Beberapa konsep tentang Allah modern tidak seluruhnya salah, hanya saja menyimpang dan sedikit jauh dari kenyataan. Seringkali kita membaca Ayat-ayat dalam Perjanjian Lama tentang janji berkat dan kutuk, tentang bagaimana aplikasi janji berkat Allah bagi umat Israel juga dikenakan kepada kita meskipun Tuhan Yesus mengatakan bahwa:
Matius 5:45 (TB) ... Bapamu yang di sorga menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. (dengan gubahan)
Tentu saja, kata "berkat" dewasa ini hampir selalu dikonotasikan dengan kekayaan dan kemakmuran secara finansial meskipun pada kenyataannya, Tuhan Yesus mengajarkan umat Kristen lewat sebuah doa yang seringkali diungkapkan dalam setiap ibadah, "Berikanlah Kami pada hari ini, makanan Kami yang secukupnya."
Dalam komentar yang diberikan kepada The Trivialization of God, Erwin W Lutzer mengatakan bahwa gambaran tentang Allah dalam Kekristenan modern lebih berasal dari kehendak manusia.
Pdt. Gloria Copeland, televangelis dan penulis Amerika Serikat yang berasosiasi dengan Gerakan Karismatik menyatakan bahwa, "Firman Allah benar-benar mengungkapkan bahwa kekurangan dan kemiskinan tidak selaras dengan Kehendak Allah bagi umat percaya ... Izinkan Roh Kudus menyampaikan kebenaran kepada anda sampai anda tanpa ragu lagu mengakui bahwa Allah menghendaki Kemakmuran."
Injil yang demikian tidak mungkin dikabarkan di Yerusalem, Roma, Konstantinopel dan beberapa wilayah penginjilan lainnya pada zaman permulaan perkembangan Kekristenan, pun demikian tidak mungkin diberitakan di negara-negara dunia ketiga dimana kemiskinan masih menjadi "penguasa" sementara kekayaan finansial jika menjadi Kristen adalah iming-iming yang diberitakan oleh sebagian para Pengkhotbah dan Penginjil disana.
Tentu saja, sebagian Teolog Kristen telah mengubah definisi Allah yang penuh kasih dan senantiasa menyertai umat manusia menjadi Allah yang mendukung hasrat kapitalisme dan hedonisme. (Roma 16:17-18).
Bukankah Injil Kristus hanya berbicara tentang Anugerah Keselamatan dari Allah Bapa melalui Anak-Nya, bukan kekayaan dan kemakmuran finansial...?
Pertanyaan selanjutnya, apakah umat Kristen tidak boleh memiliki finansial yang berlimpah ...?
Tentu saja boleh, ada banyak umat Kristen yang memiliki finansial yang cukup (bahkan lebih) telah memberikan bantuan bagi banyak orang, bahkan tidak sedikit yang menyediakan lapangan pekerjaan bagi siapa saja yang membutuhkan.
Bukankah itu selaras dengan tulisan rasul Paulus yang menyatakan,
2 Korintus 9:8 (TB) Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.
Ayat diatas, dalam bahasa yang sederhana didalam kehidupan Gereja merupakan pesan Roh Kudus melalui rasul Paulus yang menyatakan bahwa, Tuhan ingin Jemaat yang memiliki finansial berlimpah (read: berkecukupan dalam segala sesuatu) untuk tidak lupa memperhatikan dan memberikan bantuan bagi kehidupan Jemaat yang sedang berkekurangan atau membutuhkan pertolongan karena mereka tentu saja tidak punya kesempatan untuk berbicara tentang itu di atas mimbar, atau bahkan malu menceritakan itu.
Gereja yang sehat bukanlah dilihat dari seberapa megah gedungnya, melainkan seberapa harmonisnya hubungan diantara sesama Tubuh Kristus (2 Korintus 8:12-14).
Pada akhirnya, Kita tidak bisa menjadikan kehidupan satu-dua orang didalam Jemaat sebagai tolak ukur keadaan finansial bagi seluruh Jemaat karena Tuhan memiliki cara-Nya yang unik dalam menyertai kehidupan umat-Nya.
Penulis Ibrani menyatakan:
Ibrani 13:5 (TB) Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."
Tuhan Yesus memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar