Tradisi Kristen cukup banyak memberikan informasi mengenai kehidupan para rasul dan kematian mereka. Satu penulis sejarah yang bisa dipertanggung jawabkan tulisannya berdasarkan bukti-bukti nyata ialah Eusebius.
Ilustrasi 12 Rasul Kristus setelah Kenaikan-Nya ke Sorga |
** Eusebius dari Vercelli **
Lahir kira-kira tahun 283 di pulau Sardinia, Italia. Namanya yang berarti ‘kesayangan’ sesuai dengan kenyataan hidupnya di kemudian hari. Ia disayangi Tuhan dan Jemaat Kristen karena dengan gigih membela ajaran iman yang benar di hadapan para penganut Arianisme.
Ayahnya meninggal dunia ketika ia masih kecil. Lalu ia dibawa ibunya ke Roma untuk belajar di sana. Di Roma ia ditahbiskan menjadi Lektor dan menjadi pelayan imam dalam setiap Perjamuan Kudus (Ekaristi). Untuk melanjutkan pendidikannya ia pindah ke Vercelli, Italia Utara. Di sana ia terus bertumbuh menjadi seorang yang saleh hidupnya.
Pada tahun 340, ia ditahbiskan menjadi uskup di Vercelli. Sebagai uskup, ia berusaha membina imam-imam yang berkarya di keuskupannya agar hidup lebih sesuai dengan jabatan mereka. Untuk itu ia membentuk suatu persekutuan hidup seperti biara bersama imam-imamnya. Konon persekutuan hidup bersama yang didirikannya merupakan tahap awal kehidupan monastik di dalam gereja Barat. Dengan cara hidup itu, Eusebius bermaksud mendidik imam-imamnya menjadi pelayan umat yang tidak saja pandai, tetapi juga suci dan tidak terikat batin dengan hal-hal duniawi. Pelayanannya diberkati Tuhan.
Menyaksikan kesalehan dan keberhasilan Eusebius, pada tahun 354 dia diutus oleh para uskup untuk menemui kaisar Konstantius dan meminta kesediaan kaisar membuka sebuah konsili demi terciptanya ketenteraman di dalam Tubuh Gereja dari gangguan bidaah Arianisme. Pada tahun 355 diadakan sebuah sinode para uskup di Milano, Italia untuk membicarakan hukuman atas uskup Athanasius. Banyak uskup Arian hadir dalam sinode itu. Mereka berusaha keras mempengaruhi uskup-uskup lainnya untuk mengikuti mereka. Eusebius yang hadir juga dalam sinode itu dengan gigih membela ajaran Athanasius dan menentang ajaran sesat para uskup Arian, yang tidak mengakui ke-Allah-an Yesus Kristus. Ia pun dengan tegas menolak menandatangani surat keputusan hukuman atas diri uskup Athanasius.
Karena sikapnya itu, Eusebius menanggung banyak penderitaan dari para uskup Arian. Sejak bidaah itu didukung oleh Kaisar Kontantius, Eusebius diancam dengan hukuman mati dan dibuang ke Scytopolis, Palestina di bawah pengawasan uskup Arian Patrophilus. Di sana selama beberapa tahun ia disiksa oleh para musuhnya. Dari Scytopolis, ia dikirim ke Kapadokia dan ke Mesir. Kendati pun banyak siksaan yang dialaminya, ia tetap teguh berpegang pada kebenaran imannya.
Sepeninqgal Kaisar Konstantius pada tahun 361, Eusebius dibebaskan. Sebelum kembali ke Vercelli, ia masih menghadiri sinode uskup-uskup Aleksandria pada tahun 362 atas izinan Kaisar Yulianus, pengganti Konstantius. Oleh uskup-uskup lainnya, Eusebius diutus ke Antiokia untuk menyelesaikan pertikaian antara pengikut uskup Eustakius dan pengikut uskup Arian Miletus. Misinya itu tidak berhasil. Sebagai gantinya ia tanpa mengenal lelah meneruskan usahanya untuk menjaga ketenteraman umat menghadapi pengaruh Arianisme. Ia pergi ke Illiricum, mengunjungi berbagai Gereja dan mendesak para pemimpinnya agar tetap memegang teguh ajaran iman yang benar dari para rasul. Dari sana ia pulang ke Vercelli, Italia Utara pada tahun 363.
Sisa-sisa hidupnya dimanfaatkannya untuk mengajari umat perihal ajaran iman yang benar. la masih meninggalkan kepada umatnya satu buku tafsiran Mazmur. Bersama uskup Hilarius dari Poite, Eusebius tampil sebagai seorang penentang uskup Arian Auxensius. Eusebius akhirnya meninggal dunia di Vercelli pada tahun 371.
Ia menulis buku mengenai cara meninggalnya para rasul di tahun 325 yang berjudul: "Rasul dan murid dari Juruselamat telah menyebarkan dan mengkotbahkan Injil ke seluruh dunia".
Berikut catatan dari uskup Eusebius dan beberapa referensi lainnya.
Injil Matius (Matius 10:1-4) menunjukkan daftar para rasul dalam urut-urutan seperti ini: Simon Petrus, Andreas, Yakobus, Yohanes, Filipus, Bartolomeus, Thomas, Matius, Yakobus, Yudas Thadeus, Simon dan Yudas Iskariot. Matias diangkat untuk menggantikan tempat Yudas Iskariot. Paulus menjadi rasul oleh panggilan khusus dari Yesus Kristus.
Dua diantara empat penulis kitab Injil yaitu Yohanes dan Matius, termasuk dalam bilangan 12 rasul. Dua yang lainnya, Lukas dan Yohanes Markus sangat erat hubungannya dengan kumpulan para rasul.
** Rasul Simon bin Yunus (Kefas/Petrus) **
Menurut Injil Yohanes, Petrus lahir di Betsaida, Galilea, dan ayahnya bernama Yohanes (Yohanes 1:42)/Yunus (Matius 16:17). Dikisahkan juga bahwa Yesus pernah menyembuhkan ibu mertua Petrus yang berarti Petrus sudah menikah. Sebelum ia mengikuti Yesus, ia dan saudaranya, Andreas bekerja sebagai penjala ikan.
Dalam Injil Matius dan Markus diceritakan bahwa Petrus sedang mencari ikan di danau Genesaret ketika Yesus menghampiri mereka dan berkata, "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Ku jadikan penjala manusia." (Matius 4:19).
Dalam Injil Lukas diceritakan bahwa Yesus naik ke perahu Petrus untuk mengajar orang banyak di tepi danau Genesaret, kemudian ia menunjuk Petrus untuk menebarkan jalanya karena ia tahu bahwa Petrus semalaman tidak mendapatkan ikan. Petrus mematuhi petunjuk Yesus dan ia serta nelayan lainnya mendapat ikan dalam jumlah besar. Dengan mujizat tersebut Petrus menjadi percaya kepada Yesus bersama-sama dengan Yakobus dan Yohanes. Andreas tidak disebutkan dalam kisah ini.
Dalam Injil Yohanes diceritakan bahwa Andreas adalah salah satu murid Yohanes Pembaptis yang pergi untuk mengikut Yesus. Ia lalu memanggil saudaranya, Simon dan menceritakan bahwa ia telah menemukan Mesias. Andreas lalu membawa dia kepada Yesus dan Yesus menamakan dia, Kefas [Batu (Aram), dalam bahasa Yunani, Petrov yang artinya batu kecil].
Dalam Injil Yohanes diceritakan bahwa ketika Petrus menolak kakinya dicuci oleh Yesus yang mencuci kaki murid-muridnya (karena ia merasa tidak layak).
Yesus menjawabnya "Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku." Petrus lalu menjawab Yesus, "Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!" (Yohanes 13:6-9)
Dalam Injil Matius diceritakan Petrus yang berjalan di atas air ketika ia melihat Yesus yang berjalan di atas air, namun karena ia takut, maka ia tenggelam lalu ditolong oleh Yesus. (Matius 14:22-32). Injil Markus juga menceritakan Yesus yang berjalan di atas air namun tidak menceritakan Petrus yang berjalan di atas air.
Yesus pernah mengatakan kepada Petrus bahwa setelah Ia ditangkap nanti, Petrus akan menyangkal-Nya tiga kali, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." (Matius 26:34) Sebelum dan sesudah Yesus mengatakan itu, Petrus masih bersikeras bahwa ia adalah murid yang paling setia. Petrus menjawab-Nya: "Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak." (Matius 26:33) Kata Petrus kepada-Nya: "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau." Semua murid yang lainpun berkata demikian juga. (Matius 26:35)
Pada akhirnya diceritakan bahwa tepat seperti perkataan Yesus, Petrus telah menyangkal Yesus tiga kali sebelum ayam berkokok.
Sementara itu Petrus duduk di luar di halaman. Maka datanglah seorang hamba perempuan kepadanya, katanya: "Engkau juga selalu bersama-sama dengan Yesus, orang Galilea itu."Tetapi ia menyangkalnya di depan semua orang, katanya: "Aku tidak tahu, apa yang engkau maksud"
Ketika ia pergi ke pintu gerbang, seorang hamba lain melihat dia dan berkata kepada orang-orang yang ada di situ: "Orang ini bersama-sama dengan Yesus, orang Nazaret itu" Dan ia menyangkalnya pula dengan bersumpah: "Aku tidak kenal orang itu."
Tidak lama kemudian orang-orang yang ada di situ datang kepada Petrus dan berkata: "Pasti engkau juga salah seorang dari mereka, itu nyata dari bahasamu." Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: "Aku tidak kenal orang itu" Dan pada saat itu berkokoklah ayam. (Matius 26:69-74)
Bersama Yakobus bin Zebedeus dan Yohanes, Petrus menjadi saksi atas dibangkitkannya putri Yairus dari kematian (Markus 5:21-43), transfigurasi Yesus Kristus di atas bukit (Matius 17:1-8), sengsara Yesus di Taman Getsemani (Matius 26:36-46).
Petrus masih belum berkarya banyak paska kenaikan Yesus ke Surga. Petrus dan murid-murid yang lain masih tinggal di dalam kota Yerusalem, berkumpul untuk bertekun dan berdoa bersama dengan sekitar seratus dua puluh orang, sampai tiba hari Pentakosta, di mana Roh Kudus dicurahkan seperti lidah-lidah api. Setelah peristiwa itulah, Petrus memberikan kotbah yang akhirnya menyebabkan tiga ribu orang memberi diri percaya kepada Tuhan Yesus dan dibaptis. Selain berkhotbah, Petrus juga menulis surat-surat yang kini berada dalam kesatuan Perjanjian Baru.
Di kemudian hari Petrus pergi dan tinggal di Roma. Roma kala itu adalah pusat seluruh Kekaisaran Romawi. Di sana Petrus mempertobatkan banyak orang. Ketika penganiayaan yang kejam terhadap orang-orang Kristen dimulai, jemaat di sana memohon pada Petrus untuk meninggalkan Roma dan menyelamatkan diri.
Menurut tradisi Katolik Roma, dalam perjalanan meninggalkan Roma, ia berjumpa dengan Yesus di tengah jalan. Petrus bertanya kepada-Nya, "Tuhan, hendak ke manakah Engkau pergi?" (dalam bahasa Latin: "Quo Vadis?") Jawab Yesus, "Aku datang untuk disalibkan kedua kalinya." Kemudian Petrus berbalik dan kembali ke Roma. Ia mengerti bahwa penglihatannya berarti bahwa ia harus menderita dan wafat bagi Yesus. Petrus wafat di Roma dimana dia menghabiskan tahun-tahun terakhirnya dan menjadi martir dengan cara disalibkan pada tahun 64 atau 67 selama penindasan oleh Kaisar Nero dengan mati disalib dengan kepala di bawah. Kayu salib untuk Petrus dipasangnya berbeda, ialah secara huruf X, karena itulah permohonan yang ia ajukan sebelum ia disalib, dimana ia memohon untuk disalib dengan cara demikian. Ia merasa tidak layak untuk mati dan disalib seperti Tuhan Yesus. Hal ini tepat seperti yang dikatakan Yesus kepadanya sebelum Dia naik ke Surga dalam Yohanes 21:18-19.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki." Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku."
Berdasarkan catatan sejarah Kristen, Petrus meninggal di Roma.
** Rasul Andreas **
Lahir di Bethsaida, saudara dari Simon Petrus, murid dari Yohanes Pembaptis, seorang nelayan, Rasul yang pertama dipanggil (Matius 4:18, Markus 1:16, Yohanes 1:40). Ketika Yohanes Pembaptis menunjuk kepada Yesus dan berkata: "Lihatlah Anak Domba Allah" dengan serta merta dia meninggalkan Yohanes Pembaptis untuk mengikuti Yesus.
Menurut legenda, dia mewartakan Injil di Yunani bagian Utara, yaitu Epirus dan Scythia, dan menjadi martir di Patras sekitar tahun 70 dengan cara disalibkan pada salib yang berbentuk huruf X. Dia tidak dipakukan pada kayu salib tetapi diikatkan. Sebelum ia meninggal, ia disiksa dengan hukum cambuk oleh tujuh tentara dan diikat di salib. Dengan cara demikian mereka bisa memperpanjang masa sakit dan masa siksaannya.
Seorang pengikut Andreas yang turut menyaksikan hukuman Andreas menceritakan perkataan yang telah diucapkan oleh Andreas sebelum ia meninggal dunia, "Ternyata keinginan dan cita-cita saya bisa terkabul dimana saya bisa turut merasakan masa-masa terindah dengan disiksa dan disalib seperti Tuhan Yesus". Bahkan pada saat ia disiksa pun tiada henti-hentinya ia berkhotbah terus kepada mereka yang mengelilinginya. Dia bertahan selama dua hari dalam kesengsaraan dan masih terus berkhotbah sebelum ajalnya tiba
** Rasul Yakobus bin Zebedeus **
Orang Galilea, anak Zebedeus, saudara Yohanes, dimana mereka berdua disebut oleh Yesus sebagai Boanerges, artinya putera halilintar (Markus 3:17). Dia juga seorang nelayan.
Agaknya Petrus, Yakobus dan Yohanes bertiga punya tempat yang spesial. Hanya mereka bertiga yang menjadi saksi atas: dibangkitkannya putri Yairus dari kematian (Markus 5:21-43), transfigurasi Yesus di atas bukit (Matius 17:1-8), sengsara Yesus di taman Getsemani (Matius 26:36-46). Hanya mereka bertiga yang diberi nama khusus oleh Yesus.
Tidak mengherankan kalau Yakobus dan Yohanes merasa berhak untuk menemui Yesus dan meminta apapun yang mereka inginkan. (Injil Matius 20:20-28 mengisahkan tentang permintaan ibunda Yakobus dan Yohanes yang datang kepada Yesus untuk mengajukan suatu permohonan khusus). Sebagai tanda kasih-Nya, Yesus tidak memarahi mereka tetapi menanyakan apa yang mereka minta. Permintaan mereka agar mereka bisa duduk di sebelah kanan-kiri Yesus jika Yesus nanti datang dalam kemuliaan-Nya, menunjukkan bahwa mereka tidak mengerti tugas misi mereka yang sebenarnya. Yesus menjawab bahwa mereka tidak tahu apa yang dimintanya. Mereka tidak melihat salib kesengsaraan melainkan tahta duniawi. Bisakah mereka meminum cawan yang Yesus minum? Mereka bilang "kami dapat." Yesus meyakinkan bahwa memang mereka akan turut meminum cawan-Nya. Ke-10 rasul lainnya pun marah-marah setelah mendengar permintaan kedua bersaudara itu. Yesus menggunakan kesempatan ini untuk mengajarkan kepada mereka bahwa untuk menjadi besar seseorang harus menjadi pelayan.
Lebih jauh lagi Yakobus dan Yohanes menunjukkan ketidak-mengertian mereka ketika Yesus ditolak oleh orang-orang Samaria (Lukas 9:51-56). Mereka berdua ingin menggunakan kuasa yang didapatnya bukannya untuk menyembuhkan melainkan untuk menurunkan api dari langit untuk membinasakan orang-orang Samaria yang berani menolak Yesus tersebut. Barangkali Yesus memberi nama mereka ‘Boanerges’ karena semangat mereka, antusiasme mereka atau temperamen mereka. Yesus pun memarahi mereka karena pandangan mereka yang ingin menggunakan kuasa mereka dengan tanpa ampun dan balas dendam.
Meskipun dengan segala kekurangan mereka, Yesus tetap memilih Petrus, Yakobus dan Yohanes untuk menemani-Nya di taman Getsemani. Yesus pasti sangat bersedih ketika menemukan mereka sedang tertidur pulas pada malam yang sengsara itu.
Yakobus sungguh ''minum dari cawan yang diminum'' Yesus. Dia adalah rasul pertama yang mati terbunuh, atas perintah raja Herodes Agripa dengan sebilah pedang (Kisah Para Rasul 12:2).
Sejarah Kekristenan diluar Kisah Para Rasul mencatat rasul Yakobus berlayar lewat Laut Tengah menuju Spanyol, mendarat di pantai Andalusia di selatan, menjelajahi semenanjung Iberia melalui jalan-jalan Romawi sampai tiba di daerah Galisia di sudut Barat Laut. Di sana ia memaklumkan Injil dan membaptis beberapa orang diantaranya Theodorus dan Athanasius yang kemudian menemaninya kembali ke Yerusalem.
Ketika Yakobus tiba kembali di Yerusalem, situasi setempat sungguh kurang menguntungkan bagi keamanan umat Kristen. Kelihatannya pada tahun 44 ini situasinya mirip kejadian sembilan tahun sebelumnya ketika Stefanus dirajam menjadi martir yang pertama. Orang-orang Kristen mulai disingkirkan dengan kekerasan bahkan kemudian raja Herodes menyuruh membunuh dia dengan pedang (Kis 12:1-2). Demikianlah Yakobus yang menjadi rasul pertama yang mengorbankan hidupnya demi kesetiaan dan cintanya kepada Kristus.
Sebuah tradisi yang lain menceritakan bahwa pada saat ia disiksa pun, ia tidak pernah menyangkal Tuhan Yesus bahkan ia berusaha untuk berkhotbah terus. Bukan hanya kepada para tawanan lainnya saja tapi juga kepada orang yang menghukum dan menyiksa dia dengan kejamnya. Sehingga akhirnya orang Romawi yang menjadi penjaga dan penyiksa dia bisa turut bertobat. Penjaga Romawi itu mendampingi Yakobus pada saat ia dihukum penggal, bukannya sekedar hanya untuk turut menyaksikannya saja, melainkan juga untuk turut dihukum dan dipenggal bersama dengan Yakobus. Pada saat ia mau menjalani hukuman mati, ia berlutut bersama di samping Yakobus, sambil berdoa, itu adalah doanya yang terakhir, sebelum ia mati dipenggal bersama Yakobus sebagai orang Kristen.
Ada juga tradisi lain yang menceritakan, sesudah kepala Yakobus dipenggal, jenazah bersama kepalanya yang berdarah dibawa oleh dua muridnya ke pantai Laut Tengah. Jenazah sang martir itu digotong ke sebuah perahu yang kebetulan tertambat di pinggir laut. Bersama kedua muridnya yang ikut naik, perahu yang tak terkemudi itu digerakkan oleh angin dan arus ke arah barat. Sampailah perahu itu di Semenanjung Iberia atau Spanyol. Konon selama perjalanan laut tersebut, jenazah Yakobus dilapisi oleh kerang-kerang dari suatu jenis yang dapat dimakan. Kerang-kerang itulah yang dijadikan lambang dari peziarahan Santiago dan para peziarahnya. Kerang ini sering juga menjadi simbol dari cinta kasih ilahi dan insani.
Jenazah Yakobus digotong ke pantai Galisia, lalu Theodorus dan Athanasius minta kepada penguasa setempat yang bernama Lupa (artinya serigala) sebidang tanah guna memakamkan sang rasul. Ratu itu mengatakan: "Pergilah ke pegunungan itu dan ambillah sepasang kerbau yang akan menghela kereta jenazah kemana pun engkau mau". Rupanya kerbau itu adalah sekawanan banteng liar. Alangkah herannya ratu Lupa karena ternyata banteng-banteng itu jinak di hadapan orang-orang Kristen. Lalu dia menyuruh pasukannya untuk mengejar mereka, namun pasukan itu tertahan karena sebuah kali kecil mendadak mulai membanjir. Menyaksikan segenap peristiwa itu, ratu itu bertobat. Kemudian jenazah Yakobus dimasukkan ke dalam peti marmer (sarchopagus) dan dimakamkan.
Tanpa diketahui siapa pun jenazah Yakobus beristirahat selama berabad-abad di bawah semak-semak, sampai tahun 813 ditemukan oleh seorang pertapa yang bernama Paio, yang sebelumnya melihat sinar-sinar yang terang bagaikan bintang melintasi pegunungan Libredon (Campus Stellae – lapangan bintang). Jenazah Yakobus dikenal karena adanya tulisan di batu sarchopagus-nya.
Berkat penemuan ini selanjutnya dibangunlah kapel oleh Raja Alfonso II dari Asturia. Bahkan kabar ini pun kemudian disampaikan ke Paus dan kaisar di Roma. Dalam waktu singkat orang-orang datang berziarah bahkan mulai menetap di sekitar makam Santiago. Namun baru pada tahun 1095 tahta Keuskupan dipindahkan secara resmi ke Santiago de Compostela. Nama tambahan Compostela baru muncul kemudian yang berarti Lapangan Bintang.
Ada cerita yang cukup menarik yang sampai kini masih terus menggema di hati para peziarah atau penduduk Santiago de Compostela yakni cerita tentang penampakan Yakobus pada saat pertempuran antara pasukan Muslim pimpinan khalifah Cordoba dengan raja Asturia dekat Claviyo. Tersebutlah saat kedua bala tentara saling memukul dan menikam, sekonyong-konyong tampak seorang pejuang ningrat menunggang seekor kuda putih, dengan tanda salib Yesus di tangan kirinya dan pedang di tangan kanannya. Dia mengalahkan banyak musuh yang kemudian dikenal sebagai Santiago, yang sejak kemenangan ini diberi nama tambahan: Matamoros (pembunuh kaum Moros).
** Rasul Yohanes bin Zebedeus **
Orang Galilea, putra Zebedeus, saudara kandung Yakobus bin Zebedeus, mereka berdua dinamakan Boanerges (Markus 3:17) oleh Yesus. Dia adalah juga seorang nelayan, mungkin seorang murid Yohanes Pembaptis, merupakan salah satu penulis kitab Injil, dan yang sering disebut-sebut sebagai "murid yang terkasih" (Yohanes 19:26, 21:20).
Bersama Petrus dan Yakobus bin Zebedeus, hanya mereka bertiga yang diajak Yesus ketika: putri Yairus dibangkitkan dari kematian (Markus 5:21-43), transfigurasi Yesus di atas bukit (Matius 17:1-8), sengsara Yesus di Taman Getsemani (Matius 26:36-46).
Rasul Yohanes adalah satu-satunya yang tidak meninggalkan Yesus ketika saat-saat sengsara penyaliban Yesus. Dari kayu salib, Yesus menitipkan ibu-Nya kepada Yohanes, menyatakan Maria sebagai ibunya dan Yohanes adalah anaknya (Yohanes 19:26).
Rasul Yohanes menulis Injil ke-empat, tiga Surat Yohanes, dan Kitab Wahyu. Injil karangannya punya karakter yang berbeda secara menyolok. Kalau Injil Matius, Markus dan Lukas dikategorikan sebagai Injil Sinoptik disebut demikian karena isinya berupa ringkasan penginjilan Yesus. Injil Yohanes mengandung makna teologis yang mendalam.
Menarik untuk direnungkan apa yang dikatakan oleh Yesus dalam Injil Yohanes 21:20-23:
Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus (yaitu Yohanes) sedang mengikuti mereka, yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus dan yang berkata, "Tuhan, siapakah dia yang akan menyerahkan Engkau?".
Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus: "Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?"
Maka tersiarlah kabar di antara saudara-saudara itu, bahwa murid itu tidak akan mati.
Yohanes memang sungguh-sungguh berumur panjang. Menurut tradisi, dia dibawa ke Roma dan atas perintah Kaisar Domitian,Yohanes direbus atau lebih tepatnya digoreng di dalam bak minyak mendidih di Roma, tetapi karena Tuhan masih ingin memakai Yohanes lebih jauh, maka keajaiban terjadi sehingga walaupun ia telah digoreng hidup-hidup, ia bisa hidup terus.
Tetapi akhirnya ia dibuang dan diasingkan ke pulau Patmos untuk kerja paksa di tambang batu bara disana. Pada saat ia berada di sana, ia mendapatkan wahyu sehingga ia bisa menulis Kitab Wahyu. Kemudian ia dibebaskan dan akhirnya kembali dan menjadi penatua di Edessa (Turki).
Ia adalah satu-satunya rasul yang bisa mencapai usia lanjut dan bisa meninggal dunia dengan tenang dan satu-satunya diantara bilangan para rasul, yang diketahui secara pasti tidak meninggal sebagai martir pada sekitar tahun 100, diatas makamnya dibangun gereja yang megah. Akan tetapi berabad-abad sesudahnya, penguasa Islam merubah gereja itu menjadi mesjid.
** Rasul Filipus **
Lahir di Bethsaida, Galilea. Pada awalnya Rasul Filipus mungkin adalah murid Yohanes Pembaptis. Hanya Injil Yohanes yang menyebutkan dua kisah tentang Rasul Filipus ini. Dia dipanggil oleh Yesus sendiri dan dia membawa Natanael besertanya (Yohanes 1:43-51).
Cerita Filipus selanjutnya bisa dibaca dalam Kisah Para Rasul 8:4-13 dan inilah penginjilan pertama yang tercatat didalam Perjanjian Baru yang dilakukan oleh rasul Kristus kepada bangsa Non Yahudi setelah Kenaikan Yesus ke Surga. Menurut tradisi, dia mewartakan Injil di Phrygia dan menjadi martir dengan cara disalibkan terbalik di Hierapolis, Yunani, pada masa pemerintahan Kaisar Domitian.
Didalam penginjilannya, Filipus membawa serta puteri-puterinya dan Lukas mencatat bahwa kempat puterinya memiliki Karunia untuk bernubuat.
Filipus mempunyai empat anak dara yang beroleh karunia untuk bernubuat.
Kisah Para Rasul 21:9
Sebuah cerita yang berhubungan dengan kehidupan Filipus sesudah kenaikan Yesus disajikan oleh Eusebius dan penulis Kristen lainnya. Mereka mengatakan bahwa Filipus mewartakan Injil di Frigia dan meninggal di Hierapolis, Asia Kecil. Jenazahnya dimakamkan pula di Hierapolis. Kemudian, relikuinya dikirim ke Roma, sejak tahun 561 disemayamkan di Basilika Para Rasul.
Papias, Uskup Hierapolis mengenal baik anak-anak Filipus. Dari mereka, ia mengetahui bahwa Filipus pernah menghidupkan kembali seorang anak lelaki yang telah meninggal.
Papias, who is now mentioned by us, affirms that he received the sayings of the apostles from those who accompanied them, and he moreover asserts that he heard in person Aristion and the presbyter John.
He mentions them frequently by name, and in his writings gives their traditions. Our notice of these circumstances may not be without its use. It may also be worth while to add to the statements of Papias already given, other passages of his in which he relates some miraculous deeds, stating that he acquired the knowledge of them from tradition.
The residence of the Apostle Philip with his daughters in Hierapolis has been mentioned above. We must now point out how Papias, who lived at the same time, relates that he had received a wonderful narrative from the daughters of Philip. For he relates that a dead man was raised to life in his day.
(Phillip Schaff - ANF01. From Eusebius, Hist. Eccl., iii. 39. The Apostolic Fathers with Justin Martyr and Irenaeus VI.1755-1757)
Polikrates, uskup Efesus, dalam sebuah suratnya kepada paus Viktor II (1055-1057), menyebutkan bahwa dua orang anak Filipus hidup di Hierapolis, sedangkan yang lainnya di Efesus.
The time of John’s death has also been given in a general way, but his burial place is indicated by an epistle of Polycrates (who was bishop of the parish of Ephesus), addressed to Victor, bishop of Rome. In this epistle he mentions him together with the apostle Philip and his daughters in the following words:
“For in Asia also great lights have fallen asleep, which shall rise again on the last day, at the coming of the Lord, when he shall come with glory from heaven and shall seek out all the saints. Among these are Philip, one of the twelve apostles, who sleeps in Hierapolis, and his two aged virgin daughters, and another daughter who lived in the Holy Spirit and now rests at Ephesus; and moreover John, who was both a witness and a teacher, who reclined upon the bosom of the Lord, and being a priest wore the sacerdotal plate. He also sleeps at Ephesus.”
(Phillip Schaff NPNF2-01 - Eusebius Pamphilius - Chapter XXXI. The Death of John and Philip.)
Nicephorus Callistus Xanthopoulos menulis kembali tentang sejarah gereja yang diceritakan oleh Eusebius dan sejarahwan lainnya. Nicephorus menuliskan tentang puteri rasul Filipus.
And until the times of Trajan these [successors of the apostles] continued the priesthood, while the beloved disciple still was present in [this] life. After them Quadratus became eminent in the prophetic gift, being distinguished together with the daughters of Philip. And there were many more than they who manifested the apostolic gifts, who obtained the succession after the apostles.
[This] history, as far as it is possible for me, hands down, one after another, similar things concerning Clement, Ignatius, Polycarp, and Papias. For now, it sets forth as much as [possible] the earliest demonstration of apostolic teaching.
(Nicephorus Callistus Xanthopoulos, Church History 3.2.40-55)
** Rasul Bartolomeus (Natanael) **
Satu hal yang diketahui pasti tentang rasul Bartolomeus adalah namanya disebutkan dalam bilangan para rasul. Namanya berarti "putera Tolomai (Bar-Tholomoeus, bar artinya anak)" dan dikenal juga sebagai Natanael dari Kana, sahabat Filipus (Yohanes 1:43-51). Ia dibawa kepada Yesus oleh Filipus, dimana Yesus memujinya sebagai orang Israel sejati yang tidak memiliki kepalsuan didalamnya.
Di abad keempat Eusebius dari Caesarea menuliskan bahwa Bartholomeus menginjili di India dan memberikan Injil Matius kepada Jemaat disana.
Pantanus was one of these, and is said to have gone to India. It is reported that among persons there who knew of Christ, he found the Gospel according to Matthew, which had anticipated his own arrival. For Bartholomew, one of the apostles, had preached to them, and left with them the writing of Matthew in the Hebrew language, which they had preserved till that time. (Eusebius, Church History)
Menurut berbagai tradisi, dia mewartakan Injil di Etiopia, India, Persia dan Armenia, dimana dia menjadi martir dengan cara dicambuk sedemikian kejamnya sehingga semua kulitnya menjadi hancur terlepas dan dicacah dagingnya hidup-hidup dengan pisau dan dipenggal oleh raja Astyages. Tempatnya meninggal adalah di Abanopolis, di tepi barat Laut Kaspia.
** Rasul Thomas Didimus **
Rasul Thomas orang Yahudi yang termasuk dalam bilangan 12 rasul. Ketika Yesus berkata bahwa Ia ingin kembali ke Yudea untuk mengunjungi sahabatnya Lazarus yang menderita sakit keras (Yohanes 11), Thomas menyemangati para rasul lainnya untuk ikut menemani Yesus dalam perjalanan yang penuh bahaya maut. Pada perjamuan terakhir, ketika Yesus memberitahu para murid-Nya bahwa Ia akan pergi untuk menyiapkan tempat bagi mereka kemana mereka akan datang karena mereka juga tahu tempat dan jalannya, Thomas berkata bahwa mereka tidak mengerti. Yesus lantas meyakinkan bahwa Dia adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup (Yohanes 14:6)
Namun yang paling kita ingat dari Thomas yaitu keragu-raguannya akan Kebangkitan Yesus seperti disaksikan oleh para rasul pada hari pertama dalam satu minggu (Yohanes 20:19-20). Delapan hari sesudahnya, pada penampakan Kristus yang kedua, Yesus menegur Thomas dengan lembut karena ketidakpercayaannya dan selanjutnya memberikan bukti-bukti seperti yang dituntut oleh Thomas, tangan yang berlubang bekas paku dan luka di lambung-Nya. Thomas menjadi yakin akan Kebangkitan Yesus dan dengan serta-merta berseru "Ya Tuhanku dan Allahku". Dengan demikian Thomas menyatakan pengakuan iman akan ke-Allah-an Yesus (Yohanes 20:24-29). Rasul Thomas juga disebut dalam peristiwa penampakan Kebangkitan Yesus lainnya di tepi danau Tiberias (Yohanes 21).
Menurut tradisi, setelah para rasul berpisah setelah peristiwa Pantekosta, Thomas dikirim untuk mewartakan Injil Kristus di berbagai tempat dari Laut Kaspia, Parthian, Medes, sampai Teluk Persia dan akhirnya mencapai India dimana banyak penduduk asli di negara bagian Malabar menjadi Kristen dan menyebut diri mereka sebagai "umat Kristen Thomas". Ritus khas mereka yaitu Syro-Malabar dan Syro-Malankara adalah dua diantara 22 ritus yang dikenal dan diakui oleh gereja Katolik Roma. Rasul Thomas menjadi martir di sekitar kota Madras, India di tempat yang bernama Calamine; mati dengan cara ditombak.
** Rasul Matius **
Rasul Matius adalah putera Alfeus (Markus 2:14) dan dipanggil untuk menjadi rasul sewaktu sedang duduk-duduk di kantor pajak di Kapernaum (Matius 9:9). Sebelum bertobat ia bekerja sebagai pemungut cukai/pajak. Dia diidentifikasi sebagai Lewi oleh Markus dan Lukas (Markus 2:13-17 dan Lukas 5:27-32). Rasul Matius adalah salah satu penulis Kitab Injil.
Origens menyatakan bahwa:
First to be written was by Matthew, who was once a tax collector but later an apostle of Jesus Christ, who published it in Hebrew for Jewish believers. (Eusebius, Church History, Book 6, Chapter 25, Section 4)
Injil Matius ditulis untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak bagi orang Yahudi, baik mereka yang percaya maupun yang tidak percaya. Bagi orang Yahudi, Injil Matius dipergunakan untuk memberi semangat bagi cobaan-cobaan yang akan datang, terutama kemungkinan mereka kembali memeluk agama Yahudi. Bagi mereka yang tidak percaya, Injil Matius didesain untuk meyakinkan mereka bahwa Mesias telah datang sebagai Yesus dimana semua nubuat tentang Mesias telah terpenuhi secara spiritual dan bukan secara fisik. "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini". Oleh karenanya, Injil Matius menjawab pertanyaan yang diajukan oleh murid-murid Yohanes Pembaptis, "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?" (Matius 11:2-18).
Rasul Matius menulis Injil dalam bahasa aslinya yaitu bahasa Aram. Segera setelah itu, pada masa penindasan oleh raja Herodes Agripa I di tahun 42, Matius berangkat ke luar wilayah. Tradisi lain menyebutkan bahwa Matius menulis kitab Injilnya antara saat keberangkatannya hingga Konsili Yerusalem, yaitu antara tahun 42 dan 50. Yang pasti, Injilnya yang menggambarkan Kota Suci, Yerusalem, dengan altar dan Bait Suci (sinagoga) yang masih utuh dan tanpa referensi kepada pemenuhan nubuat oleh Yesus, menunjukkan bahwa Injilnya ditulis sebelum penghancuran kota Yerusalem oleh orang-orang Romawi di tahun 70 dan bukti-bukti ini menguatkan tradisi sebelumnya.
Beberapa pernyataan bapa Gereja yang menyatakan Injil Matius ditulis dalam Bahasa Aram:
- Irenaeus dari Lyon menyatakan dalam bukunya bahwa "Matthew also issued a written Gospel among the Hebrews in their own dialect, while Peter and Paul were preaching in Rome and laying the foundation of the Church. After their departure, Mark, the disciple and interpreter of Peter, did also hand down to us in writing what had been preached by Peter. Luke also, the companion of Paul, recorded in a book the Gospel preached by him. Afterwards John, the disciple of the Lord, who also had leaned upon his breast, did himself publish a Gospel during his residence at Ephesus in Asia". (Against Heresies 3:1:1)
- Papias, uskup dari Hieropolis mengatakan bahwa, "Matthew compiled the sayings [of the Lord] in the Aramaic language, and everyone translated them as well as he could" (Explanation of the Sayings of the Lord [cited by Eusebius in History of the Church 3:39]).
- Teolog Origens menyatakan bahwa, "Among the four Gospels, which are the only indisputable ones in the Church of God under heaven, I have learned by tradition that the first was written by Matthew, who was once a publican, but afterwards an apostle of Jesus Christ, and it was prepared for the converts from Judaism and published in the Hebrew language" (Commentaries on Matthew [cited by Eusebius in History of the Church 6:25]).
- Sejarahwan dan Teolog Eusebius menyatakan bahwa, "Matthew had begun by preaching to the Hebrews, and when he made up his mind to go to others too, he committed his own Gospel to writing in his native tongue [Aramaic], so that for those with whom he was no longer present the gap left by his departure was filled by what he wrote" (History of the Church 3:24 [inter 300-325]).
Menurut berbagai tradisi, dia mewartakan Injil Kristus di Yudea, Etiopia, Persia dan Parthia, menjadi martir karena disiksa dan dibunuh dengan pedang di Etiopia.
** Rasul Yakobus bin Alfeus **
Rasul Yakobus anak Alfeus menulis salah satu surat dalam Kitab Perjanjian Baru, yaitu Surat Yakobus. Bukti-bukti berupa bahasa, gaya tulisan, dan ajaran dalam surat tersebut menunjukkan pengarangnya sebagai seorang Yahudi yang paham akan Perjanjian Lama, dan seorang Kristen yang paham akan ajaran-ajaran Injil. Bukti-bukti lain dari para bapa Gereja dan konsili-konsili Gereja menguatkan keaslian dan kanonitas Surat Yakobus. Tanggal surat itu ditulis tidak diketahui dengan pasti. Ada yang percaya bahwa surat itu ditulis tahun 49, sementara lainnya menduga surat itu ditulis setelah rasul Paulus menulis surat kepada umat di Roma (tahun 57-58). Mungkin juga ditulis pada sekitar tahun 60-62.
Menurut tradisi Kekristenan, dia meninggal dengan cara dilempar ke bawah dari puncak bubungan Bait Allah di Yerusalem, di tempat yang sama dimana si setan dahulu membawa Yesus dicobai.
** Rasul Yudas Tadeus (Yudas Anak Yakobus) **
Rasul Yudas dikenal juga sebagai Tadeus merupakan penulis salah satu surat dalam Perjanjian Baru, yaitu Surat Yudas.
Berbagai tradisi menyebutkan bahwa ia mewartakan Injil Kristus di Yudea, Samaria, Idumaea, Siria, Mesopotamia, Persia dan Libia. Dia juga menulis surat kepada gereja-gereja di Timur, terutama kepada kaum Yahudi Kristen yang ditujukan untuk melawan pembangkangan/penyelewengan kaum Simonian, Nikolait, dan Gnostik. Rasul Yudas Tadeus dikabarkan menjadi martir di Armenia yang waktu itu dibawah kekuasaan Persia.
** Rasul Simon orang Zelot **
Disebut orang Kanaan atau Zelot (Matius 10:4, Markus 3:18, Lukas 6:15) karena menjalani hukum Yahudi secara ketat. Menurut tradisi, Simon mewartakan Injil di berbagai tempat di Timur Tengah bersama Yudas Tadeus dalam berbagai perjalanan misionarisnya. Dia menjadi martir dengan cara digergaji tubuhnya dibelah dua.
** Rasul Matias **
Tindakan para rasul yang pertama setelah Yesus naik ke surga adalah memilih pengganti Yudas Iskariot. Mereka memfokuskan diri untuk mencari rasul kedua belas. Angka dua belas penting bagi bangsa yang terpilih, karena mewakili ke-12 suku bangsa Israel. Kalau Israel yang baru datang dari murid-murid Yesus, maka dibutuhkan rasul ke-12. Tetapi Yesus telah memilih ke-12 rasul, bagaimana mereka tahu siapa yang akan mereka pilih?
Rasul yang baru harus sudah menjadi murid Yesus sejak awal dan tetap setia ketika banyak orang meninggalkan Yesus karena ajaran-ajaran-Nya. Dua orang memenuhi kriteria: Matias dan Yusuf yang disebut Barsabas. Mereka membuang undi dan Matias terpilih untuk ditambahkan kedalam bilangan 12 rasul (Kisah Para Rasul 1:15-26).
Beberapa tradisi melaporkan bahwa Rasul Matias mewartakan Injil di Palestina, Kapadokia atau Etiopia. Dia meninggal sebagai martir dengan cara dihukum rajam dan akhirnya dipenggal kepalanya.
** Rasul Paulus **
Lahir di Tarsus, dari suku keturunan Benyamin, dan seorang warganegara Roma. Dia turut mengambil bagian dalam menindas umat Kristen sampai pada saat pertobatannya di tengah perjalanannya ke Damsyik (Kisah Para Rasul 9:1-18). Ia mendapat panggilan dari Yesus Kristus sendiri, yang menyatakan diri-Nya kepada Paulus dengan cara yang khusus. Dia menjadi rasul yang tidak kenal lelah bagi kaum non-Yahudi.
Dia tetap tinggal di Damsyik untuk beberapa hari setelah pembaptisannya dan lantas menuju ke Arabia mungkin selama satu dua tahun untuk mempersiapkan aktifitas penginjilannya. Sekembalinya ke Damsyik, dia tinggal disana untuk beberapa waktu, berkhotbah di sinagoga-sinagoga bahwa Yesus adalah Kristus, Anak Allah. Hal ini membangkitkan kebencian orang Yahudi dan dia harus melarikan diri dari sana. Dia lantas pergi ke Yerusalem untuk menemui para rasul Kristus.
Dalam perjalanan misionarisnya yang pertama bersama Barnabas, Paulus mendirikan gereja-gereja di seluruh Asia Kecil: Pisidian, Antiokia, Iconium, Lystra dan Derbe. Setelah Konsili Yerusalem, Paulus ditemani oleh Silas, dan kemudian oleh Timotius dan Lukas melakukan perjalanan misionaris keduanya. Pada perjalanan misionarisnya yang ketiga, Paulus mengunjungi tempat-tempat yang sama dan sempat tinggal di Efesus selama hampir tiga tahun. Dia dipenjarakan selama dua tahun di kota Roma, setelah sebelumnya ditangkap di Yerusalem (Kisah Para Rasul 21:30) dan dipenjarakan di Kaisarea (Kisah Para Rasul 23:23-24).
Menurut tradisi, setelah dua tahun Paulus dibebaskan dari penjara Roma dan lantas melakukan perjalanan ke Spanyol, lalu kembali ke Timur, dan kembali lagi ke Roma dimana dia kembali dipenjarakan untuk kedua kalinya. Akhirnya dia menjadi martir di Roma dengan cara dipenggal, Sebagian besar surat-surat penggembalaannya ditulis dari dalam penjara.
Tempat ia dipenggal dikenal dengan nama Tre Fontane (Three Fountains - Tiga Mata Air) karena munculnya tiga mata air di tempat kepalanya jatuh ke bumi.
Tidak kurang dari 14 surat-surat dalam Kitab Perjanjian Baru ditulis olehnya. Akan tetapi bisa dipastikan bahwa rasul Paulus menulis lebih banyak lagi surat-surat yang telah hilang. Dalam surat-suratnya rasul Paulus menunjukkan bahwa ia adalah seorang pemikir religius yang sangat menonjol dan perannya yang masih dapat dirasakan dalam perkembangan iman Kristiani.
Satu pernyataan dari Rasul Paulus yang sangat menyentuh hati Saya secara pribadi tertulis dalam suratnya kepada Timotius.
Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat.
Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.
Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.
(2 Timotius 4:6-8)
** Barnabas **
Orang Yahudi yang lahir di Siprus (Kisah Para Rasul 4:36-37). Nama aslinya Yusuf tetapi dinamakan Barnabas oleh para rasul yang artinya anak penghiburan (Kisah Para Rasul 4:36).
Dia menjual harta bendanya dan menyerahkan uang hasil penjualan kepada para rasul. Dia meyakinkan para rasul untuk menerima Paulus (Kisah Para Rasul 9:27), dan dikirim ke Antiokia, Siria untuk mengunjungi umat Kristen disana dan membawa Paulus besertanya.
Bersama Paulus, dia membawa sumbangan umat Antiokia kepada umat di Yerusalem waktu terjadi bencana kelaparan, dan kembali ke Antiokia bersama sepupunya, Yohanes Markus. Mereka bertiga melakukan perjalanan misionaris ke Siprus, Pergamus (dimana Yohanes Markus melanjutkan ke Yerusalem) dan Antiokia di Pisidia dimana Paulus dan Barnabas ditolak habis-habisan oleh orang Yahudi sehingga mereka memutuskan untuk mewartakan Injil kepada kaum pagan. Mereka lalu melanjutkan ke Ikonium dan Listra di Lycaonia, dimana awalnya mereka dianggap sebagai dewa dan kemudian dilempari batu dan diusir dari kota. Mereka kembali ke Antiokia di Siria.
Ketika ada perselisihan mengenai hukum agama orang Yahudi Kristen, Paulus dan Barnabas pergi ke Yerusalem, dimana dihadapan konsili, diputuskan bahwa kaum non-Yahudi tidak perlu disunat untuk dibaptis. Sekembalinya mereka ke Antiokia, Barnabas ingin membawa serta Yohanes Markus, tetapi Paulus menolak karena Yohanes Markus meninggalkan mereka di Perga. Paulus dan Barnabas berpisah, dan Barnabas kembali ke Siprus bersama-sama dengan Yohanes Markus. Tidak diketahui lagi berita selanjutnya, namun dipercaya bahwa Barnabas dan Paulus akhirnya berdamai.
Tradisi menyebutkan bahwa ia menjadi martir di Salamis, Siprus pada tahun 61 selama penindasan terhadap umat Kristen oleh Kaisar Nero.
** Lukas **
Lukas adalah pengarang Injil Lukas dan Kisah Para Rasul (Kisah Para Rasul 1:1), dan disebutkan sebagai "tabib yang kekasih" oleh rasul Paulus (Kolose 4:14), yang setia mendampinginya dalam penginjilan (Kisah Para Rasul 16:10-40).
Lukas adalah orang Yunani yang menjadi Kristen, satu-satunya pengarang Injil yang bukan Yahudi. Dalam surat Kolose 4:10-14, Rasul Paulus menyebutkan sahabat-sahabat yang bersamanya dari golongan mereka yang bersunat, dengan kata lain Yahudi, dan dia tidak memasukkan Lukas dalam kelompok ini. Injil Lukas adalah satu-satunya yang menyebutkan perumpamaan "orang Samaria yang baik hati" (Lukas 10:25-37), Yesus yang memuji iman kaum non-Yahudi seperti janda di Sarfat di tanah Sidon dan Naaman orang Siria (Lukas 4:25-27), dan kisah seorang Samaria penderita kusta yang berterima kasih (Lukas 17:11-19). Hanya dari Injil Lukas kita mendapat nyanyian pujian Maria. Menurut sejarawan Eusebius, Lukas lahir di Antiokia, Siria.
Teolog dan sejarahwan Kristen menyatakan bahwa Lukas menulis Injilnya sendiri dan juga penulis Kitab Kisah Para Rasul yang merupakan catatan awal perkembangan Jemaat Kristen, mereka menyatakan:
- Irenaeus menyatakan, "Luke recorded the teachings of Paul after the deaths of Peter and Paul. He wrote after the Hebrew Matthew, at around the same time as Mark, and before John" (Against Heresies 3.1.1)
- Clement menyatakan, "Luke was written before Mark and John and at the same time as Matthew. When taken with Clement's writing on Mark, this means that Peter and Paul were alive at the time" (Eusebius's Church History 6.14.5-7).
- Tertullianus menyatakan, "Luke, the disciple of Paul, wrote a Gospel." (Against Marcion 4.5)
- Origen menyatakan, "Luke wrote the third Gospel for the Gentiles and it was praised by Paul" (Eusebius's Church History 6.25.6). "Luke wrote Acts of the Apostles." (Eusebius's Church History 6.25.14).”
- Jerome menyatakan, "Luke was a physician from Antioch, and was highly literate in Greek. He traveled with Paul in all his journeys. Paul mentions Luke in 2 Cor 8:18; Col 4:14; and 2 Tm 4:11. He wrote a Gospel and Acts of the Apostles" (Illustrious Men 7).
- Augustinus dari Hippo menyatakan, "Luke edited Matthew and Mark, and wrote third" (Consensus of the Gospels 1.2.4). "Luke wrote Acts of the Apostles." (Consensus of the Gospels 4.8.9).
Pada masa kini, kita berasumsi bahwa seorang dokter pastilah kaya-raya. Tetapi para teolog melontarkan argumentasi bahwa mungkin Lukas dilahirkan sebagai budak. Tidak jarang bagi keluarga-keluarga kaya pada jaman itu untuk mendidik budaknya dalam bidang obat-obatan, supaya mereka mempunyai dokter pribadi. Tidak hanya melalui kata-kata rasul Paulus, tetapi juga Jerome dan Irenaeus, mereka semua menuliskan bahwa Lukas adalah seorang dokter.
Untuk mengikuti jejak-jejak pelayanan Lukas, kita harus meneliti Kisah Para Rasul. Kita tidak memiliki informasi kapan Lukas bertobat dan menjadi Kristen, tetapi dengan meneliti tulisan pada kitab tersebut, kita bisa melihat dimana dia bergabung dengan rasul Paulus. Kisah Para Rasul ditulis dengan perspektif orang ketiga, seperti seorang sejarahwan menuliskan fakta-fakta sejarah, sampai dengan pasal ke enam belas.
Pada Kisah Para Rasul 16:8-9, kita mendengar cerita tentang rombongan Paulus "Setelah melewati Misia, mereka sampai di Troas. Pada malam harinya tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan: ada seorang Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya, katanya: "Menyeberanglah kemari dan tolonglah kami!". Kemudian di pasal 16:10 kata "mereka" berubah menjadi "kami".
Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana.
Jadi Lukas bergabung dengan rombongan Paulus pertama kali di Troas pada sekitar tahun 51 dan menemaninya ke Makedonia dimana mereka melewati Samotrake, Neapolis, dan akhirnya Filipi. Lukas lantas kembali merobah gaya tulisan ke orang ketiga yang agaknya menunjukkan bahwa ia tidak dimasukkan ke penjara bersama-sama dengan Paulus dan bahwa ketika Paulus dibebaskan dan meninggalkan Filipi, Lukas tetap tinggal disana untuk mendukung Gereja disana. Tujuh tahun berlalu sebelum Paulus kembali ke daerah itu dalam perjalanan misionarisnya yang ketiga.
Dalam Kisah Para Rasul 20:5, kembali digunakan kata "kami" yang menunjukkan bahwa Lukas telah meninggalkan Filipi untuk bergabung dengan Paulus pada tahun 58 di Troas, di tempat mereka pertama kali bergabung. Mereka berkelana bersama melalui Miletus, Tire, Kaisarea ke Yerusalem.
Lukas adalah pendamping yang setia yang tinggal bersama Paulus, ketika ia dipenjara di Roma sekitar tahun 61 (Filemon 1:23-24) dan Paulus merasa ditinggalkan selama dipenjara, hanya Lukas yang tetap tinggal bersama dia (2 Timotius 4:11).
Inspirasi dan informasi bagi Injilnya dan Kisah Para Rasul berasal dari hubungannya yang erat dengan Paulus dan rombongannya seperti yang Lukas jelaskan dalam pembukaan Injilnya:
Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi diantara kita, seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman.
Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar.
Lukas juga punya hubungan yang khusus dengan para perempuan yang melayani Yesus, terutama Maria (Ibu Yesus). Hanya dalam Injil Lukas kita mendengar kisah tentang pemberitahuan akan kelahiran Yesus, kunjungan Maria ke Elisabet, nyanyian pujian Maria, Yesus dipersembahkan di Bait Allah, dan Yesus yang hilang di Yerusalem.
Pengampunan dan belas kasih Allah kepada para pendosa juga sangat penting bagi Lukas. Hanya dalam Injil Lukas kita mendengar kisah tentang ‘Anak Yang Hilang’ (Lukas 15:11-32). Hanya dalam Injil Lukas kita mendengar wanita pendosa yang membasuh kaki Yesus dengan air matanya (Lukas 7:36-50). Sepanjang Injil Lukas, Yesus berpihak kepada yang ingin kembali kepada kemurahan Tuhan. Membaca Injil Lukas memberi gambaran yang jelas akan sifatnya yang mengasihi orang miskin, yang menginginkan pintu Kerajaan Allah terbuka bagi semua orang, yang menghargai para wanita, yang melihat adanya harapan belaskasih Allah bagi semua orang.
Kisah Lukas setelah meninggalnya Rasul Paulus tidak diketahui dengan pasti. Beberapa penulis sejarah mengatakan bahwa ia menjadi martir, sementara lainnya mengatakan ia berumur panjang. Menurut Eusebius Vercelli, Lukas mati digantung di Yunani, setelah ia berkhotbah di sana kepada orang-orang yang belum mengenal Tuhan.
** Yohanes Markus **
Nama lengkapnya, Yohanes Markus (Kisah Para Rasul 15:37). Dia adalah sepupu Barnabas dan merupakan anggota komunitas Kristen yang pertama di Yerusalem. Baik Yohanes Markus maupun ibunya dihormati oleh komunitas Kristen mula-mula dan rumah ibunya sering digunakan sebagai tempat berkumpul bagi umat Kristen.
Dia mendampingi Paulus dan Barnabas dalam tugas-tugas misionaris mereka (Kisah Para Rasul 12:12 dan 15:35-41) melalui pulau Siprus. Lalu dia hanya mendampingi Barnabas. Kemudian dia juga berada di Roma bersama Paulus dan Petrus (1 Petrus 5:13).
Dia menulis Kitab Injil kedua mungkin di Roma sebelum tahun 60. Dia menulis Injilnya dalam bahasa Yunani bagi kaum non-Yahudi yang menjadi Kristen. Injil karangannya adalah yang paling pendek diantara keempat kitab Injil. Menurut tradisi, Markus diminta oleh orang-orang Romawi untuk menuliskan ajaran-ajaran Yesus dan Injil Markus melukiskan kisah hidup Yesus melalui pengalaman Petrus bersama Yesus. Beberapa Teolog dan bapa Gereja mengidentifikasikan demikian, diantaranya:
- Papias menyatakan, "Mark was the interpreter (translator) of Peter, and he was very careful to record the true story" (Eusebius's Church History 3.39.15).
- Irenaeus menyatakan, "Mark, the disciple and interpreter of Peter, wrote after the death of Peter and Paul" (Against Heresies 3.1.1).
- Clement dari Roma menyatakan, "Mark wrote Peter's teachings while Peter was alive. Peter did not urge this on or forbid it. He wrote after Matthew and Luke, but before John." (Eusebius's Church History 6.14.5-7).
- Tertullian menyatakan, "Mark was the interpreter of Peter" (Against Marcion 4.5).
- Origen menyatakan, "The second Gospel was that according to Mark, who wrote it according to Peter's instructions. Peter also acknowledged Mark as his son in his general letter, saying in these words: "She who is in Babylon, chosen with you, sends you greetings; and so does my son Mark" (1 Peter 5:13; Eusebius's Church History 6.25.5).
- Jerome menyatakan, "Mark was a disciple and interpreter of Peter. He wrote a Gospel that Peter approved of, as Clement and Papias said. Peter mentioned Mark (1 Peter 5:13). Mark died in the eighth year of Nero (61 AD) and was buried in Alexandria" (Illustrious Men 8).
- Augustinus dari Hippo menyatakan, "Mark wrote second and summarized what Matthew wrote." (Consensus of the Gospels 1.2.4).
Tradisi Kekristenan menyatakan bahwa Markus hadir ketika Yesus ditangkap di Taman Getsemani, didalam Injilnya dia menuliskan:
Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri. Ada seorang muda, yang pada waktu itu hanya memakai sehelai kain lenan untuk menutup badannya, mengikuti Dia. Mereka hendak menangkapnya, tetapi ia melepaskan kainnya dan lari dengan telanjang. (Markus 14:50-52)
Karena peristiwa ini hanya dicatat didalam Injil Markus dan tidak disebutkan didalam Injil yang lain, sarjana Kristen percaya bahwa Markus mengidentifikasikan pemuda itus ebagai dirinya sendiri.
Menurut tradisi dia mendirikan Gereja di Alexandria, Mesir, dan menjadi penatua disana. Markus meninggal dunia di Alexandria (Mesir), setelah badannya diseret hidup-hidup dengan kuda melalui jalan-jalan yang penuh batu sampai ia menemukan ajalnya.
** Rasul Yudas Iskariot **
Injil hanya menulis sedikit fakta seputar Yudas Iskariot, sang rasul yang menghianati Kristus. Satu-satunya orang non-Galilea (Gentile) diantara bilangan ke-12 Rasul, dia berasal dari Kariot, sebuah kota di sebelah selatan Yudea.
Dia adalah bendahara
dalam rombongan pelayanan Yesus Dia disebut sebagai maling kecil oleh Yohanes.
Dialah yang menyuarakan ketidak-senangannya akan penghamburan uang, yang
disebutnya bisa digunakan bagi orang-orang miskin, sehubungan dengan peristiwa
pengurapan Yesus di Betania (Yohanes 12:6, 13:29). Dia berinisiatif mengatur penghianatan terhadap
Yesus (Matius 26:48, Markus 14:44). Setelah itu, dia menyesal telah menghianati orang yang tidak bersalah
dan membuang uang yang telah diterima sebagai pembayarannya ke dalam Bait
Allah (Matius 27:3)
Mengenai kematiannya, Matius mengatakan bahwa Yudas menggantung diri (Matius 27:5), sedangkan menurut Petrus dalam Kisah Para Rasul menyatakan bahwa ia jatuh tertelungkup, perutnya terbelah dan isinya menghambur keluar (Kisah Para Rasul 1:18-19).
Tuhan Yesus memberkati
Pustaka:
**) Dari berbagai sumber
maaf mas,sumber bukunya apa ya?disadur darimana?boleh bagi link bukunya?thx :)
BalasHapusMaaf baru balas...
HapusSumbernya dari apa yg ada di Internet kemudian dicompile menjadi satu.
Dalam hal ini Sy biasanya merujuk ke situs2 resmi Katholik Roma atw Orthodox (^__^)