Siapa pun yang berjumpa dengan seorang Muslim dan berbincang-bincang dengannya, cepat atau lambat akan mendengar orang Muslim itu berkata bahwa Yesus tidak disalibkan; namun ada orang lain yang menggantikan tempat-Nya di salib dan mengalami penderitaan yang sangat dahsyat dan perlahan menjelang kematiannya.
Usaha apa pun yang dilakukan untuk memeriksa ayat-ayat dalam Qur’an yang mendukung pernyataan ini akan membawa kita pada empat ayat yang mengakui bahwa topik ini harus dibahas dengan hati-hati. Seiring berjalannya waktu, Muhammad menjadi semakin progresif dan semakin keras terhadap historisitas penyaliban Kristus. Di permukaan ia menerima kenyataan kematian natural Putera Maria. Kemudian ia mengajarkan bahwa "Isa" hanyalah tertidur dan terangkat ke surga hidup-hidup. Pada akhirnya ia dengan marah dan kategorikal menyangkali kematian Kristus di Salib.
Siapapun yang masih yakin bahwa apa yang disebut sebagai tiga agama monoteis, ketiganya menyembah Tuhan yang sama dan mengharmoniskannya menurut prinsip-prinsip dasar mereka sendiri, harus mempelajari keempat ayat dalam Qur’an ini agar ia disembuhkan dari kekeliruannya yang mencolok.
** Kematian Kristus setelah kedatangan-Nya yang kedua **
Dalam QS Maryam 19:33, Muhammad menyampaikan kata-kata berikut ini kepada ‘Isa, putra Maria: ...
وَالسَّلامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا
Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaKu, pada hari Aku dilahirkan, pada hari Aku meninggal, dan pada hari Aku dibangkitkan hidup kembali.
Klaim ‘kesejahteraan’ ini, yang ditujukan Qur’an kepada Kristus, pertama-tama dan terutama berarti bahwa Muhammad mengakui ketika ia menggunakan ungkapan Kristen ini, bahwa sejak kelahiran hingga kematian dan bahkan melampaui kebangkitan-Nya, Allah sangat berkenan pada Putra Maria.
Melalui "wahyu" ini, kehormatan perawan Maria diselamatkan dan ia menerima konfirmasi bahwa ia telah melahirkan seorang putra berdasarkan kehendak Allah dan tanpa adanya campur tangan seorang pria. Qur’an menyaksikan bahwa putra Maria bukanlah anak haram dan bukan pula akibat perkosaan.
Ayat ini satu-satunya referensi di dalam Qur’an, yang secara jelas mengkonfirmasi kematian Kristus. Ini menjelaskan bahwa Muhammad, pada permulaan karir religiusnya telah bertanya pada para budak Kristen di Mekah dan telah menerima jawaban bahwa Putra Maria telah diciptakan dalam ibu-Nya melalui Roh Kudus, bahwa Ia telah mati dan bangkit kembali dari kubur-Nya.
Namun demikian, Muhammad kemudian menolak pernyataan-pernyataan awal ini dan menginterpretasikannya dalam "tradisi-tradisinya" (Sahih Muslim, Bab al-Fitan wa Ashrat al-Sa’a 246-247, 5218). Di sana ia mengklaim bahwa ‘Isa tidak mati selama eksistensi-Nya di dunia tetapi telah diangkat hidup-hidup ke hadirat Allah. Dari sana Ia akan kembali pada akhir jaman untuk menghancurkan anti-Kristus, menyerakkan salib-salib di gereja-gereja dan kuburan-kuburan, membantai babi-babi, menikah, menghilangkan penyesatan Muslim terbesar dan mengembalikan mereka kepada sisa umat manusia lainnya pada iman yang sejati. Hanya setelah pemenuhan misi sedunia-Nya Ia akan mati dan dikuburkan di makam Muhammad di Medina. Penguburan-Nya akan menjadi peristiwa yang mengawali kedatangan Allah untuk menghakimi dunia. Oleh karena itu, kembalinya Kristus dalam Qur’an disebut sebagai "pengetahuan akan saat terakhir" (QS 43:61).
Penundaan kematian Kristus hingga periode setelah kembali-Nya, secara gramatis tidak benar, karena ayat khusus ini berhubungan dengan kematian Kristus sebagai sebuah peristiwa pada masa depan yang dekat, dalam batasan waktu hidup-Nya di dunia. Penafsiran ulang yang menakjubkan ini menempatkan kematian Kristus pada masa setelah periode penantian akan Dia (advent), membutuhkan suatu bentuk verbal yang menggambarkan sebuah masa depan yang jauh, yang tidak dapat ditemukan sama sekali dalam Sura Maryam.
** Isa jatuh tertidur dengan lembut dan pengangkatan-Nya kepada Allah **
Di dalam Qur’an, kebenaran sehubungan dengan kematian Yesus mengalami beberapa kali gangguan yang serius.
Dalam QS 3:54-55 kita membaca:
وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَجَاعِلُ الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu-daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya kami akan menyampaikan Kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat Kamu kepadaKu serta membersihkan Kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti Kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembaliMu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang kamu selalu berselisih padanya."
Pernyataan sentral berkenaan dengan Kristus ini dibuat sebelum delegasi dari 60 orang Kristen dari Wadi Nadjran (utara Yaman) yang ada di bawah kepemimpinan Emir al-Aqib Abd al-Masih dan Uskup mereka, Abu Haritha b. Alqama, telah melakukan perjalanan ke Medina dan menguji roh yang ada dalam diri Muhammad. Mereka duduk dengannya dan memilih sekelompok orang dari para pengikutnya selama 3 hari dalam mesjid di Medina dan menerima jawaban ini di antara jawaban-jawaban lainnya di akhir dialog resmi pertama mereka, yaitu dialog antara Kristen dan Muslim. Hal ini dimaksudkan sebagai sebuah cara terbuka bagi orang Kristen untuk bergabung dengan keyakinan yang baru ini.
Berdasarkan catatan Qur’an mengenai peristiwa ini (QS 3:33-34), Muhammad mengemukakan bahwa orang-orang Yahudi itu penuh tipu daya. Mereka telah merencanakan untuk membunuh Yesus secara halus untuk menghindari terjadinya kekacauan di antara bangsa mereka sebagai akibat dari pembunuhan ini (Matius 26:2-5; Yohanes 11:46-54). Namun demikian Allah telah bereaksi dengan cepat dan mencegah duplikasi mereka dengan kecurangannya sendiri, karena Ia, Allah, adalah "sang penipu ulung". Ia telah memutuskan untuk menyelamatkan Putera Maria dari penderitaan dahsyat penyaliban dan tidak lama sebelum eksekusi-Nya, Allah membuat-Nya jatuh tertidur dan mengangkat-Nya hidup-hidup ke surga.
Gangguan terhadap peristiwa historis ini kedengarannya secara manusiawi, sangat menarik, karena Muhammad menggunakan sebuah kata yang dipakai Allah untuk Yesus yang dapat memuaskan baik orang-orang Muslim dan orang-orang Kristen dari Yaman Utara. Ia menggunakan konsep Arab "mutawaffika", yang berarti "menidurkan seseorang" dan juga "mematikan seseorang". Muhammad bermain-main dengan arti ganda dari kata kerja itu: bagi orang Muslim, Yesus tidak mati, Ia hanya tertidur, tapi bagi orang Kristen Ia benar-benar telah mati dan telah menyelesaikan eksistensi-Nya di bumi dengan damai dan berhasil.
Muhammad tidak tahan dengan gagasan bahwa Kristus, seorang nabi Allah dan juga wakil-Nya, disalibkan. Ini berkontradiksi dengan pemahaman Muhammad mengenai Allah dan teologinya.
Mengapa Allah yang setia mesti mengijinkan Kristus yang setia, tanpa mempedulikan ketidakbersalahan-Nya, jatuh ke tangan musuh-musuh-Nya yang penuh tipu daya?
Jika memang demikian, maka Allah tidak lagi dapat dikatakan setia maupun maha Kuasa. Muhammad terpaksa berhadapan dengan skandal Salib (1 Korintus 1:18, 23, 24). Ia menolak untuk membiarkan dirinya diyakinkan oleh Uskup dari Wadi Nadjran, yang menggunakan argumen-argumen yang dipakai Yesus ketika Ia menemui para murid-Nya setelah kebangkitan-Nya (Lukas 24:25-27 dan 45-47). Untuk menghindar dari tangkisan para musuhnya, ia telah menyangkali realita penyaliban Yesus Kristus. Muhammad bisa jadi beralasan bahwa jika Putera Maria disalibkan, maka kemungkinan besar ia juga akan menghadapi nasib yang sama! Namun demikian, kemungkinan ini ditolaknya secara kategorikal. Oleh karena itu, ia menawarkan sebuah kompromi pada orang-orang Kristen dan mengatakan pada mereka bahwa Putra Maria telah tertidur dengan lembut dan langsung diangkat ke hadirat Allah.
Pemutar-balikkan fakta ini membuktikan kalimat yang mengatakan "di hadapan salib Kristus semua roh harus mengakui sifatnya yang sesungguhnya (Salib Kristus adalah batu ujian yang menyingkapkan semua roh)"
Di dalam Qur’an, Allah secara mendadak menyatakan diri-Nya sebagai "yang paling licik dari semua". Alkitab menjelaskan dalam Kejadian 3:1 tentang siapa yang paling licik dari semua: dialah si ular tua yang disebut Iblis dan Satan (Wahyu 12:9). Salib Yesus mengharuskan si penipu ulung untuk memperlihatkan wajahnya yang sebenarnya. Ia mencoba di dalam Qur’an untuk menghapuskan salib Kristus dengan diam-diam, hampir-hampir tidak ketahuan, dan taktiknya mengkhianati asal-usulnya sebagai bapa pendusta, penuh dengan kelicikan dan kecurangan (Yohanes 8:44, Wahyu 12:3, 9; 20:2).
Sangat dimengerti bahwa banyak orang Muslim dan penerjemah-penerjemah Qur’an yang terpelajar mencoba untuk memperhalus dan menyamarkan nama Allah yang ofensif ini. Mereka menyebut-Nya sebagai Perekayasa Ulung, Pembuat Intrik dan Penipu. Namun ini tidak mengubah kenyataan bahwa Qur’an telah 2 kali secara eksplisit memberi gelar "Penipu yang paling ulung" kepada Allah (QS 3:54, 8:30; lihat juga 4:142).
** Konfirmasi mengenai tidurnya Yesus **
Dalam bentuk ‘present
tense’, Muhammad menjelaskan mengenai Yesus dengan menggunakan mitos "jatuh
tertidur dengan lembut". Menurut Qur’an, Putra Maria muncul 2 kali di hadapan
Allah di surga. Kemudian Ia dikonfrontasi dengan pertanyaan penting, apakah Ia
telah mengajarkan para pengikut-Nya sebuah doktrin yang salah berkenaan dengan
Tritunggal (Bapa, Ibu dan Anak).
Kristus yang hidup dengan segera tidak mau mengakui kecurigaan ini,
mengkonfirmasi, dalam ‘present tense, teori Islam yang mengatakan bahwa
Ia telah jatuh tertidur dengan lembut. Ini adalah perkataan-perkataan yang
diperkirakan telah diucapkan-Nya kepada Allah: QS 5:116-117.
وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلامُ الْغُيُوبِ
مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلا مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
...Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) Aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah yang Maha Menyaksikan segala sesuatu.
Sejak adanya wahyu-wahyu tuduhan ini, orang-orang Muslim telah percaya dengan sangat tidak masuk akal, bahwa Yesus hidup di hadirat Allah. Sedangkan bagi Muhammad, Ia telah mati dan menunggu (dalam sebuah peralihan, yang disebut alam Barzakh) untuk datangnya hari penghakiman. Itulah sebabnya mengapa semua orang Muslim, ketika mereka menyebutkan nama nabinya, mereka harus mendoakannya dan memohonkan damai untuknya (QS 33:56). Bukan Muhammad yang berdoa untuk para pengikutnya; sebaliknya, mereka harus mendoakannya! Namun Yesus adalah kebalikannya. Ia bersyafaat bagi kita dan Ia adalah perwakilan kita di hadapan Bapa-Nya.
Tetapi oleh karena berdasarkan teologi Islam ‘Isa akan mati di akhir reformasi Islam sedunia yang dilakukan-Nya, Ia harus mempunyai tubuh jasmani pada advent-Nya/kenaikanNya yang kedua, agar dapat menjalani kematian fisik. Itulah sebabnya mengapa para-Mufti di Arab Saudi mengumumkan bahwa Kristus telah diangkat kepada Allah dengan tubuh jasmani, jiwa dan roh! Berdasarkan pengajaran mereka, Ia adalah suatu roh yang diciptakan Allah dalam sebuah tubuh jasmani, namun Ia adalah milik "mereka yang dibawa mendekat" kepada Allah (QS 3:45, 4:158, 171).
** Penolakan radikal terhadap penyaliban Yesus **
Muhammad menerima banyak kebenaran Kristen dalam bentuk yang menyimpang; dalam upaya untuk memenangkan orang-orang Kristen kontemporer kepada cara pandangnya sendiri. Ia tidak bermasalah dengan kelahiran Kristus dari seorang perawan, ia juga tidak mempermasalahkan mujizat-mujizat Yesus yang penuh kuasa, maupun kenaikan-Nya kepada Allah (QS 3:55; 4:158). Di sisi lain, ia terus menentang doktrin mengenai Keilahian Kristus dan akhirnya dengan tegas menyangkali kematian-Nya di salib.
Dalam QS 4:156-157 kita membaca:
وَبِكُفْرِهِمْ وَقَوْلِهِمْ عَلَى مَرْيَمَ بُهْتَانًا عَظِيمًا
وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلا اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا
Dan karena kekafiran mereka (terhadap Isa), dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina), dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya Kami telah membunuh Al-Masih, Isa Putera Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuh-Nya dan tidak pula menyalib-Nya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang-orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa."
Ayat ini menandakan garis pemisah yang jelas antara kedua keyakinan ini: Islam dan Kristen. Namun demikian, teksnya tidak mudah dimengerti dan menimbulkan banyak pertanyaan dan juga banyak penjelasan.
Pertama-tama, nampaknya tidak mungkin orang-orang Yahudi di Medina menganggap Putera Maria sebagai "Mesias" atau "utusan Allah". Mereka tidak percaya pada kelahiran dari perawan dan mengolok-olok asal-usul ilahi-Nya.
Di sisi lain, adalah suatu kemungkinan besar bahwa mereka juga telah secara sarkastis mengancam untuk membunuh Muhammad, jika ia terus-menerus mengganggu mereka. Sama seperti ketika nenek moyang mereka menyingkirkan Yesus yang disebut sebagai Mesias. Muhammad dengan marah menolak ancaman ini dan berkata: "Kalian tidak pernah membunuh-Nya, kalian tidak pernah menyalibkan-Nya. Allah tidak mengijinkan kalian melakukan hal itu pada Yesus di masa lalu dan tidak akan membiarkan kalian melakukan hal itu padaku sekarang. Kalian adalah pembohong!"
Lebih jauh lagi, bisa jadi Muhammad telah mendengar pada waktu itu mengenai sebuah sekte Kristen di lembah Nil yang mempertanyakan tentang Inkarnasi Tuhan dalam Yesus Kristus. Bidat-bidat ini mengklaim bahwa Tuhan tidak menjadi manusia yang sesungguhnya, tetapi hanya muncul dalam wujud manusia (1 Timotius 3:16). Bagi mereka, adalah mustahil bahwa Sang Kekal dan Maha Kudus harus mengenakan tubuh jasmani dan menundukkan diri-Nya sendiri kepada kebutuhan-kebutuhan manusia selayaknya.
Demikian pula, Kristus tidak sungguh-sungguh mati di Salib, tetapi hanya mengambil rupa seorang penjahat yang disalibkan.
Penekanan yang sepihak pada natur Ilahi Kristus ini; bersamaan dengan penyangkalan akan inkarnasi-Nya, telah memberi pengaruh yang fatal pada pemikiran Muhammad. Ia mengadopsi gagasan tentang penyaliban yang “seakan-akan” dari Putera Maria dan menghina orang-orang Kristen yang telah tersesat, yang percaya bahwa Kristus benar-benar telah dibunuh! Argumen ini memberikan sang nabi suatu alasan teologis yang kokoh untuk menolak salib Kristus. Ia dengan kukuh mendasarinya pada Qur’an dan dengan demikian menjadikan para pengikutnya di seluruh dunia kebal terhadap keselamatan dalam Kristus, yang juga telah dicapai untuk mereka.
Namun demikian, para penafsir Qur’an yang Islami mengalami kesulitan yang serius dalam menjelaskan kalimat, "Mereka tidak membunuh-Nya, dan juga tidak menyalibkan-Nya, namun Ia hanya dibuat seakan-akan/kelihatannya seperti seorang yang disalibkan bagi mereka".
Beberapa diantara mereka menulis bahwa Simon dari Kirene dipaksa oleh para prajurit untuk memikul salib ‘Isa, oleh karena Ia (Isa) telah menjadi sangat lemah karena cambukan yang diterima-Nya (Markus 15:21). Saat iring-iringan para terdakwa mencapai Golgota, para eksekutor Roma memaku para pemanggul salib itu pada salib mereka, sedangkan Yesus melenggang bebas dan tidak mengalami pelecehan.
Para komentator lainnya menekankan keadilan Allah. Dikatakan bahwa Ia telah menaruh rupa Yesus di wajah Yudas si pengkhianat, dan demikian sebaliknya, sehingga sebenarnya si penjahatlah yang disalibkan. Para Teolog Islam dan orang Muslim Turki mempercayai omong kosong ini sampai hari ini dan bahkan membelanya dengan sangat berapi-api. Mereka bahkan merasa sangat kasihan pada orang-orang Kristen yang percaya bahwa Kristus benar-benar telah disalibkan.
Seorang penafsir lainnya
(al-Tabari) menulis bahwa pada kenyataannya Yesus memang disalibkan. Namun
demikian setelah itu, terjadilah gerhana matahari dan gempa bumi yang besar
mengguncang penduduk Yerusalem. Para penjaga di Golgota melarikan diri karena
ketakutan dan berusaha mencari perlindungan. Kemudian Yesus berkata pada
diri-Nya sendiri: "Mengapa saya mesti terus tergantung di salib, sementara
semua orang lari menyelamatkan diri dari murka Allah?"
Maka Ia pun turun dari salib dan dibawah selubung kegelapan Ia cepat-cepat
menghilang. Sekte Ahmadiyah mengklaim bahwa "Isa berjalan jauh hingga
tiba di Kashmir, di India Utara, dimana Ia kemudian wafat karena sebab-sebab
alamiah". Mereka bersikeras bahwa kuburan-Nya masih dapat dilihat di Srinagar
hingga hari ini.
Muhamamad menuliskan dalam QS 4:157 bahwa ada perbedaan-perbedaan pendapat yang mendasar diantara orang-orang Kristen pada waktu itu berkenaan dengan natur Kristus dan kematian-Nya. Oleh karena situasi ini, ia tidak begitu yakin mengenai fakta-fakta yang ada dan juga apakah penyangkalannya terhadap penyaliban itu dibenarkan. Para sarjana Muslim bersepakat setelah kematiannya, dan mengemukakan bahwa: Putera Maria tidak disalibkan, Ia hanya dibuat kelihatannya demikian di hadapan mereka.
Hingga sekarang hanya sedikit orang Kristen yang menyadari bahwa penyangkalan terhadap penyaliban adalah sebuah serangan telak terhadap inti kekristenan. Dengan memperhatikan fakta ini, kami tidak sedang berusaha untuk membangkitkan sebuah pertentangan dengan orang Muslim. Sebaliknya, tujuan kami adalah untuk menjelaskan kepada orang Kristen agar bersikap terbuka pada dialog, yang mana selama 1380 tahun Islam telah mengganggap semua orang Kristen sebagai "mereka yang telah tersesat", "pembohong" dan "orang-orang kafir penyembah berhala" oleh karena salib Kristus (QS 1:7, 3:61, 9:29). Salib yang sangat dihormati oleh banyak orang Kristen, dihina dan direndahkan sebagai sebuah jimat, dibenci dan seringkali dikutuk oleh banyak orang Muslim.
Namun demikian, untuk mempermalukan orang Israel secara moral, Gamal Abd al-Nasser di Mesir dan Baschir Asad di Siria telah dengan berani, berkontradiksi dengan pengajaran Qur’an, menyebut orang-orang Yahudi sebagai para pembunuh Yesus. Penayangan film "The Passion of the Christ" pada tahun 2004 secara mengejutkan diijinkan oleh banyak negara Arab dan negara Islam untuk memprovokasi kebencian terhadap para pembunuh Kristus.
** Penyangkalan terhadap substitusi Kristus **
Orang yang membaca Qur’an akan mendapati bahwa susunan frase berikut ini muncul 5 kali (QS 6:164, 17:15, 35:18, 39:7, 53:38).
Semua orang harus memikul tanggung-jawab dan menjalani penghukuman atas dosa-dosanya sendiri. Bahwa Anak Domba ALLAH harus menanggung dosa dunia adalah sesuatu yang tidak dapat dibayangkan / tidak masuk akal dalam Islam. Murid-murid Muhammad tidak memahami / asing terhadap substitusi ilahi apapun yang mengambil alih dosa orang lain atas dirinya sendiri dan dihukum oleh karena kesalahan orang lain (Yesaya 53.4-12, Yohanes 1:29, 3:16). Oleh karena itu, semua Muslim mencoba untuk mendokumentasikan kebenaran mereka sendiri melalui perbuatan-perbuatan baik mereka/amal seiring dengan iman mereka kepada Allah dan Muhammad. Pembenaran melalui kasih, atas dasar kematian substitusi yang membawa penebusan, bagi mereka tampak sebagai sebuah ketidakadilan terhadap mereka yang menyembah Allah dan berusaha memenuhi tuntutan-tuntutan Syariah melalui doa-doa, puasa, zakat, ibadah haji, dan berpartisipasi dalam Perang suci (Jihad). Islam adalah sebuah agama yang legalistik, yang tidak mempunyai tempat untuk seorang Juruselamat yang disalibkan.
Konsep perjanjian baru mengenai "keselamatan dan Juruselamat" dan arti pentingnya, tidak ada sama sekali di dalam Qur’an. Oleh karena itu penyangkalan terhadap penyaliban Kristus merupakan kecelakaan yang tidak disesali, yang dihasilkan oleh konfrontasi dari kedua agama dunia ini. Sebaliknya, hal ini pun muncul dari ketimpangan sudut pandang spiritual mereka. Islam adalah "sebuah agama di bawah kekuasaan hukum", yang berbeda dengan kekristenan yang secara eksklusif dibangun atas dasar anugerah Tuhan dalam Yesus Kristus. Perkataan Rasul Paulus berkenaan dengan Hukum (Taurat) dan Injil sangat dapat diaplikasikan pada Islam juga (Roma 3:9-20, Galatia 2:16,21).
** Tidak ada seorang Muslim pun yang menerima pengampunan atas dosa-dosanya **
Tak seorang pun, yang hidup berdasarkan Injil, percaya bahwa ia dibenarkan karena perbuatan baiknya sendiri (yang jika diukur menurut kekudusan Tuhan, perbuatan baik itu tidak eksis), melainkan hanya sepenuhnya melalui karya penebusan dari Dia yang mati disalib.
... dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa. (1 Yohanes 1:7).
Tidak ada pembenaran lain selain dari pembenaran melalui darah Yesus. Kesalehan natural, seperti yang dipraktekkan dalam agama-agama lain, tidaklah cukup untuk memenuhi tuntutan-tuntutan legal dari kekudusan Tuhan (Imamat 11:44, 19:2, Matius 5:48).
Oleh karena orang Muslim tidak percaya pada penyaliban Kristus, pada saat yang sama mereka menolak pembenaran, pengampunan, keselamatan, rekonsiliasi dengan Tuhan dan pembebasan yang ada melalui Yesus Kristus.
Melalui penyangkalan terhadap salib secara permanen, Islam memisahkan dirinya sendiri dari semua pemberian anugerah Tuhan demi Kristus dan menolak hak-hak istimewa dan sumber-sumber dari iman Kristen.
Muslim berpendapat bahwa,
pada Penghakiman Terakhir, sebuah timbangan besar akan didirikan: perbuatan
baik dan juga perbuatan jahat mereka akan ditimbang satu sama lain.
Di dalam Qur’an tertulis (QS 11:114):
وَأَقِمِ الصَّلاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ
Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.
Untuk alasan ini, tidak seorang Muslim pun dapat yakin akan keputusan akhir Allah nantinya, apakah dosa-dosanya akan diampuni atau tidak. Ia hidup tanpa ada jaminan bahwa pelanggaran-pelanggarannya telah dihapuskan, dalam ketidakpastian yang konstan dan takut akan Penghakiman Terakhir. Kira-kira 1 milyar 400 juta orang Muslim diikat oleh roh Islam yang bersifat kolektif ini.
Kapankah orang-orang Kristen yang mempunyai pemikiran yang bertanggung-jawab akhirnya akan bangun dan menyadari bahwa, di atas dasar kekayaan anugerah yang berlimpah dari penyaliban Kristus, kita adalah orang-orang yang berhutang kepada orang-orang Muslim yang belum diselamatkan?
Oleh karena itu, marilah kita di abad dialog religius multi-kultural yang dipraktekkan oleh beberapa pemimpin Kristen berpegang teguh pada kesaksian para rasul, dan kita pun bersaksi bahwa:
Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka. (Kisah Para Rasul 2:23)
Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu yang diperbuat-Nya di tanah Yudea maupun di Yerusalem; dan mereka telah membunuh Dia dan menggantung Dia pada kayu salib. (Kisah Para Rasul 10:39)
Kami mengabarkan tentang Kristus yang disalibkan. (1 Korintus 1:23)
Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam Tubuh-Nya di Kayu Salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh. (1 Petrus 2:24)
TUHAN Yesus memberkati
Daftar Pustaka:
- Iskandar Jadeed: "The Cross in the Gospel and the Koran"
- http://www.answering-islam.org/indonesian/siapakah-yesus/penyangkalan-terhadap-salib.html
terimakasih atas kebenaran yang dapat memperbaharui iman kita. Tuhan Yesus memberkati kita Sekalian. amin!
BalasHapusSama2 ...
HapusTuhan Yesus memberkati