Lukisan Jan Brueghel the Elder dan Peter Paul Rubens – Surga duniawi
dengan jatuhnya Adam dan Hawa dalam dosa. Taman Eden dengan jatuhnya
manusia dalam dosa (Kejadian 3: 4). Sumber foto: Wikimedia Commons / Het Geheugen |
Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?"
Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati." Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat." Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.
Sering kali perempuan
(Hawa) dianggap sebagai biang keladi kejatuhan manusia dalam dosa.
Jika demikian perempuan dianggap lebih bodoh daripada laki-laki, karena dengan
mudah ditipu oleh ular.
Ayat 1 mengatakan bahwa ular merupakan binatang yang paling cerdik.
Benarkah perempuan biang keladi terhadinya dosa mula-mula?
Hawa itu manusia bodoh dan lemah sehingga gampang ditipu?
Untuk menjawab pertanyaan ini timbul pertanyaan selanjutnya "di manakah laki-laki (Adam) saat perempuan (Hawa) sedang bercakap-cakap dengan ular?".
Bukankah yang menerima amanat larangan memetik buah pengetahuan akan yang baik dan yang jahat adalah Adam (laki-laki)?
Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kau makan buahnya dengan bebas,tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati" (Kejadian 2:16-17)
Disini Adam (laki-laki) tidak menempatkan dirinya menjadi pengemban amanat Allah, dia bersikap pasif. Ketika perempuan itu menyodorkan buah petikannya kepada laki-laki, ia langsung memakannya tanpa bertanya ini-itu. Padahal laki-laki tahu persis bahwa itu dilarang.
Allah memberikan teguran dan kutuk kepada Adam:
Lalu firman-Nya kepada manusia itu: "Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Ku perintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu (Kejadian 3:17)
Dosa yang fatal yang
menyebabkan Adam terusir hanya karena "telinga" yang salah mendengar
dan tidak mengkonfirmasikan ulang. Sebaliknya perempuan digambarkan berperan
aktif.
Ini sesuai dengan keberadaannya yang sepadan dengan laki-laki.
TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." (Kejadian 2:18)
Perempuan itu dikisahkan
sedang berdiskusi secara serius dengan ular, mereka saling berargumentasi. Yang
namanya berargumentasi tentunya menggunakan otak, dengan demikian perempuan
bukanlah sebagai makhluk yang bodoh. Lagipula disini tidak tampak peranan
laki-laki.
Namun tindakan ini mengakibatkan kesalahan fatal, karena Hawa berjalan sendiri
tanpa Adam.
Di lain pihak, Laki-laki dalam hal ini bersikap "pasif" Adam hanya
menunggu makanan yang dipersiapkan oleh perempuan. Ketika Allah meminta
pertanggungan-jawab laki-laki itu malahan melempar kesalahan kepada perempuan.
Jadi sebenarnya siapakah yang salah?
Di sini sebenarnya bukan persoalan siapa yang bodoh atau siapa yang salah dan siapa yang teledor, karena bagaimanapun laki-laki dan perempuan diciptakan sepadan. Allah menghukum manusia bukan karena kesalahan perempuan saja, tetapi kesalahan manusia laki-laki dan perempuan; keduanya bersalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar