Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar.
Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit.
Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan.
Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya."
Cerita diatas merupakan salah satu dari beberapa yg cukup sering disampaikan oleh para pelayan Firman dimana kesimpulan yg disampaikan biasanya berkata, "Marilah kita memberikan persembahan yg terbaik, bila perlu seluruh hidup kita bagi Allah untuk membangun dan menyebarluaskan Kerajaan Allah di muka bumi." Tentu saja, dengan didukung / ditambah kutipan Roma 12:1 maka pengajaran itu sedemikian indah dan sempurna, dalam bahasa yg sederhana, memuaskan telinga Jemaat. Salahkah?
Tentu tidak, karena kepada setiap Jemaat memang diberi tanggungjawab untuk menghidupi pelayanan para pelayan Firman salah satunya lewat dukungan finansial (1 Korintus 9:14) bahkan dengan tegas Tuhan Yesus mengatakan bahwa "setiap pekerja wajib menerima upahnya" (Matius 10:10).
Namun pernahkah kita bertanya, mengapa Markus dan Lukas menempatkan kisah itu sesudah Tuhan Yesus mencela perilaku ahli Taurat (Markus 12:38-40; Lukas 20:45-47)?
Sejarah akademisi Teologia Barat kerapkali dipersulit oleh ketidaksesuaian dalam teks Alkitab mengenai kronologi. Ketika dua Kitab atw dua penulis dalam Alkitab menyajikan informasi yg sama dalam urutan yg berbeda atw mencatat serangkaian peristiwa yg sama tetapi rinciannya berbeda, beberapa pakar Teolog Barat dengan cepat menyimpulkan bahwa salah satu dari laporan itu salah, tidak mungkin keduanya benar. Bagi mereka, urutan yg "benar" adalah yg akurat secara kronologis.
Kembali kepada kisah "Persembahan Janda Miskin", tentu kita beranggapan bahwa kisah itu menekankan kebajikan, pemberian dengan penuh pengurbanan sehingga ada beberapa yg terabaikan.
Baik Markus maupun Lukas baru saja menceritakan peringatan Yesus kepada kita untuk berhati-hati kepada para pemimpin agama yg diantara mereka "yg menelan rumah janda-janda" (Markus 12:40, Lukas 20:47). Kemudian kedua penulis Injil itu menceritakan kepada kita bahwa janda itu "memberikan seluruh nafkahnya". Mungkin anda akan mengatakan, "Tetapi dia memberikannya kepada Bait Allah, satu pemberian kepada Allah".
Perlu kita sadari bahwa ketika seseorang memberikan seluruh nafkahnya bagi rumah Allah, bagaimana dia menghidupi dirinya sendiri atw bahkan keluarganya?
Bukankah Tuhan memberikan hikmat bagi setiap kita untuk lebih mengutamakan yg terutama, bertanggungjawab atas diri kita terlebih keluarga kita?
Jika Keluarga kita berkekurangan namun kehidupan pelayan Firman di Gereja melimpah berkat atw mungkin gedung Gereja dimana kita beribadah ternyata lebih baik dari kehidupan keluarga kita, masihkah kita dengan jujur mengatakan "Hidup kita dipenuhi berkat jasmani"?
Bahkan beberapa gereja "kekinian" mengajarkan bahwa Tuhan akan membalas puluhan / ratusan kali ganda berkat jasmani jika kita memberikan persembahan untuk Tuhan, yg mana hal ini seperti model investasi keuangan, sementara Roh Kudus melalui penulis kitab Ibrani mengajarkan:
Ibrani 13:5 (TB) Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."
Dalam sebuah pengajaran, rasul Paulus menekankan prinsip tabur-tuai, "Siapa yg memberi sedikit akan menuai sedikit dan siapa yg memberi banyak akan menuai banyak." namun dalam hal persembahan wajib dilakukan dengan kerelaan, bukan dengan paksaan sehingga:
2 Korintus 9:8 (TB) Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa BERKECUKUPAN di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.
Cukup, adalah point yg selalu ditekankan para penulis Perjanjian Baru ketika bicara tentang berkat jasmani karena setiap orang memiliki talenta yg menunjukkan bahwa karunia yg tidak sama jumlahnya, apabila dipergunakan dengan kesetiaan yg sama, akan diberi upah yg sama pula.
Dalam dunia pekerjaan, hal ini sejalan dengan pernyataan bahwa seseorang yg telah setia dalam perkara kecil, akan diberikan tanggung jawab dalam perkara yg besar. (Matius 25:21)
Lukas setelah memberikan catatan tentang persembahan janda miskin segera menyatakan:
Lukas 21:5-6 (TB) Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus:
"Apa yang kamu lihat di situ — akan datang harinya di mana tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan."
Apa yg dimaksud Lukas dan Markus mengenai pemilihan waktu dari ketiga peristiwa diatas?
Apakah kita mau mengatakan bahwa gedung Gereja yg dibangun dengan cara mengeksploitasi kesalehan umat Kristiani tidak akan bertahan lama?
Tentu tidak, ada banyak gedung Gereja megah yg tetap berdiri meski sudah berusia ratusan tahun.
Penekanan dari kisah itu membuat kita sampai pada sebuah retorika, apakah janda itu contoh yg baik dari pemberian yg penuh pengurbanan atw Yesus sedang menjadikannya contoh tentang bagaimana para pemuka agama dapat mengeksploitasi kesalehan orang miskin?
Pelayan Firman yg bijaksana dan berhikmat tentu lebih mengutamakan kebutuhan Jemaat dibandingkan gereja. Hal ini karena ketika kebutuhan Jemaat sudah tercukupkan terlebih jika sudah hidup berkelimpahan secara jasmani, maka keperluan gereja dengan sendirinya akan mengikuti dan terpenuhi.
Belajar dari kehidupan Yesus dan para murid serta Jemaat mula-mula, disana dituliskan:
1. Para perempuan yg mengikut Yesus melayani Dia dan rombongan-Nya dengan kekayaan mereka (Lukas 8:1-3)
2. Yesus dan para-Murid memberikan bantuan kepada orang-orang miskin (Yohanes 13:29)
3. Para Jemaat memberikan persembahan kepada para pelayan Firman (Kisah Para Rasul 2:45-46)
4. Para Rasul Kristus mengumpulkan sumbangan untuk para pelayan Firman di Yudea (Kisah Para Rasul 11:29)
5. Jemaat di Makedonia dan Akhaya memberikan sumbangan kepada orang-orang miskin dan para pelayan Firman yg kekurangan (Roma 15:26)
6. Jemaat memberi persembahan kepada para pelayan Firman (1 Korintus 16:1-2)
Tafsiran Utley mengatakan:
Iman yang sempurna dari wanita ini dikontraskan dengan kesombongan dan kedangkalan keagamaan dari ahli-ahli Taurat. Mereka menguras sumber daya si janda tersebut. Janda ini memberikan semua sumber dayanya kepada Tuhan dan dengan demikian bergantung pada-Nya dengan iman untuk menyediakan kebutuhan-kebutuhannya.
Tafsiran Matthew Henry mengatakan:
Memberikan persembahan merupakan hal yang sangat baik, dan sangat menyenangkan hati Tuhan Yesus; dan jika kita rendah hati dan tulus melakukannya, Ia akan menerimanya dengan sukacita, walaupun pemberian seperti itu tidak selalu adalah tindakan yg paling bijak atau hati-hati.
Tuhan Yesus memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar