Dalam surah at-Taubah dikatakan:
waqaalati alyahuudu ‘uzayrun ibnu allaahi waqaalati alnnashaaraa almasiihu ibnu allaahi dzaalika qawluhum bi-afwaahihim yudaahi-uuna qawla alladziina kafaruu min qablu qaatalahumu allaahu annaa yu/fakuuna (Qs 9:30)
Orang-orang Yahudi berkata: ‘Uzair itu putera Allah’ dan orang-orang Nasrani berkata: ‘Al Masih itu putera Allah’. Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling? (Terjemahan Indonesia)
And the Jews say: Ezra is the son of Allah, and the Christians say: The Messiah is the son of Allah. That is their saying with their mouths. They imitate the saying of those who disbelieved of old. Allah (Himself) fighteth against them. How perverse are they! (Terjemahan Pickthal)
Di ayat tersebut jelas dikatakan bahwa orang-orang Yahudi menyebut Ezra sebagai Anak Allah sama seperti orang-orang Kristen menyebut Mesias/Yesus sebagai Anak Allah. Padahal faktanya tidak ada satupun dalam sejarah orang Yahudi yang menyebut Ezra sebagai Anak Allah. Silahkan cari di Talmud, Mishnah ataupun kitab-kitab Yahudi lainnya kalau ada yang menyebutkan Ezra sebagai Anak Allah.
Seorang Muslim scholar "mencoba" peruntungan menafsirkan ayat itu dengan mengatakan:
HZ Hirschberg proposed another assumption, based on the words of Ibn Hazm, namely, that the 'righteous who live in Yemen believed that 'Uzayr was indeed the son of Allah.' According to other Muslim sources, there were some Yemenite Jews who had converted to Islam who believed that Ezra was the messiah. For Muhammad, Ezra, the apostle (!) of messiah, can be seen in the same light as the Christian saw Jesus, the Messiah, the son of Allah. (Ibn Hazm)
(HZ Hirschberg memberikan pendapat yang lain yang berasal dari tulisan Ibn Hazm, disebutkan bahwa menurut Yahudi yang tinggal di Yaman, mereka benar-benar mengakui "Uzair sebagai anak Allah". Menurut sumber Muslim yang lain lagi, ada beberapa Yahudi Yaman yang telah memeluk agama Islam percaya Ezra (Uzair) adalah Mesias. Bagi Muhammad, Ezra dilihat sebagai rasul dan Mesias, sama seperti bagaimana umat Kristen memandang Yesus, Mesias Anak Allah -- Ibn Hazm)
Faktanya adalah:
Situs jewishpedia menuliskan:
Tradition states, however, that as a punishment for this hasty action Ezra was denied burial in Palestine. As a result of this tradition, which is devoid of historicity, no Jew of Yemen gives the name of Ezra to a child (Tradisi menyatakan, bagaimanapun, bahwa sebagai hukuman atas tindakan tergesa-gesa ini, Ezra ditolak dikuburkan di Palestina. Sebagai hasil dari tradisi ini, yang tanpa historisitas, tidak ada orang Yahudi Yaman yang memberikan nama "Ezra" kepada seorang anak)
Problem kedua adalah:
Tafsiran Ibn Hazm menggunakan kata "some Yemenite Jews" sementara Alquran mengatakan "The Jews". Dimana letak perbedaaannya?
Jika anda jeli maka "some Yemenite Jews" SUDAH JELAS berarti "beberapa orang Yahudi Yaman" sementara quran DENGAN SESUMBARNYA mengatakan "The Jews" YANG ARTINYA Yahudi (secara keseluruhan, BUKAN some/beberapa)
Dengan demikian, tafsiran Ibn Hazm DITOLAK karena TIDAK SESUAI dengan fakta sejarah dan pernyataan quran itu sendiri.
Sementara ditempat lain, situs answeringchristianity BUATAN Islam MENCOBA peruntungan dengan mengatakan:
"The Second Book of Esdras is an apocalypse that attempts to explain why God allowed the Jewish Temple in Jerusalem to be destroyed by Gentiles in AD 70. This revelation closes with Ezra being taken into heaven without dying" (Esdras II menubuatkan sebuah penjelasan tentang mengapa Tuhan mengizinkan Kuil Yahudi di Yerusalem dihancurkan non Yahudi tahun 70. Pewahyuan ini sangat dekat dengan Ezra yang diangkat ke Surga)
Tradisi Yahudi tidak pernah mengatakan "Ezra diangkat ke Surga", HANYA Henokh dan Elia yang pernah mengalami itu. Dan sekali lagi, kesalahan Quran disini adalah TIDAK SESUAI DENGAN fakta yang ada.
Karena pernyataan itu, Abraham Geiger mengatakan:
"According to the assertion of Muhammad the Jews held Ezra to be the Son of God. This is certainly a mere misunderstanding which arose from the great esteem in which Ezra was undoubtedly held. This esteem is expressed in the following passage ‘Ezra would have been worthy to have made known the law if Moses had not come before him.’ Truly Muhammad sought to cast suspicion on the Jews’ faith in the unity of God, and thought he had here found a good opportunity of so doing."
Kesimpulan yang bisa diambil dari pernyataan Abraham Geigner adalah, Muhammad berusaha mengambil keuntungan dari keimanan Yahudi dalam ke-esa-an Allah karena dia (Muhammad) tidak paham apa itu makna Anak Allah dalam tradisi Yahudi.
Last one but not the least , Entah umat Kristen mana yang dimaksud oleh Allah SWT karena jelas tidak semua umat Kristen mengakui Yesus Kristus adalah Anak Allah, contohnya: (Kristen) Unitarian yang meskipun menggunakan/menyematkan nama Kristen di depan nama golongan mereka, sama sekali mereka tidak pernah mengatakan bahkan mengakui Yesus adalah Anak Allah, dan bukan hanya itu, kelompok mainstream dari Kristen ABA (asal bukan Allah) sangat jelas menolak penggunaan nama Allah dalam Alkitab karena menurut kelompok ini, kata "Allah" yang tertulis dalam terjemahan Alkitab dan Alquran merujuk kepada Allah SWT (sesembahan umat Islam), bukan YHWH (Aku Adalah Aku/Ehyeh Asher Ehyeh) yang oleh umat Kristen di Indonesia lebih mengenal dan menyebut ini (BeHashem) dengan nama " Allah ".
Referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar