Apakah Yesus Kristus pernah ada ataukah Ia hanya semacam cerita karangan orang-orang Kristen yang didasarkan pada legenda?
Ada beberapa Cendekiawan yang mempertanyakan keberadaan Yesus, dan ada pula musuh-musuh Kristen yang berusaha untuk membuktikan bahwa Yesus tidak nyata.
Di dalam sebuah gugatan pengadilan terhadap Vatikan, Kekristenan telah dituduh telah mengarang cerita tentang keberadaan Yesus. Setelah kasusnya dibatalkan pada bulan Februari 2006, penggugat, Luigi Cascioli, kembali mengajukan tuntutan yang sama, tetapi pada akhirnya kasusnya memang benar-benar telah ditutup.
Pernyataan yang menentang keberadaan Yesus dipublikasikan lewat TV CNN, ketika Ellen Johnson, presiden dari kelompok Ateis Amerika menyatakan:
Kenyataannya adalah bahwa tidak ada secuil pun bukti sekular bahwa Yesus Kristus pernah ada. Yesus Kristus dan Kekristenan adalah kepercayan modern. Yesus Kristus adalah kompilasi dari berbagai allah seperti Osiris dan Mithras, yang memiliki cerita kelahiran dan kematian yang sama seperti mitosnya Yesus Kristus – Ellen Johnson
Didalam acara Larry King Live di TV CNN, Ellen Johnson dan panelis khusus para pemimpin berbagai agama membahas pertanyaan:
"Apa yang terjadi setelah kita meninggal?"
Mereka sama sekali tidak terganggu oleh selaan berulang-ulang dari Larry King, yang kemudian diakhiri oleh pertanyaan, "Jadi, anda tidak percaya bahwa Yesus Kristus pernah ada?"
Dengan penuh keyakinan Johnson menjawab, "Tidak pernah. Saya tidak percaya; tidak ada bukti sekular bahwa Yesus Kristus pernah ada."
Larry King tidak melanjutkannya tapi langsung ke jedah komersial. Tidak ada diskusi sedikitpun tentang bukti dan fakta yang menentang keberadaan Yesus. Para pemirsa televisi international ditinggalkan di dalam kebingungan.
Lima puluh tahun sebelumnya, di dalam bukunya yang berjudul "Mengapa Saya Bukan Seorang Kristen" (Why I am not a Christian), seorang ateis bernama Bertrand Russell mengejutkan orang-orang pada zaman itu dengan mempertanyakan keberadaan Yesus. Ia menulis:
Dari sisi sejarah, ada keraguan bahwa Kristus itu pernah ada, dan jika Ia memang ada, kita tidak tahu apa-apa tentang Dia, dan karena itu saya tidak terlalu mau pusing dengan pertanyaan sejarah, yang memang sangat sulit.
Apakah ada kemungkinan bahwa Yesus yang dipercayai sedemikan banyak orang memang tidak pernah ada?
Di dalam buku Cerita Tentang Peradaban (The Story of Civilization), seorang sejarawan sekuler, Will Durant mengajukan pertanyaan berikut:
Apakah Yesus pernah ada?
Apakah cerita tentang ‘pendiri kekristenan’ ini adalah produk dari penderitaan, imajinasi dan harapan manusia – sebuah mitos yang sejajar dengan Osiris, Attis, Adonis, Dionysus dan Mithras?
Durant menunjukkan adanya banyak kesamaan yang mencurigakan antara cerita tentang kekristenan dengan legenda tentang para ilah atau allah penyembah berhala. Kita akan lihat bagaimana serajawan besar ini menjawab pertanyaannya sendiri tentang keberadaan Yesus. Dengan begitu, bagaimana kita bisa yakin bahwa seseorang yang dipuja banyak orang tetapi yang juga dicerca oleh yang lain, memang adalah pribadi yang nyata?
Apakah Ellen Johnson benar ketika mengatakan bahwa Yesus Kristus hanyalah "kompilasi dari allah-allah lain?"
Apakah Russel benar dengan pernyataannya bahwa keberadaaan Yesus memang "cukup meragukan?"
** Mitos VS Kenyataan **
Mari kita mulai dengan sebuah pertanyaan mendasar: "Apakah yang membedakan mitos dari kenyataan?"
Bagaimana kita bisa tahu, misalnya bahwa Alexander Agung memang pernah ada?
Diceritakan bahwa pada tahun 336 SM, Alexander Agung menjadi raja Macedonia di usia 20 tahun. Seorang militer jenius, si tampan dan pemimpin yang angkuh ini merambah jalan kepada kejayaannya melalui desa, kota dan kerajaan-kerajaan di dunia Persia-Yunani sampai ia menguasai semuanya. Dalam 8 tahun, tentaranya telah menguasai daerah seluas 22.000 mil persegi. Ada cerita yang mengatakan bahwa Alexander menangis jika harus meninggalkan daerah yang seharusnya ditaklukannya.
Sebelum meninggal di usia 32 tahun, Alexander telah mencapai keberhasilan militer terbesar di sepanjang sejarah, yang bukan saja melebihi raja-raja sebelum dia tetapi juga melebihi semua raja yang ada setelah dia, hingga sekarang ini. Tetapi sekarang ini, selain dari beberapa kota yang bernama Alexandria, sebuah film yang membosankan dari Oliver Stone, dan beberapa buah buku, segala warisan Alexander telah terlupakan. Kenyataannya, malah nama seperti Colin Farrell lebih memiliki daya tarik di dunia hiburan dari nama Alexander.
Tetapi, walaupun kalah dalam hal ketenaran di dunia hiburan, para sejarawan percaya bahwa Alexander Agung pernah ada karena tiga alasan utama:
- Dokumen tertulis dari para sejarawan sebelumnya
- Pengaruhnya dalam sejarah
- Bukti sejarah dan arkeologi yang lain
** Dokumen Sejarah Tentang Yesus **
Cerita sejarah tentang Alexander Agung dan tentaranya diambil dari lima sumber kuno, yang semuanya bukanlah merupakan kesaksian langsung (saksi mata). Walaupun ditulis 400 tahun setelah Alexander, tulisan Plutarch, "Kehidupan Alexander" (The Life of Alexander) adalah catatan utama tentang kehidupan Alexander.
Karena Plutarch dan beberapa penulis lain terpaut ratusan tahun dari masa hidup Alexander, mereka mendasari tulisannya pada informasi dan catatan sebelumnya. Dari dua puluh cerita sejarah kontemporer tentang Alexander, tidak ada yang tertinggal sekarang. Cerita yang lebih baru memang ada, tetapi masing-masing menceritakan ‘Alexander’ yang agak berbeda, yang sebagian besarnya tergantung pada imajinasi para pembaca. Tetapi, walaupun terpaut ratusan tahun, para sejarawan bisa diyakinkan bahwa Alexander adalah pribadi yang nyata dan bahwa pokok-pokok penting yang kita baca tentang kehidupannya adalah fakta.
Dengan menggunakan Alexander Agung sebagai acuan, kita lihat bahwa untuk Yesus, terdapat kedua-duanya, cerita sejarah sekuler dan cerita sejarah keagamaan. Begitupun, kita harus mempertanyakan, apakah semuanya itu ditulis oleh sejarawan yang bisa dipercaya dan objektif?
** Perjanjian Baru **
Ke-27 buku di dalam Perjanjian Baru diklaim sebagai buku-buku yang ditulis oleh para penulis yang mengenal Yesus secara pribadi atau yang tahu tentang Yesus dari orang-orang yang mengenal Yesus secara pribadi. Keempat Injil mencatat kehidupan dan ajaran Yesus dari sudut pandang yang berbeda-beda. Keempat Injil ini sudah sangat dipertanyakan dan sangat dalam dicermati serta sangat serius diteliti oleh para cendekiawan, baik dari luar Kristen maupun dari kalangan Kristen sendiri.
Cendekiawan John Dominic Crossan percaya bahwa kurang dari 20% yang kita baca di dalam Injil adalah ucapan Yesus. Begitupun, para skeptik (peragu, pendebat dan penantang Kristen) tidak memberikan sanggahan menentang kenyataan bahwa Yesus memang benar ‘pernah’ hidup di dunia. Terlepas dari pendapat Crossan dan para Cendekiawan lain seperti dia, kesepakatan umum dari sebagian besar sejarawan adalah bahwa catatan Injil telah memberikan gambaran yang jelas tentang Yesus Kristus.
Sekarang, kita akan menelusuri sumber-sumber non-Kristen untuk mendapatkan jawaban, apakah Yesus memang pernah ada.
** Catatan-Catatan Dari Non-Kristen di Awal Kekristenan **
Sejarawan abad pertama manakah yang menulis tentang Yesus tetapi bukan untuk mendukung kekristenan?
**) Yesus didalam ajaran Yahudi
Traktat Sanhedrin (Talmud Sanhedrin 43a) awalnya mencatat bahwa Yeshu (Yesus) orang Nazaret disalibkan pada malam Paskah karena kejahatan menyesatkan orang-orang Yahudi, disana dituliskan:
On (Sabbath eve and) the eve of Passover, Jesus the Nazarene was hanged and a herald went forth before him forty days heralding, "Jesus the Nazarene is going forth to be stoned because he practiced sorcery and instigated and seduced Israel to idolatry. Whoever knows anything in defense may come and state it." But since they did not find anything in his defense, they hanged him on (Sabbath eve and) the eve of Passover.
Ulla said: "Do you suppose that Jesus the Nazarene was one for whom a defense could be made? He was a mesit (someone who instigated Israel to idolatry), concerning whom the Merciful [God] says: Show him no compassion and do not shield him (Deut. 13:9). With Jesus the Nazarene it was different. For he was close to the government.
Pada (Malam Sabat dan) malam Paskah, Yesus orang Nazaret itu digantung dan seorang pembawa berita pergi ke hadapannya selama empat puluh hari, mengumumkan, "Yesus orang Nazaret itu akan dirajam karena ia mempraktekkan ilmu sihir dan menghasut serta merayu Israel untuk menyembah berhala. Siapapun tahu apa pun dalam pertahanan mungkin datang dan menyatakannya." Tetapi karena mereka tidak menemukan apa pun dalam pembelaannya, mereka menggantungnya pada (malam Sabat dan) malam Paskah.
Ulla berkata: "Apakah Anda mengira bahwa Yesus orang Nazaret adalah salah satu untuk siapa pembelaan bisa dibuat? Dia adalah seorang mesit (seseorang yang menghasut Israel untuk penyembahan berhala), tentang siapa Maha Penyayang [Tuhan] berkata: Jangan tunjukkan belas kasihan dan jangan lindungi dia (Ul. 13:9). Dengan Yesus orang Nazaret itu berbeda. Karena dia dekat dengan pemerintah.
(Talmud Sanhedrin 43a)
Para penentang dari kelompok Yahudi adalah yang akan paling diuntungkan dengan penyangkalan akan keberadaan Yesus. Fakta-fakta lain dari kelompok Yahudin tentang eksistensi Yesus terus terekam didalam beberapa literatur mereka yang lain, yang menuliskan:
**) Penyembuhan didalam Nama Yesus
- Tosefta Hullin 2:22f – "Jacob ... came to heal him in the name of Jesus son of Pantera" - this section exists in variant spellings of Jesus: mi-shem Yeshu ben Pantera (principal edition), mi-shem Yeshu ben Pandera (London MS), mi-shem Yeshua ben Pantera (Vienna MS)
- Jerusalem Abodah Zarah 2:2/12 – "Jacob ... came to heal him. He said to him: we will speak to you in the name of Jesus son of Pandera" (Editions or MS: Venice)
- Jerusalem Shabboth 14:4/13 – "Jacob ... came in the name of Jesus Pandera to heal him" (Editions or MS: Venice)
- Qohelet Rabbah 1:8(3) – "Jacob ... came to heal him in the name of Jesus son of Pandera" (Editions or MSs: Vatican 291, Oxford 164, Pesaro 1519)
- Babylonian Abodah Zarah 27b – "Jacob ... came to heal him" (Editions or MSs: New York 15, Pearo, Vilna)
- Jerusalem Abodah Zarah 2:2/7 – "someone ... whispered to him in the name of Jesus son of Pandera" (Editions or MS: Venice)
- Jerusalem Shabboth 14:4/8 – "someone ... whispered to him in the name of Jesus son of Pandera" (Editions or MS: Venice)
**) Seorang pengajar Taurat
- Babylonian Abodah Zarah 17a – "One of the disciples of Jesus the Nazarene found me" (Editions or MSs: Munich 95, Paris 1377, New York 15)
- Tosefta Hullin 2:24 – "He told me of a word of heresy in the name of Jesus son of Pantiri"
- Qohelet Rabbah 1:8(3) – "He told me a word in the name of Jesus son of Pandera" (Editions or MSs: Oxford 164, Vatican 291, Pesaro 1519)
- Babylonian Abodah Zarah 17a – "Thus I was taught by Jesus the Nazarene" (Editions or MSs: Munich 95, Paris 1337)
Walaupun hanya terdiri dari beberapa paragraf pendek dan pahit, karena dimaksudkan untuk menentang keilahian Yesus, tulisan-tulisan Yahudi abad pertama ini tidak pernah memberikan kesan bahwa Yesus bukanlah tokoh sejarah.
The Toledot Yeshu (Sejarah Yesus) adalah polemik anti-Kristen Yahudi yang dimaksudkan sebagai biografi Yesus. Karya tersebut adalah kisah awal Yesus, berdasarkan pandangan Yahudi kontemporer, di mana Yesus digambarkan sebagai putra Yusuf, putra Pandera. Beberapa Cendekiawan menyimpulkan bahwa karya tersebut hanyalah perluasan dan penjabaran tema-tema anti-Kristen dalam Talmud.
**) Yesus Didalam Catatan Non Biblical
Flavius Josephus adalah seorang sejarawan Yahudi terkenal, yang mulai menulis di bawah kekuasaan Romawi pada tahun 67 AD, dan yang lahir beberapa tahun setelah Yesus mati, sangat-sangat merasakan adanya pengaruh reputasi Yesus di antara orang-orang Romawi dan orang-orang Yahudi. Di dalam bukunya yang terkenal, Keunikan Orang-Orang Yahudi (Antiquities of the Jews 18.3.3), Josephus menggambarkan Yesus sebagai berikut.
Pada waktu itu hidup seorang yang bernama Yesus, seorang manusia kudus, jika ia memang bisa disebut seorang manusia, karena ia melakukan berbagai mujizat, mengajar, dan menerima kebenaran dengan sukacita. Ia diikuti oleh banyak orang Yahudi da orang Yunani. Ia adalah Mesias.
Walaupun ada perbedaan pendapat tentang beberapa kata di dalam tulisannya, terutama tentang Yesus sebagai Mesias (bahwa ada sebagian cendekiawan yang menuduh orang Kristen menyisipkan istilah tersebut), Josephus tetap memberikan konfirmasi yang kuat tentang keberadaan Yesus.
Bagaimana dengan para sejarawan sekuler, mereka yang hidup pada zaman dahulu tetapi yang tidak termotivasi secara religius?
Menurut konfirmasi terkini, paling tidak ada 19 tulisan sekuler yang memberikan rekomendasi tentang Yesus sebagai pribadi yang nyata.
Salah satu sejarawan besar masa lalu, Cornelius Tacitus, menegaskan bahwa Yesus menderita di bawah pemerintahan Pilatus. Tacitus lahir 25 tahun setelah Yesus mati dan dia melihat penyebaran Kekristenan yang mulai mempengaruhi Romawi. Sejarawan Romawi ini menulis yang negatif tentang Kristus dan orang Kristen, dan mengindetifikasi mereka pada tahun 115 AD sebagai "suatu golongan yang dibenci karena mereka layak dibenci, mereka disebut Kristen oleh masyarakat. Kristus, dari nama itu berasal, dia menderita hukuman yang ekstrim pada masa pemerintahan Tiberius di tangan salah seorang prokurator kita, Pontius Pilatus" (The Annals of Tacitus).
Tulisan-tulisan seorang gubernur Romawi di Asia Kecil, Plinius yang Muda, menegaskan bahwa orang Kristen perdana menyembah Yesus sebagai Tuhan. Inilah, kesimpulan yang dia pelajari setelah menginterogasi orang-orang Kristen:
Mereka (orang-orang Kristen) memiliki kebiasaan untuk bertemu pada hari yang sama sebelum fajar, ketika mereka menyanyikan secara bergantian bait-bait sebuah pujian kepada Kristus, seperti kepada dewa, dan mereka mengikat diri mereka dalam sumpah yang serius, untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan jahat, tidak pernah melakukan penipuan, pencurian ataupun perzinahan, tidak berkata-kata palsu, ataupun mengingkari kepercayaan ketika mereka diberi tugas untuk menyampaikan sesuatu, setelah itu ada kebiasaan mereka untuk memecahkan dan kemudian mereka berkumpul untuk mengambil makanan, namun jenis (makanan) yang biasa dan sederhana. (Epistles 10.96).
Seorang penulis pagan yaitu Lucian dari Samosata, ketika mengejek orang-orang Kristen, dia mengakui bahwa Yesus benar-benar ada:
Anda tahu, orang-orang Kristen menyembah seorang manusia sampai hari ini – tokoh yang terkemuka yang memperkenalkan ritual-ritual baru, dan disalibkan karena itu. … Anda lihat, makhluk-makhluk sesat ini dimulai dengan keyakinan umum bahwa mereka itu makhluk yang abadi sepanjang masa, yang menjelaskan penghinaan mereka akan kematian dan pengabdian diri yang rela sangat umum di antara mereka, dan kemudian sikap itu membuat mereka terkesan oleh karena Sang Pemberi Hukum asli mereka menyatakan bahwa mereka itu semua bersaudara; sejak saat iru mereka mengubah keyakinan mereka dan menolak dewa-dewa Yunani dan menyembah Orang Bijak yang disalibkan, dan hidup menurut hukum-Nya. Semua ini mereka lakukan dengan iman, akibatnya mereka membenci seluruh barang duniawi, dan menganggapnya sebagai milik bersama. (Lucian, The Passing of Peregrinus)
Dari beberapa pernyataan diatas, kita mendapat beberapa kesimpulan yakni:
- Yesus adalah orang Nazaret (Matius 2:23, Markus 1:9, Lukas 2:51)
- Yesus adalah seorang pengajar Taurat (Matius 22:16, Markus 12:14, Lukas 20:21)
- Yesus melakukan mujizad yang mereka kategorikan sebagai sihir (Matius 12:24, Markus 3:22, Lukas 11:15)
- Yesus meninggal pada hari Paskah, 14 Nisan sesuai tradisi bangsa Israel (Yohanes 19:14)
- Murid-murid Yesus menyembah Dia sebagai Tuhan dan mengimani Dia sebagai Juruselamat (1 Timotius 1:1, 2 Petrus 1:11, 1 Yohanes 4:14, Yudas 1:25)
- Murid-murid Yesus dengan setia melakukan Perjamuan Kasih diantara sesama mereka. (Kisah Para Rasul 2:42, Kisah Para Rasul 20:7)
Norman Geisler, seorang Teolog berkata:
Gambaran umum ini sama dan sebangun secara sempurna dengan Perjanjian Baru.
Seluruh catatan terpisah, baik religius maupun sekuler, menceritakan tentang pribadi yang nyata, yang sungguh sama dengan Yesus di dalam Injil. Ensiklopedia Britannica mengutip berbagai catatan sekuler tentang kehidupan Yesus sebagai bukti yang meyakinkan tentang keberadaan-Nya.
Dikatakan disana bahwa:
Semua cerita terpisah ini membuktikan bahwa pada zaman dahulu, walaupun oleh musuh-musuh Kristen sekalipun, tidak ada yang meragukan keabsahan sejarah tentang Yesus.
** Pengaruh Dalam Sejarah **
Hal penting yang membedakan seorang dalam mitos dan seseorang yang nyata adalah bagaimana orang tersebut mempengaruhi jalannya sejarah. Sebagai contoh, banyak buku sudah ditulis dan banyak film sudah dibuat tentang raja Arthur dari Camelot dan Para Ksatria Meja Bundar-nya. Orang-orang ini sudah menjadi begitu terkenal dengan reputasi negatifnya sehingga banyak orang percaya bahwa mereka adalah pribadi-pribadi yang nyata. Tetapi para sejarawan yang telah meneliti dan mencari tanda-tanda tentang keberadaan mereka, tidak berhasil menemukan pengaruh apapun yang mereka lakukan terhadap hukum, etika atau agama dan kepercayaan. Sebuah kerajaan dengan kebesaran seperti Camelot seharusnya meninggalkan ‘jejak-jejak kaki’ di dalam sejarah kontemporer. Ketiadaan pengaruh dalam sejarah mengindikasikan bahwa raja Arthur dan Para Satria Meja Bundar-nya hanyalah sebuah mitos semata.
Seorang sejarawan, Thomas Carlyle berkata, "Tidak ada orang besar yang hidup sia-sia. Sejarah dunia ini tidak lain adalah biografi dari orang-orang besar."
Seperti yang dikemukakan Carlyle, hanya pribadi yang nyata, bukan di dalam mitos, yang mempengaruhi jalannya sejarah.
Sebagai seseorang pribadi yang nyata, Alexander Agung mempengaruhi jalannya sejarah dengan penaklukan-penaklukan militernya, mengubah kerajaan dan pemerintahan serta mempengaruhi hukum.
Tetapi adakah sesuatu dari Yesus Kristus yang mempengaruhi dunia kita?
Pemerintahan Israel dan Romawi pada abad pertama hampir tidak tersentuh oleh kehidupan Yesus. Rata-rata penduduk Romawi malah tidak tahu tentang Yesus, hingga puluhan tahun setelah kematian-Nya. Kebudayaan Romawi tetap tidak tersentuh oleh ajaran Yesus dan kebiasan membunuh orang Kristen di dalam Colloseum berlangsung selama berabad-abad. Sementara itu, bagian dunia yang lain hanya tahu sedikit tentang Yesus, itupun kalau tahu. Yesus tidak memimpin pasukan tentara. Yesus tidak menulis buku atau mengubah undang-undang. Para pemimpin Yahudi berharap dapat menghapus ingatan orang tentang Yesus dan sepertinya mereka akan berhasil.
Bagaimanapun juga, sekarang ini kerajaan Romawi Kuno tinggal puing. Angkatan perang Julius Caesar yang luar biasa dan kemegahan kerajaan Romawi sudah masuk urutan didalam daftar yang terlupakan.
Lalu, bagaimanakah ingatan orang tentang Yesus sekarang?
Apa sajakah pengaruh-Nya yang terus bertahan?
- Lebih banyak buku yang ditulis tentang Yesus daripada tentang siapapun juga di sepanjang sejarah dunia.
- Berbagai negara telah menggunakan perkatan dan ajaran Yesus sebagai dasar pemerintahan mereka. Menurut Durant, "Kemenangan Kristus adalah permulaan demokrasi."
- Khotbah Yesus di bukit telah membentuk paradigma baru didalam etika dan moral manusia.
- Berbagai sekolah, rumah sakit dan misi kemanusiaan didirikan di dalam Nama Yesus. Harvard, Yale, Princeton dan Oxford adalah sebagian dari universitas-universitas yang harus berterima kasih kepada orang Kristen sebagai pendirinya.
- Peningkatan peranan wanita di dalam budaya Barat mengakar pada Yesus. (Di dalam zaman Yesus, wanita dianggap sebagai pribadi kelas dua, sampai setelah ajaran Yesus diikuti).
- Penghapusan perbudakan di Inggris dan Amerika adalah karena ajaran Yesus bahwa hidup setiap orang itu berharga.
- Para pecandu alkohol dan narkoba, pelaku prostitusi dan orang-orang jahat yang mencari arti kehidupan mereka, mengatakan bahwa Yesus adalah alasan dari perubahan kehidupan mereka.
- Dua milyar orang menyebut diri mereka Kristen. Sementara sebagian hanya namanya saja yang Kristen, sebagian yang lain tetap mempengaruhi budaya kita dengan mengajarkan prinsip-prinsip ajaran Yesus bahwa kehidupan setiap orang itu berharga dan bahwa kita harus saling mengasihi.
Bukan main!
Yesus telah membawa pengaruh yang begitu besar dari hasil pelayanan-Nya yang hanya berumur tiga tahun. Jika Yesus tidak nyata, seseorang pasti akan bertanya, bagaimana mungkin mitos dapat mempengaruhi jalannya sejarah sedemikian rupa?
Ketika seorang sejarawan dunia, H.G. Wells, ditanya, siapa yang meninggalkan warisan terbesar didalam sejarah, ia menjawab: "Menurut standar pengujian ini, Yesuslah yang pertama."
Bukti-bukti berupa dokumen dan pengaruh di dalam sejarah menunjuk kepada fakta bahwa Yesus memang pernah ada. Jika Yesus memang nyata, kita juga bisa menemukan ‘jejak-jejak kaki-Nya’ didalam rincian sejarah. Mitos tidak akan meninggalkan rincian yang meyakinkan seperti itu.
Salah satu kunci bagi Durant dan para cendekiawan lain adalah faktor waktu. Mitos dan legenda biasanya membutuhkan waktu ratusan tahun untuk mengembangkan cerita bahwa ‘George Washington tidak pernah berkata dusta’ mungkin adalah cerita dusta dan cerita itu membutuhkan waktu dua abad untuk berubah menjadi legenda. Pada sisi yang lain, berita tentang Kekristenan menyebar terlalu cepat untuk disebut sebagai mitos. Jika Yesus tidak nyata, mereka yang menentang Kekristenan akan mencap Yesus sebagai mitos sejak awalnya, tetapi mereka tidak melakukannya.
Bukti yang sedemikian, ditambah dengan catatan-catatan di awal Kekristenan dan pengaruh Yesus Kristus di dalam sejarah telah meyakinkan para sejarawan skeptik bahwa ‘Pendiri Kekristenan’ bukanlah mitos dan bukan pula legenda. Tetapi, seorang pakar mitologi tidak yakin. Seperti Muggeridge, seorang Cendekiawan Oxford, C.S. Lewis, pada mulanya yakin bahwa Yesus tidak lebih dari sekedar mitos. Lewis menegur temannya karena tidak menerima "laporan ilmiah yang diakui tentang pertumbuhan agama-agama." Kisah-kisah ajaib tentang kehidupan Yesus “berada pada pijakan yang persis sama” dengan kisah Adonis, Dionysius, Isis, dan Loki. Semua agama, tulisnya, merupakan upaya manusia primitif untuk mengatasi teror alam. Sama halnya dengan Kekristenan: Kisah kebangkitan adalah penceritaan kembali yang luhur dari mitos pagan kuno tentang dewa dan dewi yang, dengan memulai siklus musim, mewakili pola kematian dan kelahiran kembali. Demikian menurut Lewis sebelum bertobat.
Sepuluh tahun setelah menyatakan Yesus sebagai mitos, Lewis menemukan rincian sejarah termasuk beberapa dokumen kesaksian langsung yang membuktikan keberadaan Yesus.
"Sejak saya menjadi seorang Kristen," tulis Lewis, "Saya telah berpikir bahwa pelayanan terbaik, mungkin satu-satunya, yang dapat saya lakukan untuk tetangga saya yang tidak percaya adalah untuk menjelaskan dan membela kepercayaan yang telah umum bagi hampir semua orang Kristen setiap saat." Setelah dibawa ke agama Kristen di sepanjang jalan mitos dan cerita, satu-satunya tujuan Lewis adalah menggunakan bakatnya yang besar, terutama penciptaan mitos dan penceritaan, untuk membimbing pembacanya dengan cara yang sama. Dengan keberhasilan yang ditandingi atau dilampaui oleh sedikit orang lain, ia mencapai tujuan ini dengan mengagumkan.
Selanjutnya kita mengenal beberapa buku Kristiani yang ditulis oleh CS Lewis, beberapa diantaranya adalah Mere Christianity (1952) danTrilogi Narnia (1950-1953).
Yesus Kristus telah membawa pengaruh terhadap ‘lahan sejarah’ seperti gempa bumi yang dahsyat. Gempa bumi ini telah meninggalkan alur bukti yang lebih lebar dari Grand Canyon. Alur bukti inilah yang meyakinkan para Cendekiawan bahwa Yesus memang pernah ada 2000 tahun yang lalu dan mempengaruhi sejarah dunia hingga kini.
Seorang skeptik lain yang juga menganggap Yesus sebagai mitos adalah jurnalis Inggris bernama Malcolm Muggeridge. Tetapi, ketika menjalankan tugas jurnalistik ke Israel, Muggeridge dihadapkan kepada bukti-bukti tentang Yesus Kristus yang keberadaan-Nya dia tidak tahu dulunya. Setelah ia mengecek semua lokasi sejarah, tempat kelahiran Yesus, Nazareth, tempat penyaliban, dan kubur yang kosong, perasaan tentang realitas Yesus mulai menguak.
Ia kemudian menyatakan,
Hal itu terjadi ketika saya berada di Tanah Suci untuk membuat tiga program televisi B.B.C tentang Perjanjian Baru, bahwa suatu kepastian tentang kelahiran Yesus, pelayananan-Nya dan penyaliban mencengkeram saya. Saya mulai menyadari bahwa dahulu benar-benar ada seseorang yang bernama Yesus, yang juga adalah Allah.
Beberapa cendekiawan Jerman yang sangat kritis pada abad ke 18 dan ke 19 juga mempertanyakan keberadan Yesus, dengan mengatakan bahwa realitas para tokoh kunci seperti Pontius Pilatus dan Kayafas di dalam Injil belum pernah dikonfirmasi. Tidak ada bantahan atas pernyataan ini hingga pertengahan abad ke 20.
Pada tahun 1962, para Arkeolog memberikan konfirmasi tentang keberadaan Pilatus ketika mereka menemukan namanya tercatat pada semacan prasasti, pada batu hasil penggalian. Demikian juga, tidak ada kepastian tentang keberadaan Kayafas hingga tahun 1990, ketika sebuah kotak tulang yang ditemukan bertuliskan namanya. Para Arkeolog juga telah menemukan apa yang mereka yakini sebagai rumah dari Simon Petrus, dan sebuah kolam dimana Yohanes Pembaptis biasa membaptis orang.
Pada akhirnya, bukti sejarah yang barangkali paling meyakinkan bahwa Yesus benar-benar nyata adalah perkembangan kekristenan yang sangat pesat.
Bagaimana hal ini bisa dijelaskan tanpa Kristus?
Bagaimana mungkin, sekelompok nelayan dan pekerja biasa menciptakan cerita tentang Yesus di dalam beberapa tahun?
Durant menjawab pertanyaan pendahuluannya - Apakah Yesus benar ada? - dengan kesimpulan berikut:
Bahwa beberapa orang sederhana di dalam satu generasi bisa menciptakan suatu kepribadian yang begitu berkuasa dan menarik, dengan etika yang begitu tinggi dan dengan pandangan yang memberi inspirasi kepada persaudaraan manusia, akan merupakan sebuah mujizat yang jauh lebih luar biasa dari semua mujizat yang dicatat di dalam Injil. Setelah dua abad di bawah sorotan para pakar Alkitab, gambaran kehidupan, karakter dan ajaran Kristus tetaplah sangat jelas dan membentuk keistimewaan yang sangat mengagumkan di dalam sejarah manusia di Barat.
** Vonis Para Cendekiawan **
Clifford Herschel Moore, seorang professor pada Universitas Harvard mengomentari kisah Yesus sebagai berikut:
Orang Kristen mengenal Juruselamat dan Penebus mereka bukan sebagai beberapa allah yang sejarahnya dikandung di dalam kepercayaan dan iman kepada mitos. Yesus adalah tokoh sejarah dan bukan semacam makhluk mitos. Tidak ada secuil mitos atau pencemaran mitos yang menerobos masuk ke dalam orang-orang Kristen yang percaya; iman mereka berdiri diatas fakta sejarah yang positif dan dapat diterima.
Kalaupun ada, hanya sedikit sekali sejarawan yang setuju dengan pernyataan Ellen Johnson dan Bertrand Russell bahwa Yesus itu tidak nyata. Dokumentasi yang luas tentang kehidupan Yesus oleh para penulis kontemporer, pengaruh yang sangat besar di dalam sejarah, dan bukti sejarah yang jelas telah mendorong para Cendekiawan kepada kenyataan tentang keberadaan Yesus.
Apakah mungkin semua ini karena mitos?
Semua Cendekiawan, kecuali beberapa yang sangat skeptis, menjawab, "tidak."
Dr. Michael Grant dari Cambridge menulis:
Kesimpulannya, semua metode kritik modern telah gagal untuk menunjang teori mitologi tentang Kristus. Teori ini sudah berulang-ulang kali dijawab dan digugurkan oleh para Cendekiawan jajaran teratas. Di dalam tahun-tahun belakangan ini, tidak ada cendekiawan yang serius yang berspekulasi untuk merumuskan ketidaksejarahan Yesus.
Seorang sejarawan dari Yale, Jaroslav Pelikan, menyatakan:
Terlepas dari apapun yang secara pribadi, orang pikir atau percaya tentang-Nya, Yesus dari Nazaret telah menjadi tokoh yang sangat berpengaruh di dalam kebudayaan Barat selama hampir 20 abad. Dari kelahiran-Nya-lah, sebagian besar suku dan bangsa mendasarkan kalender mereka, dan oleh Nama Nya-lah jutaan orang mengutuk dan di dalam Nama-Nya- lah jutaan orang berdoa.
Daftar Pustaka
- Ellen Johnson and Larry King, "What Happens After We Die?" Larry King Live, CNN, April 14, 2005.
- Bertrand Russell, Why I Am Not a Christian (New York: Simon & Schuster, 1957), 16.
- Will Durant, Caesar and Christ, vol. 3 of The Story of Civilization (New York: Simon & Schuster, 1972), 553.
- Ibid., 557.
- D. James Kennedy, Skeptics Answered (Sisters, OR: Multnomah, 1997), 76. The Gemaras are early rabbinical commentaries of the Jewish Talmud, a body of theological writings, dated ad. 200–500.
- Quoted in Durant, 554.
- Durant, 73.
- Quoted in Durant, 281.
- Norman Geisler and Peter Bocchino, Unshakable Foundations (Grand Rapids, MI: Bethany House, 2001), 269.
- Quoted in Josh McDowell, Evidence That Demands a Verdict, vol. 1 (Nashville: Nelson, 1979), 87.
- Quoted in Christopher Lee, This Sceptre Isle, 55 B.C.–1901 (London: Penguin, 1997), 1.
- Will Durant, The Story of Philosophy (New York: Pocket, 1961), 428.
- Quoted in Bernard Ramm, Protestant Christian Evidences (Chicago: Moody Press, 1957), 163.
- Malcolm Muggeridge, Jesus Rediscovered (Bungay, Suffolk, U.K.: Fontana, 1969), 8.
- Durant, Caesar and Christ, Ibid.
- David C. Downing, The Most Reluctant Convert (Downers Grove, IL: InterVarsity, 2002), 57.
- Quoted in McDowell, 193.
- Michael Grant, Jesus (London: Rigel, 2004), 200.
- Jaroslav Pelikan, Jesus through the Centuries (New York: Harper & Row, 1987), 1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar