Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat
mati-Nya demikian, berkatalah ia: "Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!” Markus 15:39 |
Gagasan bahwa Yesus tidak pernah benar-benar mati muncul dalam berbagai tulisan, yang pertama berasal dari Abad ke 7 dari Tanah Arab, Muhammad SAW (nabi umat Islam) menerima wahyu bahwa Isa Almasih (Yesus versi Islam) tidak mengalami kematian melainkan ada seseorang yang diserupakan dengan Dia. Kemudian ada tulisan lain yang berasal dari Abad yg sama mengatakan Yesus melarikan diri ke India dan wafat disana, sebuah makam di Srinagar (Kashmir) dipercaya sebagai makam Yesus.
Pada permulaan abad ke-19, Karl Bahrdt, Karl Venturini, dan yang lain-lainnya mencoba menjelaskan Kebangkitan dengan mengemukakan gagasan bahwa Yesus hanya pingsan karena kepayahan di atas kayu salib, atau Ia telah diberi obat yang membuatnya kelihatan mati, dan bahwa selanjutnya Ia dihidupkan kembali oleh udara kubur yang sejuk dan lembab. Mereka menjelaskan bahwa Yesus telah diberi suatu cairan di suatu bunga karang ketika tergantung di atas salib (Markus 15:36) dan bahwa Pilatus kelihatan terkejut akan betapa cepatnya Yesus mati (Markus 15:44).
Konsekuensinya, kata mereka, pemunculan Yesus kembali bukanlah suatu kebangkitan mukjizat, tetapi sekedar suatu kesadaran kembali yang kebetulan, dan kubur-Nya kosong karena Ia masih terus hidup.
Apa yang sebenarnya terjadi saat penyaliban?
Apa penyebab kematian Yesus?
Adakah cara yang mungkin bagi-Nya untuk bertahan hidup dari siksaan ini?
Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang dapat dibantu diselesaikan dengan bukti medis.
** Wawancara dengan Alexander Metherell, MD., Ph.D. **
Metherell adalah seseorang dengan gelar medis dari Universitas Miami di Florida dan gelar doktor dalam bidang teknik dari Universitas Bristol di Inggris. Ia memperoleh sertifikat dalam diagnosis dari The American Board of Radiology dan menjadi konsultan bagi The National Heart, Lung, and Blood Institute of the National Institutes of Health of Bethesda, Maryland.
Metherell adalah mantan ilmuwan riset yang mengajar di Universitas California, dan editor lima buku ilmiah dan telah membuat tulisan-tulisan yang diterbitkan mulai dari Aerospace Medicine sampai Scientific American. Analisis cerdasnya atas konstraksi muskular telah diterbitkan dalam The Physiologist dan Biophysics Journal. Ia berpenampilan sesuai dengan perannya sebagai seorang otoritas medis terkemuka.
**) Penyiksaan Sebelum Penyaliban
Dapatkah Anda melukiskan suatu gambaran tentang apa yang terjadi pada Yesus?
Itu dimulai setelah Perjamuan Terakhir.
Yesus pergi dengan murid-murid-Nya ke Taman Getsemani. Di sana Ia berdoa semalam-malaman. Nah, selama proses itu Ia mengantisipasi datangnya peristiwa-peristiwa pada hari berikutnya. Karena Ia mengetahui beratnya penderitaan yang akan Ia pikul, sungguh wajar jika Ia mengalami tekanan psikologis yang sangat besar.
Dalam Lukas 22:44 menceritakan bahwa Ia mulai meneteskan keringat darah pada keadaan ini.
Bukankah ini hanyalah imajinasi yang terlalu fiktif?
Tidak sama sekali.
Ini adalah suatu kondisi medis yang dikenal dengan hematidrosis (kondisi di mana seseorang dapat berkeringat darah). Ini terjadi karena tekanan psikologis yang sangat tinggi. Kegelisahan yang hebat menyebabkan terlepasnya zat-zat kimia yang memecahkan kapiler-kapiler dalam kelenjar-kelenjar keringat. Akibatnya terjadi pendarahan dalam kelenjar-kelenjar ini, dan keringat yang keluar disertai dengan darah. Hal ini menyebabkan kulit menjadi amat sangat rapuh ketika Yesus dicambuk oleh serdadu Roma keesokan harinya, kulit-Nya menjadi amat sangat sensitif.
Pencambukan Roma dikenal sangat brutal, biasanya terdiri dari 39 cambukan, tetapi seringkali lebih banyak daripada itu, tergantung pada suasana hati serdadu yang melaksanakan pukulan. Serdadu akan menggunakan cemeti dari kepangan tali kulit dengan bola-bola logam yang dijalin ke dalamnya. Ketika cemeti itu menghantam daging, bola-bola ini akan menyebabkan memar atau lebam yang dalam, yang akan pecah terbuka akibat pukulan selanjutnya. Dan cemeti itu juga memiliki potongan-potongan duri tajam, yang akan mengiris daging dengan hebat.
Punggung yang dipukul itu akan menjadi tercabik-cabik, sehingga sebagian dari tulang belakang kadangkala terlihat akibat irisan yang dalam, sangat dalam. Pencemetian itu akan ditimpakan ke segala arah: dari bahu turun ke punggung, pantat, dan bagian belakang kaki. Itu akan sangat mengerikan.
Selagi pencambukan berlanjut, luka koyakan akan tercabik sampai ke otot-otot kerangka di bawahnya dan menghasilkan goresan-goresan daging berdarah yang gemetar. Seorang sejarawan abad ketiga bernama Eusebius menggambarkan pencambukan dengan mengatakan, "Pembuluh-pembuluh si penderita terbuka telanjang, dan otot-otot, urat-urat, dan isi perut si korban terlihat".
Banyak orang akan mati dari pemukulan semacam ini, bahkan sebelum mereka disalibkan. Setidaknya, korban akan mengalami kesakitan hebat dan keguncangan karena efek-efek kehilangan sejumlah besar darah (hipovolemik -- kondisi gawat darurat yang disebabkan oleh hilangnya darah dan cairan tubuh dalam jumlah yang besar, sehingga jantung tidak dapat memompa cukup darah ke seluruh tubuh).
Ini mengakibatkan 4 hal:
- Jantung berdetak cepat untuk mencoba memompa darah yang tidak ada di sana.
- Tekanan darah turun, menyebabkan pingsan.
- Ginjal berhenti menghasilkan urin untuk mempertahankan volume darah yang masih tinggal.
- Orang itu menjadi sangat haus sewaktu tubuhnya sangat membutuhkan cairan untuk menggantikan volume darah yang hilang.
Apakah Anda melihat bukti ini dari catatan-catatan Injil?
Ya, sangat pasti. Yesus berada dalam keguncangan karena kehilangan sejumlah besar darah ketika Ia berjalan terhuyung-huyung ke lokasi hukuman mati di Kalvari, memikul batang kayu salib yang horizontal. Akhirnya Yesus tak sadarkan diri, dan serdadu Roma memerintahkan Simon untuk memikul salib-Nya. Selanjutnya kita membaca bahwa Yesus berkata, 'Aku haus', pada saat ketika sedikit cuka diberikan kepada-Nya.
Karena efek-efek mengerikan dari pemukulan ini, sudah pasti Yesus berada dalam kondisi kritis, bahkan sebelum paku-paku ditancapkan menembus kedua tangan dan kaki-Nya.
**) Penderitaan Salib
Apa yang terjadi ketika Ia tiba di lokasi Penyaliban?
Ia akan dibaringkan, kedua tangan-Nya akan dipakukan dalam posisi terentang ke batang kayu horizontal. Orang-orang Roma biasanya menggunakan paku besar yang panjangnya 5 sampai 7 inci dan meruncing ke suatu ujung yang tajam. Paku ini ditancapkan menembus pergelangan tangan. Ini adalah posisi kokoh yang akan mengunci posisi tangan.
Dan penting untuk dipahami bahwa paku itu akan menembus ke tempat di mana urat syaraf tengah berada. Ini adalah urat syaraf terbesar yang menuju ke tangan, dan itu akan diremukkan oleh paku yang diketokkan ke dalamnya.
Kesakitan apa yang akan ditimbulkannya?
Apakah Anda pernah merasakan rasa sakit ketika Anda membenturkan siku Anda dan memukul tulang ujung siku Anda? Itu sebenarnya urat syaraf lain, disebut urat syaraf ulna. Akan sangat menyakitkan bila tanpa sengaja Anda memukulnya. Yah, bayangkan mengambil sebuah tang dan memeras dan meremukkan urat syaraf itu. Efek itu akan mirip dengan apa yang Yesus alami. Kesakitannya sama sekali tak tertahankan, secara harafiah itu di luar kata-kata untuk menjelaskannya.
Pada keadaan seperti ini Yesus dinaikkan, selagi balok salib dipasangkan ke tiang vertikal, dan kemudian paku-paku ditancapkan menembus kedua kaki Yesus. Sekali lagi, urat syaraf di kedua kaki-Nya akan remuk, dan di sana akan terasa jenis kesakitan yang sama.
**) Penyebab Kematian
Penyaliban pada intinya adalah kematian perlahan yang diakibatkan oleh asfiksiasi (sesak nafas karena kekurangan oksigen dalam darah). Alasannya adalah bahwa tekanan-tekanan pada otot-otot dan diafragma membuat dada berada pada posisi menarik nafas, agar dapat menghembuskan nafas, orang itu harus mendorong kedua kakinya agar tekanan pada otot-otot dapat dihilangkan untuk sesaat. Ketika melakukan itu, paku akan merobek kaki, lalu akhirnya mengunci posisi terhadap tulang-tulang tumit kaki.
Setelah dapat menarik nafas, orang itu kemudian akan dapat relaks dan menarik nafas lagi. ekali lagi ia harus mendorong tubuhnya naik untuk menghembuskan nafas, menggesekkan punggungnya yang berdarah ke kayu salib yang kasar. Ini akan berlangsung terus dan terus sampai kepayahan, dan orang itu tidak akan mampu mengangkat diri dan bernafas lagi.
Ketika nafas orang itu semakin perlahan, ia mengalami apa yang disebut asidosis pernafasan, karbondioksida dalam darah larut sebagai asam karbonik, menyebabkan keasaman darah meningkat. Ini akhirnya mengakibatkan detak jantung yang tidak teratur. Dengan jantung-Nya yang berdetak tak menentu, Yesus berada dalam saat-saat kematian-Nya, yakni ketika Ia berkata, "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku". Kemudian Ia mati akibat berhentinya detak jantung.
Bahkan sebelum Ia mati, keguncangan karena kehilangan sejumlah besar darah akan menyebabkan jantung berdebar kencang terus-menerus, yang akan menyebabkan: kegagalan jantung serta terkumpulnya cairan dalam membran-membran di sekitar jantung dan juga sekitar paru-paru.
Mengapa hai ini penting?
Karena ketika serdadu
Roma datang, dan hampir yakin bahwa Yesus telah mati, mereka menegaskannya
dengan menusukkan sebuah tombak ke pinggang kanan-Nya. Tombak itu
menembus paru-paru kanan dan ke jantung, jadi ketika tombak itu ditarik keluar,
sejumlah cairan dalam membran-membran sekitar jantung dan juga sekitar
paru-paru keluar.
Ini akan terlihat sebagai cairan jernih, seperti air, diikuti dengan banyak
darah, seperti yang dijelaskan saksi mata Yohanes dalam Injilnya (Yohanes
19:34).
**) Tulang-Tulang-Nya Tidak Dipatahkan
Injil-injil berkata bahwa
para serdadu mematahkan kaki kedua penjahat yang disalibkan Yesus.
Mengapa mereka melakukan itu?
Mereka ingin mempercepat kematian, dan dengan datangnya hari Sabat dan Paskah, para pemimpin Yahudi tentunya ingin segera mengakhiri ini sebelum matahari tenggelam. Serdadu-serdadu Roma akan menggunakan gagang baja dari tombak Roma untuk menghancurkan tulang-tulang kaki bagian bawah Si Korban. Ini akan mencegahnya dari mengangkat diri dengan kakinya, sehingga dapat bernafas, dan kematian akibat sesak nafas kekurangan oksigen dalam darah akan terjadi dalam beberapa menit.
Perjanjian Baru menjelaskan kepada kita bahwa kaki-kaki Yesus tidak dipatahkah karena para serdadu telah menyatakan bahwa Ia telah mati, dan mereka hanya menggunakan tombak untuk memastikannya. Ini menggenapi Perjanjian Lama tentang Mesias, yaitu bahwa tulang-tulang-Nya tidak akan dipatahkan (Mazmur 34:21).
Para serdadu Roma adalah orang yang tidak ahli dalam hal pengobatan/medis, apakah pernyataan mereka tentang kematian Yesus dapat dipercaya?
Para serdadu Roma memang tidak pergi ke sekolah medis/pengobatan. Tetapi ingat, mereka adalah ahli dalam membunuh orang karena itu adalah tugas mereka, dan mereka melakukannya dengan baik. Mereka tahu tanpa keraguan sedikitpun kapan seseorang mati, dan itu tidak sulit untuk mengetahuinya.
Disamping itu, jika seorang tahanan berhasil melarikan diri, serdadu-serdadu yang bertanggung jawab itu sendiri akan dibunuh, jadi mereka memiliki dorongan besar untuk memastikan bahwa setiap korban telah mati ketika ia diturunkan dari salib.
Adakah cara apapun yang memungkinkan Yesus bisa bertahan hidup dari penderitaan salib ini?
Sama sekali tidak ada. Ingatlah bahwa Ia sudah berada dalam keguncangan akibat kehilangan banyak darah, bahkan sebelum penyaliban dimulai. Ia tidak mungkin mempura-purakan kematian-Nya, karena Anda tidak mungkin mempura-purakan ketidakmampuan bernafas untuk waktu yang lama. Disamping itu, tombak yang dihunjamkan ke jantungnya akan menetapkan kematian-Nya. Dan serdadu-serdadu Roma tidak akan mengambil resiko kematian sendiri dengan membiarkan-Nya pergi dalam keadaan hidup.
Jadi bila seseorang mengajukan gagasan kepada Anda bahwa Yesus sekedar pingsan di atas kayu salib, akan saya beritahu bahwa itu tidak mungkin. Itu adalah khayalan tanpa dasar.
Yesus dengan sengaja melangkah ke dalam tangan-tangan lawan-Nya. Ia tidak menolak penangkapan. Ia tidak mempertahankan diri-Nya saat persidangan. Jelas bahwa Ia bersedia mengajukan diri-Nya untuk mengalami penyaliban, suatu bentuk penyiksaaan yang memalukan dan memilukan.
Apa yang mungkin memotivasi seseorang untuk bersedia menanggung penghukuman semacam ini?
Yesus tahu apa yang akan terjadi, dan Ia bersedia melewati semuanya itu, karena itu merupakan satu-satunya cara Ia dapat menebus kita, dengan menjadi pengganti kita dan menanggung hukuman maut yang layak kita terima karena pemberontakan kita terhadap Tuhan. Itu merupakan misi-Nya yang sepenuhnya ketika Ia datang ke bumi.
Jadi bila Anda bertanya apa yang memotivasi Dia, jawabannya dapat diringkas dalam satu kata, yaitu KASIH.
Yesus tidak mungkin bertahan hidup dari siksaan salib, suatu bentuk kekejian yang begitu keji, sehingga orang-orang Roma membebaskan warga negara mereka sendiri dari itu, kecuali untuk kasus-kasus pengkhianatan besar.
Kesimpulan-kesimpulan Metherell konsisten dengan penemuan dokter-dokter lain yang dengan teliti mempelajari hal ini. Di antara mereka adalah Dr. William D. Edwards, yang artikelnya pada tahun 1986, dalam The Journal of the America Medical Association menyimpulkan, "Jelas, bobot bukti historis dan medis menunjukkan Yesus telah mati sebelum pinggangnya dilukai.... Sesuai dengan itu, penafsiran-penafsiran yang didasarkan pada asumsi bahwa Yesus tidak mati di atas salib bertentangan dengan pengetahuan medis modern".
**) Instrument Penyaliban Yesus
Tangan yang terpaku - Banyak pelukis dan pengrajin patung melakukan kesalahan dalam menggambarkan Yesus yang dipaku di telapak tangan-Nya. Yang benar adalah paku tertancap di pergelangan tangan-Nya. Pakunya berukuran 13-18 cm.
Cambuk – Pasukan Roma memakai flagrum, sebuah cambuk pendek yang memiliki banyak tali kulit dengan dua bola kecil terbuat dari timah di ujung-ujungnya. Cambuk ini dihantamkan ke bahu, belakang dan kaki Yesus secara terus menerus dengan sekuat tenaga. Awalnya cambuk ini merobek bagian kulitnya Yesus. Tapi sesudah beberapa kali cambukan, lukanya semakin mendalam dan merobek jaringan kapiler dan urat yang membuat darah jadi memuncrat dan Yesus mengalami pendarahan yang hebat.
Mahkota Duri – terbuat dari dahan-dahan yang tertutup duri-duri panjang, mahkota duri ini ditancapkan ke kulit kepala Yesus, dan mengakibatkan pendarahan di kepala-Nya.
Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya.
Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan.
Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.
Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.
Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.
Tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air. Yohanes 19:34 |
TUHAN Yesus memberkati
Footnote :
Dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar