Setelah beberapa tahun meredam, Natal 25 Desember kembali menjadi kontroversi. Ketika sebelumnya hanya berkutat diseputar penolakan beberapa pihak yang mengaku Kristen yang menyatakan bahwa Natal 25 Desember adalah tradisi yang menyesatkan karena berkaitan dengan paganisme yang dikaitkan dengan Nimrod, Mithras, Saturnus dan beberapa dewa-dewi kuno lainnya; muncul lagi gelombang penolakan dari kelompok Katolik Roma yang mengecam ibadah Natal dilakukan sebelum 25 Desember yakni selama periode Desember yang selama ini menjadi Tradisi di Gereja Protestan Arus Utama selama ratusan tahun.
Bagi mereka, merayakan Natal sebelum 25 Desember adalah bentuk pelanggaran terhadap ketetapan dan tradisi gereja (Roma) selama ratusan tahun. Dengan nada ejekan mereka berkata: "Kelahiran seseorang yang dilakukan premature (tidak pada tanggal yang tepat) adalah sebuah hinaan, namun jika perayaan itu dilakukan selama periode 25 Desember hingga 6/7 Januari bukanlah sebuah masalah karena dilakukan sesudahnya." Tentu saja ini sebuah ironi, umat Kristen selama puluhan tahun tidak pernah lagi berkonflik soal perbedaan itu kecuali dalam hal Paskah 14 Nisan. Ini karena umat Kristen menyadari bahwa tidak ada seorang pun yang tahu kapan tepatnya Yesus dilahirkan namun diyakini Dia adalah sosok yang nyata, Tokoh yang pernah hidup didalam sejarah berdasarkan kesaksian lisan dan tertulis.
**) Etimologi Natal
Kata "Natal" dalam bahasa Inggris Kuno adalah "Cristes Maesse". Dalam bahasa Belanda disebut "Kerstmis", dalam bahasa Latin disebut "Dies Natalis", dalam bahasa Prancis disebut "Noël" dan "Il Natale" dalam bahasa Italia. Dalam bahasa Jerman disebut "Weihnachtsfest" (Christmas Eve atau Malam Natal) yang dilakukan di negara-negara berbahasa Jerman seperti Jerman, Austria dan Swiss serta tersebar luas di negara-negara dengan minoritas berbahasa Jerman seperti Transylvania di Rumania, Tyrol Selatan di Italia, Eupen di Belgia dan berbagai diaspora seperti komunitas Jerman-Brasil dan Jerman-Amerika. Tradisi "Weihnachtsfest" mempengaruhi budaya "Advent" dan "Christmastide" di seluruh dunia. "Christmastide" (juga dikenal sebagai "Christmas Time" atau "Christmas Season") adalah musim Tahun Liturgi di sebagian besar gereja Kristen. Dalam beberapa denominasi Kristen, "Christmastide" identik dengan "Twelvetide", sebuah konsep yang serupa yang dicetuskan dalam Konsili Tours 567 M di Prancis.
** Tradisi Natal Hingga Abad Pertengahan **
Kelahiran Yesus tidak dirayakan Jemaat mula-mula, ini karena tidak ada konsensus kapan itu benar-benar terjadi. Sejak abad ke-2, ibadah Natal untuk mengenang hari kelahiran Kristus pada saat Kekristenan telah berkembang merupakan sebuah ibadah yang bersifat lokal, yakni hanya terbatas dikalangan jemaat tertentu terutama di komunitas Gereja Kristen di Timur, karena itulah Encyclopedia Catholic menuliskan Natal bukanlah sebuah perayaan yang populer dikalangan umat Kristen di Roma namun sudah dilakukan oleh umat Kristen di Timur, keuskupan di Barat mengadopsi apa yang dilakukan oleh umat Kristen di Timur sehingga seiring berjalannya waktu, Natal menjadi sebuah perayaan yang dilakukan oleh segenap umat Kristiani hingga saat ini.
Komunitas Kristen awal membedakan antara identifikasi tanggal kelahiran Yesus dan perayaan liturgi peristiwa itu. Secara khusus, selama dua abad pertama Kekristenan, ada penentangan yang kuat untuk mengakui hari lahir para martir atau dalam hal ini, Yesus. Banyak bapa Gereja memberikan komentar sarkastis tentang kebiasaan pagan merayakan ulang tahun ketika pada kenyataannya, orang-orang kudus dan martir harus dihormati pada hari kemartiran mereka - "ulang tahun" mereka - yang sebenarnya dari sudut pandang Gereja abad ke-2 dan seterusnya. Pada zaman Reformasi Gereja abad ke-16, kebiasaan menghormati hari kemartiran orang-orang kudus kecuali Yesus tidak lagi dilakukan oleh Gereja Protestan namun tidak bagi Orthodoks dan Roma.
Di Kekaisaran Romawi, merupakan kebiasaan umum untuk merayakan hari ulang tahun para penguasa (bandingkan Matius 14:6) dan orang-orang terkemuka lainnya. Ulang tahun seperti itu sering dihormati di depan umum bahkan setelah kematian oran tersebut. Hari perayaan itu tidak selalu bertepatan dengan tanggal lahir yang sebenarnya.
Di sebagian besar tempat terutama di Timur, peringatan kelahiran Kristus termasuk dalam "Feast of the Epiphany" pada tanggal 6 Januari, salah satu perayaan tahunan tertua. Gereja di Roma melalui uskup Liberius I sekitar tahun 330 secara pasti menetapkan tanggal 25 Desember untuk perayaan kelahiran Kristus.
Tidak ada alasan resmi yang diturunkan dalam dokumen-dokumen gerejawi untuk pemilihan tanggal ini. Akibatnya, berbagai penjelasan telah diberikan untuk membenarkan perayaan kelahiran Tuhan pada hari khusus ini. Sejak itu pula, beberapa bapa gereja mulai melakukan beberapa pernyataan dan pengajaran terkait kapan tepatnya hari kelahiran Kristus, mereka membuat daftar perhitungan, mengamati dan merumuskan tulisan-tulisan Rabbinic serta menelaah pernyataan Kristus tentang diri-Nya dan apa yang dikatakan tentang Dia melalui penyelidikan terhadap Kitab Suci sehingga oleh bapa Gereja dan Teolog Kristen di Roma mengklaim bahwa 25 Desember adalah tanggal sebenarnya dari kelahiran Kristus. Pejabat rohaniwan di Roma menetapkan fakta ini dari catatan resmi sensus Romawi yang menurut mereka telah diambil pada saat Kelahiran Juruselamat sehingga dikeluarkanlah sebuah ketetapan yang harus diikuti oleh jemaat Kristen di Roma.
John Chrysostom (347-407 AD) misalnya, memegang pendapat ini dan menggunakannya untuk memperdebatkan pengenalan tanggal Romawi di Gereja Timur. Namun, dia keliru karena tak seorang pun di Roma pernah mengklaim bahwa catatan sensus Cyrinus masih ada di sana pada abad keempat. Bahkan, secara tegas dinyatakan di Roma bahwa tanggal sebenarnya kelahiran Juruselamat tidak diketahui dan bahwa tradisi yang berbeda berlaku di berbagai belahan dunia.
Dengan demikian, apa yang dilakukan oleh Gereja Protestan memang bukan tanpa alasan karena memang tidak ada bukti tertulis didalam Alkitab bahwa Yesus dilahirkan tanggal 25 Desember. Dalam Tradisi Protestan abad ke-16 pada saat itu, ketika Jemaat mengenang hari kematian Kristus dalam Paskah, saat itu juga mereka mengenang hari kelahiran-Nya. Tidak ada kematian tanpa kelahiran, demikian yang ada dibenak Jemaat Kristen saat itu.
** Catatan Bapa Gereja Tentang Natal **
Catatan sejarah Kekristenan mencatat bahwa bapa Gereja dan Teolog Kristen dalam periode paska Kerasulan menetapkan tanggal kelahiran Yesus sebagai berikut:
**) Bapa Gereja Klemens dari Aleksandria (150-215 AD)
From the birth of Christ, therefore, to the death of Commodus are, in all, a hundred and ninety-four years, one month, thirteen days. And there are those who have determined not only the year of our Lord's birth, but also the day; and they say that it took place in the twenty-eighth year of Augustus, and in the twenty-fifth day of Pachon [Dan ada orang-orang yang tidak hanya menentukan tahun kelahiran Tuhan kita, tetapi juga hari; dan mereka mengatakan bahwa itu terjadi pada tahun kedua puluh delapan pemerintahan kaisar Agustus, dan pada hari kedua puluh lima bulan Pachon (May 20 in Gregorian)]. And the followers of Basilides hold the day of his baptism as a festival, spending the night before in readings.
And they say that it was the fifteenth year of Tiberius Cæsar, the fifteenth day of the month Tubi; and some that it was the eleventh of the same month. And treating of His passion, with very great accuracy, some say that it took place in the sixteenth year of Tiberius, on the twenty-fifth of Phamenoth (March 21 in Gregorian); and others the twenty-fifth of Pharmuthi (April 21 in Gregorian) and others say that on the nineteenth of Pharmuthi (April 15) the Savior suffered. Further, others say that He was born on the twenty-fourth or twenty-fifth of Pharmuthi [yang lain mengatakan bahwa Dia lahir pada tanggal dua puluh empat atau dua puluh lima bulan Pharmuthi (April 20 or 21)].
(Stromata 1.21.145-146)
Jadi berdasarkan keterangan yang ditulis oleh Klemens, terdapat variasi penetapan untuk merayakan hari kelahiran Sang Juruselamat didalam internal Kekristenan pada masa itu, ini pula yang terjadi dalam internal Kekristenan saat ini. Dan belajar dari Kekristenan di masa lalu, perbedaan yang ada seharusnya tidak menimbulkan efek global didalam Kekristenan namun hal yang demikian memang tidak bisa dihindari, sesuatu yang pernah terjadi akan terjadi lagi.
**) Bapa Gereja Hippolytus dari Roma (170-235 AD)
For the first advent of our Lord in the flesh, when he was born in Bethlehem, eight days before the kalends of January (December 25th), the 4th day of the week (Wednesday), while Augustus was in his forty-second year, (2 or 3BC) but from Adam five thousand and five hundred years. He suffered in the thirty third year, 8 days before the kalends of April (March 25th), the Day of Preparation, the fifteenth year of Tiberius Caesar (29 or 30 AD), while Rufus and Roubellion and Gaius Caesar, for the 4th time, and Gaius Cestius Saturninus were Consuls.
Terjemahan:
Untuk kedatangan pertama Tuhan kita dalam daging, terjadi ketika la lahir di Betlehem, delapan hari sebelum bulan Januari (25 Desember), hari keempat dalam satu minggu (Rabu) ketika kaisar Augustus dalam 42 tahun pemerintahannya, tetapi dari Adam 5500 tahun. la (Yesus) menderita pada usia 33 tahun, delapan hari sebelum bulan April (25 Maret), yakni pada Hari Persiapan dalam tahun kelimabelas pemerintahan Kaisar Tiberius.
(Commentary of Hippolytus on the Prophetic Book of Daniel in the passage 4.23.3)
** Pernyataan Tertulianus, Julius Africanus dan John Chrysostom Tentang Natal Kristus
Sekitar tahun 200 M, Tertulianus dari Kartago melaporkan perhitungan bahwa tanggal 14 Nisan (hari penyaliban menurut Injil Yohanes) pada tahun Yesus meninggal setara dengan 25 Maret dalam kalender Romawi. 25 Maret adalah, tentu saja, sembilan bulan sebelum 25 Desember; itu kemudian diakui sebagai Hari Raya Kabar Sukacita. Dengan demikian, Yesus diyakini telah dikandung dan disalibkan pada hari yang sama sehingga diberikan sebuah ketetapan untuk diterima Kekristenan secara luas bahwa Yesus lahir pada tanggal 25 Desember.
Sekitar tahun 221 M, Julius Africanus menulis "Chronographiae", kronologi Kristen pertama. Meskipun ia tidak secara khusus menyebutkan "Nativity", ia percaya bahwa Yesus telah dikandung pada tanggal 25 Maret. Pada tahun 243 M, Cyprianus adalah penulis Kristen pertama yang mengaitkan kelahiran Yesus dengan penciptaan matahari:
"O! The splendid and divine Providence of the Lord, that on that day, even at the very day, on which the Sun was made [March 28], Christ should be born"
Terjemahan:
"O! Tuhan, agar pada hari itu, bahkan pada hari dimana matahari dijadikan [28 Maret], Kristus harus lahir"
(De Pascha Computus, XIX).
Penciptaan itu sendiri terjadi pada tanggal 25 Maret, titik balik musim semi dan matahari diciptakan pada hari keempat, 28 Maret. Setelah itu, "Matahari Kebenaran", dalam ungkapan Maleakhi, akan lahir pada saat itu juga.
Tetapi kamu yang takut akan nama-Ku, bagimu akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya. Kamu akan keluar dan berjingkrak-jingkrak seperti anak lembu lepas kandang. (Maleakhi 4:2)
Secara tradisional, Gereja Timur merayakan "Nativity" dan "Epiphany" sebagai "Feast of the Epiphany" pada 6 Januari. 25 Desember sebagai Kelahiran Yesus tidak disepakati sampai akhir abad keempat masehi.
"Nativity" pertama kali dirayakan di Alexandria pada tanggal 25 Desember 432 M, ketika Paulus, uskup Emesa berkhotbah di hadapan Cyril tentang Maria sebagai bunda Allah (Theotokos). Akhirnya, waktu antara "Nativity" dan "Epiphany" dikenal sebagai Dua Belas Hari Natal. John Cassian (w. 435 M), menulis bahwa Gereja di Mesir terus merayakan Pembaptisan dan "Nativity" tidak secara terpisah seperti di Barat tetapi pada satu perayaan hari ini (Conference, X.2).
Setengah abad setelah Kalender Philocalian memperingati perayaan Natal pertama di Barat, John Chrysostom menyampaikan homilinya pada hari raya Philogonius, uskup Antiokhia, yang telah meninggal sekitar enam puluh tahun sebelumnya. Itu disampaikan pada tanggal 20 Desember, mungkin pada tahun 386 M. Hari dan bulan dikonfirmasi oleh fakta bahwa Chrysostom sedang mengantisipasi "Feast of the Nativity" yang akan terjadi dalam waktu lima hari (25 Desember). Pada hari itulah dia menyampaikan homili lainnya, In Diem Natalem ("Pada Hari Ulang Tahun"), di mana dia menyatakan bahwa sudah kurang dari sepuluh tahun sejak festival itu diperkenalkan di Antiokhia.
"A feast is approaching which is the most solemn and awe-inspiring of all feasts.... What is it? The birth of Christ according to the flesh. In this feast namely Epiphany, holy Easter, Ascension and Pentecost have their beginning and their purpose. For if Christ hadn't been born according to the flesh, he wouldn't have been baptized, which is Epiphany. He wouldn't have been crucified, which is Easter. He wouldn't have sent the Spirit, which is Pentecost. So, from this event, as from some spring, different rivers flow—these feasts of ours are born."
"Sebuah perayaan mendekat yang merupakan perayaan yang paling khusyuk dan menakjubkan dari semua pesta .... Apa itu? Kelahiran Kristus menurut daging. Dalam perayaan ini yaitu Epiphany, Paskah Suci, Kenaikan dan Pentakosta memiliki awal dan tujuan mereka. Karena jika Kristus tidak dilahirkan menurut daging, Dia tidak akan dibaptis, yaitu Epiphany. Dia tidak akan disalibkan, yaitu Paskah. Dia tidak akan mengutus Roh, yang adalah Pentakosta. Jadi, dari peristiwa ini, seperti dari suatu mata air, sungai-sungai yang berbeda mengalir - hari raya kita ini lahir."
John Chrysostom, Homily VI: On St. Philogonius (23-24)
Ketetapan ini juga muncul dalam risalah Kristen anonim berjudul "On Solstices and Equinoxes", yang tampaknya berasal dari Afrika Utara abad keempat. Risalah tersebut menyatakan: "Oleh karena itu Tuhan kita dikandung pada tanggal delapan bulan April di bulan Maret [25 Maret], yang merupakan hari saat Dia dikandung dalam rahim ibu-Nya yang juga merupakan hari sengsara Tuhan. Karena pada hari itu Ia dikandung pada hari yang sama dengan penderitaan-Nya." Berdasarkan hal ini, risalah itu menyebutkan kelahiran Yesus hingga titik balik matahari musim dingin.
Di Timur juga, tanggal dikandung dan kematian Yesus dihubungkan. Tetapi alih-alih menggunakan tanggal 14 Nisan dalam kalender Ibrani, Gereja Timur menggunakan tanggal 14 bulan pertama musim semi (Artemisios) dalam kalender Yunani Lokal mereka (6 April dalam penanggalan modern). 6 April, tentu saja, tepat sembilan bulan sebelum 6 Januari – tanggal yang ditetapkan Gereja Timur untuk merayakan sukacita Natal. Di Timur juga, terdapat bukti bahwa April dikaitkan dengan peristiwa dikandung dan penyaliban Yesus. Uskup Epiphanius dari Salamis menulis bahwa pada tanggal 6 April, "Anak Domba itu dikurung dalam rahim perawan, Dia (Yesus) yang mengambil dan menanggung dengan pengorbanan abadi dosa-dosa dunia." Bahkan hari ini, Gereja Orthodox Armenia merayakannya Kabar Sukacita di awal April (tanggal 7, bukan tanggal 6) dan Natal tanggal 6 Januari.
Dengan demikian, kita sebagai umat Kristen di dua bagian dunia (Barat dan Timur) memiliki perhitungan dan ketetapan kelahiran Yesus berdasarkan kematian dan peristiwa dikandung-Nya pada hari yang sama (25 Maret atau 6 April) dan menghasilkan dua ketetapan yang hampir sama tetapi berbeda (25 Desember dan 6 Januari).
Gagasan bahwa penciptaan dan penebusan dalam kaitannya dengan peristiwa kedatangan Sang Juruselamat yang harus terjadi pada waktu yang sama sepanjang tahun juga tercermin dalam tradisi Yahudi Klasik dalam perdebatan 2 (dua) orang rabbi Yahudi pada pertengahan abad kedua seperti yang dicatat dalam Talmud Babilonia, dituliskan disana:
Our Rabbis learnt: If a king ascended the throne on the twenty-ninth of Adar, as soon as the first of Nisan arrives, he is reckoned to have reigned a year. If on the other hand he ascended the throne on the first of Nisan, he is not reckoned to have reigned a year till the next first of Nisan comes round.
Rabbi Eliezer says: In Tishrei the world was created; in Tishrei the Patriarchs were born; in Tishrei the Patriarchs died; on Passover Isaac was born; on Rosh HaShana Sarah, Rachel, and Hannah were remembered by God and conceived; on Rosh HaShana Joseph came out from prison; on Rosh HaShana our forefathers’ slavery in Egypt ceased; in Nisan the Jewish people were redeemed from Egypt; and in Tishrei in the future the Jewish people will be redeemed in the final redemption with the coming of the Messiah (dalam bulan Tishri di masa depan orang-orang Yahudi akan ditebus dalam penebusan terakhir dengan kedatangan Mesias).
Rabbi Yehoshua disagrees and says: In Nisan the world was created; in Nisan the Patriarchs were born; in Nisan the Patriarchs died; on Passover Isaac was born; on Rosh HaShana Sarah, Rachel, and Hannah were remembered by God and conceived sons; on Rosh HaShana Joseph came out from prison; on Rosh HaShana our forefathers’ slavery in Egypt ceased; in Nisan the Jewish people were redeemed from Egypt; and in Nisan in the future the Jewish people will be redeemed in the final redemption (dan di Nisan di masa depan orang-orang Yahudi akan ditebus dalam penebusan terakhir).
Rosh Hashanah 10b–11a.
Jadi, kemungkinan refleksi Teologis Kristen pada abad kedua dan seterusnya didasarkan atas kronologi yang tertulis dalam Talmud Yahudi tersebut, maka didapatlah bahwa kedatangan (baca: dikandung) Mesias terjadi pada tanggal dan bulan yang sama dengan kematian-Nya, sehingga kelahiran-Nya 9 (sembilan) bulan kemudian, terjadi di bulan Desember. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, jika peristiwa dikandung dan kematian Mesias terjadi di tanggal 14 Nissan, maka penetapan tanggal 25 Kislew sebagai Hari Kelahiran Mesias setiap tahun akan selalu berubah jika dikonversikan ke penanggalan Gregorian yang digunakan secara umum.
Inilah juga yang mendasari beberapa Gereja Protestan Arus Utama yang tidak selalu sama setiap tahun dalam ibadah mengenang Hari Kelahiran Kristus dibulan Desember, ditambah lagi Tradisi Gereja Protestan yang memiliki jadwal ibadah Natal untuk setiap perkumpulan didalam Gereja, misalnya: Natal Kaum Pria, Natal Kaum Ibu/Perempuan, Natal Pemuda/Remaja, Natal Sekolah Minggu dan juga Natal Kaum Lansia. Namun puncak perayaan Natal tetap dilakukan ditanggal 25 Desember dan ini berlaku untuk semua Gereja Kristen Lintas Denominasi yang menggunakan penanggalan Gregorian.
**) Bapa Gereja Epiphanius dari Salamis, Siprus (315- 403 AD)
... Christ was born on the eighth day before the Ides of January, thirteen days after the winter solstice and the beginning of the increase of light and the day.
Terjemahan:
Kristus lahir pada hari kedelapan sebelum bulan Januari, tiga belas hari setelah titik balik matahari musim dingin dan awal dari peningkatan cahaya dan hari.
(Panarion 51.22.4)
**) Bapa Gereja Augustinus dari Hippo (354-430 AD)
For He [Jesus] is believed to have been conceived on the 25th of March, upon which day also He suffered; so, the womb of the Virgin, in which He was conceived, where no one of mortals was begotten, corresponds to the new grave in which He was buried, wherein was never man laid, neither before Him nor since. But He was born, according to tradition, upon December the 25th
Terjemahan:
Karena Dia [Yesus] diyakini telah dikandung pada tanggal 25 Maret, pada hari itu juga Dia menderita; jadi, rahim perawan, di mana Dia dikandung, di mana tidak ada manusia yang dilahirkan, sesuai dengan kuburan baru di mana Dia dikuburkan, di mana tidak pernah ada manusia dibaringkan, baik sebelum Dia maupun sejak itu. Tapi Dia lahir, menurut tradisi, pada tanggal 25 Desember.
(Augustine, On the Trinity - Sermon 202)
Kadang-kadang dikatakan bahwa Kelahiran Kristus hanyalah "festival pagan yang dikristenkan." Namun, orang-orang Kristen pada abad-abad awal itu sangat menyadari perbedaan antara dua festival, satu kafir dan satu Kristen pada hari yang sama yang kebetulan terjadi pada tanggal itu namun tidak membuat kedua perayaan itu identik. Beberapa orang Kristen yang baru bertobat yang tanpa berpikir panjang mempertahankan simbol eksternal dari penyembahan matahari pada Hari Natal segera ditegur dengan keras. Beberapa contoh peringatan dalam tulisan Tertullian (abad ketiga) dan penulis Kristen abad keempat dan kelima, terutama khotbah Agustinus (430) dan Paus Leo I (461).
Tertullian menulis banyak karya membela Kekristenan seperti yang dia pahami, memerangi guru-guru yang bertentangan dan memberikan nasihat kepada rekan-rekan seiman. Dalam salah satunya ia menggambarkan bagaimana orang Kristen yang bertobat pada zamannya sudah mengabaikan hari Sabat dan festival Alkitabiah dan berbondong-bondong ke festival musim dingin Romawi pagan, seperti Saturnalia, yang menghormati dewa Saturnus:
By us who are strangers to Sabbaths, and new moons, and festivals, once acceptable to God, the Saturnalia, the feasts of January, the Brumalia and Matronalia, are now frequented; gifts are carried to and fro, New Year’s Day presents are made with din, and sports and banquets are celebrated with uproar
Terjemahan:
Oleh kita yang asing dengan Sabat, bulan baru dan hari raya, yang dulu diterima Tuhan, Saturnalia, hari raya Januari, Brumalia dan Matronalia, sekarang sering dikunjungi; hadiah dibawa ke sana kemari, hadiah hari tahun baru dibuat dengan hiruk pikuk, dan olahraga dan jamuan makan dirayakan dengan heboh.
(Tertullian, On Idolatry, chap. 14, quoted by Hislop, p. 93)
Tertullian menegur orang-orang Kristen karena bergabung dalam perayaan pagan seperti itu, mencatat bahwa tidak ada pagan yang menghargai diri sendiri akan bergabung dalam perayaan "Kristen", dia menuliskan:
"Oh, how much more faithful are the heathen to their religion, who take special care to adopt no solemnity from the Christians".
Terjemahan:
"Oh, betapa lebih setianya orang-orang kafir terhadap agama mereka, yang sangat berhati-hati untuk tidak mengadopsi kekhidmatan dari orang-orang Kristen. " (ibid).
Tertullian lebih lanjut menyatakan tentang orang-orang kafir: "Karena, bahkan jika mereka telah mengenal mereka, mereka tidak akan berbagi Hari Tuhan atau Pentakosta dengan kita. Karena mereka akan takut kalau-kalau mereka akan terlihat sebagai orang Kristen. Namun, kami tidak khawatir bahwa kami mungkin tampak kafir!" (dikutip oleh David Bercot, editor, A Dictionary of Early Christian Beliefs, 1998, hlm. 342). Ini adalah pengakuan yang luar biasa.
Seorang Tertullian yang bersemangat dapat melihat perbedaan antara festival kafir dan Kristen. Bisakah kita?
Kelahiran Kristus pertama kali secara resmi dirayakan sebagai hari libur pada pertengahan abad ke-4 di Roma dan semakin berkembang hingga ke wilayah-wilayah komunitas Kristen yang bernaung di bawah Romawi hingga ke Inggris pada akhir abad ke enam. Seiring waktu, berbagai negara mengembangkan tradisi mereka sendiri untuk menandai perayaan musim dingin. Amerika dihuni oleh orang-orang dari berbagai negara dan sebagai akibatnya, liburan Natal dipengaruhi oleh latar belakang yang berbeda-beda. Natal modern kita adalah campuran dari berbagai tradisi budaya, termasuk Inggris, Belanda, dan Jerman yang kemudian berkembang lebih jauh di Amerika menjadi tradisi yang kita kenal sekarang.
** Tradisi Natal Abad Pertengahan **
Konsili Tours di Prancis tahun 567 M menetapkan perayaan Natal di Barat pada tanggal 25 Desember digabungkan dengan perayaan Epifani di Timur pada tanggal 6 Januari, untuk membentuk Dua Belas Hari Natal. Hal ini dilakukan untuk memecahkan masalah administrasi Kekaisaran Romawi ketika mencoba mengoordinasikan kalender Julian Matahari di Barat dengan kalender Lunar di Timur.
Seorang sarjana Armenia bernama Ananias dari Shirak, sekitar tahun 600 M, menulis:
The festival of the holy Birth of Christ, on the 12th day before the feast of the Baptism, was not appointed by the holy apostles, nor by their successors either, as is clear from the canons of the holy apostles. For it is written in the 6th chapter of the canons as follows: that the apostles appointed and laid it down firmly, that the Festival of the Birth and Epiphany of our Lord and Savior, the chief and first of the festivals of the Churches [should be] on the 21st day of the month Tebeth, which is 6th of January, according to the Romans.
But many years after their fixing the canons, this festival was invented, as some say, by the disciples of the heretic Cerinthus; and was accepted by the Greeks, because they were truly fond of festivals and most fervent in piety; and by them it was spread and diffused all over the world.
But in the days of the holy Constantine, in the holy Council of Nice, this festival was not received by the holy fathers; but they appointed the festival to be held in accordance with the aforesaid canon of the holy apostles. And it is clear from the letter of the blessed Makarius, patriarch of Jerusalem, which he wrote to the country of the Armenians concerning the institution of the holy Baptism. For he was one of the 318 holy fathers of Nicaea. And it is written as follows in the sixth chapter of his letter of command and counsel (or encyclical).
"But there is the ordinance of baptism of the holy font, and there is the earnest observance of the three festivals. Wherein our race is most eager with genuine piety to cherish the observances dedicated to God, and to carry out the great pattern of the salutary mystery, which was fulfilled in the holy and famous days.
And this celebration they are very zealous to keep in the holy places of Christ; and all Christians who fear Christ must also fulfil in them (? in themselves) the calling of baptism at the holy epiphany of the birth of the Lord, and of the saving Passover of the quickening passion of Christ; and of Pentecost full of grace, when the Divine descent of the vivifying overflowed among us. And of these several festivals, of the birth and baptism, you must understand the significance, in order that you may zealously carry out the same.
For on the same salutary day with the illumining birth of Christ is our expiatory birth of the holy font also fulfilled. For on the same day, He deigned to be baptized because of His descent unto us. For it was not that He was Himself in need of cleansing; but He desired to cleanse us from the dross of sin, he that with a loud voice cried out, saying: "Except a man be born of water and of spirit, he cannot enter into the kingdom of God," in order that, being born along with Christ in one and the same fashion, we may also be baptized along with Him on the day of His birth."
Terjemahan:
Perayaan Kelahiran Kristus yang kudus, pada hari ke-12 sebelum hari raya Pembaptisan, tidak ditunjuk oleh para rasul suci, juga oleh penerus mereka, seperti yang jelas dari kanon yaitu bahwa para rasul menetapkan dan menyatakannya dengan tegas bahwa Perayaan Kelahiran dan Penampakan Tuhan dan Juruselamat kita, yang utama dan yang pertama dari perayaan-perayaan Gereja [harus] pada tanggal 21 bulan Tebeth, yaitu tanggal 6 Januari, menurut orang Roma.
Tetapi bertahun-tahun setelah mereka menetapkan kanon, festival ini ditanamkan seperti yang dikatakan beberapa orang oleh murid-murid Cerinthus yang sesat; dan diterima oleh orang Yunani, karena mereka benar-benar menyukai festival kesalehan; dan oleh mereka itu disebarkan dan disebarkan ke seluruh dunia.
Tetapi pada hari-hari Konstantinus, dalam Konsili Nicea, festival ini tidak diterima oleh para bapa Gereja; tetapi mereka menetapkan perayaan itu diadakan sesuai dengan kanon para rasul kudus yang disebutkan di atas. Dan jelas dari surat Makarius yang diberkati, patriark Yerusalem, yang dia tulis kepada negara orang-orang Armenia tentang institusi Pembaptisan suci. Karena dia adalah salah satu dari 318 bapa suci Nicea. Dan itu tertulis sebagai berikut dalam bab keenam dari surat perintah dan nasihatnya.
"Tetapi ada tata cara pembaptisan kolam suci, dan ada ketaatan yang sungguh-sungguh terhadap tiga hari raya. Dimana kita paling bersemangat dengan kesalehan yang tulus untuk menghargai ketaatan yang didedikasikan untuk Tuhan, dan untuk melaksanakan pola besar dari misteri yang bermanfaat, yang digenapi pada hari-hari suci dan terkenal.
Dalam perayaan ini mereka sangat bersemangat untuk menjaga tempat-tempat suci Kristus; dan semua orang Kristen yang takut akan Kristus juga harus memenuhi panggilan baptisan pada penampakan suci kelahiran Tuhan, dan Paskah penyelamatan dari sengsara Kristus yang membangkitkan; dan Pentakosta penuh rahmat, ketika turunnya Ilahi dari yang menghidupkan meluap di antara kita. Dan dari beberapa perayaan ini, kelahiran dan pembaptisan, Anda harus memahami maknanya, agar Anda dapat melaksanakan hal yang sama dengan penuh semangat.
Karena pada hari yang sama dengan kelahiran Kristus yang mencerahkan, kelahiran penebusan kita dari kolam suci juga terpenuhi. Karena pada hari yang sama, Dia berkenan untuk dibaptis karena keturunan-Nya kepada kita. Bukan karena Dia membutuhkan pembersihan; tetapi Dia ingin menyucikan kita dari kotoran dosa, dia yang dengan suara nyaring berteriak, mengatakan: "Jika seseorang tidak dilahirkan dari air dan roh, dia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah," agar, karena dilahirkan bersama dengan Kristus dengan cara yang sama, kita juga dapat dibaptis bersama-sama dengan Dia pada hari kelahiran-Nya."
(Ananias of Shirak, On Christmas, The Expositor, 5th series vol. 4 (1896)
Para perintis agama besar dan misionaris yang membawa agama Kristen ke suku-suku pagan Eropa juga memperkenalkan perayaan Natal. Di Irlandia melalui Saint Patrick (461), di Inggris melalui Augustine dari Canterbury (604), di Jerman melalui Bonifacius (754). Biarawan Irlandia Columban (615) dan Gall (646) memperkenalkannya ke Swiss dan Austria barat; orang Skandinavia menerimanya melalui Ansgar (865). Untuk suku Slavia itu dibawa saudara-saudara Cyril (869) dan Methodius (885); di Hongaria oleh Adalbert (997). Sebagian besar dari mereka ini adalah uskup pertama dari negara-negara yang mereka pertobatkan dan karena itu mereka mendirikan dan mengatur perayaan Kelahiran. Di Inggris, Agustinus pada Hari Natal tahun 598 membaptis lebih dari 10.000 warga Inggris. Di Jerman, perayaan Natal secara resmi diatur oleh sebuah sinode di Mainz pada tahun 813.
Sekitar tahun 1100, semua bangsa di Eropa telah menerima agama Kristen dan Natal dirayakan di mana-mana dengan penuh pengabdian dan sukacita. Periode dari abad 12 hingga 16 adalah puncak perayaan Kelahiran Kristen secara umum, tidak hanya di Gereja dan Biara, tetapi juga di rumah-rumah. Itu adalah waktu pelayanan keagamaan yang menginspirasi dan penuh warna. Lagu-lagu dan drama Natal ditulis. Pada periode inilah juga, sebagian besar kebiasaan Natal yang menyenangkan dari setiap negara diperkenalkan. Beberapa telah mati; yang lain telah sedikit berubah selama berabad-abad; banyak yang bertahan hingga hari ini. Tradisi Natal semakin berkembang dengan mengadopsi beberapa perayaan kuno yang disinkretisasikan dengan Natal sehingga fokus teologis iman Kristen pada saat Natal yang seharusnya ditujukan kepada Kristus, digantikan oleh dongeng-dongeng yang berkembang. Kaum Puritan di Inggris pada abad selanjutnya mengecam tindakan ini namun gereja Roma mengabaikan itu. Disinilah, ketika kaum Puritan mulai berkembang, tradisi Natal dikecam dengan keras.
Natal mulai dirayakan secara luas dengan liturgi khusus pada abad ke-9 tetapi tidak seperti Jumat Agung atau Paskah, dua hari libur besar Kristen lainnya. Gereja Roma merayakan misa Natal pertama pada tengah malam dan Gereja Protestan semakin sering mengadakan kebaktian menyalakan lilin Natal pada larut malam tanggal 24 Desember. Sebuah kebaktian khusus "pelajaran dan lagu-lagu Natal" menyatukan lagu-lagu Natal dengan pembacaan Kitab Suci yang menceritakan sejarah keselamatan dari kejatuhan di taman Eden sampai kedatangan Kristus.
** Tradisi Natal Sejak Reformasi Gereja Abad-16 **
Kisah aneh tentang Natal berlanjut setelah perayaan kuno diadopsi oleh gereja Katolik Roma dan mereka tidak menyangkalnya. New Catholic Encyclopedia menuliskan:
Christmas originated at a time when the cult of the sun was particularly strong at Rome. This theory finds support in some of the Church Fathers contrasting the birth of Christ and the winter solstice. Though the substitution of Christmas for the pagan festival cannot be proved with certainty, it remains the most plausible explanation for the dating of Christmas.
Terjemahan:
Natal berkaitan dengan saat pengkultusan matahari sangat kuat di Roma. Teori ini mendapat dukungan oleh beberapa bapa Gereja yang membandingkan kelahiran Kristus dan titik balik matahari musim dingin. Meskipun penggantian Natal untuk festival kafir tidak dapat dibuktikan dengan pasti, itu tetap merupakan penjelasan yang paling masuk akal untuk penanggalan Natal.
"Man, Myth & Magic"(Cavendish, p. 480) menjelaskan kapan Natal mendapat pengakuan resmi dan kapan nama itu diganti dengan festival pertengahan musim dingin kafir kuno.
Once given a Christian basis the festival became fully established in Europe with many of its pagan elements undisturbed. It was only in the 4th century that 25 December was officially decreed to be the birthday of Christ, and it was another 500 years [the ninth century] before the term Midwinter Feast was abandoned in favor of the word Christmas.
Terjemahan:
Setelah diberi dasar Kristen, festival tersebut menjadi sepenuhnya didirikan di Eropa dengan banyak elemen pagannya tidak terganggu. Baru pada abad ke-4, 25 Desember secara resmi ditetapkan sebagai hari kelahiran Kristus, dan itu adalah 500 tahun sebelum istilah Pesta Pertengahan Musim Dingin ditinggalkan demi kata Natal.
James Hastings, sarjana Alkitab, penulis dan editor The Encyclopedia of Religion and Ethics, menegaskan bahwa gereja Roma menyerap dan menoleransi kebiasaan kafir: "Kebanyakan kebiasaan Natal yang sekarang berlaku di Eropa, atau dicatat dari zaman dahulu, bukanlah kebiasaan Kristen yang asli, tetapi kebiasaan kafir yang telah diserap atau ditoleransi oleh gereja Roma" (1910, Vol. 3, hal. 608).
Unsur-unsur perayaan Natal dikritik dan bahkan dilarang di abad-abad berikutnya. Unsur pagan yang terselubung dalam Natal sering memicu kritik dari Gereja Protestan, Reformasi abad ke-16 menjadi saksi bagaimana Gereja Protestan menghilangkan kebiasaan gereja Roma dan Orthodox yang menetapkan tanggal-tanggal tertentu sebagai hari-hari kudus yang dipersembahkan bagi orang-orang Kudus dan berbagai pesta tradisional yang disinkretisasikan dengan liturgi Kristen, tetapi Natal dan Paskah, Pentakosta dan Kenaikan Yesus tetap menjadi pusat kehidupan Gereja Protestan, inilah yang dilakukan oleh para tokoh Reformator Gereja seperti Calvin dan Huldrych Zwingli.
**) Pandangan Marthin Luther Terhadap Natal
Luther sering berkhotbah tentang kelahiran Kristus saat tanggal 25 Desember semakin dekat. Mengingat Luther menganut prinsip normatif penyembahan yaitu bahwa semua yang tidak dilarang oleh Alkitab boleh mendapat tempat di Gereja, orang Jerman merasa sepenuhnya dibenarkan untuk merayakan inkarnasi Anak Allah dengan cara yang khusus setidaknya sekali dalam satu tahun. tahun. Dalam khotbahnya yang berjudul "To Us a Child Is Born" (dikhotbahkan pada tanggal 25 Desember 1531), Luther mengasah iman para gembala yang:
In spite of what their five senses told them […] concluded: this is the King, the Savior, the great joy of the people. There was nothing great in the hearts of those shepherds save for the words of the angel. In fact, they were so great that except for them the shepherds saw nothing else. They were filled with those words just like drunkards and they made them known without being in the slightest bit concerned about what the great lords in Jerusalem and the Sanhedrin would have to say. On the contrary, without an inkling of fear, they preached of the poor Christ.
Terjemahan:
Terlepas dari apa yang dikatakan panca indera mereka […] menyimpulkan: ini adalah Raja, Juruselamat, sukacita besar rakyat. Tidak ada yang besar di hati para gembala itu kecuali kata-kata malaikat. Faktanya, para malaikat itu begitu hebat sehingga para gembala tidak melihat apa pun selain mereka. Mereka dipenuhi dengan kata-kata itu seperti para pemabuk dan mereka mengumumkannya tanpa peduli sedikit pun tentang apa yang akan dikatakan oleh para penguasa besar di Yerusalem dan Sanhedrin. Sebaliknya, tanpa firasat takut, mereka memberitakan Kristus yang malang.
Luther memanfaatkan musim perayaan untuk memberitakan Kabar Baik yang telah begitu memikat para gembala Betlehem.
**) Pandangan John Calvin Terhadap Natal
Hari-hari paling suci dalam tahun Kristen ditandai dengan Kitab Suci, khotbah dan Sakramen. Untuk menggarisbawahi penyimpangan dari praktik Katolik Roma, perayaan Natal diadakan pada hari Minggu terdekat, menyelaraskan itu dengan hari ketujuh dalam satu minggu. Ketika Calvin dimintai pendapatnya tentang Natal, dia menuliskan:
For no day is superior to another. It matters not whether we recall our Lord’s nativity on a Wednesday, Thursday, or some other day. But when we insist on establishing a service of worship based on our whim, we blaspheme God, and create an idol, though we have done it all in the name of God.
Therefore, let us pay attention to what Micah is saying here, that God must not only strip away things that are bad in themselves, but must also eliminate anything that might foster superstition. Once we have understood that, we will no longer find it strange that Noel is not being observed today, but that on Sunday we will celebrate the Lord’s Supper and recite the story of the nativity of our Lord Jesus Christ.
It is good to set aside one day out of the year in which we are reminded of all the good that has occurred because of Christ’s birth in the world, and in which we hear the story of his birth retold ... which will be done Sunday.
Terjemahan:
Karena tidak ada hari yang lebih unggul dari yang lain. Tidak masalah apakah kita mengingat kelahiran Tuhan kita pada hari Rabu, Kamis atau hari lainnya. Tapi ketika kita bersikeras mendirikan ibadah berdasarkan keinginan kita, kita menghujat Tuhan dan menciptakan berhala meskipun kita telah melakukan itu semua atas nama Tuhan.
Oleh karena itu, mari kita perhatikan apa yang Mikha katakan di sini, bahwa Tuhan tidak hanya harus menanggalkan hal-hal yang buruk dalam diri mereka sendiri, tetapi juga harus menghilangkan segala sesuatu yang dapat menumbuhkan takhayul. Setelah kita memahami itu, kita tidak akan lagi merasa aneh bahwa Noel (Natal) tidak diamati hari ini, tetapi pada hari Minggu kita akan merayakan Perjamuan Tuhan dan membacakan kisah kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus.
Adalah baik untuk menyisihkan satu hari dari tahun di mana kita diingatkan akan semua kebaikan yang telah terjadi karena kelahiran Kristus di dunia, dan di mana kita mendengar kisah kelahiran-Nya diceritakan kembali ... yang akan dilakukan pada hari Minggu.
**) From Calvin’s sermon preached on Christmas day 1551 in John Calvin, Sermons on the Book of Micah, trans. Benjamin Wirt Farley (Phillipsburg: P&R Publishing, 2003), 302-04
Bagi Calvin, setidaknya umat Kristen harus memberikan 1 hari khusus untuk mengenang kelahiran Kristus. Calvin sendiri melakukan itu pada hari Minggu yakni hari ketujuh dalam satu minggu sehingga pada saat itu, umat Kristen disaat bersamaan juga mengenang Kematian-Nya. Tindakan ini merupakan refleksi Teologis dari 2 Timotius 2:8 yang menuliskan:
Ingatlah ini: Yesus Kristus, yang telah bangkit dari antara orang mati, yang telah dilahirkan sebagai keturunan Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku.
Keterikatan Calvin pada Natal lebih dalam dari sekadar pelestarian tradisi. Bagi orang Prancis, Natal dan Paskah merupakan dua hari paling suci dalam setahun. Berbicara tentang Kelahiran Kristus, Calvin mengatakan:
Cursed then are all enjoyments, all honors, all things desirable, until we feel that God received us in mercy. Being thus reconciled with him we can enjoy ourselves, not merely with an earthly joy, but especially with that joy that is promised to us in the Holy Spirit, in order that we may seek it in Him.
Terjemahan:
Maka terkutuklah segala kenikmatan, segala kehormatan, segala sesuatu yang diinginkan, sampai kita merasa bahwa Allah menerima kita dalam belas kasihan. Dengan berdamai dengan Dia, kita dapat menikmati diri kita sendiri, bukan hanya dengan sukacita duniawi, tetapi terutama dengan sukacita yang dijanjikan kepada kita dalam Roh Kudus, agar kita dapat mencarinya di dalam Dia.
Kepada Reformator di Bern, Johannes Haller, Calvin menulis surat untuk membela dirinya terhadap orang-orang yang menuduh dia bertanggung jawab atas pencabutan hari-hari suci yang telah menjadi kebiasaan Roma dan Orthodox. Calvin menuliskan:
Besides, the abolition of feast days here has given grievous offense to some of your people [in Bern] and it is likely enough that much unpleasant talk has been circulating among you. I am pretty certain, also, that I get the credit of being the author of the whole matter, both among the malevolent and the ignorant.
But as I can solemnly testify that it was accomplished without my knowledge and without my desire, so I resolved from the first rather to weaken malice by silence, than be over-solicitous about my defense. Before I even entered the city, there were no festivals but the Lord’s Day. Those celebrated by you [in Bern] were approved by the same public decree by which Farel and I were expelled; and it was rather extorted by the tumultuous violence of the ungodly, than decreed according to the order of law. Since my recall, I have pursued the moderate course of keeping Christ’s birth-day as you are wont to do.
Terjemahan:
Selain itu, penghapusan hari raya itu telah memberikan pelanggaran berat bagi beberapa Jemaat Anda [di Bern] dan mungkin cukup banyak pembicaraan yang tidak menyenangkan telah beredar di antara Anda. Saya cukup yakin, juga, bahwa saya mendapat pujian sebagai penulis seluruh masalah, baik di antara yang jahat maupun yang bodoh.
Tetapi karena saya dapat dengan sungguh-sungguh bersaksi bahwa itu dilakukan tanpa sepengetahuan saya dan tanpa keinginan saya, jadi saya segera menyelesaikan itu daripada terlalu khawatir tentang pembelaan saya. Bahkan sebelum saya memasuki kota, tidak ada festival kecuali Hari Tuhan ... Saya telah menempuh jalan yang moderat untuk menjaga hari kelahiran Kristus seperti yang biasa Anda lakukan.
Sikap luas Calvin terhadap Natal dibagikan oleh rekan dan teman dekatnya Heinrich Bullinger, yang ketika menyusun Pengakuan Helvetic Kedua pada tahun 1566, dua tahun setelah kematian Calvin, Bullinger menyatakan:
Moreover, if the churches do religiously celebrate the memory of the Lord’s Nativity, Circumcision, Passion, Resurrection, and of his Ascension into heaven, and the sending of the Holy Spirit upon his disciples, according to Christian liberty, we do very well approve of it. But as for festival days, ordained for men or saints departed, we cannot allow of them.
Terjemahan:
Selain itu, jika gereja-gereja secara religius merayakan peringatan Kelahiran Tuhan, Sunat, Sengsara, Kebangkitan dan Kenaikan-Nya ke surga, dan perutusan Roh Kudus atas murid-murid-Nya, menurut kebebasan Kristen, kami sangat menyetujui dia (Calvin). Tetapi mengenai hari-hari raya, yang ditahbiskan untuk orang-orang atau orang-orang kudus yang telah pergi, kami tidak dapat mengizinkannya.
Seperti Calvin, Bullinger melihat perayaan Natal dan festival-festival lainnya sebagai bagian kebebasan Kristen - yang diserahkan kepada Gereja untuk memutuskan menurut interpretasinya yang setia terhadap Sabda Allah dan demi kebaikan Jemaat Kristus.
** Tradisi Natal Sejak Reformasi Protestan Hingga Saat Ini**
Permusuhan kaum Puritan dan Presbiterian terhadap Natal sebagai inovasi Pagan dan Kepausan kadang-kadang disebut "bodoh" di Inggris. Di Inggris abad ke-17, 12 (dua belas) hari Natal secara tradisional dirayakan dengan pesta, tarian dan pesta pora umum sehingga memicu kemarahan kaum Puritan. Pada awal abad ke-17, pengaruh Reformasi mengubah wajah Natal di Eropa. Ketika Oliver Cromwell dan kaum Puritan mengambil alih Inggris pada tahun 1645, mereka bersumpah untuk menyingkirkan Inggris dari dekadensi dan sebagai bagian dari upaya mereka, membatalkan Natal yang tidak sejalan dengan ajaran Kristen. Ketika Charles II Kembali menjadi raja di Inggris, Natal direstorasi menjadi sesuai dengan yang diinginkan kaum Puritan, pesta pora dan sebagainya yang tidak berkaitan dengan makna Natal dihilangkan.
Para peziarah, separatis Inggris yang datang ke Amerika pada tahun 1620, bahkan lebih ortodoks dalam kepercayaan Puritan daripada Cromwell. Akibatnya, Natal bukanlah hari libur resmi di negara bagian mana pun di Amerika sampai menjelang akhir abad ke-19.
Menjelang akhir abad ke-19, praktik memberi hadiah kepada anggota keluarga menjadi mapan. Secara Teologis, hari raya itu mengingatkan orang Kristen akan pemberian Tuhan Yesus kepada umat manusia bahkan kedatangan Orang Majus ke Betlehem ketika menemui bayi Yesus menunjukkan bahwa Natal entah bagaimana terkait dengan pemberian hadiah. Praktik memberi hadiah, yang dimulai pada abad ke-15, berkontribusi pada pandangan bahwa Natal adalah hari libur sekuler yang berfokus pada keluarga dan teman. Inilah salah satu alasan mengapa kaum Puritan di Old dan New England menentang perayaan Natal. Kaum Puritan menolak Natal bukan tanpa alasan, ibadah yang seharusnya berpusat kepada Kristus dan renungan akan kedatangan-Nya diubah secara dramatis menjadi hari raya sekuler seraya memperkenalkan tokoh-tokoh fiktif Natal seperti Santaclaus, Frosty the Snowman, Rudolph dan Pit Hitam untuk menggantikan atau mensimbolisasikan Kristus. Jika umat Kristen lebih percaya dengan simbolisasi Natal yang digunakan untuk menggantikan Kristus, mungkin mereka lebih terikat pada sekularisasi Romanisme daripada yang mungkin ingin mereka percayai. Demikianlah pandangan kaum Puritan, sebuah refleksi Teologis yang terus bergema disepanjang abad Kekristenan hingga saat ini dimana dongeng-dongeng Natal sudah selayaknya ditinggalkan oleh umat Kristen.
- Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng. (2 Timotius 4:3-4)
- Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya. (2 Petrus 1:16)
Baru pada abad ke-19 orang Amerika mulai menyambut Natal. Orang Amerika menemukan kembali Natal, dan mengubahnya dari liburan karnaval yang ramai menjadi hari damai dan nostalgia yang berpusat pada keluarga. Sejak saat itu, Natal semakin luas diterima oleh Komunitas Kristen meskipun tidak sedikit yang tetap menolak untuk mengenang Hari Kelahiran Kristus hingga saat ini.
** Refleksi Natal Dalam Kehidupan Umat Percaya **
Setelah membaca uraian singkat diatas, kita akan sampai pada kesimpulan bahwa Gereja Protestan sejak semula memang tidak pernah menetapkan tanggal pasti kapan Yesus dilahirkan karena Alkitab tidak pernah mencatat itu melainkan menetapkan 1 (satu) hari khusus dalam setahun untuk melakukan ibadah mengenang Hari Kelahiran Kristus namun secara bersama-sama tetap bersama segenap orang percaya melakukan ibadah Natal setiap tanggal 25 Desember bagi mereka yang menggunakan penanggalan Gregorian.
Ibadah Natal untuk mengenang Hari Kelahiran Kristus memang telah dikenal sejak abad pertama namun untuk mengkhususkan satu hari dalam setahun untuk melakukan itu, selalu terjadi pro-kontra hingga saat ini karena umat Kristen terus berupaya untuk menghilangkan pengaruh Paganisme didalam Natal. Namun demikian, kita sebagai umat Kristen seharusnya bangga bahwa sejak abad pertama yakni beberapa tahun setelah kenaikan-Nya ke Sorga, umat Tuhan senantiasa mengenang Hari Kelahiran Kristus meskipun itu berkembang dan butuh waktu lama untuk diterima. Tindakan yang dilakukan oleh mereka yang menolak untuk merayakan Kelahiran Kristus, ataupun menyatakan sesat kepada denominasi Kristen yang merayakan Natal sebelum tanggal 25 Desember dan berusaha mempengaruhi umat Kristen yang lain dengan ancaman Teologis sesungguhnya adalah tindakan iblis yang sejak semula memang tidak pernah menghendaki kedatangan Sang Juruselamat ke dunia manusia.
- Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri. Yang seorang menganggap hari yang satu lebih penting dari pada hari yang lain, tetapi yang lain menganggap semua hari sama saja. Hendaklah setiap orang benar-benar yakin dalam hatinya sendiri. Siapa yang berpegang pada suatu hari yang tertentu, ia melakukannya untuk Tuhan. (Roma 14:4-6a)
- Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan antikristus. (2 Yohanes 1:7)
Tuhan Yesus memberkati
Oleh:
Sesandus Demaskus
Jemaat dari Gereja Kemah Injil Indonesia Adonay, ds. Mekar Baru, Kab. Kubu Raya
Daftar Pustaka:
- https://www.britannica.com/topic/Christmas
- https://www.history.com/topics/christmas/history-of-christmas
- https://hersheystory.org/the-development-of-the-modern-christmas/
- https://www.apuritansmind.com/puritan-worship/christmas-and-the-regulative-principle/
- https://www.rbvincent.com/BibleStudies/calvinxmas.htm
- https://www.catholicculture.org/culture/library/view.cfm?recnum=7399
- https://www.firstthings.com/blogs/firstthoughts/2009/12/why-is-christmas-on-december-25
- https://penelope.uchicago.edu/~grout/encyclopaedia_romana/calendar/invictus.html
- https://www.ucg.org/the-good-news/christmas-before-christ-the-surprising-truth
- https://www.cogwriter.com/christmas.htm
- https://www.tertullian.org/fathers/ananias_of_shirak_on_christmas_02_text.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar