Kitab Bhavisya Purana, menurut para ahli disusun pada sekitar tahun 115 M oleh Rsi Suta. Dalam bagian Pratisarga Parva, Khanda 3, ayat 16-33 disebutkan tentang pertemuan antara Maharaja Shalivahana dengan Issa di Srinagar, India.
Selengkapnya, uraian tersebut adalah sebagai berikut:
Shalivahan, cucu Vikrama Jit akhirnya mengambil alih pemerintahan. Beliau mengalahkan gerombolan penyerang dari Cina, Parthian, Scythians dan Bactrians.
Raja Shalivahan membangun tembok pembatas antara kaum Arya dengan kaum Mleccha (non-Hindu), dan memerintahkan orang-orang Mleccha itu untuk berdiam di pinggiran wilayah India.
Suatu hari, raja Shalivahana, pemimpin kaum Sakhya, pergi ke Himalaya.
Di sana, di wilayah bernama Hun (Ladakh, bagian dari kerajaan Kushan) raja yang perkasa itu bertemu seseorang yang duduk di atas sebuah bukit, yang tampak sangat saleh. Kulitnya cerah, dan mengenakan pakaian putih-putih.
Raja Shalivahan bertanya kepada orang suci itu, dan yang ditanya menjawab:
“Saya dikenal sebagai Anak Tuhan, lahir dari seorang perawan, aku adalah pemimpin orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan yang berusaha keras mencari kebenaran sejati.”
Sang raja bertanya lagi: “Apa agama Anda?”
Orang itu menjawab: “Wahai raja, saya berasal dari negeri asing, dimana tidak ada lagi kebenaran di sana dan kejahatan merajalela. Di tanah orang-orang yang tidak beriman, aku muncul sebagai Al-Masih. Namun raksasa Ishamasi menjelmakan dirinya dalam bentuk orang-orang biadab yang mengerikan; saya dibuang oleh orang-orang biadab itu.
Wahai raja, dengarlah olehmu, agama yang aku bawa kepada orang-orang yang tidak percaya itu: setelah menyucikan hati dan pembersihan badan yang tidak suci, dan setelah mencari perlindungan dalam doa kepada Naigama, manusia akan berdoa kepada Dia Yang Kekal.
Melalui jalan keadilan, kebenaran, meditasi, dan penyatuan jiwa, manusia akan menemukan jalan untuk mencapai Isa ditengah-tengah cahaya. Tuhan, seteguh matahari, pada akhirnya akan menyatukan seluruh jiwa yang mengembara dalam diri Beliau.
Wahai raja, dengan demikian, Ishamasi akan dihancurkan, dan wujud Isa yang penuh kebahagiaan, pemberi kebahagiaan, akan bersemayam selamanya di dalam hati; dan saya disebut Imam Mahdi…”
Perhatikan bahwa dalam percakapan itu, Yesus memperkenalkan diri dengan sebutan Isa.
Hal yang mengagumkan dari uraian di atas adalah bahwa Yesus disebut dengan nama Isa, yaitu sama dengan penyebutan nabi itu dalam bahasa Arab Kristen dan Al-Quran. Namun, Bhavisya Purana ditulis jauh beratus-ratus tahun sebelum Al-Quran diwahyukan.
Yesus tetap berkarya walau Dia telah naik ke Surga, kejadian ini terjadi abad ke dua masehi. Dan Yesus tidak hanya berkarya untuk orang Israel, tapi juga memberikan keselamatan untuk semua manusia di dunia, tanpa melihat apa agamanya.
Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala. (Yohanes 10:6 LAI-TB)
**) Etimologi kata ‘Isa’
Nama "Yesus" (dan berbagai jenis ejaannya dalam berbagai bahasa modern) diturunkan dari bahasa Latin IESVS, dari bahasa Yunani Iēsous. Padanannya dalam bahasa Ibrani adalah Yesyua’ atau Y'syua’. Yesyua’sendiri adalah kependekan dari Yehosyua‘. Padanannya dalam bahasa Suryani (turunan bahasa Aram) menggunakan nama Aram Yesyu’ (dialek Suryani Barat) dan Isyo’ (dialek Suryani Timur). Sedangkan nama "Isa" berasal dari bahasa Arab ('Īsā) yang juga padanan dari bahasa Aram dialek Suryani Timur.
Nama Yesyu juga disebut merupakan salah satu sebutan untuk Isa. Sebagian berpendapat bahwa ini adalah singkatan dari "Y'mach Sy'mo V'Zichro(no)" yang bermakna "semoga nama dan ingatan tentangnya dilenyapkan", sebagai sebutan hinaan dari umat Yahudi pada Isa..Pendapat lain menyatakan bahwa nama ini adalah kependekan dari Yehosyua‘.atau Yesyua‘ dengan huruf ayin di akhir kata tidak diucapkan. Terkait pendapat kedua, beberapa menyatakan bahwa pelafalan jenis ini adalah dialek Galilea.
Umat Kristen Arab
menggunakan nama Yasū’ yang diturunkan dari Yesyua’ dengan perubahan fonetik. Yasū’
digunakan sejak sebelum masa Islam dan dan tetap digunakan pada masa-masa
setelahnya. Pun demikian, ada pula umat Kristen yang menggunakan nama 'Īsā sebagaimana
umat Islam pada umumnya. Hal ini dapat dilihat pada Alkitab Kristen berbahasa
Arab Sudan dengan judul (al-kitāb asy-syarīf).
Wujudnya 1 kepercayaan yg menyembah " sapi " yg persis hindu adalah dizaman moses yg memimpin israelites keluar egypt dan hindu pula tidak ada tarikh awal ke wujudan mereka menjadikan " Hindus " tidak bisa dibilang lebih awal dari " old testement " dan ayat diatas juga di tulis pada tahun 115 ( masihi ) iaitu selepas 115 kedatangan Jesus Christ, so ( yesus dalam Hindu itu ) adalah ( Tidak Benar ) kerana penulis ayat diatas melihat isa versi hindu adlh selepas kelahiran isa almasih..lain ceritanya jikalau ayat diatas ujud ....sebelum lahir nya Yesus yg dikatakan isa almasih itu..
BalasHapuskalau ditulis sebelum Isa, lagi2 orang tidak percaya sebab, sulit menuliskan kejadian sebelum hal itu terjadi, kecuali dalam nubuatan/perumpamaan.
HapusSebenarnya ini bukan tentang Yesus dalam (versi) agama Hindu melainkan penampakan Yesus kepada orang yg beragama Hindu dan cerita tentang itu dituliskan.
HapusSuka banget bacanya..... Menambah pemahaman tentang kebenaran yg bersumber dari satu Sumber
BalasHapusMakasih pak
Hapus