Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat.
Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.
Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.
~ Rasul Paulus ~
Kerumunan yg berkumpul di stadion Smirna mengentak-entakkan kaki, meraung, berteriak meminta korban.
Apakah matahari bersinar cerah saat darah para korban membasahi tanah stadion yg berdebu itu?
Atau awan kelabu beringsut menyelubungi langit, berusaha menyembunyikan kebencian massa yg menggila, bahkan dari kerumunan yg beringas itu sendiri?
Buku The Martyrdom of Polycarp tidak menceritakan detail peristiwa ini kepada kita, tapi menyingkap banyak hal lain:
Suatu hari pada bulan Februari 156 Masehi, massa yg marah itu telah melihat 11 orang Kristen dari Philadelphia dikoyak oleh singa-singa. Mereka telah menyaksikan keberanian para pemuda Jerman yg tidak mau menolak Kristus dan justru membiarkan binatang buas tersebut menerkam dadanya.
Mereka dengan riuh bersorak penuh kemenangan saat seorang Kristen bernama Quintas gemetar ketakutan hingga ia tidak hanya bersumpah kepada kaisar, tapi juga dengan sukarela menunjukan tempat persembunyian Polikarpus kepada para penguasa.
Kini dengan berirama mereka berseru berulang-ulang, mendesak agar pemimpin jemaat di Smirna yg sudah lanjut usia itu ditangkap dan dicincang.
"Singkirkan para atheis!!!"
Teriak mereka, yg mereka maksud tentu saja orang-orang Kristen.
Mengapa mereka menganggap orang-orang Kristen itu atheis?
Karena orang-orang Kristen percaya hanya kepada TUHAN mereka, bukan kepada tuhan orang Romawi.
"Ayo cari Polikarpus!!!" seru mereka.
Dan ia pun ditemukan.
** Polikarpus (70-156 AC) **
Polikarpus adalah seorang pemimpin yg setia dari jemaat di Smirna, yg hidupnya, walaupun dikaburkan oleh cerita yg beredar, tampaknya berlangsung sejak zaman para rasul sampai abad ke-2 Masehi.
Ingin generasi berikutnya juga mengetahui semua yg telah diterimanya, ia mengumpulkan surat-surat Ignatius uskup Antiokhia, yg mati sebagai martir di Roma sekitar tahun 113 Masehi.
Kemungkinan, ia juga memegang peranan penting dalam mengumpulkan kitab-kitab yg saat ini kita kenal sebagai Perjanjian Baru.
Dianggap sebagai salah satu orang yg mendengar langsung kesaksian rasul Yohanes, ia menjadi pembimbing Ireneus, salah satu ahli Apologetika Kristen pertama dan uskup di Lyon. Surat Polikarpus kepada jemaat di Filipi tidak terlalu menarik bahasanya, tapi jelas mencerminkan ketergantungan tokoh ini pada Alkitab karena hampir setiap barisnya merupakan kutipan Firman Tuhan.
Polikarpus menjadi martir pada usia 86 tahun. Kemenangan dan kedamaiannya ketika harus menghadapi kobaran api, telah menjadi kesaksian bagi semua martir yg mengikuti jejaknya.
Hmmmm...
Namanya kedengaran lucu (^_^)
Btw …
Mengapa pastor tua ini layak mendapat perhatian kita?
Bukankah ada banyak orang lain yg menjadi martir sebelum dan banyak lagi sesudah dirinya?
Kita bisa saja
memperhatikan Ignatius, uskup kedua Antiokhia yg menulis 7 surat penting untuk
menyemangati banyak jemaat saat dia melakukan perjalanan ke Roma dan dibunuh
disana.
Salah satu dari suratnya ditujukan kepada Polikarpus, yg pada waktu itu adalah
seorang pastor muda di Smirna. Bahkan, Polikarpuslah yg
mengumpulkan dan merawat surat-surat itu sehingga kita masih bisa membacanya
pada abad ini.
Atau... Kita bisa meneliti kehidupan Ireneus, salah seorang ahli Apologetika terbesar jemaat yg mempertahankan iman terhadap bidat Marcion dan Gnostik.
Ireneus, uskup Lyon, tumbuh dibawah ajaran?
Polikarpus.
Berbeda dengan Ignatius seniornya dan Ireneus juniornya yg menulis banyak surat, sejarah hanya menyimpan satu surat bagi kita yg ditulis oleh Polikarpus.
Ia mengirimkannya kepada jemaat di Korintus.
Barangkali, justru itulah alasan yg cukup bagus untuk memperhatikan orang yg dalam jemaat mula-mula ini dikenal sebagai gembala sekaligus pengajar, meskipun beberapa kalangan Kristen saat ini mengkritik suratnya karena tulisannya yg tidak orisinil.
Ia adalah seorang
Orthodox dalam berbagai hal, artinya, ia setia menyampaikan pesan tanpa
perubahan sedikit pun, pesan Injil yg ia terima, dan yg telah ia terima dari
para rasul sendiri.
Salah satu pembimbing pribadinya adalah rasul Yohanes.
Polikarpus adalah figur peralihan dalam kehidupan jemaat, orang terakhir yg masih bersentuhan dengan mereka yg pernah hidup bersama TUHAN, sekaligus yg pertama dari para pemimpin setelah zaman para rasul.
Ia berjasa besar bagi kita karena kesetiaanya terhadap Firman Tuhan.
Ia membantu menjaga Firman Tuhan yg tertulis untuk sampai ke tangan Kita.
** Kesaksian Yohanes **
Seperti apa rasanya duduk dan mendengarkan kenangan dari "murid yg dikasihi Yesus" (Yohanes 21:7)?
Rasul Yohanes pertama kali berjumpa Yesus saat Dia dibaptis. Ia berjalan bersama-Nya selama 3 tahun, melihat-Nya dimuliakan, disalib dan dibangkitkan. Rasul Yohanes mengunjungi surga dan menyaksikan seluruh sejarah yg kita pelajari. Ia menulis Injil bagi seisi dunia dan menutupnya dengan mengatakan bahwa jika seluruh hal yg dilakukan Yesus ditulis secara detail, maka dunia itu sendiri tidak akan bisa memuat semua buku yg akan ditulis. Dan, sekalipun ia tidak bisa menuliskan semuanya, rasul Yohanes pastilah mengingat setiap kejadian yg ia alami bersama Yesus.
Bayangkan Polikarpus muda sedang mendengarkan, mata dan telinganya terbuka lebar, mendengarkan banyak detail yg baru akan kita pelajari kelak ketika kita sendiri sampai di Surga. Ia masih pemuda ketika rasul Yohanes dibawa dalam kemuliaan yg digambarkan dalam kitab Wahyu.
Polikarpus lahir sekitar tahun 70 Masehi, disalah satu daerah di Asia Kecil (sekarang Turki) dekat kota besar Efesus.
Apakah ia seorang Kristiani sejak lahir?
Tampaknya demikian, ketika ia meninggal, dikatakan bahwa ia telah melayani TUHAN selama 86 tahun. Ia tidak sempat bertemu dengan seseorang yg ia sebut "Paulus yg diberkati", tetapi rasul Paulus telah merintis jemaat di Efesus, dan kota Smirna hanya +- 80 km jauhnya dari sana. Ia tentu mendengar kisah misionaris besar itu dari orang-orang yg telah berjumpa langsung dengan rasul Paulus. Timotius menggantikan rasul Paulus sebagai pemimpin di Efesus, dan rasul Yohanes meneruskan kepemimpinan Timotius.
Betapa hebatnya rangkaian kepemimpinan yg dimiliki Jemaat tersebut.
Pastilah kisah-kisah tentang martir sudah terekam kuat dibenak Polikarpus. Ia hidup dengan ancaman penganiayaan sepanjang hidupnya, dimulai dari zaman Domitianus, sampai pada penganiayaan pada zaman kaisar Antoninus Pius yg akhirnya merenggut nyawa Polikarpus. Ia mengenal orang-orang yg "bertahan sampai mati."
Apakah ia telah memperkirakan bahwa pada akhirnya ia sendiri juga akan menjadi martir?
Kata "martir" yg diambil dari bahasa Yunani sejatinya tidak berarti seseorang yg mati demi iman.
Arti sebenarnya adalah "saksi", seperti dalam persidangan hukum.
Kata itu dimaknai lebih dalam di pengadilan-pengadilan Roma ketika umat Kristen gigih memberi kesaksian tentang iman mereka dalam Kristus sehingga mereka dihukum mati.
Rasul Yohanes menjalani kehidupannya sebagai martir dengan dibuang ke penjara di pulau Patmos akibat pengakuan imannya. Namun ia bertahan dan kembali ke Efesus untuk menceritakan penglihatannya. Apakah kematian rasul Yohanes menimbulkan krisis iman bagi Polikarpus muda?
Mungkin.
Tidakkah kita cenderung bergumul ketika TUHAN tidak memenuhi harapan kita?
Entah ia sempat goyah atau tidak, kita bisa melihat dari masa-masa awal zaman setelah para rasul. Ia dan rekannya, Onesimus, memelihara tulisan-tulisan yg hari ini kita kenal sebagai Perjanjian Baru.
** Onesimus dari Efesus **
Kita banyak mengenal
tokoh-tokoh yg menonjol dalam Perjanjian Baru, Yesus, tentu saja dan para
murid, termasuk rasul Yakobus, Filipus dan Paulus, Yohanes Markus dan Stefanus
juga Timotius.
Tentang tokoh yg lain seperti Epafras dan Filemon, kita tidak terlalu banyak
tahu. Beberapa orang hanya kita ketahui nama dan hubungannya dengan suatu
jemaat tertentu, ketika rasul Paulus menyapa mereka dibagian akhir suratnya atau
ketika Lukas menyebut mereka sekilas dalam Kisah Para Rasul.
Salah satu karakter menarik yg mungkin kita kenal adalah Onesimus, karena namanya disebut dalam sebuah surat pribadi pendek dari rasul Paulus kepada Filemon, soal budak Filemon yg kabur dan surat itu dimasukan dalam Alkitab.
Nama Onesimus berarti berguna, dan dalam suratnya, rasul Paulus menggunakan arti itu ketika menjelaskan kepada Filemon bahwa budaknya - yg jelas tak berguna karena ia kabur - sungguh berguna selama rasul Paulus berada di penjara.
Rasul Paulus meminta Filemon untuk menerima kembali hambanya itu dan memperlakukannya sama seperti ia memperlakukan Paulus. Bahkan, bisa dikatakan rasul Paulus menuntut Filemon untuk menerimanya kembali. Kita harus mengatakan Filemon melakukan apa yg diminta rasul Paulus, karena surat itu dipelihara dan dimasukkan dalam Alkitab.
Apa alasan yg tepat untuk itu?
Mengapa surat pribadi soal budak dianggap setara dengan pemaparan teologi yg dalam kepada jemaat di Roma dan nasihat-nasihat Paulus kepada para pemimpin jemaat yg masih muda, Timotius dan Titus?
Kita memiliki sedikit informasi akurat yg dapat diperoleh diluar kitab-kitab Perjanjian Baru. Ada catatan bahwa, ada seorang uskup bernama Onesimus yg menjadi uskup jemaat di Efesus, membimbing jemaat itu kira-kira pada waktu yg bersamaan dengan Polikarpus memimpin jemaat di Smirna. Tampaknya, Onesimus dan Polikarpus telah bekerja sama untuk mengumpulkan tulisan-tulisan yg kita kenal sekarang sebagi Perjanjian Baru.
Tidak mengherankan, jika surat yg diantar sendiri oleh Onesimus kepada tuannya, Filemon, akan dimasukan oleh Onesimus yg sangat bersyukur karena surat itu. Ia tahu betul bahwa surat tersebut sungguh-sungguh tulisan asli rasul Paulus. Memastikan keaslian tulisan-tulisan yg dimasukkan dalam Perjanjian Baru merupakan masalah yg sangat penting bagi Jemaat pada zaman Polikarpus.
Ada begitu banyak dokumen yg beredar di antara jemaat-jemaat yg mengklaim keterkaitan dengan para rasul, dan banyak yg jelas-jelas palsu. Sebagian dokumen menyampaikan konsep yg sama sekali bertentangan dengan Alkitab. Dari waktu ke waktu dokumen semacam itu menjadi sorotan dan media membesar-besarkan mereka.
Belakangan ini apa yg disebut sebagai Injil Yudas ditemukan, dan media segera menggembar-gemborkan semua "misteri" Injil tersebut. Tentu saja, Jemaat mula-mula sudah tahu tentang Injil Yudas pada abad ke-3, dan mengabaikannya karena mereka tahu bahwa itu adalah injil palsu yg penuh dengan bidat gnostik. Bagusnya, Polikarpus sangat teguh berpegang pada teologi Orthodox. Dunia Romawi pada masa itu diwarnai oleh kepercayaan yg campur aduk, tidak berbeda dengan zaman kita sekarang.
** Doketisme **
Pernah mendengar tentang Scientology?
Kepercayaan ini
berprinsip bahwa roh adalah segalanya dan tubuh tidak ada artinya.
Ini bukan pemikiran yg baru.
Pada masa-masa awal jemaat, sejumlah kelompok membuat asumsi yg sama, bahwa yg penting adalah roh dan tubuh itu sampah yg dibuang setelah dipakai.
Untuk menanggapi pemikiran semacam ini disamping konsep-konsep keliru lainnya, para penulis kitab Perjanjian Baru menekankan kebangkitan Tubuh Kristus dan kenyataan bahwa rasul Thomas bisa menyentuh Tubuh-Nya.
Beberapa penulis berusaha
meyakinkan bahwa apa yg dilihat para murid itu adalah hantu.
Yg lainnya berpendapat bahwa Yesus tidak punya tubuh seperti manusia, hanya
"kelihatannya" saja seperti itu.
Inilah yg disebut Doketisme (dari bahasa Yunani yg berarti "kelihatan", "tampaknya").
Beberapa gagasan aneh muncul dari konsep berfikir yg demikian. Misalnya, jika tubuh anda tidak berarti secara rohani, anda bisa memanjakan keinginannya tanpa khawatir bahwa tindakan anda akan mempengaruhi roh anda.
Akan tetapi, jika tubuh anda sama pentingnya dengan roh anda, dan jika Yesus menghormati tubuh manusia dengan mengambil wujud sebagai manusia, apa yg anda lakukan dengan dan pada tubuh anda (dan tubuh orang lain) adalah sesuatu yg penting.
** Bapa Ignatius **
Ketika Polikarpus masih muda, sebagai seorang uskup ia banyaj dipengaruhi oleh temannya yg lebih tua, yaitu Ignatius, yg melawan Doketisme dimanapun ia menjumpainya. Ignatius menjadi uskup di jemaat Antiokhia, jemaat misioner pertama yg telah mengutus Barnabas dan Paulus.
Eusebius, ahli sejarah pada abad ke 4, mengatakan Ignatius menjadi uskup pada tahun 69 Masehi, hanya beberapa tahun setelah Paulus menjadi martir. Ia ditangkap menjelang berakhirnya kekuasaan kaisar Trajanus (+- 111-115 M) dan dibawa ke Roma untuk dijadikan mangsa binatang buas. Ketika melakukan perjalanannya, ia menulis surat kepada jemaat di Efesus, Magnesia, Filadelfia, Smirna, Trallian, Roma dan kepada Polikarpus secara pribadi.
Polikarpus melakukan sesuatu yg intensional dengan mengumpulkan serta menyimpan surat-surat Ignatius dan dari sana ia meneruskan perlawanan terhadap ajaran yg menyimpang. Suatu cara yg ampuh untuk memastikan bahwa iman "yg sekali untuk selamanya telah disampaikan kepada orang-orang kudus", terpelihara dalam bentuk tulisan.
** Bidat Gnostik **
Menjaga integritas kitab-kitab yg akan menjadi Perjanjian Baru sangatlah penting dalam generasi Polikarpus, karena para pengajar Gnostik mencampur adukkan ajaran para rasul dengan elemen lain yg berlawanan.
Gnosis berasal dari bahasa Yunani yg berarti "pengetahuan", dan berbagai kelompok Gnostik mengajarkan bahwa mereka punya pengetahuan batin istimewa tentang Yesus yg tidak dimiliki oleh jemaat Kristiani. (Just like The Da Vinci Code, isnt it?)
Yupz..
Disinilah semua "ajaran rahasia" itu dimulai.
Kelompok-kelompok seperti ini sudah mulai ada sejak zaman para rasul, tapi mereka makin berani ketika semua rasul telah meninggal. Teologi mereka bervariasi, tapi semua setuju bahwa dunia material tidak penting, hanya dunia roh yg penting. Mereka membenci tubuh fisik dan mengagungkan roh.
Siapa orang-orang ini dan bagaimana mereka bisa memberikan pengaruh yg begitu banyak?
Beberapa kelompok ini disebut aliran Yudeo-Gnostik, sekte-sektenya meliputi kaum Ebionit, Elkesait, Sabian dan Mandaean, yg muncul pada abad pertama.
Mereka muncul dari latar belakang Yahudi dan berpegang pada Taurat (Hukum Musa), tapi memahami Yudaisme dari sudut pandang filsafat Yunani lebih daripada para rabi atau imam-imam kanisah. Mereka semua punya pandangan yg berbeda tentang Yesus, tapi meskipun masing-masing percaya Dia adalah Mesias, mereka tidak melihat-Nya sebagai Anak ALLAH. Mereka menyangkal penyaliban dan meyakini Yesus serta setan sama-sama berasal dari Tuhan. Beberapa aspek Mormonisme yg ada zaman sekarang tampaknya merupakan gema dari kelompok kuno ini.
Simon Si Penyihir, Menander, Satornilus dan Basilides adalah orang-orang Samaria berpaham Gnostik yg saling terhubung oleh warisan tradisi leluhur Samaria mereka dan (dalam taraf tertentu) yg satu meneruskan praktik yg lain.
Simon si penyihir dalam Kisah Para Rasul 8:18 berusaha membeli kuasa Roh Kudus. Sebagai penyihir terkenal abad pertama, ia menyampaikan kepada para muridnya suatu kepercayaan bahwa bukan karena iman semata, melainkan oleh sihir diluar nalar. "Pengetahuan rahasia" ini disampaikan hanya kepada mereka yg layak mendengarnya.
Lalu, ada Cerinthus dan Karpokrates, orang Kristiani keturunan Yahudi dan penganut Gnostik yg mengajar di Alexandaria, Mesir. Mereka percaya bahwa Yesus hanyalah orang biasa yg menerima "kuasa sebagai Mesias" saat sebelum penyaliban. Murid Polikarpus, Ireneus mengatakan bahwa Injil Yohanes ditulis dalam rangka menghentikan ajaran sesat Cerinthus. Dengan mengetahui situasi ini, Kita menjadi lebih paham mengapa rasul Yohanes sangat menekankan bahwa "Firman itu telah menjadi manusia dan tinggal diantara Kita."
Karpokrates mengklaim bahwa ia mengetahui ajaran rahasia yg disembunyikan Yesus dari para rasul-Nya, dan ia memakai Injil rahasia yg diduga namun tidak bisa dibuktikan ditulis oleh Yohanes Markus, berisi ritus-ritus seksual.
Seks dan dosa diberi dukungan karena hal itu justru dianggap membuat orang melihat kasih karunia Tuhan.
What d' hell!!!
Begini pemikirannya, jika anda mau menerima kasih karunia, maka berdosalah sebanyak-banyaknya. Beberapa cendikiawan berpendapat bahwa ini sama dengan ajaran yg diterapkan oleh pengikut Nikolaus dalam Wahyu 2:15.
Namun, penganut Gnostik yg paling berpengaruh dari abad kedua adalah Valentinus. Ia meninggalkan jemaat Roma ketika ia tidak ditasbihkan sebagai uskup. Kita dapat dengan mudah melihat mengapa ia tidak diangkat menjadi uskup.
Ia mengajarkan bahwa Tuhan membangkitkan 8 pancaran, yg selanjutnya menghasilkan 15 pasang malaikat, yg lewat aktivitas seksual mereka melahirkan unsur alam semesta.
Valentinus mendorong para
pengikutnya untuk meniru tindakan para pasangan malaikat itu.
Suatu perayaan Valentinian yg membangkitkan gairah seksual dimulai pada malam
menjelang festival Lupercalia Romawi (perayaan untuk mencegah datangnya roh
jahat dan memurnikan kota supaya yg ada hanyalah kesehatan dan kesuburan) -
yaitu tanggal 14 Februari.
Hmmmm...
Apakah tanggal itu terdengar akrab?
Sesuatu yg berhubungan dengan hari Kasih Sayang?
Semua kelompok dan pemikiran-pemikiran ini bertebaran di dunia Romawi selama abad kedua, dan Polikarpus berjuang mempertahankan kepercayaan Orthodox di tengah-tengah pengaruh mereka.
Ia berhadapan langsung dengan Marcion, yg mengajarkan bahwa hanya jiwa yg menjadi objek penebusan, bukan tubuh. Sekte Marcion menjadi salah satu tantangan terbesar bagi jemaat mula-mula, mendorong ditetapkannya daftar yg tegas mengenai tulisan-tulisan mana saja yg diterima sebagai Firman Tuhan dan mana yg bukan, agar iman jemaat dapat bertahan menghadapi ajaran-ajaran sekte ini.
Marcion adalah seorang pembuat kapal yg kaya raya, sekaligus anak seorang uskup Kristiani. Ia tiba di Roma sekitar tahun 140 Masehi dan mulai mempelajari ajaran Gnostik. Ia mengembangkan gagasannya sendiri tentang Yesus dan menyebarkan pemikirannya kepada orang lain. Ia tidak percaya bahwa Yesus pernah benar-benar menjadi manusia.
Dalam pandangan Marcion, Yesus adalah Roh yg tampak seperti manusia, bukan dilahirkan melainkan mendadak muncul pada tahun 29 Masehi di kanisah Kapernaum. Meskipun Marcion berpendapat bahwa kehidupan dan penyaliban Kristus itu penting, ia tidak percaya Kristus benar-benar menderita atau wafat di salib. Begitu pula ia tidak percaya pada kebangkitan tubuh.
Well...
Sebagaimana yg disebutkan di atas, inilah ajaran Docetisme.
Berbeda dengan sekte lain yg melegalkan seks bebas, Marcion justru menerapkan Asketisisme yg ketat, yg melarang hubungan seksual, bahkan antara suami istri. Konsep seperti ini muncul berulang kali dalam tiap abad. Marcion memandang rendah orang Yahudi dan TUHAN dalam Perjanjian Lama,ia mengatakan bahwa Kekristenan adalah suatu Injil kasih dan bukan hukum.
Sepertinya bukan sesuatu yg baru yach ketika mendengar pengajaran di atas. (^__^)
Semua kitab Perjanjian Baru telah selesai ditulis pada saat itu dan Marcion memiliki kumpulan kitab-kitab tersebut. Namun, ia membuat versi kitabnya sendiri, dalam kitabnya, ia menyunting semua hal yg tidak ia sukai, apa saja yg terdengar "terlalu Yahudi" disingkirkan.
Ia membuang semua Injil
kecuali Injil Lukas, dan memotong kisah kelahiran dari kitab tersebut.
Ia juga memotong Kisah Para Rasul dan surat-surat Pastoral, Wahyu serta Ibrani
dan hanya mempertahankan 10 surat rasul Paulus. Ia percaya Paulus adalah
satu-satunya rasul yg tidak mengubah Injil Kristus.
Tentu saja, dengan penyuntingannya, ia sebenarnya mengubah banyak ajaran Paulus. Gagasan Marcion ditolak mentah-mentah oleh jemaat di Roma. Dan ia membentuk organisasi sendiri yg ia sebut jemaat atau gereja, dan melaluinya menarik banyak pengikut Kristus. Itulah bidat yg dihadapi Polikarpus.
Ireneus menulis bahwa suatu hari, Polikarpus bertemu dengan Marcion di jalan, Marcion bertanya kepada Policarpus,"Apakah kau mengenali aku?"
"Ya!" Jawab Polikarpus sambil mengambil jarak menjauh, "Aku mengenalimu sebagai anak pertama dari setan!".
Polikarpus adalah pembicara yg blak-blakan, bahkan mungkin agak keras, tapi ia mengatakan apa yg ia percayai. Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, Polikarpus menulis demikian:
"Aku sangat kecewa terhadap Valens, yg dulu menjadi penatua di antara kamu, karena ia sudah begitu salah mengerti tentang tugas yg diberikan kepadanya. Sebab itu kepada kalian aku mohon, jauhilah cinta uang, hiduplah dengan hati yg murni dan dapat dipercaya."
Apakah perkataannya yg tajam dan keteguhannya untuk tidak berbicara diluar kebenaran, itulah yg membuat ia menuai masalah dalam arena pembantaian?
Surat Polikarpus kepada jemaat Filipi (8:13)
Marilah Kita senantiasa bertekun dalam pengharapan dan jaminan yg membenarkan Kita, yaitu Kristus Yesus, yg menanggung dosa Kita dalam tubuh-Nya disalib, yg tidak berbuat dosa, dan tak ditemukan dusta dalam mulut-Nya, tetapi menanggung segala sesuatu bagi Kita supaya Kita mendapatkan hidup di dalam Dia.
Jadi, marilah Kita meniru ketabahan-Nya, dan jika Kita menderita demi nama-Nya marilah Kita memuliakan Dia.
Sebab inilah contoh yg Dia teladankan sendiri, dan untuk inilah Kita belajar percaya.
** Kemartiran Yang Tidak Dicari **
Sebuah penganiayaan baru, kebanyakan dilakukan penduduk setempat, mengancam jemaat Smirna,
Polikarpus sudah tua, dan ia tidak ingin lari dari hal itu, tapi, seperti Paulus dalam Kis 19:30-31, ia menyetujui permintaan teman-temannya dan membiarkan dirinya disembunyikan. Ia sedang berada di sebuah rumah pertanian di pinggiran kota ketika pihak penguasa, yg menuju tempat itu dengan bantuan pengkhianat Quintas, akhirnya menemukan dirinya. Tetap tenang menghadapi perlakuan kasar mereka, ia menawari mereka makan malam dan minta izin untuk berdoa sementara mereka makan. Ia berdoa selama kira-kira 2 jam, dan mereka yg datang untuk menangkapnya mulai merasa tidak enak karena harus menangkap orang tua yg saleh.
Polikarpus tidak terkejut dengan peristiwa itu, ia sudah mendapat penglihatan dalam mimpi beberapa hari sebelumnya. Dalam penglihatannya itu, bantalnya terbakar, dan ketika bangun, ia berkata kepada mereka yg menyembunyikannya bahwa ia akan dibakar hidup-hidup. Para petugas yg menangkapnya memohon agar Polikarpus mengingat usianya dan mau mengatakan, "Kaisar adalah Tuhan."
Ia menolak, jadi mereka membawanya ke stadion yg masih dipadati orang-orang yg haus darah.
Gubernur daerah itu memohon agar ia berubah fikiran dan berkata,"Singkirkan para atheis!!!" - yg maksudnya orang Kristen.
Polikarpus malah memandang kerumunan orang itu dan mengibaskan tangan seolah mengusir mereka, dan berseru ke langit, "Singkirkanlah kaum atheis !!" - yg maksudnya mereka.
Gubernur itu mencoba membujuknya lagi:"Ucapkanlah kutuk dan aku akan melepaskan engkau. Kutukilah Kristus."
Polikarpus menjawab,"Aku sudah melayani Dia selama 86 tahun, dan Dia tidak pernah bersikap tidak adil kepadaku, jadi bagaimana mungkin aku menghujat Rajaku yg menyelamatkan aku."
Merasa frustasi, sang gubernur mengancamnya dengan binatang buas.
Polikarpus berkata,"Bawalah mereka kemari."
Lalu, sang Gubernur mengancam untuk membakarnya sampai mati. Ini merupakan penggenapan dari penglihatannya.
Polikarpus menjawab," Kau mengancamku dengan api, yg akan membakar selama 1 jam dan segera padam. Namun kau bersikap masa bodoh terhadap api penghakiman yg akan datang dan hukuman abadi yg disiapkan bagi orang-orang keji. Tunggu apa lagi? Silahkan lakukan yg kau inginkan."
Tidak ada kayu bakar di stadion itu, tapi orang-orang itu berlari ke toko-toko terdekat dan mengumpulkan segala macam kayu. Dalam waktu singkat, tumpukan kayu yg cukup sudah tersedia.
Mengapa mereka begitu marah?
Mengapa mereka begitu kejam?
Mengapa mereka begitu ingin menghancurkan kesaksian pria tua ini?
Apakah itu karena mereka melihat diri mereka makin dikuasai hasrat untuk menganiaya, seiring makin banyaknya orang disekitar mereka menerima Injil dan membiarkan Injil itu mengubah mereka?
Bahwa orang-orang ini ingin menghancurkan kesaksian Polikarpus - unfortunately, mereka gagal melakukannya.
Kita masih membicarakan tokoh ini, kehidupannya sebagai martir sampai hari ini.
Mereka yg menulis peristiwa itu memberikan kesaksian tentang mujizat -- bahwa api tidak bisa menghanguskan tubuhnya, justru api itu melengkung ke atasnya seperti layar. Seolah menggemakan peristiwa penyaliban, dada Polikarpus kemudian ditikam -- dan seekor merpati tampak melesat ke langit ketika darahnya tertumpah memadamkan api.
Haruskah kita mempercayai catatan peristiwa ini?
Mereka yg melihat memberi kesaksian demikian, dan kisah itu tersebar ke seluruh daerah kekuasaan Romawi.
Mujizad benar-benar terjadi ketika TUHAN menghendakinya.
Begitu Polikarpus
meninggal, orang-orang Yahudi yg ada saat itu mendesak gubernur untuk membakar
jasadnya agar tidak mungkin ada lagi cerita mengenai kebangkitan.
Orang-orang percaya mengumpulkan tulang-tulangnya dan menyimpannya ditempat yg
aman.
Mereka menulis," Dengan kesabaran, ia mengatasi penguasa yg tidak adil dan
karena itu ia mendapatkan mahkota kemurnian;sambil bersukacita dengan para
rasul serta semua orang benar, ia memuliakan TUHAN dan BAPA yg maha kuasa dan
memuji TUHAN Yesus Kristus, Sang Penyelamat jiwa Kita." (The Martyrdom of
Polycarp 19:2)
Kisah-kisah para martir menginspirasi orang-orang Kristen tiap generasi untuk "bertahan sampai titik darah penghabisan" dan untuk membawa Injil ke segala tempat berapa pun harga yg harus dibayar secara pribadi.
Tuhan Yesus memberkati
Daftar Pustaka:
Mari Berfikir Tentang: Sejarah Apa Yang Membentuk Gereja
Oleh: Robert Don Hughes
Editor: Karen Lee-Thorp
Keren banget...
BalasHapusMantab..
Menangis saya membacanya...
contoh iman sempurna
BalasHapusBegitulah mas bro
Hapus