|
Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi
janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh
nafkahnya." Lukas 21:1-4
|
Tidak
bisa dipungkiri bahwa Persepuluhan dan berbagai bentuk Persembahan untuk Gereja
masih menjadi 'batu sandungan' dalam pelayanan terutama sekali jika penyampaian
tentang itu terkesan 'dipaksa' ataupun terlalu ditekankan meskipun tentang ini
memang harus disampaikan kepada Jemaat supaya ada pemahaman yg benar dan
tentunya diperlukan hikmat untuk menyampaikan dan menerima ajaran tentang
rupa-rupa Persembahan di dalam Gereja.
Tanyakanlah
kepada pemimpin Gereja dan para Teolog Kristen tentang Persepuluhan, anda akan
mendapatkan beragam jawaban. Sebagian mengatakan umat Kristen wajib memberikan
Persepuluhan dan Persembahan Buah Sulung, sementara yg lain mengatakan
sebaliknya dengan alasan Yesus telah membebaskan Kita dari Hukum Taurat.
Perdebatan tentang Persepuluhan dan Persembahan Buah Sulung bukan hal yg baru
didalam Kekristenan dan sejarah telah mencatat itu.
Dalam beberapa perdebatan dan tulisan tentang Persembahan dan Persepuluhan,
beberapa orang mengatakan bahwa umat Kristen saat ini tidak perlu lagi
memberikan itu karena Tuhan Yesus tidak pernah mengajarkan tentang itu
(terutama Persepuluhan), bahkan tidak sedikit dari mereka yg mengatakan
Persepuluhan itu menyesatkan karena itu merupakan 'produk' Hukum Taurat. Hal
ini tentu tidak benar namun harus diakui bahwa apa yg mereka lakukan
merupakan 'jawaban' bagi sebagian ajaran para pelayan Firman yg mengatakan
Persepuluhan itu harus, bahkan tidak sedikit dari mereka yg memberikan rumusan
dan perhitungan matematis Persepuluhan yg harus dipersembahkan kepada Gereja,
ada juga yg mengajarkan Persepuluhan berkaitan erat dengan Keselamatan, yg lain
lagi mengajarkan Persepuluhan merupakan beban yg harus ditanggung oleh Jemaat
dan masih banyak lagi. Ajaran-ajaran yg menyimpang tentang Persepuluhan dalam
Perjanjian Baru seperti ini tentunya harus dihentikan entah itu melalui dialog
ataupun tulisan Apologetik. Bagi kelompok ini, Saya menggunakan istilah Denominasi
Anti Persepuluhan. Tidak salah ketika Tuhan Yesus mengatakan :
Tidak mungkin tidak akan ada
penyesatan, tetapi celakalah orang yang mengadakannya. Adalah lebih baik
baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan
ke dalam laut, dari pada menyesatkan salah satu dari orang-orang yang lemah
ini. (Lukas 17:1-2)
Dalam
kehidupan Kekristenan modern, harus diakui bahwa pengelolaan keuangan didalam
Gereja membutuhkan Financial Management yg benar dan jujur
sebagai 'respon' dan pertanggungjawaban kepada Jemaat yg telah
diwajibkan untuk memberi persembahan dengan kerelaan hati dan tanpa paksaan
(2 Korintus 9:7) kepada Gereja untuk menunjang kebutuhan/operasional dan
kehidupan pelayan Firman yg melayani disana (1 Korintus 9:13-14). Penafsiran
beberapa Teolog mengatakan bahwa Persepuluhan merupakan sebuah bentuk ucapan syukur
yg diberikan Jemaat Tuhan kepada Dia atas apa yg mereka peroleh selama ini,
dalam kehidupan Jemaat modern biasanya itu diberikan sebulan sekali
kepada Gereja, tentu ini harus dipahami dan diaplikasikan dalam sisi yg positif
dan fikiran yg jernih, artinya tidak ada tuduhan-tuduhan miring bagi
Jemaat yg setia memberikan persembahan dan persepuluhan kepada Gereja.
Tidak
tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat
penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah,
mendapat bahagian mereka dari mezbah itu? Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil,
harus hidup dari pemberitaan Injil itu. (1 Korintus 9:13-14)
Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan
sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan
sukacita. (2 Korintus 9:7)
Sejarah
panjang Persembahan dan Persepuluhan sudah dimulai sejak zaman Perjanjian Lama,
keduanya diberikan kepada pelayan Firman (saat itu disebut Imam Allah) dan Bait
Allah sudah dilakukan oleh para tokoh Alkitab. Tujuan mereka melakukan itu sangat
sederhana, yakni sebagai wujud syukur kepada Allah dan nazar (janji iman)
kepada Allah yg telah menuntun kehidupan mereka selama ini.
Berikut
akan Saya berikan timeline Persembahan dan Persepuluhan dari Perjanjian
Lama hingga kehidupan Kekristenan Paska Kerasulan.
**
Persepuluhan dan Persembahan Sebelum Hukum Taurat **
- Kain dan Habel mempersembahkan
kurban kepada Allah beruipa hasil pertanian dan hewan (Kejadian 4:4-5).
- Nuh mempersembahkan kurban
bakaran kepada Allah (Kejadian 8:20-21)
- Abraham memberikan sepersepuluh
kepada Imam Allah, Melkisedekh (Kejadian 14:19-20)
- Yakub mempersembahkan
sepersepuluh kepada Allah dari semua yg dia peroleh (Kejadian 28:22)
Ketika
kita membaca cerita dalam Ayat-Ayat diatas, motivasi memberi itu selalu datang
dari umat Tuhan, tidak ada ketetapan khusus dari Tuhan harus memberi dalam
jumlah tertentu dan inilah yg menjadi 'typologi' persembahan yg dilakukan umat
Kristen - Perjanjian Baru hingga saat ini.
Perlu
diketahui juga Persepuluhan bukanlah hal yg baru dalam Dunia Kuno,
sejarah dari luar bangsa Ibrani mencatat hal ini juga dilakukan oleh
bangsa-bangsa lain.
Beberapa ahli sejarah mencatat sebagai berikut:
- The institution of offering tithes of the fruits of
the field and of the flocks is one which dates back to a period greatly
anterior to Israelite history. A tenth of the flocks, fruits, and possessions
of all kinds, as well as of the spoils of war, was given to their gods
(referring to pagan tithing) by many peoples.
[[ Lembaga
persembahan persepuluhan dari hasil ladang dan ternak adalah salah satu yg
berasal dari periode yg sangat mendahului sejarah Israel. Sepersepuluh dari ternak,
buah-buahan, dan segala jenis harta benda, serta rampasan perang, diberikan
kepada dewa-dewa mereka (mengacu pada persepuluhan kafir) oleh banyak orang.]]
** James Hastings, ed., Hastings' Dictionary of the
Bible, New York: Hendrickson, 1994, s.v. "Tithe," by W. O. E.
Oesterley, 940. **
- The widespread practice in the ancient world of
tithing by giving a portion of one's profit or spoils of war extended from
Greece to China. Donation of a tenth portion was common apparently because most
people "counted in tens, based on ten fingers."
[[Praktek yang meluas
di dunia kuno persepuluhan dengan memberikan sebagian dari keuntungan seseorang
atau rampasan perang meluas dari Yunani ke Cina. Sumbangan sepersepuluh porsi
tampaknya biasa karena kebanyakan orang "menghitung dalam puluhan,
berdasarkan sepuluh jari"]]
** Walter A. Elwell, ed., Baker Theological Dictionary
of the Bible, (Grand Rapids: Baker Book House, 1996, s.v. "Tithe,
Tithing," by Brian K. Morley). **
- The custom is very ancient and widely practiced ...
being known in Athens, Arabia, Rome, Carthage, Egypt, Syria, Babylon and China.
[[ Kebiasaan ini sangat
kuno dan dipraktikkan secara luas ... dikenal di Athena, Arab, Roma, Kartago,
Mesir, Syria,
Babel, dan Cina.]]
** Tithes, Tithing by R.E.O. White, Baker Encyclopedia of the Bible, Vol. 4,
Grand Rapids: Baker Books, 1997, page 207 **
- We have discovered that the idea of the tithe covered
all of the ancient world, from the extremes of Western Europe to the limits of
the Farther East. The ancients, even those not Hebrew by birth, had the idea
that to neglect the tithe would bring disaster from God. The universality of
the practice of tithing argues that there was and is deep in the consciousness
of man a sense of obligation. Since this feeling of deep obligation to God was
so wide spread and at the same time so ancient, it follows that in the morning
time of the world, God, by a revelation of His will, had promulgated and
enforced the law of the tithe for all the sons of men.
[[ Kami telah menemukan
bahwa gagasan persepuluhan mencakup seluruh dunia kuno, dari ujung Eropa Barat
hingga batas Timur Jauh. Dunia kuno, bahkan mereka yg bukan orang Ibrani sejak lahir,
memiliki gagasan bahwa mengabaikan persepuluhan akan membawa bencana dari
Tuhan. Praktik
persepuluhan merupakan kewajiban yg ada
didalam alam bawah sadar manusia secara universal. Karena perasaan kewajiban yg mendalam kepada Tuhan ini
menyebar begitu luas, maka di pagi hari, Tuhan, dengan pernyataan kehendak-Nya, telah mengumumkan dan menegakkan hukum
persepuluhan untuk semua anak-anak manusia.]]
** Babbs, Arthur V., The Law of the Tithe (New York,
Fleming R• Re-vell Company-1920) **
Jika
Kita mempertimbangkan persepuluhan Abraham kepada Melkisedekh (Kejadian
14:17-20) dan Nazar (Janji Iman) Yakub untuk memberikan Persepuluhan kepada
Allah (Kejadian 28:18-22), kemudian dibandingkan dengan sejarah Persepuluhan
dari bangsa-bangsa lain tentunya Kita sepakat bahwa ini bukanlah hal yg baru.
Apa
yang pernah terjadi, akan terjadi lagi. Apa yang pernah dilakukan, akan
dilakukan lagi. Tidak ada sesuatu yang baru di dunia ini.
(Pengkotbah 1:9 -- Alkitab Versi Terjemahan BISS)
|
Lalu bernazarlah Yakub: "Jika Allah akan
menyertai dan akan melindungi aku di jalan yang kutempuh ini, memberikan
kepadaku roti untuk dimakan dan pakaian untuk dipakai, sehingga
aku selamat kembali ke rumah ayahku, maka TUHAN akan menjadi Allahku. Dan
batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi rumah Allah. Dari segala
sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh
kepada-Mu." Kejadian 28:20-22 |
**)
Persepuluhan dan Persembahan Di Zaman Hukum Taurat
Ketika
Allah memerintahkan bangsa Israel untuk memberikan Persepuluhan, sebenarnya itu
adalah praktik yg sama sekali baru jika dibandingkan dengan catatan sejarah
diluar Israel karena Tuhan mengkhususkan itu untuk diberikan kepada para
Imam, kaum Lewi dan orang-orang miskin.
Ini jugalah yg kemudian menjadi 'typologi' Persepuluhan dan Persembahan didalam
Perjanjian Baru dan Kekristenan modern dimana berbagai Persembahan itu
dikhususkan bagi para pelayan Firman dan orang-orang miskin atau saudara seiman
yg membutuhkan.
Beberapa contoh perintah dan
implementasi Persembahan di zaman Hukum Taurat :
- Bangsa Israel memberikan
sepersepuluh dari hasil bumi yg mereka hasilkan kepada Allah (Imamat
27:30-32, Ulangan 14:24-27)
- Bangsa Israel memberikan
persembahan khusus kepada Imam Besar dan bani Lewi yg melayani Allah
(Bilangan 18:21-28)
- Bangsa Israel memberikan
persembahan khusus kepada anak yatim, orang asing dan para janda (Ulangan
26:12)
- Bangsa Israel menyumbangkan
harta yg mereka miliki untuk membuat Perkakas Bait Allah termasuk Baju
Efod bagi Imam Besar (Kitab Bilangan)
- Raja Daud dan raja Salomo
menyumbang kekayaan yg mereka miliki untuk membangun Bait Allah (Kitab
Raja-Raja)
Sebagai
bangsa yg baru lahir, Tuhan memberikan aturan dan ketetapan khusus bagi bangsa
Israel tentang bagaimana mereka harus mengucap syukur atas apa yg diberikan
Allah kepada mereka di Tanah Perjanjian termasuk bagaimana mereka harus
menepati nazar (janji iman) yg telah mereka lakukan dihadapan Allah. Salah satu
contoh nazar didalam Perjanjian Lama adalah ketika ibu Samuel bernazar akan
mempersembahkan anaknya kepada Allah jika Dia menjawab doanya (1 Samuel
1:11,20-28).
**) Persepuluhan
dan Persembahan Di Zaman Perjanjian Baru
Sementara
di zaman Perjanjian Baru, sejak kedatangan Yesus hingga pelayanan para
rasul-Nya, Jemaat senantiasa memberikan persembahan bagi kehidupan dan pelayanan
mereka termasuk kepada yg membutuhkan NAMUN penekanan tentang
jumlah yg diberikan atau dalam hal ini persepuluhan tidak lagi menjadi
perhatian khusus karena 'dianggap' Jemaat sudah dewasa dalam hal
pengajaran meskipun dalam beberapa kesempatan, persembahan dan persepuluhan
tetap menjadi bagian dalam ajaran (minor teaching) Gereja, sebuah
istilah 'disiplin rohani dan pengucapan syukur melalui persembahan' dikenalkan
oleh para pelayan Firman bagi Jemaat terkait hal ini.
- Para perempuan yg mengikut
Yesus melayani Dia dan rombongan-Nya dengan kekayaan mereka (Lukas 8:1-3)
- Yesus dan para Murid memberikan
bantuan kepada orang-orang miskin (Yohanes 13:29)
- Para Jemaat memberikan
persembahan kepada para pelayan Firman (Kisah Para Rasul 2:45-46)
- Para Rasul Kristus mengumpulkan
sumbangan untuk para pelayan Firman di Yudea (Kisah Para Rasul 11:29)
- Jemaat di Makedonia dan Akhaya
memberikan sumbangan kepada orang-orang miskin dan para pelayan Firman yg
kekurangan (Roma 15:26)
- Jemaat memberi persembahan
kepada para pelayan Firman (1 Korintus 16:1-2)
Hampir
seluruh catatan sejarah Gereja sepakat bahwa sampai tahun 70 M, Kristen-Yahudi
di Yerusalem dengan setia beribadah di Bait Allah (Kisah Para Rasul
2:46,3:3,5:42) sebagai wujud ketaatan pada Hukum Taurat dan setia dengan
Persembahan dan Persepuluhan.
Tentang itu, Perjanjian Baru mencatat :
Pada keesokan harinya pergilah
Paulus bersama-sama dengan kami mengunjungi Yakobus; semua penatua telah hadir
di situ. Paulus memberi salam kepada mereka, lalu menceriterakan dengan terperinci
apa yang dilakukan Allah di antara bangsa-bangsa lain oleh pelayanannya.
Lalu mereka berkata kepada Paulus:
"Saudara, lihatlah, beribu-ribu orang Yahudi telah menjadi percaya dan
mereka semua rajin memelihara hukum Taurat. Tetapi mereka mendengar
tentang engkau, bahwa engkau mengajar semua orang Yahudi yang tinggal di antara
bangsa-bangsa lain untuk melepaskan hukum Musa, sebab engkau mengatakan, supaya
mereka jangan menyunatkan anak-anaknya dan jangan hidup menurut adat istiadat
kita. Jadi bagaimana sekarang? Tentu mereka akan mendengar, bahwa engkau telah
datang ke mari. Sebab itu, lakukanlah apa yang kami katakan ini:
Di antara kami ada empat orang yang bernazar. Bawalah mereka bersama-sama
dengan engkau, lakukanlah pentahiran dirimu bersama-sama dengan mereka dan
tanggunglah biaya mereka, sehingga mereka dapat mencukurkan rambutnya; maka
semua orang akan tahu, bahwa segala kabar yang mereka dengar tentang engkau
sama sekali tidak benar, melainkan bahwa engkau tetap memelihara hukum Taurat.
Tetapi mengenai bangsa-bangsa lain, yang telah menjadi percaya, sudah kami
tuliskan keputusan-keputusan kami, yaitu mereka harus menjauhkan diri dari
makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang
yang mati dicekik dan dari percabulan."
Pada hari berikutnya Paulus membawa orang-orang itu serta dengan dia, dan ia
mentahirkan diri bersama-sama dengan mereka, lalu masuk ke Bait Allah untuk
memberitahukan, bilamana pentahiran akan selesai dan persembahan akan
dipersembahkan untuk mereka masing-masing.
Kisah Para Rasul 21:21-26
Kehidupan Kekristenan Yahudi pada
masa itu sangat unik, selain karena mereka 'sudah terpisah' dari
Komunitas Yahudi, mereka tetap memelihara Taurat dan rajin memberikan
Persepuluhan.
Hukum Musa tetap menjadi panduan bagi mereka dengan cara pandang yg baru
sebagaimana yg diajarkan oleh Yesus.
**) Perkembangan
Persembahan Persepuluhan Didalam Gereja Kekristenan Paska Kerasulan
Tidak
terlalu banyak catatan tentang bagaimana Gereja paska Kerasulan mengelola
keuangan mereka namun sejarah mencatat bahwa hanya sedikit Gereja pada masa itu
yg mengadopsi Persembahan dan Persepuluhan seperti yg ada tertulis dalam
Alkitab karena pengajaran tentang ini tidak menjadi perhatian utama
Gereja, harus diakui bahwa kehidupan Gereja saat itu sangat miskin karena
bergantung dengan pemberian dari Jemaat. Selain itu, sebagian para
Tokoh Gereja pada masa itu dikenal dengan kehidupan asketis sehingga
membuat mereka lebih fokus dalam melayani Tuhan dan Jemaat, sebuah kehidupan yg
tetap diteruskan oleh para pelayan Firman dari gereja Katolik Roma dan
Orthodox.
Phillip
Schaff, Sejarahwan Gereja dan Teolog Protestan menuliskan, "Hingga sekitar akhir abad kedua,
orang-orang Kristen kebanyakan mengadakan ibadah mereka di rumah-rumah pribadi,
atau di kuburan para martir, dan di ruang bawah tanah Latakombe. Ini disebabkan
karena kemiskinan mereka, kondisi mereka yg tertindas dan terlarang, kecintaan
mereka pada keheningan dan kesendirian, dan keengganan mereka terhadap semua
seni kafir''.
Kehidupan
Kekristenan paska Kerasulan memang menitikberatkan pada kekeluargaan dan
kebersamaan, apa yg menjadi milik seseorang menjadi milik sebuah
Komunitas/Persekutuan, hal ini mereka lakukan sebagai refleksi dari kehidupan
Gereja mula-mula era Kerasulan dimana tertulis :
Adapun
kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak
seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya
sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama.
Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan
Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah.
Sebab tidak ada seorangpun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua
orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil
penjualan itu mereka bawa dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu
dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya.
Kisah Para Rasul 4:32-35
Namun sebagai umat Kristen -
Perjanjian Baru yg menjadi bagian dari Jemaat Tuhan, sangat penting
bagi Kita untuk mengetahui sejarah perkembangan persembahan dan pemberian
(dalam bentuk uang/materi) kepada Gereja Kristen paska Kerasulan, semua itu
tercatat dengan baik dan Saya akan memberikan beberapa.
1. Kitab
Didache
- Paragraph XI ... ''Now, as concerning
the apostles and prophets according to the teaching of the gospel, so do;
and let every apostle that comes to you be received as the Lord; and he
shall stay but one day, and, if need be, the next day also; but if he
stays three days, he is a false prophet. When the apostle goes forth, let
him take nothing but bread, until he reaches his lodging: if he asks
for money, he is a false prophet ... But whosoever shall say in
spirit, ‘Give me money, or other things,’ you shall not listen to him; but
if he bids you to give for others that are in need, let no man judge him.''
- Paragraph XII ... "Let everyone
that 'comes in the name of the Lord' be received" and proven ...
"If he wishes to abide with you, being a craftsman, let him work and
eat. If he has no craft, use your common sense to provide that he lives
with you as a Christian, without idleness. If he is unwilling to do so, he
is a 'Christ monger'. Beware of such."
- Paragraph XIII: "But every true
prophet that desires to abide with you is ‘worthy of his food,’ In like
manner a true teacher is also, like the laborer, ‘worthy of his food.’ Therefore,
you shall take and give to the prophets every firstfruits of the produce
of the wine-press and the threshing floor, of oxen and sheep. For the
prophets are your high priests. If you have no prophet, give them to the
poor ..."
- Paragraph XV: "Elect therefore
of yourselves bishops and deacons worthy of the Lord, men that are gentle but
not covetous (tamak), true men and approved; for they also minister to
you the ministry of the prophets and leaders."
2. Justin
Martyr (AD:100-165) - First Apology of Justin, Section 6
And the
wealthy among us help the needy ... when our prayer is ended, bread and wine
and water are brought, and the president (Churches leaders) in like manner
offers prayers and thanksgiving, according to his ability, and the people
assent, saying Amen; and there is a distribution to each, and a
participation of that over which thanks have been given, and to those who are
absent a portion is sent by the deacons.
And they who
are well to do, and willing, give what each thinks fit; and what is collected
is deposited with the president (Churches leaders), who succours the orphans
and widows and those who, through sickness or any other cause, are in want, and
those who are in bonds and the strangers sojourning among us, and in a word takes
care of all who are in need.
3. Tertullian
(AD:150-220) - Apology, Section 39
Though we
have our treasure-chest, it is not made up of purchase-money, as of a religion
that has its price. On the monthly day, if he likes, each puts in a small
donation; but only if it be his pleasure, and only if he be able: for there is
no compulsion; all is voluntary. These gifts are, as it were, piety’s deposit
fund.
For
they are not taken thence and spent on feasts, and drinking-bouts, and
eating-houses, but to support and bury poor people, to supply the wants of boys
and girls destitute of means and parents, and of old persons confined now to
the house; such, too, as have suffered shipwreck; and if there happen to be any
in the mines, or banished to the islands, or shut up in the prisons, for
nothing but their fidelity to the cause of God’s Church, they become the
nurslings of their confession.
No more be
bound with sin offerings, holocausts,etc., nor yet with tithes and firstfruits,
and part-offerings, and gifts and oblations. For it was laid upon them to
give all these things as of necessity, but you are not bound by these things
... thus shall your righteousness abound more than their tithes and firstfruits
and part-offerings, when you shall do it as it is written: 'Sell all thou hast,
and give it to the poor.' (Didascalia Apostolorum, 2.35)
And for this reason,
did the Lord, instead of that [commandment], Thou shalt not commit adultery,
forbid even concupiscence; and instead of that which runs thus, thou shalt not
kill, He prohibited anger; and instead of the law enjoining the giving of
tithes, [He told us] to share all our possessions with the poor. (Irenaeus
(AD:120-202) - Against Heresies, Chapter XIII of Book IV)
Disini
dijelaskan bahwa Persembahan dan Persepuluhan bukanlah sebuah beban
struktural yg harus ditanggung oleh Jemaat melainkan sebuah kewajiban
sukarela yg dilakukan untuk mendukung pelayanan Gereja, para pelayan Firman dan
membantu orang-orang miskin. Bahkan dalam kitab Didache diterangkan bahwa
setiap pelayan Firman yg meminta uang setelah melayani Jemaat adalah pelayan yg
menyesatkan.
Beberapa Teolog Kristen modern
menyikapi Persepuluhan dan Persembahan dalam Gereja Paska Kerasulan, mereka
menuliskan :
-
The leaders [before AD 100] usually worked with
their hands for their material needs. There was no artificial distinction
between clergy and laity. The earliest bishops or presbyters engaged in
secular labor to make their living and performed the duties of their church
office when not at work.
[[ Para pemimpin gereja
[sebelum 100 M] biasanya bekerja dengan tangan mereka sendiri untuk kebutuhan
materi mereka. Tidak ada perbedaan artifisial antara pendeta dan awam. Para
uskup atau presbiter paling awal terlibat dalam pekerjaan sekuler untuk mencari
nafkah dan melakukan tugas-tugas gereja mereka ketika tidak bekerja]]
** Robert Baker (Southern Baptist) **
-
Thus…to come to the subject of this chapter…we now
understand how so many of the disciples and followers of the Lord gained
their living by some craft; how in the same spirit the Master Himself
condescended to the trade of his adoptive father; and how the greatest of his
apostles throughout earned his bread through the labor of his hands, probably
following, like the Lord Jesus, the trade of his father. For it was a principle,
frequently expressed, if possible ‘not to forsake the trade of the father.
[[ Jadi…untuk sampai
pada pokok bahasan bab ini…kita sekarang memahami bagaimana begitu banyak murid
dan pengikut Tuhan yang memperoleh penghidupan mereka dengan suatu keahlian; bagaimana
dalam semangat yang sama, Sang Guru sendiri bekerja seperti ayah angkatnya; dan bagaimana rasul-rasulnya memperoleh kebutuhannya melalui pekerjaan mereka, kemungkinan
mengikuti Tuhan Yesus yang bekerja seperti ayahnya. Karena itu adalah prinsip,
yang sering diungkapkan, jika mungkin 'tidak meninggalkan pekerjaan ayah.]]
** Alfred Edersheim - Sketches of Jewish Social Life **
Menarik diketahui bahwa ternyata
menurut mereka, sebagian dari para pelayan Firman (pemimpin Jemaat Kristen)
paska Kerasulan tetap bekerja diluar tugas utama mereka, yg mana hal ini
kurang lebih seperti rasul Paulus yg bekerja sebagai pembuat tenda (Kisah Para
Rasul 18:3) untuk menghidupi dirinya namun di hari Sabath, dia mengajar
tentang Injil dan Kristus. Kita tidak pernah tahu bagaimana dengan para rasul
yg lain seperti misalnya Petrus dan Yohanes yg semula adalah penjala ikan namun
ada kemungkinan bahwa setiap rasul Kristus tidak meninggalkan pekerjaan
mereka sebelumnya sembari tetap memberitakan Injil Kristus. Ada kemungkinan
bahwa Yesus sendiri pun tidak meninggalkan pekerjaan yg diwariskan
ayah-Nya sebagai tukang kayu meskipun dalam pelayanan penginjilan
mereka, ada donatur yg mendukung itu (Lukas 8:1-3).
Jejak pertama dari rumah ibadat bagi umat Kristen terjadi
pada zaman Tertullian yg berbicara tentang 'pergi ke gereja' ditulis
oleh Phillip Schaff.
About the year
230, Emperor Alexander Severus (AD:208-235) granted the Christians the right to
a place in Rome againts the protest of the tavern-keepers because the worship
of God in any form was beter than tavern-keeping. After the middle of the third
century the building of churches began in great earnest as the Christians
enjoyed over forty years of repose and multiplied so fast, according
to Eusebius, more spacious place of devotion became everywhere necessary.
The
Diocletian persecution began (in AD:303) with the destruction of the
magnificent church at Nicomedia, which according to Lactantius, even towering
above the neighboring imperial palace.
(Phillip Schaff, History of The
Christian Church - Vol 2 Chapter 5 Section 59-65).
Tokoh bernama Cyprian (AD:200-258)
adalah orang Kristen pertama yg menulis tentang praktek dukungan keuangan
terhadap Klerus / Rohaniwan (clergy). Dia berargumentasi bahwa karena
imam-imam Lewi didukung oleh Persepuluhan, maka hal yg sama juga berlaku bagi
para pelayan Firman. Tentu saja, hal ini menjadi era baru dalam Kekristenan dan
secara tidak langsung diadopsi oleh semua Gereja Kristen meskipun
sekali lagi, Cyprian menuliskan tentang itu karena dia melihat kehidupan para
pelayan Firman yg ada disekitarnya, dan tentu saja, menilik kepada Injil,
ketika Yesus dan rombongan-Nya pun mendapat dukungan secara finansial. Dia menuliskan tentang itu didalam suratnya.
** Cyprian -- Epistle 65.1 **
... the Levitical tribe, which was
left free for the temple and the altar, and for the divine ministries, received
nothing from that portion of the division; [the allocation of the land of
Canaan among the tribes of Israel once they crossed the Jordan river with
Joshua] but while others cultivated the soil, that portion [the Levites] only
cultivated the favor of God, and received the tithes from the eleven tribes,
for their food and maintenance, from the fruits which grew.
All which was done by divine
authority and arrangement, so that they who waited on divine services might in
no respect be called away, nor be compelled to consider or to transact secular
business.
Which plan and rule is now
maintained in respect of the clergy, that they who are promoted by clerical
ordination in the Church of the Lord may be called off in no respect from the
divine administration, nor be tied down by worldly anxieties and matters; but
in the honor of the brethren who contribute, receiving as it were tenths of the
fruits, they may not withdraw from the altars and sacrifices, but may serve day
and night in heavenly and spiritual things.
** Cyprian -- Epistle 128.9 **
Thus, we find, so early as
the third century, the foundations of a complete hierarchy; though a
hierarchy of only moral power, and holding no sort of outward control over
the conscience…. With the exaltation of the clergy [in the third century]
appeared the tendency to separate them from secular business, and even from
social relations…. They drew their support from the church treasury,
which was supplied by voluntary contributions and weekly collections on the
Lord’s Day. After the third century they were forbidden to engage in any
secular business, or even to accept any trusteeship.
Selain Cyprian tidak ada penulis
Kristen sebelum Konstantinus Agung (AD:272-337) yg pernah menggunakan
Perjanjian Lama sebagai referensi untuk mendukung praktik Persepuluhan yg
membantu keuangan gereja dan kehidupan para pelayan Firman yg melayani disana.
Namun ada sebuah tulisan yg senada dengan apa yg ditulis oleh Cyprian yg oleh
gereja Katolik akhirnya menyatakan tulisan ini menyesatkan karena Persepuluhan saat
itu tidak pernah menjadi doktrin resmi gereja.
Gereja Protestan Arus Utama juga
tidak punya hubungan dengan tulisan ini seperti tuduhan beberapa
pihak namun apa yg dituliskan disana menjadi gambaran praktik
persepuluhan oleh sebagian denominasi Kristen saat ini. Tulisan
itu menyatakan :
** Constitutions of the Apostles (Book 2, Section 4
- Berasal dari abad ketiga/keempat) **
1. On the Management of the
resources collected for the support of the Clergy and the relief of the
poor.
"Let the bishop esteem such food and raiment sufficient as suits necessity and
decency. Let him not make use of the Lord’s goods as another’s, but moderately;
‘for the laborer is worthy of his reward.’ Let him not be luxurious in diet, or
fond of idle furniture, but contented with so much alone as is necessary for
his sustenance."
2. On First-fruits and Tithes, and after what
manner the Bishop is himself to partake of them, or distribute them to
others.
XXV. Let him use those
tenths and first-fruits, which are given according to the command of God, as a
man of God; as also let him dispense in a right manner the free-will offerings
which are brought in on account of the poor, to the orphans, the widows, the
afflicted, and strangers in distress, as having that God for the examiner of
his accounts who has committed the disposition to him. Distribute to all those
in want with righteousness, and yourselves use the things which belong to the
Lord, but do not abuse them, eating of them, but not eating them all up by
yourselves: communicate with those who are in want, and thereby show yourselves
unblameable before God. For if you shall consume them by yourselves, you will
be reproached by God.
"For those who attend
upon the Church ought to be maintained by the Church, as being priests,
Levites, presidents, and ministers of God; as it is written in the book of
Numbers concerning the priests ..."
"Those which were then
first-fruits, and tithes, and offerings, and gifts, now are oblations, which
are presented by holy bishops to the Lord God, through Jesus Christ, who has
died for them. For these are your high priests, as the presbyters are your
priests, and your present deacons instead of your Levites; as are also your
readers, your singers, your porters, your deaconesses, your widows, your
virgins, and your orphans: but He who is above all these is the High Priest."
XXVI. "The bishop, he is
the minister of the word, the keeper of knowledge, the mediator between God and
you in the several parts of your divine worship. He is the teacher of piety;
and, next after God, he is your father, who has begotten you again to the
adoption of sons by water and the Spirit. He is your ruler and governor; he is
your king and potentate; he is, next after God, your earthly God, who has a
right to be honored by you."
XXVII. "You ought
therefore, brothers, to bring your sacrifices and your oblations to the bishop,
as to your high priest, either by yourselves or by the deacons; and do you
bring not those only, but also your first-fruits, and your tithes, and your
free-will offerings to him. For he knows who they are that are in affliction,
and gives to every one as is convenient, that so one may not receive alms twice
or more often the same day, or the same week, while another has nothing at
all"
Dapat disimpulkan bahwa
tulisan ini merupakan refleksi atas perkembangan doktrin Persepuluhan setelah
tulisan Cyprian.
Kita tidak bisa menafikan
fakta bahwa sejak kaisar Konstantinus Agung menjadikan Kristen sebagai agama
resmi negara, dia 'secara tidak langsung' mengadopsi tindakan
raja Daud dan Salomo dimana dia mulai membangun gedung-gedung gereja yg megah
bagi umat Kristen dan sejak itulah hingga saat ini, sebagian besar Gereja
Kristen (dalam bahasa yg lebih halus) meminta dukungan dana dari Jemaat dan
donatur untuk mendukung pembangunan gereja, sesuatu yg kemudian menjadikan
Kekristenan berada didalam masalah. Bagi yg berfikiran bijak tentu merasa
dirinya wajib mendukung pekerjaan dan pelayanan para pelayan Firman termasuk
dukungan dana untuk membangun gedung gereja namun mereka yg sudah
diracuni fikiran-fikiran negatif (yg mana hal ini tidak bisa sepenuhnya
disalahkan mengingat sebagian dari pelayan Firman telah mengajarkan yg salah
tentang Persepuluhan) sudah menjustifikasi bahwa para pelayan Firman yg hidup
mewah (glamour/hedonisme) telah melupakan prinsip utama
Persembahan dan Persepuluhan yakni memberikan itu kepada Jemaat yg membutuhkan
bantuan dan orang-orang miskin yg mana itu merupakan hak mereka. Bagi mereka,
para pelayan Firman yg demikian sudah menjadi hamba uang.
Kita tidak mempunyai rincian timeline yg cukup untuk praktek Persepuluhan yg dijalankan
semenjak Cyprian pada abad ke-3 M, dan kapan kemudian praktek Persepuluhan
"ditinggalkan" oleh Gereja. Yang kita tahu gereja Katolik Roma,
Ortodoks, dan Gereja Protestan Arus Utama dewasa ini sudah tidak mewajibkannya
di masa sekarang ini kecuali tentu saja, setiap Persembahan yg diberikan
kepada Gereja, apapun wujudnya, haruslah didasari rasa syukur
kepada Allah. Namun demikian, sebagai umat Kristen, Kita harus jujur
mengakui bahwa ada oknum-oknum di dalam Gereja yg memanfaatkan Persepuluhan dan
Persembahan untuk kepentingan pribadi.
**)
Perkembangan Persembahan Persepuluhan Didalam Gereja Sampai Abad ke - 16
Encyclopedia Americana
(p6, 259) menuliskan, "It (tithing) was not practised in the early
Christian Church but gradually became common (in the Roman
Catholic church in western Europe) by the 6th Century. The
Council of Tours in 567 and the 2nd Council of Macon in 585 advocated
tithing. Made obligatory by civil law in the Carolingian Empire in 765 and
in England in the 10th Century ... The Reformation did not
abolish tithing and the practice was continued in the Roman Catholic
church and in Protestant countries (until it was) gradually replaced by other
forms of taxation. The Roman Catholic church still prescribes tithes in
countries where they are sanctioned by law, and some Protestant bodies consider
tithes obligatory."
Catholic Encyclopedia (1912) menuliskan, "In the beginning [provision] was
supplied by the spontaneous support of the faithful. In the course of time,
however, as the Church expanded and various institutions arose, it became necessary
to make laws which would insure the proper and permanent support of the clergy.
The payment of tithes was adopted from the Old Law, and early writers speak
of it as a divine ordinance and an obligation of the conscience. The
earliest positive legislation on the subject seems to be contained in the
letter of the bishops assembled at Tours in 567 and the Canons of the Council
of Macon in 585."
Menurut Encyclopedia Americana dan Catholic Encyclopedia,
praktik persepuluhan yg diperkenalkan dalam Perjanjian Baru yg diberikan
kepada para Uskup sebanding/setara dengan Imam Besar dalam Perjanjian Lama.
Ketika Kristen mulai menjadi agama resmi negara semenjak era Konstantinus
Agung dan mendapat dukungan dari Kekaisaran beberapa tahun sesudahnya, gereja
mulai memiliki assets berupa tanah. Awalnya, gereja mendapatkan
privatisasi atas tanah yg berasal dari sumbangan para tuan tanah yg berkuasa
disana sembari mulai menjalankan praktik Persepuluhan melalui 'tangan' para
Uskup dan mulai menjalankan bisnis sewa tanah. Dengan demikian Persepuluhan
menjadi salah satu sumber utama pemasukan gereja Katolik Roma sehingga mereka
mulai memiliki assets dan pemasukan tetap dari kedua praktik tersebut.
Sejarahwan Gereja sepakat bahwa tidak sampai 500 tahun setelah
Peristiwa Salib Kristus di Calvary, gereja Katolik Roma mulai memiliki otoritas
untuk memungut Persepuluhan. Konsili Tours 567 dan Konsili Macon 585 menetapkan
Persepuluhan menjadi doktrin resmi Katolik Roma dan mengekskomunikasi Jemaat yg
tidak memberikan Persepuluhan namun gereja tidak mendapatkan otoritas dari
Kekaisaran untuk mengumpulkan sumbangan melalui Hukum Sipil. Adalah penting bahwa persepuluhan tidak
muncul secara historis sampai Katolik Roma menjadi kuat di dunia sekuler.
Bahkan hingga saat ini persepuluhan masih menjadi sumber pemasukan gereja. Saat
itu, gereja Roma menolak untuk melaksanakan upacara keagamaan jika tidak
diberikan kekayaan atau tanah sebagai hak milik.
Konsili Macon 585 yg dipimpin oleh
Priscus, uskup agung dari Lyon (573-588) menetapkan :
'Quas
leges (to pay the tithe) -- Christianorum congeries longis temporibus
custodivit intemeratas; nunc autem pautatim prævaricatores legum pene
Christiani omnes ostendunt, dum ea quæ divinitus sancita sunt adimplere
negligunt.'
[[ Perintah, pembayaran persepuluhan
(dibawah rasa sakit ekskomunikasi). Sekarang hampir semua orang Kristen secara
bertahap menunjukkan diri mereka sebagai pelanggar hukum, sementara mereka
mengabaikan untuk memenuhi hal-hal yang telah disetujui oleh Tuhan yakni
membayar persepuluhan. ]]
Dalam dokumen yg lain yg masih terkait
dengan Konsili ini, mereka menetapkan 12 Kanon dan salah satu kanon mengatakan
:
The old law, to pay
tithes to the Church, is widely neglected, and must therefore be enjoined
afresh. The tithe is to be expended for the use of the poor (also of the
clergy), and for the redemption of prisoners. Whoever obstinately refuses it is
forever excommunicated.
[[ Perjanjian Lama, membayar
persepuluhan kepada Gereja yg secara luas telah diabaikan, dan oleh karena itu harus
diperintahkan lagi. Persepuluhan harus diberikan kepada orang miskin (juga
Klerus), dan untuk penebusan tahanan. Siapa pun yang dengan keras menolaknya
akan diekskomunikasi (dikucilkan selamanya dari gereja Katolik Roma) ]]
Ini merupakan pernyataan kanonik pertama
gereja Katolik Roma tentang 'divine right' Persepuluhan.
Ada sebuah surat yg ditujukan kepada kaum awam Kristen,
baik selama Sinode Tours Kedua (567), atau segera setelahnya oleh empat uskup
yg menjadi anggota Sinode itu, khususnya uskup agung Euphronius (AD:555-573)
dari Tours, Prancis. Dalam surat ini mereka memanggil umat beriman untuk
bertobat dan melakukan perubahan, agar mereka dapat lolos dari penghakiman
ilahi yg ada di hadapan mereka. Dan terkait dengan persepuluhan, surat itu
mengatakan semua harta benda, persepuluhan harus dibayar, bahkan setiap budak
yg kesepuluh harus diberikan kepada para uskup untuk penebusan para tawanan.
Dengan semakin berkembangnya praktik persepuluhan di dalam gereja
Katolik Roma, lahir konsili-konsili lokal gereja Katolik Roma yg menetapkan
pembayaran persepuluhan.
Konsili Metz (888) yg dipimpin oleh Uskup Agung Ratbodus bersama para uskup yg
lain di gereja Katolik St Arnold menetapkan:
Enjoins the payment of tithe to the
priest who serves the church, and forbids patrons to retain any for themselves.
[[ Memerintahkan
pembayaran persepuluhan kepada imam yg melayani gereja, dan melarang patrons
[penjaga/pelindung] untuk menyimpannya untuk diri mereka sendiri.]]
Teolog Thomas Aquinas yg mana ajarannya diakui sebagai ajaran gereja
Katolik Roma oleh Paus Benedixtus XV, dalam membela persepuluhan menyatakan, ''During
the time of the New Law the authority of the Church has established the payment
of tithes / Selama masa Perjanjian Baru, otoritas gereja (Katolik Roma) telah
menetapkan pembayaran persepuluhan'' (Summa Theologica, Vol. 3, The
Second Part of The Second Part –
Objection 5). Dia menggunakan
Kejadian 14 dan Melkisedek untuk mendukung argumentasinya.
Thomas Aquinas menunjukkan bahwa kelanjutan dari praktik ini
dengan cukup tepat, “jangan sampai jemaat Perjanjian Baru memberi lebih sedikit kepada para pelayan
Perjanjian Baru daripada yang diberikan jemaat Perjanjian Lama kepada para pelayan Perjanjian Lama. ”[1] Tetapi
pada tingkat yang lebih mendasar, Aquinas melihat persepuluhan sebagai tindakan
keadilan. Sebagaimana masyarakat harus menyediakan kebutuhan mereka yang
melayani mereka (seperti pejabat pemerintah atau tentara), demikian pula
masyarakat harus mendukung mata pencaharian orang-orang yang memimpin mereka
dalam beribadah kepada Tuhan.
Thomas Aquinas juga
menyatakan bahwa adalah
kewajiban manusia dalam membayar persepuluhan timbul karena
berasal dari kewajiban naluriah, sebagian lagi karena melihat kepada kebutuhan Gereja.
Dengan mempertimbangkan kemampuan Jemaat, setiap orang dapat menetapkan pembayaran dengan
proporsi yang berbeda.
Masih menurut Thomas
Aquinas, ajaran tentang
membayar persepuluhan, sejauh itu adalah ajaran moral, diberikan dalam Injil
oleh Tuhan kita ketika Dia mengatakan "Pekerja layak menerima upahnya," dan rasul Paulus mengatakan hal yang sama dalam 1 Korintus 9:13-14. Tetapi penetapan proporsi tertentu diserahkan kepada tata
cara Gereja.
Tidak
tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat
penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah,
mendapat bahagian mereka dari mezbah itu?
Demikian
pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup
dari pemberitaan Injil itu.
Thomas Aquinas juga
menyatakan bahwa Gereja harus memperhatikan 2 (dua) hal sehubungan dengan persepuluhan: yaitu hak untuk
menerima persepuluhan, dan hal-hal yang diberikan atas nama persepuluhan. Hak
untuk menerima persepuluhan adalah hal rohani, karena itu timbul dari kewajiban
yang olehnya para pelayan mezbah berhak menerima
hasil dari pelayanan mereka,
dan hal-hal duniawi yang menjadi hak bagi mereka yang menabur hal-hal rohani. Hak
ini ini tidak lain adalah milik
para rohaniwan yang memelihara jiwa-jiwa, dan hanya
mereka yang berhak memiliki hak atas kewajiban
Persepuluhan.
Lebih lanjut pengajaran,
Thomas Aquinas tentang kewajiban Jemaat dalam memberikan Persepuluhan kepada
para pelayan Firman melalui Gereja dapat dibaca dalam Summa Theologia -- Second
Part of the Second Part -- Question 87.
Kemudian di Inggris ada Robert de Winchelsey (1245-1313), Teolog
Katolik Roma dan uskup agung dari Canterbury yg dipengaruhi oleh tulisan Thomas
Aquinas dalam sebuah Konstitusi di Merton, Inggris menetapkan :
- Relates to
tithes, orders a uniform demand of tithe throughout the province,
unless the parishioners redeem them at a competent rate. This
constitution orders that tithe be paid of the profits or wages of
handicraftsmen and merchants, masons, victualers, &c.; and that in
demanding a mortuary (or principal legacy), the custom of the province,
with the possession of the Church, be observed. Rectors, vicars, &c.,
who either for fear or favor of men, do not demand their tithes
effectually, as aforesaid, to be punished.
- Relates to
certain difficulties in taking tithe or sheep removed from parish to
parish, and other similar matters.
- Ordains that if
a man, at his death, have three or more animals among his chattels, the
second best shall be reserved for the church where he received the
sacraments when alive.
- Declares what
things the parishioners are bound to provide for the service and repairs
of their church, viz., a legend, an antiphonar, a graduale, a psalter, a
troper, an ordinal, a missal, a manual, a chalice, the principal vestment,
with a chesible, dalmatic, tunicle,1 a choral cope with all its
appendages,1 a fontal for the high altar, three towels, three surplices,
one rochet,1 a cross for processions, a cross for the dead, a censer, a
lanthorn, a hand-bell to carry before the host to the sick, a pyx for the
body of Christ, a decent veil for Lent, banners for the rogations, bells
with ropes, a bier, a vessel to hold the blessed water, an osculatory (or
Pax), a candlestick for the wax-taper at Easter, a font with lock and key,
the images in the church, the chief image in the chancel, the enclosure of
the churchyard, the repairs of the body of the church, within and without,
with the images, windows, books, and vestments. All things else to be done
at the expense of the rector or curate.
- Forbids stipendiary
priests, i.e., such as had no share in the tithe of the parish, but were
maintained by saying masses, &c., and others similarly maintained, to
take any part of the fees, offerings, &c., without the incumbent’s
permission, under pain of excommunication; orders such priests to be
present in the chancel, and not in the body of the church, or fields, at
matins, vespers, and other offices, in surplices purchased at their own
cost, and to join in the reading, singing, and psalmody. Forbids them on
Sundays, festivals, and days of funerals, to begin their masses until the
gospel at high mass is ended. Provides that they shall take an oath on the
holy Books, not in any way to injure the churches or chapels, or their
incumbents, &c., and especially to abstain from raising scandal and
contention between rectors and parishioners. Forbids them to receive the
confessions of the people belonging to the several parishes, &c., of
the churches in which they minister, and to frequent taverns, stews, and
bad houses.
- Orders the
clergy to enforce the payment of tithe as undermentioned, viz., of milk,
and of the profits of woods, mast, trees, if sold, parks, fish in stews,
rivers, or ponds, fruits, cattle, pigeons, seed, beasts in warren,
fowling, gardens, court-yards, wool, flax, wine, grain, turfs, swans,
capons, geese, ducks, eggs, hedge-rows, bees, honey, wax, lambs, calves,
colts, and mills; also, of what is caught in hunting, and profits of
handicraftsmen and merchants. Orders that payment be enforced under
pain of suspension, excommunication and interdict.
Menurut
doktrin Katolik Roma tentang Persepuluhan saat itu, pembayaran persepuluhan diadopsi dari
Perjanjian Lama, dan para penulis awal Kitab Suci mengatakannya sebagai
peraturan ilahi dan kewajiban hati nurani. Dalam perjalanan waktu, kita
menemukan pembayaran persepuluhan diwajibkan oleh undang-undang gerejawi di
semua negara Kekristenan dan gereja Katolik Roma memandang pembayaran ini
sebagai " ... divine law, since tithes were instituted not by man but
by the Lord Himself (Persepuluhan adalah hukum Ilahi karena ditetapkan bukan
oleh manusia tetapi oleh Tuhan sendiri]] [Chapter 14, X de Decimis
[[tentang Persepuluhan]] III, 30).
Meskipun
demikian, Pope Paschal (Paschal II) pernah menyatakan "It (tithes) is a
new form of exaction when the clergy demand tithes from the clergy" (Ini [[Persepuluhan]] adalah bentuk baru dari pemerasan ketika klerus menuntut persepuluhan dari
klerus) [Cap. Novum genus, de Decimis [[tentang Persepuluhan]], etc)
Namun
dalam dokumen resmi gereja Katolik Roma yg lain juga dituliskan :
Religious who are clerics, if they have
care of souls, and dispense spiritual things to the people, are not bound to
pay tithes, but they may receive them. Another reason applies to other
religious, who though clerics do not dispense spiritual things to the people;
for according to the ordinary law they are bound to pay tithes, but they are
somewhat exempt by reason of various concessions granted by the Apostolic.
[[ Rohaniwan yg menjadi Klerus, jika mereka memiliki
kepedulian terhadap jiwa-jiwa (Jemaat), dan membagikan hal-hal rohani kepada
umat, tidak terikat untuk membayar persepuluhan, tetapi mereka boleh
menerimanya. Alasan lain berlaku untuk agama lain, yg meskipun Klerus tidak
membagikan hal-hal spiritual kepada umat; karena menurut hukum biasa mereka
terikat untuk membayar persepuluhan, tetapi mereka agak dikecualikan karena
berbagai konsesi yg diberikan oleh Apostolik. ]]
(Cap. Ex multiplici, Ex parte, and Ad audientiam, de Decimis [[tentang
Persepuluhan]])
Antara tahun 774 hingga 777 raja Frank, Charlemagne,
menghancurkan kerajaan Lombard Arian yg memisahkan kerajaannya dari Italia
utara. Dengan mengutip Hukum Musa melalui otoritasnya didalam sinode
gereja Katolik Roma, Paus akhirnya meyakinkan Charlemagne untuk mengizinkan
Persepuluhan hasil pertanian yg dipaksakan untuk mendukung perkembangan sistem
gereja paroki yg mulai berkembang pesat. Pada tahun 785 Paus Hadrianus berusaha
memaksakan persepuluhan pada Anglo-Saxon. Sebagai apresiasi atas dukungan Charlemagne
kepada gereja Katolik Roma, Paus menobatkan Charlemagne sebagai Kaisar Romawi
Suci.
Pada tahun 906, raja Edgar secara hukum memberlakukan
persepuluhan makanan di Inggris. Pada tahun 1067 dan 1078, pada Konsili Gereja
Gerona, dan pada tahun 1215 pada Konsili Lateran Keempat, persepuluhan semakin
diterapkan di semua negeri di bawah sistem pemerintahan Gereja-Negara. Semua
warga negara, termasuk orang Yahudi, diwajibkan untuk memberikan persepuluhan
kepada gereja Katolik Roma. Seorang petani biasa memberikan persepuluhan
pertama dari tanahnya kepada penguasa atau tuan tanah sekulernya (yg sering
kali adalah gereja Roma) dan sepersepuluh kedua kepada gereja secara langsung.
Pada tahun 1179, Konsili Lateran Ketiga memutuskan bahwa hanya Paus yg dapat membebaskan
orang dari kewajiban memberi persepuluhan.
Selama beberapa abad, hak untuk mengumpulkan persepuluhan
pertanian bergeser bolak-balik antara Kepausan dan otoritas sekuler –
tergantung pada kekuatan mana yg paling kuat. Paus Innocent III (1198-1216), untuk
memperkuat dan memurnikan gereja, memerintahkan agar persepuluhan untuk
mendukung gereja Katolik Roma didahulukan dari semua pajak lainnya.
Memaksakan persepuluhan pertanian dari orang Yahudi
menjadi sangat parah di Inggris dan negara-negara Jerman. Mulai sekitar abad
ke-14, orang Yahudi bahkan tidak diizinkan memiliki tanah di banyak negara. Ini
memaksa orang-orang Yahudi keluar dari negeri itu dan mengalihkan profesi
mereka ke dunia Perbankan dan Perdagangan karena pekerjaan dan uang itu tidak termasuk
dalam persepuluhan. Pada tahun 1372 bahkan Klerus
di Jerman
memberontak karena harus membayar persepuluhan kepada Paus.
Tidak lama setelah Alkitab diterjemahkan ke dalam bahasa
lokal, Otto Brumfels pada tahun 1524 menyatakan bahwa Perjanjian Baru tidak
mengajarkan persepuluhan. Hal ini membuat Paus Gregorius VII beberapa tahun
sesudahnya, dalam upaya mengendalikan kepemilikan sekuler atas persepuluhan,
sekali lagi melarang kepemilikan persepuluhan oleh kaum Klerus.
Konsili Trente (1563) yg merupakan pergerakan gereja
Katolik Roma untuk menahan arus Reformasi menyatakan bahwa :
Tithes are due to God or to religion,
and that it is sacrilegious to withold them. And one of the six precepts of the
Church commands the faithful to pay tithes to their pastors.
[[ Persepuluhan adalah hak Allah atau
agama, dan adalah perbuatan asusila untuk menahannya. Dan salah satu dari enam
ajaran gereja (Katolik Roma) memerintahkan umat beriman untuk membayar
persepuluhan kepada pastor mereka. ]]
Menarik untuk diketahui bagaimana pendapat Teolog
Protestant terkait dengan Persepuluhan. John Wycliffe (1328-1384) dan John Huss
(1373-1415), keduanya menyamakan persepuluhan sama dengan persembahan ucapan
syukur. Sementara Wycliffe bersikeras bahwa persepuluhan tidak diperintahkan
dalam Perjanjian Baru. Huss dan para pengikutnya menyimpulkan bahwa Hukum
Perjanjian Lama tidak mengikat orang Kristen. John Smyth (1609) mengatakan
Kristus menghapuskan persepuluhan karena perubahan imamat. Francis Turrentin
(1623-1687) menyatakan bahwa menurut Hukum Perjanjian Lama seperti persepuluhan
dan buah sulung tidak mengikat. Dia menyimpulkan bahwa metode untuk mendukung
pendeta harus menekankan kesukarelaan.
Selain
itu, Teolog Protestant yg lain berada dalam posisi yg senada ketika berbicara
tentang Persepuluhan, dalam sebuah kesempatan Martin Luther mengajarkan :
But just as the Jews fail, so also
do the Gentiles. Therefor it is natural to honor God, not steal, not commit
adultery, not bear false witness, not murder; and what Moses commands is
nothing new. For what God has given the Jews from heaven, he has also written
in the hearts of all men. Thus, I keep the commandments which Moses has given,
not because Moses gave the commandment, but because they have been implanted in
me by nature, and Moses agrees exactly with nature, ......
[[ Tetapi sama seperti orang-orang
Yahudi gagal, demikian juga orang-orang bukan Yahudi. Oleh karena itu wajar
untuk menghormati Tuhan, tidak mencuri, tidak berzinah, tidak mengucapkan saksi
dusta, tidak membunuh; dan apa yang diperintahkan Musa bukanlah hal baru. Untuk
apa yang telah Tuhan berikan kepada orang-orang Yahudi dari surga, Dia juga
telah menulis di dalam hati semua orang. Jadi saya menaati perintah-perintah yg
telah diberikan Musa, bukan karena Musa memberikan perintah itu, tetapi karena
perintah-perintah itu telah ditanamkan dalam diri saya oleh alam, dan Musa
persis sama dengan alam, ....... ]]
But the other commandments of Moses,
which are not [implanted in all men] by nature, the Gentiles do not hold. Nor
do these pertain to the Gentiles, such as the tithe and others equally
fine which I wish we had too. Now this is the first thing that I ought to see
in Moses, namely, the commandments to which I am not bound except insofar as
they are [implanted in everyone] by nature [and written in everyone's heart].
[[ Tetapi perintah-perintah Musa
lainnya, yg tidak [ditanamkan pada semua orang] secara alami, tidak dipegang
oleh orang-orang bukan Yahudi. Ini juga tidak berkaitan dengan orang-orang
bukan Yahudi, seperti persepuluhan dan lainnya sama baiknya yg saya harap kita
miliki juga. Sekarang ini adalah hal pertama yg harus saya lihat dalam Musa,
yaitu, perintah-perintah yg saya tidak terikat kecuali sejauh mereka (ditanamkan
dalam setiap orang) secara alami (dan tertulis dalam hati setiap orang). ]]
** Martin Luther -- How
Christians Should Regard Moses, April 27, 1525 **
Berbeda
dengan Teolog Protestant yg lain, John Calvin (1509–1564) mendukung praktik
Persepuluhan yg mana menurut Calvin, umat Kristen tidak boleh menghilangkan
sekecil apapun Hukum yg ada didalam Taurat, terkait dengan hal itu dia
menuliskan :
He [Jesus] therefore acknowledges
that whatever God has enjoined ought to be performed, and that no part of it
ought to be omitted, but maintains that zeal for the whole Law is no reason why
we ought not to insist chiefly on the principal points. Hence, he infers that
they overturn the natural order who employ themselves in the smallest matters,
when they ought rather to have begun with the principal points; for tithes
were only a kind of appendage. Christ therefore affirms that he has no
intention to lessen the authority even of the smallest commandments ...
It is therefore our duty to preserve entire the whole Law ... Hence, we
conclude that all the commandments are so interwoven with each other, that we
have no right to detach one of them from the rest.
[[ Karena itu Dia (Yesus) mengakui
bahwa apa pun yg diperintahkan Tuhan harus dilakukan, dan tidak ada bagian
darinya yg boleh dihilangkan, tetapi menyatakan bahwa semangat untuk seluruh
Hukum bukanlah alasan mengapa kita tidak harus bersikeras terutama pada
poin-poin utama. Oleh karena itu ia menyimpulkan mereka menjungkirbalikkan
tatanan alam yg mempekerjakan diri mereka sendiri dalam hal-hal terkecil,
ketika mereka seharusnya mulai dengan poin-poin utama; karena persepuluhan
hanyalah semacam pelengkap. Oleh karena itu Kristus menegaskan bahwa Ia
tidak bermaksud untuk mengurangi otoritas bahkan dari perintah-perintah yg
terkecil sekalipun. ... Oleh karena itu adalah tugas kita untuk melestarikan
seluruh seluruh Hukum. ... Oleh karena itu kami menyimpulkan bahwa semua
perintah begitu terjalin satu sama lain, sehingga kami tidak berhak untuk
memisahkan salah satunya dari yang lain. ]]
** John Calvin, Commentary on a
Harmony of the Evangelists, Matthew, Mark, and Luke, 3 vols ... Trans. William
Pringle (Grand Rapids: Baker, 1999), 3:92 **
Charles
Spurgeon (1834-1892), penulis The Pilgrim's Progess mengajarkan :
It is also noteworthy that, with regard
to Christian liberality, there are no rules laid down in the Word of God. I
remember hearing somebody say, I should like to know exactly what I ought to
give. Yes, dear Friend, no doubt you would; but you are not under a system
similar to that by which the Jews were obliged to pay tithes to the priests. If
there were any such rule laid down in the gospel, it would destroy the beauty
of spontaneous giving, and take away all the bloom from the fruit of your
liberality.
[[ Juga patut
dicatat bahwa, berkenaan dengan kemurahan hati umat Kristen, tidak ada aturan
yg ditetapkan dalam Firman Tuhan. Saya ingat pernah mendengar seseorang
berkata, "Saya ingin tahu persis apa yg harus saya berikan."
"Ya,
Sahabat terkasih, Anda pasti akan melakukannya; tetapi Anda tidak berada di
bawah sistem yg serupa dengan sistem yg mewajibkan orang Yahudi untuk membayar
persepuluhan kepada para imam. Jika ada aturan seperti itu yg ditetapkan
dalam Injil, itu akan menghancurkan keindahan memberi secara spontan, dan
menghilangkan semua bunga dari buah kemurahan hati Anda." ]]
** Metropolitan Tabernacle Pulpit, 68
vols. (Pasadena, TX: Pilgrim, 1974), 47:97 **
I have read
some amazing statements upon the divine right of tithes. It seems to be
established in the minds of some that if God gave the tithes to Levi he must,
therefore, have given them to Episcopalian ministers: an inference which I fail
to see. I should just as soon draw the inference that he had given them to
Baptist ministers; certainly it would be no more illogical. The idea of our
being priests, or Levites, in order to get compulsory tithes, would be too
abhorrent to be entertained for a moment.
[[ Saya telah membaca beberapa pernyataan
yg menakjubkan tentang hak ilahi dari persepuluhan. Tampaknya ditetapkan
dalam pikiran beberapa orang bahwa jika Tuhan memberikan persepuluhan kepada
Lewi, dia pasti telah memberikannya kepada para pendeta Episkopal: sebuah
kesimpulan yg gagal saya lihat. Saya harus segera menarik kesimpulan bahwa
dia telah memberikan mereka kepada pendeta Baptis; tentu itu tidak akan lebih
tidak logis. Gagasan bahwa kita menjadi imam, atau orang Lewi, untuk
mendapatkan persepuluhan wajib, adalah hiburan yg menjijikan. ]]
** Metropolitan Tabernacle Pulpit 28:694 **
Pada tahun 1714 gereja Anglikan di Inggris meminta
persepuluhan pertanian dari Katolik Roma dan Presbiterian untuk mendukung
gereja Irlandia yg kemudian memicu pemberontakan di Prancis. Tahap paling awal
dari Revolusi Prancis adalah tindakan yg menyerang hak istimewa dan status
gereja Katolik Roma. Pada tahun 1789, persepuluhan dihapuskan di Prancis oleh
otoritas sekuler. Pemberontakan lain terhadap persepuluhan menyusul. Antara
tahun 1836 dan 1850 persepuluhan sebagian besar dihapuskan di Inggris yg
kemudian diubah menjadi sewa yg harus dibayar tunai. Pada tahun 1868, sebagai
akibat dari agitasi yg dimulai setidaknya sejak tahun 1830-an dan yang didukung
oleh Dissenters, pembayaran wajib
persepuluhan kepada Paroki Lokal untuk pemeliharaan gereja dihapuskan dan
dibuat murni sukarela. Namun, persepuluhan tidak dihapuskan sampai tahun 1936
di Inggris.
Di Kanada, hingga akhir tahun 1868, Konsili Quebec
Keempat menyatakan bahwa persepuluhan adalah wajib. Untuk sementara
persepuluhan bahkan diwajibkan di tanah Prancis di Dunia Baru sampai wilayah
itu dijual. Pada tahun 1871, persepuluhan dihapuskan di Irlandia. Pada tahun
1887 persepuluhan berakhir di Italia.
Di Jerman Barat, penduduk harus secara resmi meninggalkan
keanggotaan gereja untuk menghindari pajak gereja yg wajib. Di tempat lain,
gereja Ortodoks Timur tidak pernah menerima persepuluhan dan para anggotanya
tidak pernah mempraktekkannya namun gereja Katolik Roma masih menetapkan
persepuluhan di setiap wilayah di mana itu disetujui oleh Hukum, saat itu
beberapa Sinodal Protestan masih menganggap persepuluhan sebagai kewajiban.
Saat ini sebagian besar badan keagamaan telah meninggalkan praktik persepuluhan
wajib, khususnya di Amerika Serikat, di mana tidak ada sistem persepuluhan yg
pernah diterapkan secara umum setelah Revolusi Amerika.
Persepuluhan tidak pernah menjadi persyaratan hukum di
Amerika Serikat. Namun demikian, gereja tertentu seperti gereja Mormon (Latter Day Saints) dan gereja Advent
Hari Ketujuh diharuskan untuk memberi persepuluhan TETAPI Jemaat Kristen
di Gereja lain melakukannya secara sukarela. Gereja Baptis Selatan
mendefinisikan persepuluhan sebagai “harapan” dan beberapa cabang gerejanya
menjadikan persepuluhan sebagai persyaratan keanggotaan (selain memegang
jabatan gereja).
Eropa perlahan-lahan menolak pajak negara-gereja dan divine
rights raja-raja, Eropa juga menolak persepuluhan yg dipaksakan kepada
gereja-gereja yg didukung negara.
Sejarah mencatat bahwa persepuluhan paling cocok dengan
ekonomi negara-gereja yg mirip dengan Teokrasi Israel. Sejarah juga
mengungkapkan bahwa persepuluhan menjadi doktrin “Kristen” hanya setelah gereja
Katolik Roma bergandengan tangan dengan kekuatan sekuler dan politik. Namun,
sama seperti keharusan memberikan Persepuluhan yg tidak pernah menghasilkan pertumbuhan
rohani di Israel-Perjanjian Lama, demikian pula persepuluhan tidak pernah
mengarah pada pertumbuhan rohani ketika digunakan oleh orang Kristen dan
akhirnya dihentikan oleh Gereja-Negara.
Baik Katolik Roma maupun Protestan pada saat itu telah
bersalah atas penindasan dan penganiayaan terkait undang-undang persepuluhan yg
diamanatkan negara. Dan, seperti persepuluhan Perjanjian Lama di Kerajaan
Israel Kuno, tidak ada hal baik yg pernah dihasilkan dari upaya memaksakan
persepuluhan pada orang lain. Bahkan jika Kita dengan jujur memaknai
persembahan janda miskin sebagaimana yg dicatat dalam Lukas 21:1-4, praktik
Persepuluhan didalam bangsa Israel telah mengarah ke sesuatu yg menyedihkan,
meskipun Tuhan Yesus memuji perbuatan janda miskin tersebut, namun
pertanyaannya adalah :
Bagaimana bisa dia menjalani hidupnya dikemudian hari
jika seluruh harta yg dia miliki diberikan ke Bait Allah...?
Ketika imam besar hidup dengan makanan yg berlimpah tanpa
berkekurangan, janda miskin masih harus mengemis ataupun bekerja serabutan
hanya untuk anggaplah sekali makan dalam sehari. Sementara orang-orang kaya
memberi dalam kelimpahan, janda miskin ini memberikan seluruh miliknya. Ketika
Kita membaca kisah itu dan beranggapan bahwa penekakannya adalah pemberian yg
ikhlas, mungkin Kita telah mengabaikan rangkaian peristiwa yg ditulis Lukas.
Sebelumnya Lukas mencatat bahwa Yesus memberi peringatan kepada Kita untuk
berhati-hati dengan pemimpin agama dan ahli Taurat yg ''menelan rumah
janda-janda dan yang mengelabui mata orang dengan doa yang
panjang-panjang" (Lukas 20:47). Mereka ''menyita'' harta
orang miskin lewat ajaran tentang persembahan harta dan kesalehan hidup.
Lukas kemudian menceritakan kepada Kita bahwa janda itu ''memberi seluruh
nafkahnya'' (Lukas 21:4). Anda mungkin akan menyanggah
''Tetapi dia memberikannya kepada Bait Allah -- pemberian kepada Allah, bahkan
Yesus memuji perbuatan janda itu''. Namun di Ayat selanjutnya Lukas mengatakan
:
Ketika beberapa
orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang dihiasi
dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan,
berkatalah Yesus:
Apa yang kamu lihat di situ--akan datang harinya di mana tidak ada satu batupun
akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.
Lukas 21:5-6
Apa yg sebenarnya yg dimaksud Lukas
kepada Kita melalui urutan peristiwa itu...?
Apakah janda itu contoh dari pemberian yg penuh pengorbanan ataukah Yesus
sedang menjadikannya sebagai contoh tentang bagaimana pemuka Agama dapat mengeksploitasi
kesalehan janda miskin...?
Sebuah kontras pengajaran yg masih ada didalam sebagian gereja hingga saat ini.
**
Refleksi Tentang Persembahan Persepuluhan di era Kekristenan Modern **
Pendeta
J.D. Greea dari The Summit Church dari Durham, Carolina Utara, menerima
banyak sekali pertanyaan tentang apakah Persepuluhan itu Alkitabiah. Pertanyaan
yg masuk berkali-kali akan kembali kepada "apakah kita di bawah hukum Taurat
atau kasih karunia?"
Greear menyatakan meskipun "Yesus tidak membiarkan kita hidup di bawah Hukum
Taurat, bukan perpuluhan atau apapun, tetapi ide untuk memberikan sepersepuluh
dari seluruh pendapatan merupakan panduan yg baik".
Grear
melanjutkan, "Kita tidak lagi berada di bawah bangsa Teokratis Israel, namun
bagaimana Tuhan telah membentuk perekonomian bagi umat-Nya tidaklah berubah, hukum
itu diberikan untuk membantu kita hidup di dalam kemurahan dan rasa syukur
kepada Tuhan. Itulah yg memberikan efek abadi kepada hukum tersebut".
Greear
menekankan bahwa Persepuluhan bukanlah hukum wajib bagi orang Kristen yg
tentu berbeda bagi bangsa Israel. Namun pada saat yang sama, Injil menyerukan
untuk kita masuk dalam level yg lebih tinggi dalam meresponi Hukum Allah.
"Perintah Allah mengatakan ‘Jangan membunuh’, namun Yesus mengatakan Injil
menuntut kita untuk mengasihi saudara kita dan tidak membencinya, bahkan
terhadap musuh kita".
"Jadi jika hukum berkata ‘berikan sepersepuluh’, kemurahan hati seperti apa
yang dituntut oleh Injil? Bukankah kemurahan hati yang lebih besar dari
sepersepuluh, sama seperti perintah lainnya yg diajarkan oleh Kristus?"
Pete
Wilson, senior pastor dari Cross Point Church di Nashville, memiliki
pandangan yg serupa. "Jika Anda bertanya kepada saya apakah Anda harus
memberikan Persepuluhan, saya akan menjawab: Mungkin saja tidak.
Menurut saya, Anda harus memberikan proporsi yg lebih besar dari penghasilan
Anda. Kasih karunia Yesus Kristus seharusnya memaksa kita untuk memberikan
lebih dari yg diperintahkan oleh hukum Taurat."
Dengan cara yg sama, Greear percaya
bahwa dalam Injil yg menyentuh jiwa, "Persepuluhan seharusnya menjadi
dasar bagi persembahan. Dan orang Kristen seharusnya menyisihkan
‘Persepuluhan’ terlebih dahulu dan bukannya sisa setelah menghitung segala
pengeluaran.". Bagi Greear, prinsip "Buah Sulung" juga berarti
'Persepuluhan sebelum 'pajak' (pengeluaran rutin yg harus
dilakukan oleh setiap keluarga Kristen).
"Sebagian besar dari kita, bahkan
mereka yang memiliki penghasilan berlebih, akan selalu merasa bahwa kita tidak
dapat memenuhi tuntutan Persepuluhan. Saya tidak pernah dapat mengakhiri bulan
dengan menyisakan sepersepuluh dari penghasilan saya. Itulah sebabnya saya
pikir bahwa prinsip Buah Sulung sangat penting untuk gaya hidup di bawah
otoritas Tuhan. Buah Sulung harus ditujukan kepada Tuhan, dan
Persepuluhan adalah sesuatu yg tepat untuk memulai."
Menyadari
bahwa argumennya tentang perpuluhan dapat dianggap sebagai ‘egois’ dan
‘manipulatif’, mengingat perannya sebagai Pendeta, Greear menghimbau kepada
mereka yg memiliki perasaan curiga untuk memberikan Persepuluhan di tempat
lain.
"Jika hal ini mengganggu Anda, kami tidak memerlukan uang Anda.
Berikan ke tempat lain, namun saya ingin Anda mengalami sukacita dari ketaatan
dan iman dalam area ini," ungkapnya menegaskan.
Dalam
menanggapi pembaca yg berkeyakinan bahwa perintah perpuluhan telah berakhir di
Kayu Salib dan mereka yg lebih lanjut menolak argumen bahwa bagi yg tidak
memberikan Persepuluhan telah merampok Allah, Greear membuat sebuah pernyataan
yg jelas: "Tuhan tidak membutuhkan uang kita atau penyembahan kita atau
komitmen kita atau apapun."
"Ibadah
Gereja sepenuhnya tentang apa yg telah Tuhan berikan kepada kita di dalam
Kristus dan bagaimana kita secara bebas menanggapi melebihi penyembahan,
pengorbanan dan uang kita," ungkapnya. "Tuhan tidak membutuhkan apapun yg
ditawarkan dalam ibadah. Kitalah pihak yg membutuhkan hal itu. Jadi, pemberian
kita adalah untuk Tuhan, namun dalam meresponi apa yg telah Tuhan lakukan dalam
hidup kita dengan menggunakannya untuk menyebarkan secara lebih lagi dari apa
yg telah Tuhan berikan kepada kita."
**
Sebuah artikel dari sabda tentang Persembahan Persepuluhan **
Di
Gereja tertentu yg pengelolaan keuangannya dilakukan sendiri oleh Pendeta,
mereka menekankan bahwa persembahan persepuluhan harus diberikan secara utuh
dan rutin ke Gereja tersebut. Jemaat dilarang memberikan persembahan
persepuluhan kepada pelayanan yg lain.
Tetapi
di Gereja Protestan, pengelolaan keuangan Gereja dilakukan oleh bendahara
Gereja atau bendahara Sinode (Presbiterian Sinodal), dan Pendeta mendapat
gaji/upah bulanan secara tetap yg jumlahnya diputuskan oleh Sidang Sinode atau
Sidang Majelis.
Di
Gereja Protestan, persembahan yg diberikan oleh Jemaat digunakan selain untuk
kehidupan pelayan Firman dan keluarganya, juga digunakan untuk Pelayanan
Diakonia, Penginjilan atau pun yg lain. Seluruh persembahan dari Jemaat yg
diberikan ke Gereja dikelola oleh Majelis Jemaat melalui Bendahara Majelis, dan
dilaporkan secara terbuka kepada Jemaat dalam Laporan Keuangan secara berkala.
Dengan pola seperti itu Jemaat secara langsung bisa mengetahui secara jelas
penggunaan keuangan Gereja dan juga melakukan pengontrolan.
Mengenai
cara pemberian persepuluhan untuk Gereja yg menekankan bahwa persembahan
persepuluhan harus diberikan kepada Pendeta, hendaknya dilakukan seperti itu.
Karena pengelolaan keuangan dilakukan sendiri oleh Pendeta yg bersangkutan.
Tetapi
untuk Gereja yg menerapkan Sistem Presbiterial (Sidang Majelis) atau Sinodal
(Sidang Sinode), persembahan persepuluhan dapat dimasukkan ke dalam persembahan
bulanan atau dimasukkan secara langsung ke dalam kantong persembahan.
Jika
Gereja tersebut telah memiliki kemampuan finansial yg besar, persembahan
persepuluhan itu bisa juga diberikan kepada pelayan Firman lain yg
'membutuhkan' atau diberikan kepada orang asing, anak yatim atau janda miskin
(Ulangan 14:29, 26:12). Tetapi diingatkan oleh Rasul Paulus, bahwa janda yg
berhak menerima persembahan persepuluhan adalah janda tua yg miskin, bukannya
janda muda yg cantik (1 Timotius 5:5-15).
Persembahan
persepuluhan sebaiknya diberikan kepada Gereja lokal tempat orang Kristen
tersebut dilayani. Gereja lokal akan mengelola persembahan persepuluhan untuk
digunakan sesuai dengan pelayanan yg dilakukan di Gereja tersebut.
Tetapi
tidak tertutup kemungkinan, orang Kristen memberikan persembahan persepuluhan
secara langsung kepada pelayan Firman yg lain yg 'membutuhkan', orang miskin,
anak yatim atau pun janda tua miskin sesuai dengan tuntunan Roh Kudus dalam
hatinya (Matius 19:21).
Pada
saat seorang Kristen memberikan persembahan persepuluhan dengan setia dan penuh
sukacita, maka Tuhan PASTI menggenapi janji-Nya untuk
"Membuka tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat sampai
berkelimpahan." (Maleakhi 3:10)
Tuhan
Yesus tidak menilai berapa banyak dan kepada siapa persembahan persepuluhan itu
diberikan, tetapi Dia menilai hati si pemberi persembahan itu. Tuhan Yesus
mengajarkan orang Kristen untuk memberikan persembahan dengan sukacita agar
tidak terikat kepada harta bendanya - karena sukar sekali bagi orang kaya (yg
umumnya bergantung dan mengandalkan hidup pada kekayaannya) untuk masuk ke
dalam Kerajaan Sorga (Matius 19:23).
Jadi,
sebaiknya orang Kristen tidak perlu mempertentangkan mengenai ketentuan
pemberian persembahan persepuluhan dan kepada siapa harus diberikan. Lebih baik
mencoba melakukan sendiri untuk menguji sejauh mana Kebenaran firman Tuhan di
Maleakhi 3:10 dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya minta bimbingan Roh
Kudus untuk menunjukkan kepada siapa persembahan itu akan diberikan. Kepada
Gereja lokal, kepada pelayan Firman yg 'membutuhkan', kepada orang asing, anak
yatim atau kepada janda tua yg miskin.
**
Tambahan **
Untuk
lebih memahami tentang pengelolaan keuangan didalam Gereja, ada baiknya Kita
mengenal beberapa sistem Pemerintahan didalam Gereja karena melalui itu, Kita
bisa memahami apa dan bagaimana sistem Pemerintahan didalam Gereja ditempat
Kita beribadah.
- Sistem Presbiterial adalah
suatu sistem dimana Greja dipimpin oleh para Presbiter (Penatua).
Keputusan tertinggi telah tersedia pada persidangan Presbiter (Majelis
Jemaat). Gereja dipimpin oleh pejabat-pejabat Gerejawi yg secara kolektif
dinamakan Majelis Jemaat.
- Sistem Sinodal adalah suatu
sistem dimana Gereja dipimpin oleh persidangan para pejabat Gerejawi yg
disebut Sinode. Persidangan Sinode ini merupakan instansi tertinggi yg keputusannya
harus dilaksanakan oleh Jemaat yg tergabung dalam Sinode tersebut.
-
Sistem Presbiterial
Sinodal adalah penggabungan antara sistem presbiter dan sinodal. Maka
pengambilan keputusan tertinggi di Jemaat Lokal berada di tangan Presbiter
(Majelis Jemaat) dan pengambilan keputusan tertingggi dari Jemaat Lokal berada
di tangan Sinode (Pejabat Gerejawi). Gereja Kemah Injil Indonesia, organisasi
dimana penulis berjemaat menganut sistem ini.
- Sistem Kongregasional adalah jenis pemerintahan Gereja
yg berpusat pada Kongregasi atau Jemaat atau Gereja Lokal. Kata
"Kongregasional" memiliki akar kata "Kongregasi" yg
berasal bahasa Latin, congregationes, yg berarti pertemuan
bersama-sama atau pertemuan rutin.
Bentuk Gereja Kongregasional adalah kongregasi-kongregasi yg tidak mengenal
struktur di atas mereka. Karena itu, Kongregasi atau Gereja Lokal adalah
Gereja yg otonom, dan bukan merupakan bagian dari Gereja Regional atau
Gereja Nasional. Sistem ini tidak mengakui wibawa sidang-sidang (misalnya
sidang sinode) yg mengikat atau membuat keputusan final.
Keputusan-keputusan yg diambil dalam kongregasi harus bergantung pada
persetujuan umat atau seluruh anggota kongregasi - Sistem Episkopal merujuk kepada sistem kepemimpinan
Gereja yg bersifat hierarkhis. Kata episkopal berasal dari kata episkopos
yg berarti uskup. Di dalam sistem ini, Gereja dipimpin oleh seorang uskup
atau beberapa uskup yg merupakan pimpinan tertinggi dalam pengertian
hierarkhis (dari atas ke bawah). Dalam pelaksanaan dari sistem ini
terdapat juga Episkopal Monarkhis, dimana dari
antara para uskup itu dipilih seorang pemimpin yg disebut Paus
yg memiliki kuasa tertinggi karena ia dianggap mewarisi keutamaan dari
Rasul Petrus.
Sistem Episkopal ini ditemukan kebanyakan di dalam gereja Ortodoks dan
Katolik Roma. - Sistem Kependetaan merujuk
kepada sistem pemerintahan Gereja dimana otoritas tertinggi berada
ditangan pendeta di Gereja tersebut. Dalam sistem ini, seorang Pendeta
dibantu oleh satu atau lebih Wakil Pendeta, Penatua dan Majelis (atau
istilah lain yg digunakan oleh Gereja tersebut).
- Sistem Kepenatuaan adalah
sistem pemerintahan Gereja dimana otoritas tertinggi berada ditangan
Penatua di Gereja tersebut. Meskipun punya asal kata yg sama dengan 'Presbiterian'
namun didalam sistem Kepenatuaan tidak ada Sinode yg membawahi sejumlah
Gereja lokal.
Di dalam Gereja Protestan Arus
Utama, sebagian besar menganut Sistem Pemerintahan Presbiterian, Sinodal dan
Presbiterian-Sinodal. Kata presbiterial berasal dari kata presbiter
(dari bahasa Yunani) atau zaqen (dari bahasa Ibrani).
Ada 3 macam Zaqen dalam
Perjanjian Lama:
- Yang bertindak sebagai wakil-wakil seluruh bangsa
(Keluaran 3:16)
- Yang bertindak sebagai wakil-wakil suku (Hakim-Hakim
11:5)
- Sebagai pemuka-pemuka kota (Hakim-Hakim 8:14)
Dengan berbagai macam Zaqen ini
maka mereka mempunyai berbagai fungsi, misalnya:
- Membebaskan Israel dari Mesir (Keluaran 3:16)
- Mengusut perkara pembunuhan (Ulangan 21: 22)
- Mengadili pembunuh (Ulangan 9:12)
- Mengurus perkara cekcok dalam pernikahan (Ulangan
22:15; 25:7)
Fungsi
Zaqen ini haruslah dilihat dalam konteks (situasi kehidupan) bahwa
bangsa Israel menyadari dirinya adalah umat pilihan Allah yg diperlengkapi
dengan berbagai peraturan yg bertujuan untuk memelihara nilai-nilai dan
norma-norma kehidupan seperti yg dikehendaki Allah. Dalam rangka mempertahankan
dan memelihara kehidupan, dalam kedudukannya seperti yang disebutkan di atas
maka bangsa Israel memerlukan para Zaqen selaku pengontrol
kehidupan sosial di dalam umat Allah.
Peranan
para Zaqen ini tampaknya berlangsung sepanjang sejarah kehidupan
bangsa Israel itu sendiri: sejak keluaran dari Mesir, melalui para Hakim, para
Raja, pembuangan ke Babel, kembali dari pembuangan Babel sampai pada jaman
Perjanjian Baru. Walaupun pada jaman Raja-Raja, para raja mempunyai
kepemimpinan atas umat Israel, namun para raja pun mengakui peranan dan
kedudukan Zaqen tersebut (1 Raja-Raja 8: 1, 3; 10:1, 2 Raja-Raja 10: 1;
19:2; 23:1).
Di
dalam Perjanjian Baru, kata Presbiter dalam konteksnya masing-masing dapat
dikelompokkan dalam empat kelompok pengertian:
- Yang menunjuk pada usia tua dalam artian umum (Kisah
Para Rasul 2:17, 1 Timotius 5:1-2, 1 Petrus 5:5, Lukas 15:27)
- Yang menunjuk kepada nenek moyang atau pemimpin agama
di masa lampau (Matius 15:2, Markus 7:3,5)
- Yang menunjuk kepada para penatua Yahudi (Matius 16:21,
Kisah Para Rasul 4:4-5,8,23; 6:12; 23:14; 24:1)
- Yang menunjuk kepada Penatua Gereja (Kisah Para Rasul
11:30; 14:23; 15:2,4,6,22-23; 1 Timotius 5:17,19; Titus 1: 5)
Dengan
demikian peranan Presbiter dalam Perjanjian Baru sangat penting dalam
kaitan dengan umat, yaitu dalam hal kepemimpinan dan pengontrol sosial. Oleh
sebab itu kita dapat mengatakan bahwa peranan Presbiter tidak banyak
berbeda dengan peranan Zaqen dalam Perjanjian Lama.
Ketika
Gereja mula-mula mengalami perkembangan yg pesat maka mau tidak mau peranan Presbiter
pun berkembang. Sehingga muncul beberapa jenis presbiter yg ditentukan oleh
pelayanannya, yaitu:
- Presbiter yg bertindak selaku gembala, selaku pemberi
teladan (1 Petrus 5:1-3). Tekanan pelayanannya adalah pada soal
penggembalan/pengabdian diri dan bukan pada pemerintahannya.
- Presbiter yg mengunjungi orang sakit dan mendoakannya
(Yakobus 5:14)
- Presbiter yg bertugas berkhotbah dan mengajar (1
Timotius 5:17)
Sementara
Sinodal/Sinode berarti berjalan bersama, seperjalanan, berpikir bersama,
bertindak bersama. Sebagai contoh dari hidup bersinode dapat kita lihat dalam
Kisah Para Rasul 15. Pada jaman Paulus dan Barnabas, dalam jemaat Anthiokia
muncul suatu masalah yg harus dipecahkan yaitu apakah orang-orang kafir (bukan
Yahudi) yg akan masuk Kristen harus menjalani proses proselitisasi Yahudi
dahulu...? Apabila hal ini merupakan keharusan maka berarti orang-orang bukan
Yahudi ini harus tunduk kepada peraturan sunat Yahudi.
Sehubungan
dengan hal ini terdapat perbedaan pendapat. Juga antara Paulus dan Petrus.
Paulus tidak setuju bahwa mereka yg bukan Yahudi harus disunat terlebih dahulu
sebelum menjadi Kristen. Sedangkan Petrus sebaliknya. Maka kita dapat
membayangkan gejala perpecahan di tengah Jemaat ini. Jemaat Anthiokia adalah
Jemaat yg mandiri, artinya dapat mengambil kewenangan sendiri untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Tentu saja mereka akan dapat memecahkan masalah
tersebut apalagi dengan hadirnya tokoh seperti Paulus, Petrus dan Barnabas.
Tetapi mereka tidak berusaha memecahkan masalah itu sendirian karena
berkeyakinan bahwa Jemaat ini juga berada dalam Persekutuan Bersama
dengan Jemaat-Jemaat lainnya. Itulah sebabnya mereka membawa masalah ini ke
Sidang Gerejawi di Yerusalem. Langkah kebersamaan inilah yg dikenal dengan
sebutan Sinodal.
Oleh :
Sesandus Demaskus
Jemaat Gereja Kemah Injil Indonesia 'Adonay' -- Desa Mekar Baru, Kab Kubu Raya
- Kalbar
Referensi silang
- https://www.sabda.org/pesta/node/627
- http://www.tithing-russkelly.com/id15.html
- http://www.ukapologetics.net/09/tithing.printer.htm
- https://www.newadvent.org/cathen/14741b.htm
- https://www.historyireland.com/18th-19th-century-history/the-tithe-war-reports-by-church-of-ireland-clergymen-to-dublin-castle/
- https://www.worldhistory.biz/sundries/32710-bibliography.html
- https://www.historytoday.com/archive/french-revolution-and-catholic-church
- https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/01440365.2021.1946198
- https://www.ecatholic2000.com/councils2/untitled-16.shtml
- https://www.ecatholic2000.com/councils/untitled-48.shtml