinnya Leonardo, rahasia itu mengenai kepemimpinan rohani wanita.

Menyebut lukisan Yohanes disebelah kanan Yesus sebagai Maria Magdalena merupakan penafsiran yang tendensius dan tidak didukung fakta sejarah seni maupun Alkitab. Encarta menyebut dalam lukisan Last Supper, Yesus dikelilingi 12 murid-Nya, 6 dikiri dan 6 di kanannya. Ke-12 murid-Nya menunjukkan mimik reaksi mereka. Yesus dalam situasi menegangkan digambarkan sendirian, sadar akan misi penebusan ilahi-Nya duduk dalam keheningan dikelilingi para murid yang teragitasi. Ruangan dengan barisan permadani dinding, garis-garis lantai, dan garis-garis plafond memusat di wajah Yesus yang cerah dikelilingi rambut gelap sebagai titik hilang perspektif.
Buku ‘History of World Art’ (Upjohn - Wingert - Mahler, Oxford University Press, New York, 1958, p.289-292) menyebut maksud Leonardo :
Yesus ditempatkan dipusat lukisan dengan 4 kelompok murid terdiri dari tiga orang, 2 kelompok dikiri dan 2 dikanannya. Yesus dipisahkan oleh Yohanes di sebelah kanan dan Yakobus disebelah kirinya dari para murid yang saling tumpang tindih menggambarkan bahwa murid-murid tak lama lagi akan meninggalkan Dia.



Gambaran Yohanes dan Yakobus yang ingin berada di kanan dan kiri Yesus adalah ungkapan gambar permintaan ibu Yohanes dan Yakobus kepada Yesus:
“Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam kerajaan-Mu, yang seorang disebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu.”
(Matius 20:20-21)
Pada kelompok 3 murid di kiri dekat Yesus berdiri Thomas yang mengacungkan tangannya meragukan ucapan Yesus, Yakobus disamping Thomas merentangkan tangannya seakanakan menolak nubuatan Yesus tentang murid yang akan menyerahkan Dia. Filipus dibelakang Yakobus meletakkan kedua tangannya di dada menunjukkan devosinya. 3 murid di sebelah kanan Yesus yaitu Yohanes yang digambarkan sebagai pribadi yang halus yang dikenal sebagai rasul kasih. Yohanes tersentak mendengar kabar ada yang mau menyerahkan Yesus, dibelakangnya Petrus menunjukkan muka marah dan  ingin melawan mereka yang berani menyerahkan Yesus sambil memegang pisau.

Murid ketiga di kanan Yesus adalah Yudas yang mukanya berada dalam kegelapan. Setelah mendengar ucapan Yesus, ia duduk tersentak ke belakang sambil mendekap pundi-pundi uang suap yang diterimanya dari para pemimpin Yahudi untuk menyerahkan Yesus. Enam murid lainnya di kanan dan  kiri jauh dari Yesus teragitasi dan membicarakan ucapan Yesus. Demikianlah kebenaran tentang lukisan "The Last Supper" - Leonardo Da Vinci untuk diketahui.

Kesimpulan

Sehubungan dengan itu semua tidak ada jalan lain selain umat Kristen tetap bersandar kepada Injil Kanonik dalam Alkitab, bukan karena Alkitab sudah dibuktikan benar, tetapi karena belum ada teori-teori yang menolak Alkitab yang sudah terbukti benar.


TUHAN Yesus memberkati

Oleh :
Sesandus Demaskus
Jemaat Gereja Kemah Injil Indonesia, ds Mekar Baru - Kubu Raya