Kami orang-orang Muslim telah dipilih Allah karena Dia telah menjadikan Al-Qur'an dan di dalamnya termasuk semua agama surgawi. Jadi, Islam telah meniadakan semua agama-agama sebelumnya.-- Dari seorang Koresponden di Tunisia --
Damai sejahtera dan anugerah dari Allah bagimu.
Ada
satu pertanyaan yang perlu dijawab yaitu: "Mengapa saya harus percaya
kepada Al-Masih yang mati dikayu salib sedangkan Al-Qur'an berkata
bahwa Allah telah mengangkat-Nya...?".
Memang benar, apa yang
dikatakan Al-Qur'an yang berkata bahwa Allah telah mengangkat Dia,
tetapi itu terjadi setelah Dia wafat, karena Al-Qur'an berkata, "Hai,
Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu (Inni
mutawaffika) dan mengangkat kamu kepada-KU dan membersihkan kamu dari
orang-orang yang kafir dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu
diatas orang-orang kafir hingga hari kiamat". (Ali Imran 55).
Walaupun
ayat-ayat ini cukup jelas, para cendikiawan Islam mempunyai pendapat
berbeda dalam menafsirkan maksud ayat tersebut. Satu golongan berkata
bahwa "al-wafat" (ayat) disini bukan berarti "mati",
dan ada golongan lain berkata arti kata itu mati dan masih ada berbagai
penafsiran yang masing-masing golongan memakai sebagai pendukungnya.
Golongan pertama menjelaskan sebagai berikut:
- Tidur:
"Dari Al-Muthana yang diceritakan oleh Ishaq yang diperoleh dari
Abdullah bin Jafar dan dia memperoleh dari ayahnya yang diperoleh dari
Rabia bahwa "Inni mutawaffka" berarti "wafat sedang tidur". Dan Allah
membangunkan dia dari tidurnya" (H. At-Tabari 7133).
- Meninggalkan
dunia ini: Dikutip dari Ali bin Sahil, dari Dhmiri anak Rabia, anak
Shudab dari Matar Al-Waraq ketika ia berkata, "Mengambilnya dari dunia
ini dan bukan lewat kematian". (H. At-Tabari 7134).
- Memiliki
seorang atau sesuatu: Dari Yunis yang berkata,: "Kami diceritakan oleh
Ibnu Wahab yang mengutip dari Ibnu Zaid bahwa Inni mutawaffika berarti
Qabidhak atau saya memiliki anda" (H. At-Tabari 7139).
Golongan kedua mengakui bahwa al-wafat disini berarti wafat (mati) dan mereka mempunyai alasan-alasan sebagai berikut:
- Dari
Al-Muthana, dari Abdullah bin Saleh dari Ali dan dari Ibnu Abbas yang
berkata: Innimutawaffika berarti "Aku memanggil kamu supaya wafat" (H.
At-Tabari 7142).
- Ibnu Haid berkata bahwa Selma
menceritakan dari Ibnu Ishaq yang diterima dari Wahab Ibnu Munabi
Al-Timani yang berkata: "Allah membiarkan Isa bin Mariam (Yesus, anak
dari Maria) mati selama tiga jam dan kemudian membangkitkannya" (H.
At-Tabari 7142).
- Ibnu Hamid berkata: "Kami
diceritakan oleh Selma, dikutip dari Ibnu Ishaq bahwa orang-orang
Kristen mengatakan bahwa Allah memanggil dia selama 7 jam kemudian Allah
membangkitkan dia lagi." (H. At-Tabari 7143).
Golongan ketiga berkata bahwa "al-wafat"
disini berarti "menunda atau menangguhkan". Golongan ini bergantung
kepada beberapa perkataan yang diturunkan dari Muhammad yang berkata
bahwa Isa anak Maryam akan datang kembali dan membantai orang-orang anti
Al-Masih, kemudian tinggal di Dunia untuk beberapa saat (para pembawa
cerita berbeda pendapat tentang lama waktunya) dan kemudian dia akan
mati dan orang-orang Muslim akan menyembahyangi dia dan menguburkannya
(H. At-Tabari 204/3).
Karena adanya perbedaan pandangan di
antara teolog Muslim dan perbedaan dalam menafsirkan ayat-ayat
Al-Qur'an tentang hari-hari terakhirnya Al-Masih maka seorang
penyelidik yang sungguh-sungguh hanya bisa mengambil jalan mencari
ayat-ayat Injil karena Injil tidak ada pertentangan tentang kematian
Al-Masih, kebangkitan-Nya, dan kenaikan-Nya ke Surga.
Sebenarnya,
ada ayat-ayat dalam Al-Qur'an yang dapat dengan pasti menjawab
pertanyaan tentang kematian Al-Masih walaupun demikian ada beberapa
penafsiran tetap berpegang pada penafsiran harafiah dari ayat: "Mereka tidak membunuh dia dan juga tidak menyalibkan dia
"(An-Nissa 157). Yang pertama dari ayat-ayat Al-Qur'an ini dimana
Allah berfirman:
Hai putra Maryam adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah? Isa menjawab: Maha suci Engkau..... Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku.....maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka". (Al-Maaidah 116-117).
Hai putra Maryam adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah? Isa menjawab: Maha suci Engkau..... Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku.....maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka". (Al-Maaidah 116-117).
Ada
gagasan yang tersebar di antara orang muslim yang mengatakan bahwa
Al-Qur'an telah membatalkan agama Tuhan sebelumnya yang terdapat di
dalam Taurat dan Injil. Banyak yang memegang secara fanatik pendapat
ini dan melawan kita dengan kesimpulan-kesimpulan yang menakjubkan.
Mereka
mengatakan bahwa semua nabi pada zaman Musa dan yang kemudian setelah
dia berjalan dalam Hukum Musa dan mengikuti ajaran yang dibawa, setiap
nabi pada zaman Al-Masih dan sesudahnya mengikuti ajaran yang dibawa
oleh Al-Masih sampai masa Muhammad; dan Hukum dari Muhammad tidak
pernah akan dibatalkan lagi sampai hari Penghakiman. Kita dapat membaca
bahwa beberapa cendikiawan Islam sudah memutuskan bahwa Muhammad
adalah nabi untuk zaman ini dan bahwa agamanya telah menghapuskan
agama-agama nabi terdahulu. Untuk menanggapi pernyataan yang demikian,
kita perlu memberitahukan bahwa pernyataan semacam itu sama sekali
tidak berdasarkan kebenaran, karena Al-Qur'an sendiri tidak pernah
mengatakan sama sekali tidak berlaku dan gagal dalam segala aspeknya;
itu hanya sebuah pendapat belaka, karena hal itu hanya memutar-balikkan
ajaran Al-Qur'an, membingungkan dan membuat suatu pernyataan yang
tidak pernah Al-Qur'an katakan.
Dalam kenyataan, pernyataan ini tidak dapat bertahan terhadap ujian kebenarannya sebagai berikut:
- Pembatalan
berarti "membuat tidak berlaku" dan "menggeser pengaruh" dan ini tidak
dapat diberlakukan terhadap isi Taurat dan Injil karena kebenarannya
sampai sekarang masih berlaku dan mengikat ratusan juta jiwa manusia di
seluruh dunia. Kita hidup menurut kuasa ini. Penguasa-penguasa yang
terbesar di dunia ini, yang memiliki keahlian dan kemajuan di dalam
bidang ilmu dan penemuan, mengikuti pandangan Taurat dan Injil. Tidak
ada seorang pun dapat membantah bahwasanya kebanyakan bangsa berhutang
budi, karena peradaban yang sekarang dicapai di dalam negaranya adalah
karena penyebaran Taurat dan Injil di antara penduduknya.
- Seandainya
Al-Qur'an datang untuk membatalkan Taurat dan Injil dan membuat
kewibawaannya tidak berlaku, maka Al-Qur'an tidak dengan tegas-tegas
memerintahkan manusia untuk tetap berpegang kepada keputusan-keputusan
dan mengikuti doktrin-doktrin yang ada sebelumnya dan Al-Qur'an tidak
akan berkata "Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun
hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat dan Injil "(Al-Maaidah 68).
Sebaliknya bunyi ayat tersebut mesti begini "Hai Ahli Alkitab kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hinga kamu menegakkan ajaran-ajaran Al-Qur'an dari pada Taurat dan Injil yang sudah dibatalkan itu". Selanjutnya, andaikata Al-Qur'an diturunkan untuk membatalkan Injil, maka tidak tepat ayat yang berikutnya berkata, "Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah di dalamnya. Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik" (Al-Maaidah 47).
Lagi pula andaikata Allah menghendaki tidak berlakunya Taurat dan Injil dengan menurunkan Al-Qur'an, maka tentunya Allah tidak mengijinkan Al-Qur'an berkata kepada Muhammad,
"Dan bagaimana mereka mengangkatmu menjadi hakim mereka, padahal mereka mempunyai Taurat yang di dalamnya (ada) hukum Allah..." (Al-Maaidah 43).
Andaikata Allah telah mengirimkan Muhammad untuk membatalkan agama Musa dan Al-Masih, inipun tidak sesuai dengan Al-Qur'an yang berkata :
"Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu. Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu" (Yunus 94).
- Andaikata
Al-Qur'an membatalkan Taurat dan Injil dan mengambil alih
kedudukannya, maka seharusnya isi Al-Qur'an itu berisi semua
perintah-perintah, keputusan-keputusan dan jalan keselamatan dari
Taurat dan Injil atau seharusnya paling tidak berisi ajaran-ajaran yang
lebih baik yang lebih mengangkat martabat dan kehidupan manusia.
Tetapi terbuktinya tidak ada penggantian di antara seluruh umat manusia dalam segala masa yang berisi seperti di dalam kitab-kitab itu dan Al-Qur'an sendiri menyaksikan kenyataan ini ketika ia berkata "Dan kami tidak mengutus sebelum kamu kecuali orang-orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui" (An-Nahl 43).
Al-Jallalain menguraikan bahwasanya, "Orang yang mempunyai pengetahuan" itu adalah ahli-ahli Taurat dan Injil. Kalau ada yang tidak mengerti sesuatu, mereka pasti akan mengetahuinya (Al-Jallalain hal. 357).
Al-Qur'an yang menyatakan sebagai berikut:
"Dan sesungguhnya wahyu ini benar-benar diturunkan oleh Allah, diturunkan oleh roh suci ke dalam hatimu agar kamu menjadi salah seorang dari antara orang-orang yang memberi peringatan dengan bahasa Arab yang jelas dan sesungguhnya ayat-ayat itu benar-benar dalam kitab-kitab orang yang terdahulu"
(Asy-Syu'araa 192-196).
Ini berarti
bahwa di dalam Taurat dan Injil ada semuanya yang ada dalam Al-Qur'an
tentang ajaran-ajarannya, keputusan-keputusan dan ajaran-ajaran rohani
sehingga Al-Qur'an tidak dapat membatalkan Taurat dan Injil karena
Taurat dan Injil adalah hukum Allah.
Mungkin pendapat
tentang pembatalan ini dipengaruhi oleh situasi pada waktu itu, di mana
manusia banyak dipengaruhi oleh kritik ahli-ahli teolog
liberalisme/modern yang muncul oleh orang-orang atheis (fasik) di Eropa
yang mengatakan bahwa penciptaan bumi dan Adam dalam Taurat itu
bertentangan dengan ilmu pengetahuan.
Tetapi bagaimanakah
orang-orang Muslim dapat melupakan bahwa kritik-kritik ini juga telah
mengkritik peristiwa yang sama yang terdapat dalam Al-Qur'an, misalnya,
"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan
bumi dalam enam masa, kemudian ia bersemayam di atasnya untuk mengatur
segala urusan-Nya (Yunus 3). Dan Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar dan Ia menciptakan jin dari nyala api" (Ar Rachmat 14-15).
Ahli-ahli Teolog Liberalisme telah mengatakan bahwa Injil tidak
menuliskan kabar tentang Al-Masih secara tepat dan bahwasanya Markus
dan Lukas bukanlah murid Al-Masih maka mereka tidak melihat Dia dan
tidak dapat menuliskan apa yang dikatakan oleh Al-Masih. Mereka juga
mengatakan bahwa Yohanes telah menulis Injilnya lima puluh tahun
setelah Al-Masih naik ke Surga. Kami tidak dapat menerima karena
bagaimana mungkin dia dapat menghafal dan mengingat semua apa yang
dikatakan dan dilakukan Al-Masih serta menuliskannya semua secara rinci
perkataan dan perbuatan Al-Masih pada waktu itu.
Menanggapi dalil-dalil seperti itu, kita akan bertanya, "Seandainya
Injil tidak menceritakan Al-Masih dengan tepat dan penulisan Injil
menurut Markus dan Lukas tidak ditulis oleh orang-orang ini, dan bahwa
Yohanes tidak dapat mengingat semua apa yang dikatakan dan dilakukan
Al-Masih secara rinci, lalu Injil apa yang diteguhkan Al-Qur'an?" .
Ada satu hal lain yang perlu kita sebutkan, bahwasanya di dalam Al-Qur'an ada beberapa penulisan tentang penciptaan bumi dan manusia. Kalau begitu kita akan bertanya "Apakah waktu antara penciptaan dan turunnya Al-Qur'an lebih pendek dari pada waktunya kenaikan Al-Masih ke surga dan ketika Yohanes menulis Injilnya yang telah diilhami oleh Allah sendiri?"
Ada satu hal lain yang perlu kita sebutkan, bahwasanya di dalam Al-Qur'an ada beberapa penulisan tentang penciptaan bumi dan manusia. Kalau begitu kita akan bertanya "Apakah waktu antara penciptaan dan turunnya Al-Qur'an lebih pendek dari pada waktunya kenaikan Al-Masih ke surga dan ketika Yohanes menulis Injilnya yang telah diilhami oleh Allah sendiri?"
Dalam kenyataannya, pembatalan itu
sebenarnya tidak dapat ditujukan kepada Taurat dan Injil, tetapi justru
dikenakan kepada beberapa ayat-ayat dalam Al-Qur'an sendiri. Para
cendikiawan Islam tidak membantah hal ini. Ketika seseorang terkenal
yang bernama Al-Souyouti berkata "Pembatalan itu hanya sesuatu yang Allah lakukan berkenan dengan bangsa ini!" Dalam kenyataannya, pembatalan di dalam Al-Qur'an disebutkan sampai dua kali.
- "Adapun
tiap-tiap ayat yang kami batalkan atau buang kami membawa yang lebih
baik. Ketahuilah Allah itu Mahakuasa atas segala sesuatu" (Al-Baqarah 106).
At-Tabari menafsirkan ayat ini sebagai berikut: "Apabila kami membatalkan suatu ayat, merubah kekuatannya serta penerapannya, maka kami akan membawa ayat yang lebih baik dari sebelumnya" (H. At-Tabari1/280).
Al-Jallalain menguraikan, "Apabila kami membatalkan atau membuat kamu lupa atau meniadakan sekian ayat kami, maka kami akan membawa sesuatu yang lebih baik".
- "Dan
kami tidak mengutus sebelum kamu seseorang rasulpun dan tidak pula
seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan,
syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah
menghilangkan apa yang dimaksudkan oleh setan itu dan Allah menguatkan
ayat-ayatnya" (Al-Hajj 52).
Al-Jallalain menafsirkan ayat ini sebagai berikut: "Nabi membaca Surat An-Naam di Mekka dan ketika ia sampai pada ayat ke 26 yang berbunyi, 'Dan beberapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka sedikitpun tak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhoi-Nya', Setan meletakkannya dilidahnya tanpa sepengetahuan dia, ia berkata, 'Polytheis berkata, "dia tidak menyebutkan dewa-dewa yang disenanginya sebelumnya dan mereka sembahyang dan sembahyang", jadi ayat selanjutnya turun, "Dan kami tidak mengutus sebelum kamu seseorang rasul pun dan tidak pula seorang nabi, dan seterusnya"
(H. Al-Jallalain 447).
Ibnu Hatim mengutip Ibnu Abbas yang berkata, "Mungkin ilham yang datang kepada nabi pada waktu malam dan ia lupa pada keesokan harinya dan Surat itu turun dengan kalimat, "Kami tidak membatalkan atau meniadakan sebuah ayat tanpa membawa sesuatu yang lebih baik".
Jadi kita bisa melihat dari semua komentar-komentar dan penafsiran-penafsiran ini, bahwa pendapat tentang pembatalan Zabur menggantikan Taurat, Injil menggantikan Zabur dan Al-Qur'an menggantikan Injil, tidak benar dan tidak berdasar.
Haji Rahmat Allah Al-Hindi dalam bukunya "Idhhar Al-Haqq" berkata, "Pendapat
yang mengatakan bahwa Taurat telah dibatalkan oleh Zabur dan Zabur
telah dibatalkan oleh Injil dan Injil oleh Al-Qur'an tidak mempunyai
dasar apapun baik dalam Al-Qur'an maupun dalam Hadis". Cendikiawan
Islam ini telah berbicara menurut kebenaran yang ada. Al-Qur'an
menentang pernyataan-pernyataan yang tidak terbukti itu dan menyangkal
semua pendapat orang-orang yang percaya akan pembatalan tersebut
sebagaimana dikatakannya: "Dia telah mensyariatkan bagi kamu
tentang agama apa yang diwasiatkannya kepada Nuh dan apa yang telah
kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu, tegakkanlah agama
dan janganlah kamu berpecah-belah tentangnya" (Asy-Syuura 13).
Pandangan
Al-Qur'an terhadap agama sebelumnya yaitu sangat menggelikan untuk
berkata bahwa Al-Qur'an telah membatalkan Alkitab atau bahwa Islam
telah membatalkan agama Allah yang datang sebelumnya yang ada di dalam
Taurat dan Injil. Tidak bisa dimengerti mengapa dan bagaimana seorang
Muslim membiarkan dirinya terikat oleh pandangan ini, sedangkan tujuan
utama Al-Qur'an adalah untuk membimbing dia kepada ajaran dan hukum
manusia yang tertulis dalam kitab karena Al-Qur'an berkata "Allah
hendak menerangkan hukum syariat-Nya kepadamu dan menunjukimu kepada
jalan-jalan orang yang sebelum kamu (para nabi dan shalihin) dan
menerima taubatmu. Dan Allah Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui". (An-Nissa 26).
Kita juga dapat membaca pernyataan Surat Al-Baqarah, "Kami
beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami dan apa yang
diturunkan kepada Ibrahim, Ismael, Ishaq, Yakub dan anak cucunya, dan
apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada
nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di
antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepadaNya ". (Al-Baqarah 136).
Menurut
ayat ini setiap orang Islam diminta untuk percaya kepada nabi yang
datang sebelum Al-Qur'an. Prinsip hukum nabi ini menyatakan pendapat
tentang pembatalan seluruhnya bertentangan dengan ajaran Al-Qur'an yang
menekankan fakta dengan berkata, "Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka".
At-Tabari dalam penafsiran terhadap ayat ini berkata "Apa
yang telah diberikan kepada Musa dan para nabi (Taurat yang dibawa
Musa dan Injil yang dibawa Al-Masih dan semua kitab-kitab yang dibawa
para nabi yang telah kami teguhkan dan kami tegakkan) semuanya itu
adalah pembimbing yang benar dan kebenaran dan cahaya dari Allah. Semua
yang disebut para nabi tentang Allah adalah kebenaran dan petunjuk
yang benar dan mereka itu sesuai dan tetap di dalam diri sendiri,
semuanya mengikuti sistem panggilan untuk percaya kepada Allah yang Esa
dan mentaatiNya". (H. At-Tabari 3109).
Bagaimana mungkin Al-Qur'an membatalkan Injil, justru dia berkata untuk membenarkannya...?
Al-Qur'an berkata "Apabila kitab dari Allah datang untuk membenarkan kitab-kitab sebelumnya".
Ini merupakan kesaksian yang jelas yang mengakui bahwa tidak
membolehkan ada penafsiran, perubahan atau pun penyisipan lain, karena
pengesahan ini tidaklah cocok dengan membatalkan yang membuatnya tidak
berlaku. Dengan kata lain, adalah mustahil untuk sebuah buku lain yang
datang untuk mengesahkannya. Dalam Surat Al-Imran ditulis demikian, "Dia
menurunkan Alkitab kepadamu dengan sebenarnya membenarkan kitab yang
telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil, sebelum
Al-Qur'an menjadi petunjuk bagi manusia" (Al-Imran 3).
Kita membaca dalam penafsiran dari Al-Jallalain bahwa "Sebelum turunnya Al-Qur'an, Taurat dan Injil diturunkan untuk membimbing manusia dari kesalahan" (Al-Jallalain 66). Sebagai yang dikatakan Al-Tabari, "Al-Qur'an
datang untuk membenarkan kitab-kitab yang diturunkan Allah sebelumnya,
yang diturunkan Allah melalui mulut para nabi dan rasulnya dan
membenarkan apa yang dibawa oleh para rasul Allah karena mereka
mempunyai jabatan yang sama".
Jadi, tidak ada
pertentangan, "Dia menurunkan Taurat kepada Musa dan Injil kepada Isa
sebelumnya sebagai pembimbing manusia, dan bimbingan Allah yang sangat
jelas ini tentunya tidak ada pertentangan". (H. At-Tabari 6/160-1).
Kita
mau mengatakan bahwa bimbingan Allah tidak dihapuskan dan
kitab-kitabnya yang diilhami Allah sebagai bimbingan tetap dianggap
berlaku, karena dunia masih membutuhkannya untuk membawa manusia keluar
dari kegelapan kepada terang kebenaran.
Tidak ada satu
ayat pun dalam Al-Qur'an yang menunjukkan bahwa dia membatalkan Alkitab
suci itu atau ajaran-ajarannya. Sebaliknya, kita bisa melihat bahwa
Al-Qur'an justru menganjurkan pengikut Taurat dan Injil untuk mengikuti
hukum-hukum rohani dari Alkitab dengan sungguh-sungguh. Ahli-ahli
penafsir yang terkemuka seperti AL-Zamak-shari, Al-Baidawi dan
Al-Jallalain telah sepakat bahwa Al-Qur'an datang tidak untuk
membatalkan kitab-kitab sebelumnya.
Seorang Muslim
menyatakan secara singkat bahwa Al-Qur'an adalah penyempurnaan dari
semua nubuatan dan Muhammad adalah penutup para nabi atau mahkota para
nabi dan karena alasan inilah Al-Qur'an membatalkan Taurat dan Injil
dan membatalkan semua agama yang datang sebelumnya. Mungkin anak muda
ini, seperti anak muda lainnya telah dipengaruhi oleh orang-orang yang
berprasangka buruk dengan tujuan untuk menjauhkan manusia membaca
Taurat dan Injil dan menikmati berkat dari padanya.
Jadi, manusia akan diterangi oleh apa yang ada di dalamnya dan ajaran-ajaran rohani yang membawa manusia lebih dekat kepada Tuhan, sambil mencoba mencapai tujuannya sendiri dengan tidak mengakui ayat-ayat Al-Qur'an yang menunjukkan bawa Alkitab adalah kitab dari segala kitab dan sebuah tanda kasih bagi umat manusia seperti ditulis dalam QS Al-Ahqaaf 12 "Dan sebelum Al-Qur'an itu telah ada kitab Musa sebagai petunjuk dan rahmat". Itulah yang memisahkan orang percaya yang sungguh-sungguh memperhatikan keputusan-keputusannya seperti ditulis dalam Al-Baqarah 89-90.
Lebih jauh, Al-Qur'an menunjuk bahwa Alkitab adalah alat untuk menjauhkan orang dari keragu-raguan seperti ditulis dalam QS Yunus 94. Ada banyak lagi ayat-ayat dalam Al-Qur'an yang menunjukkan bahwa Al-Qur'an membenarkan Alkitab dan menjaga serta mendukungnya. Karena itu, adalah sangat aneh dan mengacaukan untuk mengatakan bahwa Al-Qur'an telah membatalkan dan membuat tidak berlakunya apa yang ada di dalam Taurat dan Injil, yaitu suatu ajaran yang telah diterima oleh manusia di seluruh dunia.
Jadi, manusia akan diterangi oleh apa yang ada di dalamnya dan ajaran-ajaran rohani yang membawa manusia lebih dekat kepada Tuhan, sambil mencoba mencapai tujuannya sendiri dengan tidak mengakui ayat-ayat Al-Qur'an yang menunjukkan bawa Alkitab adalah kitab dari segala kitab dan sebuah tanda kasih bagi umat manusia seperti ditulis dalam QS Al-Ahqaaf 12 "Dan sebelum Al-Qur'an itu telah ada kitab Musa sebagai petunjuk dan rahmat". Itulah yang memisahkan orang percaya yang sungguh-sungguh memperhatikan keputusan-keputusannya seperti ditulis dalam Al-Baqarah 89-90.
Lebih jauh, Al-Qur'an menunjuk bahwa Alkitab adalah alat untuk menjauhkan orang dari keragu-raguan seperti ditulis dalam QS Yunus 94. Ada banyak lagi ayat-ayat dalam Al-Qur'an yang menunjukkan bahwa Al-Qur'an membenarkan Alkitab dan menjaga serta mendukungnya. Karena itu, adalah sangat aneh dan mengacaukan untuk mengatakan bahwa Al-Qur'an telah membatalkan dan membuat tidak berlakunya apa yang ada di dalam Taurat dan Injil, yaitu suatu ajaran yang telah diterima oleh manusia di seluruh dunia.
Siapa yang membaca Alkitab
dengan cermat akan menemukan bahwa semua ajaran ini semuanya cocok satu
dengan yang lain dan semua ajaran menuju kepada satu arah, yaitu
mengumumkan tujuan Allah terhadap manusia. Jadi, sangat jelas di dalam
ayat-ayatnya tidak ada pembatalan atau yang dibatalkan, karena kita
menemukan dalam Perjanjian Lama bagaimana Allah menciptakan langit dan
bumi dan menciptakan manusia dan bagaimana dosa masuk ke dalam dunia.
Setelah itu, kita membaca bagaimana janji kudus yaitu seorang
Juruselamat yang datang dari benih perempuan dan akan datang untuk
menggenapinya. Sambil menanti peristiwa itu Tuhan Allah mengadakan
perjanjian dengan Abraham, di mana ia menjanjikan bahwa Juruselamat
akan datang dari keturunannya. Dia kemudian memperbaharui janjinya
kepada Ishak dan Yakub. Kemudian kita membaca bagaimana Juruselamat
ilahi mengisi penglihatan dari pada para nabi dan menjadikan ini pokok
dari pemberitaan mereka dari tahun ke tahun. Ketika Musa muncul, Taurat
diberikan kepadanya dan di dalamnya ada janji-janji yang berharga dan
mendasar dan dengan demikian penglihatan para nabi menjadi lebih jelas.
Mereka yang menyusul Musa berbicara bagaimana Juruselamat itu akan
datang dalam nama Tuhan.
Selanjutnya, buku-buku yang
mereka tulis itu cocok dengan apa yang ditulis Musa. Beberapa dari
mereka memberi gambaran yang jelas, Juruselamat yang ilahi yang akan
datang itu di dalam nama Tuhan.
Mereka juga melukiskan di
dalam nubuatan-nubuatan mereka mujizat-mujizat yang akan menyertai
ajaran-ajarannya dan kematiannya yang menyelamatkan itu. Mereka membuat
tulisan mereka begitu jelas sampai mereka menyebutkan tempat kelahiran
sang Juruselamat dengan tepat. Injil sendiri memberitakan setiap
peristiwa mengenai kehidupan Juruselamat, ajaran-Nya, kematian-Nya,
kebangkitan-Nya, kenaikan-Nya ke surga sebagai penggenapan dari setiap
nubuatan para nabi yang ada dalam Taurat dan Zabur.
Barangsiapa
membaca Taurat Musa dan merenungkan lambang-lambangnya dan
pengorbanan-pengorbanannya akan menjadi sadar akan tujuan Allah
sehubungan dengan pernyataan anugerahnya. Mereka akan mencondongkan
kepada Dia dan ingin menyembah Dia. Keinginan hatinya akan ditarik
kepada kedatangan Juruselamat dan di dalam Dia mereka akan menemukan
jawaban dari pengharapan dan cita-cita mereka. Rasul Paulus menunjukkan
kepada aspirasi umat Allah dalam Perjanjian Lama yang Paulus katakan
bahwa mereka telah mati dalam pengharapan keselamatan.
Ia berkata, "Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya"
(Ibrani 11:13).
Di
dalam buku-buku para nabi dan nubuatan-nubuatan Mazmur, dinyatakan
dengan jelas, bahwa beberapa hamba Tuhan mengajar bahwa Allah pada
mulanya telah memisahkan segolongan orang kepadanya dan melatih mereka
secara teratur dan Allah memikul tegar hati mereka dan
perbuatan-perbuatan jahat mereka.
Dia memerintahkan mereka untuk mengawasi beberapa upacara dan ajaran sembahyang dengan pandangan untuk meletakkan pemisahan antara orang Yahudi dan orang kafir sehingga pada suatu saat Juruselamat yang dijanjikan datang dengan berkat bagi seluruh umat manusia. Tetapi upacara-upacara ini, walaupun ditegakkan oleh perintah yang kudus, tidak membawa keuntungan sama sekali kecuali mereka disertai dengan kehidupan kudus dan pengabdian.
Kebenaran ini dinyatakan kepada nabi Mikha ketika ia sedang berdiri terkejut dan mempertanyakan apakah Allah puas dengan lebih banyak pengorbanan dan persembahan bakaran karena Allah berkata kepadanya,
Dia memerintahkan mereka untuk mengawasi beberapa upacara dan ajaran sembahyang dengan pandangan untuk meletakkan pemisahan antara orang Yahudi dan orang kafir sehingga pada suatu saat Juruselamat yang dijanjikan datang dengan berkat bagi seluruh umat manusia. Tetapi upacara-upacara ini, walaupun ditegakkan oleh perintah yang kudus, tidak membawa keuntungan sama sekali kecuali mereka disertai dengan kehidupan kudus dan pengabdian.
Kebenaran ini dinyatakan kepada nabi Mikha ketika ia sedang berdiri terkejut dan mempertanyakan apakah Allah puas dengan lebih banyak pengorbanan dan persembahan bakaran karena Allah berkata kepadanya,
Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?Dengan kata lain, semua upacara dan ritual Musa seperti pengorbanan dan persembahan bakaran, pendupaan, penyucian merupakan lambang kepada kenyataan-kenyataan dan kenyataan-kenyataan ini telah dipenuhi secara penuh dalam Perjanjian Baru di mana Al-Masih datang sebagai perantara bagi semua yang percaya kepada-Nya, apapun bangsa, suku bangsa, bahasa dan warna kulit seperti dikatakan oleh nabi,
(Mikha 6:8).
"Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus, sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan TUHAN seperti air laut yang menutupi dasarnya". (Yesaya 11:9).
Jadi,
Perjanjian Baru tidak membatalkan Perjanjian Lama, tetapi menjelaskan
dan menggenapinya. Ia menggambarkan bentuk rohani dari Perjanjian Lama
yang cocok dengan manusia dari segala abad dan segala tempat.
Saya
ingin menjelaskan kepada semua orang bahwa Hukum dalam Taurat ada dua
macam: hukum dari upacara-upacara yang diberikan untuk sementara kepada
orang-orang di Perjanjian Lama untuk memisahkan mereka dari bangsa
kafir, dan yang lebih tinggi dari itu adalah hukum moral yang
melindungi mereka dari penurunan ke dalam praktek-praktek yang hina
sekali oleh orang kafir ketika mereka menanti Juruselamat yang akan
datang dalam anugerah dan kebenaran.
Firman Tuhan menunjukkan kepada pernyataan ini,
"Memang perjanjian yang pertama juga mempunyai peraturan-peraturan untuk ibadah dan untuk tempat kudus..... itu adalah kiasan masa sekarang. Sesuai dengan itu dipersembahkan korban dan persembahan yang tidak dapat menyempurnakan mereka yang mempersembahkannya menurut hati nurani mereka, karena semuanya itu, disamping makanan minuman dan berbagai macam persembahan, hanyalah peraturan-peraturan untuk hidup insani, hanya berlaku sampai tibanya waktu pembaharuan".
(Ibrani 9:1-10).
Nabi
Yesaya mengumumkan bahwa pengorbanan dan persembahan yang bersifat
lahiriah menunjukkan kepada Anak Domba Allah yaitu Al-Masih Penebus
yang merupakan penggenapan Hukum. (Bandingkan Yesaya 53 dan 55 dan Wahyu
3, 18)
Karena semua pengorbanan dan persembahan hanya
merupakan lambang menuju ke "Pengorbanan Besar" dan karena Al-Masih
telah menjadi korban untuk menghapus dosa seluruh dunia dan Al-Masih
adalah korban yang sempurna dan lengkap, karena itu orang Kristen tidak
perlu lagi memberikan korban apa-apa untuk menghapus dosa-dosanya.
Yang
mengherankan adalah orang Yahudi dipaksakan menghentikan upacara
pengorbanan tahunan mereka, karena hukum memerintahkan mereka untuk
membuat korban itu di Bait Allah di Yerusalem dan Bait Allah telah
dihancurkan. Tidak ada jalan untuk menghidupkan kemuliannya kembali
karena bait perjanjian dan segala isinya telah lenyap.
Sedangkan
hukum moral itu kekal dan perlu diperhatikan pada setiap tempat dan
waktu karena perintah-perintahnya adalah suatu norma yang kudus yang
menentukan hubungan antara Allah dan manusia. Setiap pelanggaran
terhadap perintah-perintah ini adalah melawan Allah. Perintah-perintah
ini tidak dibatalkan oleh Injil Al-Masih. Bahan mereka diperluas dan
ditafsirkan dan diberi kekuatan dan mereka mewujudkannya oleh pekerjaan
dari penebusan Al-Masih yang diselesaikan di Kayu Salib.
Kesimpulan
dari masalah ini ialah ajaran-ajaran Alkitab, baik dalam Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru itu tetap dan tidak menyerahkan diri kepada
sesuatu pembatalan apapun karena Alkitab mewakili kehendak Allah bagi
manusia, kehendak Dia yang baik dan sempurna dan mendasar.
Penekanan-penekanan
ini bagi kita bahwasanya jalan keselamatan Allah adalah sama pada
setiap saat dan tempat dan bangsa, dan semua yang tidak percaya dalam
Al-Masih akan dihukum, hari Al-Masih yang Abraham nantikan dan ia
bersuka cita ketika melihat Dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar