Berpakaian. Aktivitas sederhana ini tentu kita lakukan setiap hari, bukan? Tetapi sadarkah kita bahwa aktivitas sederhana ini dapat menjadi pengingat untuk kebenaran teologis yang mendalam? Pakaian mengingatkan kita akan dosa manusia dan anugerah Tuhan.
Ketika Allah menciptakan manusia pertama, ketelanjangan bukanlah hal yang memalukan. Namun ketika Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, barulah mereka tersadar akan ketelanjangan mereka. Dosa membuat mereka memiliki rasa malu (Kej. 3:7).
Karena itulah, Allah kemudian membuat pakaian dari kulit binatang (Kej. 3:21). Semenjak saat itu, manusia harus memakai pakaian supaya tidak merasa malu. Hanya orang yang tidak waras pikirannya yang tidak merasa malu tanpa berpakaian.
Ribuan tahun setelah kejadian itu, Tuhan Yesus datang ke dunia untuk menebus dosa manusia. Dia harus menanggung banyak penderitaan ketika disalib. Salah satunya, kebalikan dari Adam yang diberi pakaian, pakaian-Nya justru ditanggalkan oleh para prajurit (Mrk. 15:24). Rasa malu yang didapat manusia akibat pemberontakan Adam, harus ditanggung oleh Kristus akibat ketaatan-Nya. Karya penebusan-Nya di salib inilah yang membuat manusia bisa memperoleh anugerah keselamatan.
Paradoks ini mengajarkan kita untuk mengingat dua kebenaran teologis setiap hari:
Ketika berpakaian, ingatlah akan kejatuhan Adam. Bertekadlah untuk tidak menggunakan tubuh kita dalam melakukan dosa. Sekaligus, ingatlah akan anugerah Kristus. Bertekadlah untuk menggunakan tubuh kita bagi kemuliaan Allah.
Disadur dari:
https://studibiblika.id/2022/08/11/pakaian-dosa-dan-anugerah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar