Rabbi Samuel (Sandmel, A Jewish Understanding of the New Testament, p.13) menuliskan:
Christianity was born in Palestine, within Judaism. The language spoken by Jesus and his immediate followers was Aramaic, a language as closely related to Hebrew as one might say, Portuguese is to Spanish.
The New Testament itself attests to the knowledge that the beginnings of the Christian movement were in a locale linguistically Aramaic, for it preserves within its Greek text Aramaic words in quotation. Somewhere in the line of development of Christianity, probably while its accumulating tradition was still being carried on orally, translation of some things from Aramaic into Greek took place.
[[ Terjemahan literal:
Kekristenan lahir di Palestina, didalam Yudaisme. Bahasa yang digunakan Yesus dan para pengikut-Nya adalah bahasa Aram, bahasa yang dekat dengan Ibrani, seperti seseorang yang mengatakan, "Bahasa Portugis adalah bahasa Spanyol".
Perjanjian Baru itu sendiri membuktikan pengetahuan bahwa awal dari gerakan Kristen berada di lokal linguistik bahasa Aram, untuk mempertahankan dalam teks Yunani kata-kata Aram dalam kutipan. Di suatu tempat dalam garis perkembangan agama Kristen, mungkin sementara tradisi pengumpulannya masih dilakukan secara lisan, terjadi penerjemahan beberapa hal dari bahasa Aram ke bahasa Yunani.]]
Dewasa ini, kita semakin sering melihat beberapa Teolog dan Akademisi Kristen di Indonesia yang menjelaskan istilah Kekristenan dari bahasa Aram/Ibrani. Mereka mengutip beberapa tulisan para-Rabbi untuk menjelaskan hubungan/kaitan Teologia Kristen dengan Yudaisme yang mana salah satunya adalah tentang Memra (מימר).
Memra (Logos in Greek/SHEKINAH in Yudaism) Alaha merupakan Utusan Ilahi pengganti Allah dalam setiap perikop yang menuliskan Keberadaan Allah didalam Kitab Suci. Lebih dari sekedar firman dari Sang Pencipta, Memra (מימר) Alaha merupakan Wujud Manifestasi dan Ekspresi Ilahi melalui Firman Allah.
Parafrase Targum Neofiti atas Kejadian 1:1-3 menuliskan:
“From the beginning with wisdom the Memra (Word) of the Lord created and perfected the heavens and the earth … And the Memra (Word) of the LORD said, ‘Let there be light’; and there was light by His Memra (Word).
[[ Terjemahan literal:
Pada mulanya dengan hikmat dari Firman Allah diciptakan dan disempurnakan langit dan bumi... Dan Firman Allah mengatakan, "Jadilah terang"; dan terang itu jadi oleh karena Firman-Nya.]]
Salah satu yang menarik adalah, peran Memra (מימר) Alaha sebagai Utusan Ilahi bukanlah sekedar Utusan biasa melainkan seperti peran khusus yang dilakukan oleh Allah itu sendiri. Hal ini tidak jauh berbeda dengan konsep Shekinah didalam Yudaisme yang merupakan Hypostatis dari Allah sehingga Memra (מימר) Alaha merupakan manifestasi dari Allah.
Konsep Memra (מימר) Alaha didalam Targum dikembangkan oleh para-Rabbi Yahudi di Palestina untuk melakukan "antrophomorfisme" terhadap Wujud Allah sehingga meskipun secara Hakikat (Hypostatis) antara Bapa dan Firman-Nya itu setara, namun secara Entitas kedua-Nya berbeda, hal ini dikarenakan Kehadiran Memra (מימר) Alaha itu sendiri layaknya firman yang berasal dan keluar dari Mulut Allah (Yesaya 55:11).
Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Firman (Memra (מימר) Alaha) ketika Dia dengan tegas mengatakan:
Yohanes 8:42 (TB) "Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku."
Jewish Encyclopedia menuliskan:
The Word ("Ma'amar" or "Dibbur," "Logos"), in the sense of the creative or directive word or speech of God manifesting His power in the world of matter or mind; a term used especially in the Targum as a substitute for "the Lord" when an anthropomorphic expression is to be avoided.
[[ Terjemahan literal:
Firman (Memra) adalah ucapan Ilahi yang memanifestasikan kekuatan-Nya di dunia materi atau pikiran; istilah yang digunakan terutama dalam Targum sebagai pengganti "Tuhan" ketika ekspresi antropomorfik harus dihindari.]]
Lebih lanjut, Jewish Encyclopedia menuliskan peran Memra (מימר) Alaha sebagai mediator, sebagai berikut:
- Like the Shekinah (comp. Targ. Num. xxiii. 21), the Memra is accordingly the manifestation of God. "The Memra brings Israel nigh unto God and sits on His throne receiving the prayers of Israel" (Targ. Yer. to Deut. iv. 7).
- It shielded Noah from the flood (Targ. Yer. to Gen. vii. 16) and brought about the dispersion of the seventy nations (l.c. xi. 8); it is the guardian of Jacob (Gen. xxviii. 20-21, xxxv. 3) and of Israel (Targ. Yer. to Ex. xii. 23, 29); it works all the wonders in Egypt (l.c. xiii. 8, xiv. 25); hardens the heart of Pharaoh (l.c. xiii. 15); goes before Israel in the wilderness (Targ. Yer. to Ex. xx. 1); blesses Israel (Targ. Yer. to Num. xxiii. 8); battles for the people (Targ. Josh. iii. 7, x. 14, xxiii. 3).
- As in ruling over the destiny of man the Memra is the agent of God (Targ. Yer. to Num. xxvii. 16), so also is it in the creation of the earth (Isa. xlv. 12) and in the execution of justice (Targ. Yer. to Num. xxxiii. 4).
- So, in the future, shall the Memra be the comforter (Targ. Isa. lxvi. 13): "My Shekinah I shall put among you, My Memra shall be unto you for a redeeming deity, and you shall be unto My Name a holy people" (Targ. Yer. to Lev. xxii. 12).
- "My Memra shall be unto you like a good plowman who takes off the yoke from the shoulder of the oxen"; "the Memra will roar to gather the exiled" (Targ. Hos. xi. 5, 10).
- The Memra is "the witness" (Targ. Yer. xxix. 23); it will be to Israel like a father (l.c. xxxi. 9) and "will rejoice over them to do them good" (l.c. xxxii. 41).
- "In the Memra the redemption will be found" (Targ. Zech. xii. 5). "The holy Word" was the subject of the hymns of Job (Test. of Job, xii. 3, ed. Kohler).
Dengan demikian, tidaklah mengherankan didalam pembukaan Injilnya, rasul Yohanes menuliskan:
Pada mulanya adalah Firman. Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
Didalam Targum, Memra (מימר) Alaha diasosiasikan sebagai Entitas yang menjadi perantara antara Allah dan manusia, parafrase Targum Onkelos atas Ulangan 5:5 menuliskan:
I was standing between [the word of] Adonoy and you at that time, to tell you Adonoy’s word, because you were afraid of [before] the fire and did not go up on the mountain.
[[ Terjemahan literal:
Saya berdiri dihadapan Firman Allah dan kamu sekalian pada saat ini, untuk mengatakan kepadamu firman Allah, karena kamu sekalian takut kepada api dan kamu tidak naik ke gunung]]
Ulangan 5:5 (TB) “...aku (Musa) pada waktu itu berdiri antara TUHAN dan kamu untuk memberitahukan firman TUHAN kepadamu, sebab kamu takut kepada api dan kamu tidak naik ke gunung."
Rasul Petrus dalam salah satu khotbahnya dihadapan umat Israel pada peristiwa Pentakosta menggemakan konsep ini dengan mengasosiasikan Yesus sebagai Perantara antara Allah dan manusia, dia mengatakan:
Kisah Para Rasul 2:22 (TB) Hai orang-orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tandatanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu.
Rasul Paulus didalam salah satu Surat Penggembalaannya menggemakan kembali pernyataan ini dengan mengatakan:
2 Korintus 5:18 (TB) Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami.
Jadi, ketika ada umat Sabelianisme/Modalisme yang mengatakan bahwa Bapa dan Yesus adalah Entitas/Pribadi yang sama, sebenarnya mereka sedang menunjukkan ketidakmampuan akademis mereka dalam menjelaskan Konsep Tritunggal dengan benar yang didukung oleh tulisan-tulisan Rabbinik (meskipun para rabbi sendiri tidak pernah mengenalkan Tritunggal karena ini merupakan Dogma Kekristenan didalam Perjanjian Baru yang lahir dan dikembangkan oleh bapa-bapa Gereja), alih-alih daripada menerima itu, kaum Sabelianisme/Modalisme akan selalu menggaungkan "Tritunggal adalah produk paganisme/Roma".
Hal ini juga sekaligus menjawab beberapa penafsiran lain yang mengharuskan Maria (ibu Yesus) sebagai perantara antara umat Allah dan Yesus (Anak Allah) itu sendiri yang sudah seyogyanya dapat kita tolak dengan tegas.
Tuhan Yesus memberkati
Oleh:
Sesandus Demaskus
Jemaat GKII Adonay desa mekar Baru, Kab. Kubu Raya, Kalbar