Doktrin Sola Scriptura adalah doktrin yang menyatakan bahwa Alkitab adalah satu-satunya kebenaran. Doktrin ini merupakan salah satu alasan utama yang menyebabkan terjadinya Reformasi Gereja di abad 16 yang dimulai oleh Luther dan para reformer lainnya meskipun Sebenarnya, jauh sebelum itu sudah ada bibit-bibit Reformasi Gereja yang dilakukan oleh Augustinus dari Hippo, Thomas Aquinas, Peter Waldo, William Tyndale, John Wycliffe dan beberapa yang lain namun tidak sampai mengakibatkan pergolakan besar karena otoritas Katolik Roma masih mendapat dukungan sepenuhnya dari Kekaisaran Romawi dan semua wilayah yang berada dibawah kekuasaan Romawi.
Banyak yang menyangka bahwa Sola Scriptura adalah doktrin yang hanya dianut oleh umat Protestan dan bukan oleh Jemaat mula-mula. Hal ini adalah tidak benar, sebab baik dalam Alkitab maupun Jemaat mula-mula, doktrin ini dapat ditemukan dan diajarkan.
Ada 4 hal yang harus diingat sebelum seseorang mengerti akan ajaran Sola Scriptura.
- Sola Scriptura tidak berkata bahwa Alkitab memuat semua ilmu pengetahuan yang ada tetapi ilmu pengetahuan diceritakan didalam Akitab. Yang diajarkan oleh doktrin ini adalah bahwa Alkitab memuat seluruh hal yang manusia perlu ketahui untuk mengenal Allah dengan benar dan untuk memperoleh keselamatan.
- Sola Scriptura tidak mengajarkan bahwa Firman Tuhan tidak pernah diutarakan secara lisan. Firman Tuhan memang pernah disampaikan secara lisan oleh Tuhan Yesus, para nabi dan rasul pada saat mereka ada di dunia, namun semua yang disampaikan secara lisan itu kemudian ditulis didalam Alkitab. Setelah Alkitab selesai ditulis, maka yang ada saat ini hanyalah Firman Tuhan dalam bentuk tulisan, dan bukan lisan lagi.
- Sola Scriptura bukan berarti bahwa Gereja tidak punya otoritas apapun terhadap umat Tuhan. Yang menjadi permasalahan adalah bahwa Gereja, yang adalah mempelai Kristus, meskipun mempunyai otoritas tapi tidak sebanding dengan Kitab Suci yang penulisannya diilhami dan dibimbing oleh Roh Kudus
Jadi secara positif, Sola Scriptura mengajarkan bahwa Alkitab adalah satu-satunya pedoman yang manusia perlukan untuk memperoleh keselamatan. Ini bukan berarti kita tidak boleh mempunyai pedoman lainnya, tapi melainkan bahwa setiap pedoman lainnya harus disesuaikan oleh Firman Tuhan yang adalah Alkitab.
Alkitab merupakan otoritas tertinggi bagi umat Tuhan, dan apa yang tidak terdapat didalamnya tidak bisa dijadikan sebagai sesuatu yang mengikat hati nurani manusia.
Saudara-saudara, aku memakai Apolos dan diriku sendiri sebagai contoh untuk kamu dalam hal itu. Aku melakukannya supaya kamu dapat belajar arti kalimat ini dari kami, “Taatilah hanya yang tertulis dalam Kitab Suci.” Maka tidak ada di antara kamu yang menganggap, bahwa seseorang lebih baik dari orang lain. (1 Korintus 4:6 – Amplified Bible)
** Gereja dan Sola Scriptura**
Reformasi abad 16 bertanggung jawab dalam mengembalikan ke dalam Gereja prinsip Sola Scriptura, prinsip yang pernah berpengaruh dalam Gereja dari sejak permulaan setelah masa kerasulan. Awalnya para rasul mengajar secara lisan, namun dengan berakhirnya masa kerasulan, semua wahyu khusus yang Tuhan kehendaki untuk dipertahankan bagi manusia dituliskan dalam Kitab Suci.
Sola Scriptura adalah ajaran, didasarkan pada Kitab Suci itu sendiri, bahwa hanya ada satu wahyu khusus yang berasal dari Tuhan yang dimiliki oleh manusia sekarang ini, yaitu Kitab Suci. Sebab itu Kitab Suci secara materi cukup dan secara pokok (sebagai yang diilhami oleh Allah) merupakan kekuasaan absolut bagi Gereja dan Jemaat Tuhan. Ini berarti tak satu pun bagian wahyu tersebut yang masih dipertahankan dalam bentuk tradisi lisan yang terpisah. Kita tak memiliki satu pun ajaran lisan dari seorang rasul saat ini. Hanya Kitab Suci yang merekam bagi kita ajaran para rasul dan wahyu terakhir dari Allah.
Dimana segalanya menjadi salah - Dewan Trent menyangkal kecukupan materi Kitab Suci. Dewan Trent pada abad ke 16 meyatakan bahwa wahyu Allah tidak hanya terdapat dalam Kitab Suci. Akan tetapi, sebagian terdapat dalam Kitab Suci dan sebagian dalam bentuk tradisi lisan, sehingga Kitab Suci secara materi dikatakan tak cukup.
Ini merupakan pandangan umum para teolog Katolik Roma selama berabad-abad setelah Dewan Trent tersebut. Sungguh menarik untuk diperhatikan, bahwa bagaimanapun, dalam lingkungan Katolik Roma sekarang ini berlangsung debat yang berkelanjutan diantara para Teolog mengenai keberadaan Tradisi. Tak ada pengertian yang jelas mengenai apa Tradisi itu dalam Katolik Roma saat ini. Sebagian menyetujui Trent dan lainnya tidak.
** Bapa Gereja dan Teolog Kristen berpegang pada Sola Scriptura **
Pandangan yang dipromosikan oleh Dewan Trent dilakukan untuk menyangkal kepercayaan, ajaran dan praktek Jemaat mula-mula. Mereka bersandar pada prinsip Sola Scriptura. Dimana bahwa semua doktrin harus dibuktikan berdasarkan Kitab Suci dan bila bukti tersebut tak dapat diperlihatkan, doktrin tersebut akan ditolak.
Bapa-bapa Gereja paska Kerasulan mengajarkan doktrin dan membela kekristenan melawan bidat. Untuk melaksanakannya, mereka berpegang hanya kepada Kitab Suci. Tulisan-tulisan mereka secara literal bernapaskan Perjanjian Lama dan Baru. Dalam tulisan para apologis seperti Justin Martir dan Anthenagoras juga terlihat hal yang sama. Tak ada tersirat dalam tulisan-tulisan ini, yang merujuk pada kewewenangan Tradisi sebagai suatu bentuk wahyu yang terpisah dan berdiri sendiri.
** Irenaeus dan Tertullian berpegang pada Sola Scriptura **
Berdasarkan tulisan-tulisan Irenaeus dan Tertullian pada pertengahan abad pertama hingga akhir abad kedua inilah pertama kalinya kita mendapati konsep Tradisi Kerasulan (tradisi yang diteruskan ke dalam gereja oleh para rasul secara lisan). Istilah 'tradisi' hanya berarti ajaran. Irenaeus dan Tertullian secara tegas menyatakan bahwa semua ajaran para Penilik yang diberikan secara lisan berakar pada Kitab Suci dan dapat dibuktikan dari Kitab Suci.
Kedua orang ini menyatakan makna kedoktrinan yang sebenarnya dari Tradisi Kerasulan yang secara lisan disampaikan kepada Jemaat dan Gereja. Dari sini, dapat dilihat secara jelas bahwa semua doktrin mereka tersebut berasal dari Kitab Suci. Tak satupun doktrin, yang mereka sebut sebagai Tradisi Kerasulan, yang tak terdapat dalam Kitab Suci.
Dengan kata lain, Tradisi Kerasulan yang didefinisikan oleh Irenaeus dan Tertullian hanyalah ajaran Kitab Suci. Irenaeuslah yang menyatakan bahwa sementara para rasul yang pada mulanya berkotbah secara lisan, ajaran mereka kemudian dibuat tulisan (Kitab Suci), dan sejak saat itu Kitab Suci menjadi tonggak dan dasar keyakinan Gereja. Pernyataannya secara jelas adalah sebagai berikut:
"Kita telah belajar tentang rencana keselamatan kita dari mereka yang lewat mana kabar baik turun kepada kita, yang telah mereka sampaikan di depan umum, dan, kemudian, dengan kehendak Allah, diteruskan kepada kita dalam Kitab Suci, sebagai dasar dan tiang kepercayaan kita."
Tradisi, saat dikaitkan pada pernyataan lisan seperti khotbah atau pengajaran, dipandang terutama sebagai penyampaian kebenaran secara lisan, atau penyusunan kebenaran Alkitab dalam ekspresi keimanan. Tak ada seruan dalam tulisan Irenaeus atau Tertullian tentang Tradisi mengenai doktrin yang tak terdapat dalam Kitab Suci.
Sebaliknya, kedua orang ini harus menghadapi kaum Gnostik yang adalah orang-orang yang pertama-tama kali menyarankan dan mengajarkan bahwa mereka memiliki Tradisi Kerasulan lisan yang terpisah dari Kitab Suci. Irenaeus dan Tertullian menolak ide tersebut dan bersandar hanya pada Kitab Suci untuk pernyataan dan pembelaan terhadap doktrin.
Sejarawan Gereja, Ellen Flessman-van Leer menegaskan kebenaran ini:
"Bagi Tertullian, Kitab Suci adalah satu-satunya metode untuk menolak dan mensahkan suatu doktrin berdasarkan isinya… Bagi Irenaeus doktrin Gereja pasti tak akan pernah murni tradisional; sebaliknya, pemikiran bahwa disana ada beberapa kebenaran, disampaikan semata-mata hanya lewat mulut (lisan), adalah merupakan jalan pikiran kaum Gnostik… Bila Irenaeus ingin membuktikan kebenaran suatu doktrin secara material, ia merujuk kepada Kitab Suci, karena disitulah ajaran para rasul dapat diperoleh secara obyektif. Bukti dari tradisi dan Kitab Suci menyodorkan akhir yang tunggal dan sama: untuk memperkenalkan ajaran Gereja sebagai ajaran Kerasulan yang asli. Yang pertama membuktikan bahwa ajaran Gereja adalah ajaran rasul, dan yang kedua, apa ajaran rasul itu."
Alkitab adalah otoritas terakhir bagi Jemaat mula-mula. Secara materi cukup, dan merupakan mediator akhir dalam segala permasalahan tentang kebenaran doktrin.
Sebagaimana yang dikatakan J.N.D. Kelly:
"Bukti yang paling jelas mengenai martabat Kitab Suci adalah kenyataan bahwa hampir semua usaha keagamaan para bapa rasul, apakah tujuan mereka menimbulkan polemik atau pun konstruktif, dicurahkan pada apa yang disebut sebagai penjelasan Alkitab secara terperinci. Selanjutnya, sudah menjadi anggapan dimanapun bahwa, agar suatu doktrin dapat diterima, haruslah pertama-tama menunjukkan dasar Kitab Suci".
Heiko Oberman memberikan komentar tentang hubungan antara Kitab Suci dan Tradisi dalam Jemaat mula-mula:
"Kitab Suci dan tradisi bagi Jemaat mula-mula tak mungkin saling terpisah: keryangma (pesan kabar baik), Kitab Suci dan Tradisi sepenuhnya sama. Gereja mengajarkan keryangma, yang ditemukan secara keseluruhan dalam bentuk tertulis dalam kitab-kitab kanonik. Tradisi tidak dianggap sebagai suatu pelengkap bagi keryangma yang termuat dalam Kitab Suci namun sebagai penyampaian keryangma yang sama dalam bentuk hidup: dengan kata lain semuanya terdapat dalam Kitab Suci dan disaat yang sama semuanya terkandung dalam Tradisi yang hidup".
** Cyril dari Yerusalem berpegang pada Sola Scriptura **
Kenyataan bahwa Jemaat mula-mula setia kepada prinsip Sola Scriptura jelas terlihat lewat karya Cyril dari Yerusalem (Penilik dari Yerusalem pada pertengahan abad ke-4). Beliau adalah pengarang apa yang dikenal sebagai Catechetical Lectures. Karya ini adalah serentetan panjang kuliah yang disampaikan kepada para penganut baru yang menjelaskan secara terperinci doktrin-doktrin prinsip keimanan. Ini adalah penjelasan lengkap tentang keimanan Kekristenan pada masa ia hidup. Ajarannya sepenuhnya berdasarkan pada Kitab Suci. Malah tak ada satu pun seruan dari keseluruhan pengajarannya merujuk kepada Tradisi Kerasulan Lisan yang terlepas dari Kitab Suci.
Ia menyatakan dengan tegas bahwa seandainya ia memberikan suatu ajaran apapun kepada para katekumen ini yang tidak dapat disahkan berdasarkan Kitab Suci, mereka akan menolaknya. Kenyataan ini memperkuat bahwa kekuasaannya sebagai seorang Penilik tergantung dari kesetiaannya kepada Kitab Suci tertulis dalam ajarannya. Kutipan-kutipan berikut adalah beberapa pernyataannya tentang kekuasaan akhir Kitab Suci.
"Tanda ini telah membuatmu berpikir; manakah sekarang berdasarkan ikhtisar yang telah diberkati, dan jika Tuhan mengabulkan, dapatlah kemudian disusun sesuai kekuatan kita, dengan pembuktian Ayat Suci. Mengenai keagungan dan kekudusan Misteri Iman, kita tak dapat mengeluarkan ucapan sesederhana bagaimanapun tanpa Kitab Suci: ataupun dipengaruhi oleh kemungkinan-kemungkinan belaka dan kecerdikan argumen. Jangan pula kemudian mempercayai saya karena saya memberitahukan kamu hal-hal ini, kecuali kamu menerimanya dari Ayat-ayat Suci bukti dari apa yang tertulis: karena keselamatan ini, yang adalah dari iman kita, bukan lewat alasan-alasan yang berakal, namun dengan bukti dari Kitab Suci."
"Namun anggaplah dirimu dan pegang iman tersebut seperti halnya seorang yang baru mulai dan dengan pernyataan, yang mana lewat Gereja disampaikan padamu, dan berdasarkan keseluruhan Kitab Suci."
"Oleh karena semua yang tidak dapat membaca ayat suci, beberapa karena kebodohan, yang lainnya karena pekerjaan, menjadi terhalang dari pengetahuan tentang ayat-ayat suci; agar jiwa tak mati karena ketiadaan pengajaran, dalam artikel-artikel yang sedikit ini kita memahami doktrin Iman secara keseluruhan. Dan untuk sekarang, hafalkan keimanan, simak saja perkataan-perkataan; dan lihat pada saatnya bukti tentang setiap bagian-bagiannya dari ayat-ayat suci yang agung. Karena artikel-artikel keimanan tidak disusun berdasarkan kehendak manusia: namun pokok-pokok yang terpenting dipilih dari semua ayat-ayat suci, membentuk satu ajaran tentang Iman."
"Dan, sebagaimana biji sesawi tersemai dari bebijian kecil memiliki banyak cabang, demikian juga iman ini, dalam beberapa kata, menyertakan keseluruhan pengetahuan keilahian yang terkandung dalam Perjanjian Lama dan Baru. Lihatlah, oleh karena itu, saudara-saudara dan peganglah tradisi yang kamu terima sekarang, dan tulis semua itu sepenuh hatimu".
Perhatikan tulisan di atas dimana Cyril menyatakan bahwa para Katekumen menerima tradisi, dan ia mendorong mereka untuk berpijak kepada tradisi yang mereka terima sekarang. Dari sumber manakah tradisi ini berasal...?
Sudah jelas berasal dari Kitab Suci, ajaran atau tradisi atau wahyu Tuhan, yang dijalankan para rasul dan disampaikan kepada Jemaat, dan yang sekarang dapat diperoleh hanya lewat Kitab Suci. Jelas bahwa Cyril dari Yerusalem, yang menyampaikan keseluruhan dari keimanan kepada para penganut baru ini, tidak membuat satu pun seruan terhadap tradisi lisan untuk mendukung ajaran-ajarannya, keseluruhan keimanan didasarkan pada Kitab Suci.
** Gregory dari Nyssa berpegang pada sola Scriptura **
Gregory dari Nyssa juga menyerukan prinsip ini. Ia mengatakan:
"Manusia secara umum masih berubah-ubah pendapatnya tentang hal ini, dimana kekeliruan mereka sama banyaknya dengan jumlah mereka. Bagi kita sendiri, bila filosofi Gentile (non-Yahudi), yang secara metodologi berhubungan dengan semua pokok-pokok ini, benar-benar memadai untuk suatu peragaan, sudah tentu menjadi sangat berlebihan untuk menambahkan suatu diskusi mengenai kejiwaan pada spekulasi-spekulasi itu. Namun sementara yang terakhir tersebut dilanjutkan, mengenai masalah jiwa, sejauh dalam konsekuensi yang telah diperkirakan yang membuat bahagia sang pemikir, kita tidak memiliki hak dalam perijinannya, maksud saya tentang mensahkan apa yang kita mau kita membuat Kitab Suci sebagai kendali dan takaran untuk setiap prinsip; kita harus memperhatikan itu, dan dan menyetujui hal itu sendiri yang mungkin dibuat untuk dipadukan dengan maksud tulisan-tulisan itu."
** Gereja pertama diselenggarakan berdasarkan sola Scriptura **
Menurut Friedrich Schleiermacher, salah seorang teolog Gereja Reformed dari abad ke-19, mendefinisikan bidat sebagai "ajaran yang mempertahankan tampilan Kristen tetapi bertentangan dengan inti sari ajaran Kristen".
Kutipan-kutipan diatas mewakili bapa-bapa Gereja secara keseluruhan. Cyprian, Origen, Hippolytus, Athanasius, Firmilian, dan Augustine hanyalah sebagian dari antaranya yang dapat dikutip sebagai pendukung prinsip Sola Scriptura selain daripada Tertullian, Irenaeus, Cyril dan Gregory dari Nyssa.
Jemaat mula-mula dan Gereja paska Kerasulan beroperasi dengan berlandaskan prinsip Sola Scriptura. Prinsip historis inilah yang para Reformator gunakan untuk dikembalikan ke dalam Gereja. Penggunaan secara luas dari Kitab Suci oleh para bapa Gereja abad kedua telah terlihat dari fakta-fakta berikut ini:
**) Jemaat Mula-Mula Berlandaskan Pada Kitab Suci
Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian. (Kisah Para Rasul 17:11)
**) Apolos Mengajar Berlandaskan Pada Kitab Suci
Sementara itu datanglah ke Efesus seorang Yahudi bernama Apolos, yang berasal dari Aleksandria. Ia seorang yang fasih berbicara dan sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci.
Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes.
Ia mulai mengajar dengan berani di rumah ibadat. Tetapi setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa dia ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah.
Karena Apolos ingin menyeberang ke Akhaya, saudara-saudara di Efesus mengirim surat kepada murid-murid di situ, supaya mereka menyambut dia. Setibanya di Akhaya maka ia, oleh kasih karunia Allah, menjadi seorang yang sangat berguna bagi orang-orang yang percaya.
Sebab dengan tak jemu-jemunya ia membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias.
Kisah Para Rasul 18:24-28
**) Irenaeus
Ia mengenal Polycarpus yang merupakan murid rasul Yohanes. Ia hidup sekitar tahun 130 hingga 202 AD. Ia mengutip dua puluh empat dari dua puluh tujuh buku-buku Perjanjian Baru, mengambil 1,800 kutipan dari Perjanjian Baru sendiri.
"We have learned from none others the plan of our salvation, then from those through whom the Gospel has come down to us, which they did at one time proclaim in public, and, at a later period, by the will of God, handed down to us in the Scriptures, to be the ground and pillar of our faith."
[Kami tidak belajar dari siapa pun tentang rencana keselamatan kami, selain daripada mereka yang melaluinya Injil telah diturunkan kepada kami, yang pada suatu waktu mereka beritakan di depan umum, dan, pada periode berikutnya, dengan kehendak Allah, diturunkan. kepada kita di dalam Kitab Suci, untuk menjadi dasar dan tiang iman kita.]
(Irenaeus, Against Heresies, book 3, 1, 1)
"When,
however, they are confuted from the Scriptures, they turn round and accuse
these same Scriptures, as if they were not correct, nor of authority, and
[assert] that they are ambiguous, and that the truth cannot be extracted from
them by those who are ignorant of tradition.
For [they allege] that the truth was not delivered by means of written
documents, but wherefore also Paul declared, "But we speak wisdom among
those that are perfect, but not the wisdom of this world." And this wisdom
each one of them alleges to be the fiction of his own inventing, forsooth; so
that, according to their idea, the truth properly resides at one time in
Valentinus, at another in Marcion, at another in Cerinthus, then afterwards in
Basilides, or has even been indifferently in any other opponent, who could
speak nothing pertaining to salvation.
For every one of these men, being altogether of a perverse disposition, depraving the system of truth, is not ashamed to preach himself. But, again, when we refer them to that tradition which originates from the apostles, [and] which is preserved by means of the succession of presbyters in the Churches, they object to tradition, saying that they themselves are wiser not merely than the presbyters, but even than the apostles, because they have discovered the unadulterated truth.
For [they maintain] that the apostles intermingled the things of the law with the words of the Savior; and that not the apostles alone, but even the Lord Himself, spoke as at one time from the Demiurge, at another from the intermediate place, and yet again from the Pleroma, but that they themselves, indubitably, unsolidly, and purely, have knowledge of the hidden mystery: this is, indeed, to blaspheme their Creator after a most impudent manner! It comes to this, therefore, that these men do now consent neither to Scripture nor to tradition.
[Namun, ketika mereka (bidat) dibantah menggunakan Kitab Suci, mereka berbalik dan menuduh Kitab Suci yang sama ini tidak benar, atau tidak memiliki otoritas, ambigu, dan bahwa kebenaran tidak dapat diambil dari mereka (Jemaat Kristen) yang mengabaikan tradisi.
Karena [mereka (bidat) menuduh] bahwa kebenaran tidak disampaikan melalui dokumen tertulis, oleh karena itu Paulus menyatakan, "Sungguh pun demikian kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang, yaitu hikmat yang bukan dari dunia ini," Dan mereka (bidat) menuduh bahwa hikmat ini adalah berasal dari pemahaman kami masing-masing; sehingga, menurut mereka (bidat), kebenaran dengan tepat berada pada satu waktu di Valentinus, di waktu lain di Marcion, di waktu lain di Cerinthus, kemudian di Basilides, atau bahkan telah acuh tak acuh pada lawan lainnya, yang tidak dapat berbicara apa pun tentang keselamatan.]
[Karena masing-masing dari orang-orang (bidat) ini, yang secara keseluruhan memiliki watak sesat, merusak sistem kebenaran, tidak malu untuk mengkhotbahkan dirinya sendiri. Tetapi, sekali lagi, ketika kita pada tradisi yang berasal dari para rasul, [dan] yang dipertahankan melalui suksesi para penatua di antara Jemaat Kristen, mereka menolak tradisi, dengan mengatakan bahwa mereka sendiri tidak hanya lebih bijaksana daripada para penatua, tetapi bahkan dari pada para rasul, karena mereka telah menemukan kebenaran yang murni.]
Karena [mereka (bidat) mempertahankan] bahwa para rasul mencampurkan hal-hal hukum dengan perkataan Juruselamat; dan bahwa bukan para rasul saja, tetapi bahkan Tuhan sendiri, berbicara pada suatu waktu dari Demiurge, di lain waktu dari tempat perantara, dan sekali lagi dari Pleroma, tetapi bahwa mereka sendiri, tidak dapat disangkal, tidak kokoh, dan murni, memiliki pengetahuan misteri tersembunyi: ini, memang, menghujat Pencipta mereka dengan cara yang paling kurang ajar! Oleh karena itu, sampai pada hal ini, bahwa orang-orang ini (bidat) sekarang tidak menyetujui Kitab Suci maupun tradisi.
(Irenaeus, Against Heresies, Book 3, Ch 2, 1-2).
Dari kutipan diatas, Irenaeus menyatakan bahwa Injil pertama kali diwahyukan (disingkapkan) secara lisan, kemudian Injil tersebut dicatat (dituliskan) dalam Kitab Suci dan juga menyebutkan bahwa Kitab Suci tersebut adalah tiang penopang dan dasar iman. Hal ini pastilah mengguncangkan sandaran dari hampir setiap umat Roma Katolik karena merupakan suatu interpretasi yang jelas dari 1 Timotius 3:15 dimana ungkapan (ekspresi) yang sama digunakan oleh Gereja. Kemudian dengan jelas, Irenaeus melihat bahwa Gereja muncul diurutan kedua dalam otoritas dibawah Kitab Suci. Adalah jelas juga bahwa anda tidak boleh membuat suatu perubahan dari apa yang rasul ajarkan karena hal itu adalah standar pengajaran yang tidak dapat diubah.
Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran. (1 Timotius 3:15)
Irenaeus mengidentifikasikan bahwa keduanya, baik itu bahasa lisan kerasulan yang diilhamkan (diinspirasikan) dan juga tradisi tertulis dijaga dengan hati-hati oleh Gereja secara terus menerus dari waktu ke waktu. Adalah jelas dari kutipan tersebut bahwa Kitab Suci adalah termasuk dalam kategori tradisi Kerasulan mula-mula. Mengatakan bahwa hal itu berada di luar Kitab Suci sebagaimana yang diajarkan gereja Roma Katolik dan kemudian mengatakan bahwa teks itu hanya membicarakan tradisi lisan, adalah tidak beralasan (tidak dapat dibenarkan) juga bodoh.
Sebenarnya bagian (kutipan) ini sedang membicarakan sesuatu sampai sekarang dimana ketika kita dengan spontan dan tiba-tiba membicarakan Injil secara lisan kepada orang lain di taman kota pada saat kebetulan dan tidak membawa Alkitab. Jadi, kita menggunakan tradisi lisan (cara lisan) dalam pembicaraan tersebut.
Jika memang ajaran Irenaeus benar-benar telah mengandung berbagai macam tambahan doktrin seperti Transubstiansi, Tahta Petrus, Infabilitas Kepausan, Mariologi, Purgatory dan beberapa yang lain, maka pembela (pendukung) Roma Katolik paling banter hanya akan mempuyai argumen yang lemah. Tetapi karena tidak ada tambahan pada doktrin Kekristenan yang sesuai dengan Kitab Suci, hal itu justru mendukung pandangan kita bahwa semua tradisi kerasulan yang diinspirasi (diilhamkan) oleh Roh Kudus terkandung dalam Kitab Suci. Kita disini tidak sedang menyanggah tradisi lisan kerasulan, kita hanya mengatakan bahwa hal itu adalah identik (persis sama) dengan yang tertulis didalam Alkitab.
Irenaeus menunjukkan bahwa Kitab Suci adalah garis terdepan dalam menyerang guru palsu dimana guru palsu ini dengan tegas disanggah oleh tradisi tertulis dari para rasul. Perhatikan berapa banyak aliran Gnostik ini kedengarannya mirip pemimpin Roma Katolik dan Ortodoks ketika mereka mengatakan bahwa 'Anda tidak dapat mengerti Alkitab KECUALI KALAU Anda mempunyai tradisi yang benar dan bahwa kebenaran itu lebih banyak (lengkap) diwahyukan secara lisan daripada Kitab Suci'.
Kita telah melihat hal ini secara langsung ketika melakukan dialog Teologis dengan debater Roma Katolik. Anda mungkin dengan tegas menyangkal mereka sesuai dengan Kitab Suci, namun mereka akan membalas demikian, 'anda tidak mengerti Alkitab tanpa tradisi gereja kami.'
Tradisi yang berasal dari para rasul dan dipelihara secara terus menerus oleh penilik dalam Jemaat bukanlah beberapa satuan pengajaran yang terpisah dari Kitab Suci, tetapi adalah bukti hidup dari apa yang Kitab Suci ajarkan kepada Gereja dan Jemaat Kristen.
Irenaeus mengatakan kita melihat kebenaran bahwa tradisi gereja (kerasulan) telah dipelihara secara terus menerus. Sekali lagi, pernyataan ini tidak menunjukkan bahwa tradisi lisan dengan serangkaian doktrin yang berbeda telah terwahyukan dalam tradisi tertulis kerasulan (gereja). Faktanya, kita cukup yakin bahwa tradisi tertulis kerasulan harus tercakup dalam pernyataan ini.
Bukankah gereja Roma Katolik percaya bahwa mereka memelihara Kitab Suci?
Tentu saja, mereka percaya.
Jika Jemaat mula-mula tidak memelihara tradisi tertulis, kita bahkan tidak akan mempunyai Kitab Suci sekarang karena akan hilang.
**) Tertullian (160-220 AD)
If you had not purposely rejected in some instances, and corrupted in others, the Scriptures which are opposed to your opinion, you would have been confuted in this matter by the Gospel of John, when it declares that the Spirit descended in the body of a dove, and sat upon the Lord.
Jika Anda tidak dengan sengaja menolak dalam beberapa hal, dan merusak dalam hal lain, Kitab Suci yang bertentangan dengan pendapat Anda, Anda akan dibantah dalam hal ini oleh Injil Yohanes, ketika menyatakan bahwa Roh turun dalam rupa seekor burung merpati, dan duduk di atas Tuhan.
(Tertullian, The Flesh of Christ, ch 3)
But there is no evidence of this, because Scripture says nothing." ... "The Scripture says nothing of this, although it is not in other instances silent" ..."I do not admit what you advance of your own apart from Scripture.
[Tetapi tidak ada bukti tentang ini, karena Kitab Suci tidak mengatakan apa-apa." ... "Kitab Suci tidak mengatakan apa-apa tentang ini, meskipun tidak dalam kasus lain diam" ... "Saya tidak mengakui apa yang Anda ajukan selain dari Kitab Suci.]
(Tertullian, The Flesh of Christ, ch 6; ch 7)
With whom lies that very faith to which the Scriptures belong. From what and through whom, and when, and to whom, has been handed down that rule, by which men become Christians?" For wherever it shall be manifest that the true Christian rule and faith shall be, there will likewise be the true Scriptures and expositions thereof, and all the Christian traditions.
[Dimana letak iman yang berasal dari Kitab Suci berada. Dari apa dan melalui siapa, dan kapan, dan kepada siapa, telah diturunkan pengajaran itu, yang olehnya umat manusia menjadi Kristen? Karena di mana pun dinyatakan tetnang ajaran dan iman Kristen yang sejati berada, di situ juga akan ada Kitab Suci yang benar dan eksposisinya, dan semua tradisi Kekristenan.]
(Tertullian, The Prescription Against the Heretics, Ch 19)
Let us be content with saving that Christ died, the Son of the Father; and let this suffice, because the Scriptures have told us so much. For even the apostle, to his declaration-which he makes not without feeling the weight of it-that "Christ died," immediately adds, "according to the Scriptures.
Marilah kita sepakat dengan menyatakan bahwa Kristus telah mati, Anak Bapa; dan ini sudah cukup, karena Kitab Suci telah memberi tahu kita begitu banyak. Bahkan rasul, dalam pernyataan yang telah mereka lakukan bahwa "Kristus mati," segera menambahkan, "menurut Kitab Suci.
(Tertullian, Against Praxeas, ch 29)
What, therefore, did not exist, the Scripture [Gnostic false doctrine] was unable to mention; and by not mentioning it, it has given us a clear proof that there was no such thing: for if there had been, the Scripture would have mentioned it.
Oleh karena itu apa yang tidak ada, Kitab Suci [doktrin palsu Gnostik] tidak dapat menyebutkannya; dan dengan tidak menyebutkannya, itu telah memberi kita bukti yang jelas bahwa tidak ada hal seperti itu: karena jika ada, Kitab Suci akan menyatakannya.
(Tertullian, Against Hermogenes, ch 20)
Tertullian dengan jelas menyatakan bahwa doktrin dan praktek mereka identik (persis sama) dengan apa yang diajarkan para rasul secara lisan dan sesuai dengan Kitab Suci. Tertullian menggunakan ekspresi (ungkapan) dan viva voice (living voice) yang semata-mata adalah sebuah acuan untuk wahyu yang diilhamkan (diinspirasikan) secara lisan.
Tertullian tertarik kepada Kitab Suci sebagai standar doktrin (pengajaran) yang utama dan terdepan tanpa menyebutkan tradisi lisan. Pemimpin Roma Katolik pada saat sekarang ini hanya mengatakan tradisi umum (masa kini) dari gereja adalah standar. Lebih lanjut lagi, pemimpin ini bahkan tidak percaya bahwa Kitab Suci dapat dimengerti oleh orang-orang pada umumnya dengan begitu jelas dan mereka merasa bahwa Tertullian sedang menghabiskan waktunya bahkan ketika sedang berargumen Kitab Suci dengan aliran Gnostik.
Gereja Roma Katolik sekarang ini secara terbuka memberitakan (mengatakan) bahwa kita harus mempraktekkan banyak hal yang tidak terwahyu dalam Kitab Suci, sedangkan Tertullian mengatakan sebaliknya. Oleh karena itu, Tertullian tidak hanya menunjukkan bahwa kita jangan melampaui apa yang tertulis, namun hanya Kitab Suci itulah all-sufficient standard. Patut juga dicatat bahwa ketika Gnostik membuat perbandingan dengan tradisi lisan mereka, Tertullian melawan balik, dengan tidak mengatakan 'bahwa Gereja tidak mengatakan hal yang demikian, tetapi Kitab Suci tidak pernah mengajar demikian.' Aliran Gnostik berargumen dengan tradisi lisan dan Tertullian membalasnya dengan Kitab Suci (Tradisi Tertulis).
Gereja Roma Katolik senang mengutip (Tertullian, the Prescription Against Heretics, Chapter XIII) sebagai bukti bahwa Tertullian telah mempunyai tradisi lisan kerasulan (gereja) yang berbeda dari Kitab Suci. Kita yang mengajarkan Sola Scriptura, sebenarnya tidak mempunyai masalah untuk setuju. Tertullian menyebut tradisi lisan ini, 'the rule of faith'.
Kita setuju bahwa itu adalah suatu kredo, tetapi perhatikan bahwa hal itu mutlak tidak mengandung apa-apa, kecuali apa yang Kitab Suci secara rinci telah wahyukan. Akan menjadi bukti yang kuat untuk gereja Roma Katolik jika 'rule of faith' tersebut benar-benar mengandung rincian doktrin yang tidak terkandung dalam Kitab Suci seperti Transubstansiasi, Tahta Petrus, Infabilitas Kepausan, Mariologi, Purgatory dan beberapa yang lain.
Pada faktanya, 'rule of faith' dari Tertullian adalah bukti dari dugaan utama kita, yakni, bahwa semua tradisi kerasulan yang esensial (utama) dan diwariskan kepada Jemaat Kristen selanjutnya, sepenuhnya berdasarkan Kitab Suci.
Bahkan dalam Gereja Tuhan yang benar sekarang, semua Jemaat secara acak, jika ditanya dari atas mimbar, dapat memberikan ringkasan satu alinea (yang mirip) dari iman yang benar. Bahkan rasul Paulus memberikan tipe yang sama dari ringkasan satu alinea dari doktrin dalam 1 Korintus 15:3-8.
Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita,sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya.
Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal.
Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul. Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya.
Tentu saja, kita tidak setuju dengan 'rule of faith' Tertullian pada satu titik kunci yakni: Ketika dia memandang tambahan pada Kitab Suci, dokumen buatan manusia bersifat otoritas dengan sendirinya, bahkan jika itu didasarkan pada Kitab Suci, pendekatan yang tepat adalah dengan tidak memberikan otoritas kepada bermacam-macam ringkasan satu alinea iman yang tiap anggota mungkin berikan.
Tertullian membuat pernyataan yang mendalam bahwa Gnostik adalah salah karena Kitab Suci tidak mengajarkan doktrin yang demikian. Jika memang ada jalur terpisah dari otoritas doktrin, sebagaimana gereja Roma Katolik katakan demikian, maka Gnostik akan mengcounter Tertullian dengan mengatakan:
''Itu pernyataan bodoh Tertullian, karena kamu tahu bahwa banyak doktrin dari pengajaran gereja yang tidak diketemukan dalam kitab suci, tetapi dianggap benar, karena mereka semua berbentuk tradisi lisan kerasulan.''
Setelah menggunakan argumen berdasarkan kehidupan sehari-hari, Tertullian kemudian menggarisbawahi bahwa pendapat berikutnya adalah otoritas karena berasal dari Kitab Suci. Seharusnya, pendapat dari pemimpin gereja tidak dianggap bersifat otoritas. Tentu saja, sekarang, pejabat rohaniwan Roma Katolik menuntut ketaatan bahkan ketika mereka mengutip yang bukan dari Kitab Suci dengan alasan menyebutnya tradisi Jemaat mula-mula yang diwariskan. Kita tidak menyanggah tradisi lisan kerasulan yang dianggap memiliki otoritas dalam Jemaat mula-mula sejauh itu tidak berbeda dari apa yang terdapat dalam Kitab Suci.
**) Hippolytus (+-200 AD)
"There is, brethren, one God, the knowledge of whom we gain from the Holy Scriptures, and from no other source. For just as a man, if he wishes to be skilled in the wisdom of this world, will find himself unable to get at it in any other way than by mastering the dogmas of philosophers, so all of us who wish to practice piety will be unable to learn its practice from any other quarter than the oracles of God.
Whatever things, then, the Holy Scripture declare, at these let us look; and whatsoever things they teach, these let us learn; and as the Father wills our belief to be, let us believe; and as He wills the Son to be glorified, let us glorify Him; and as He wills the Holy Spirit to be bestowed, let us receive Him. Not according to our own will, nor according to our own mind, nor yet as using violently those things which are given by God, but even as He has chosen to teach them by the Holy Scriptures.
[Saudara-saudara, satu Allah, pengetahuan yang kita peroleh dari Kitab Suci, dan tidak dari sumber lain. Karena seperti halnya seorang manusia, jika dia ingin terampil dalam hikmat dunia ini, akan mendapati dirinya tidak dapat melakukannya dengan cara lain selain dengan menguasai dogma para filsuf, jadi kita semua yang ingin mempraktikkan kesalehan akan menjadi tidak dapat mempelajari praktiknya dari tempat lain selain firman Tuhan.
Apa saja, Kitab Suci menyatakan, mari kita lihat; dan apa pun yang mereka ajarkan, ini mari kita pelajari; dan sebagaimana Bapa menghendaki kepercayaan kita, marilah kita percaya; dan sebagaimana Dia menghendaki Anak dimuliakan, marilah kita memuliakan Dia; dan sebagaimana Dia menghendaki Roh Kudus dicurahkan, marilah kita menerima Dia. Bukan menurut kehendak kita sendiri, atau menurut pikiran kita sendiri, … tetapi sebagaimana Dia telah memilih untuk mengajarkannya melalui Kitab Suci, jadi marilah kita membedakannya."]
(Hippolytus, Against Noetus, ch 9)
Ini adalah kontradiksi dan penyanggahan (penyangkalan) terhadap cara pandang Roma Katolik dan Ortodoks. Meskipun Hyppolytus sepenuhnya sadar bahwa Injil pertama kali diberitakan (dikhotbahkan) secara lisan melalui para rasul bahkan sebelum buku pertama dari Perjanjian Baru ditulis, ia mengakui bahwa Kitab Suci adalah sumber otoritas satu-satunya. Hal ini juga membuktikan bahwa meskipun Hyppolytus mungkin juga mengakui bukti tradisi gereja, ia melihat bahwa tradisi akhirnya diturunkan dari Kitab Suci, karena tidak ada para rasul yang diilhamkan (diinspirasikan) yang masih hidup yang dengannya sesuatu dapat dirundingkan (dikonsultasikan).
Cyprian pada tahun 250 AD, berkata dalam Easter Controversy:
But that they who are at Rome do not observe those things in all cases which are handed down from the beginning, and vainly pretend the authority of the apostles; any one may know also from the fact, that concerning the celebration of Easter, and concerning many other sacraments of divine matters, he may see that there are some diversities among them, and that all things are not observed among them alike, which are observed at Jerusalem, just as in very many other provinces also many things are varied because of the difference of the places and names.
[Tetapi bahwa mereka yang berada di Roma tidak mematuhi hal-hal itu dalam semua kasus yang disampaikan sejak semula, dan dengan sia-sia berpura-pura menganggap dirinya memiliki otoritas para rasul; siapa pun dapat mengetahui juga dari fakta, bahwa sehubungan dengan perayaan Paskah, dan tentang sakramen ilahi lainnya, dapat melihat ada beberapa perbedaan di antara mereka, dan bahwa semua hal tidak diamati di antara mereka, yang diamati di Yerusalem, sama seperti di banyak provinsi lain juga banyak hal yang bervariasi karena perbedaan tempat dan nama.]
(Cyprian, Epistle 74,6)
Ini adalah kabar buruk bagi pihak Roma Katolik yang mengklaim otoritas kerasulan yang tidak terputus yang kembali pada abad pertama. Hingga akhir abad ke 3, hampir keseluruhan Perjanjian Baru dapat direkonstruksi dari tulisan para bapa Gereja.
**) Clement of Alexandria (180 AD)
"But those who are ready to toil in the most excellent pursuits, will not desist from the search after truth, till they get the demonstration from the Scriptures themselves."
[Tetapi mereka yang siap bekerja keras dalam pencarian yang paling baik, tidak akan berhenti dari pencarian kebenaran, sampai mereka mendapatkan demonstrasi dari Kitab Suci sendiri.]
(Clement of Alexandria, book 7, chapter 16)
"For we have, as the source of teaching, the Lord, both by the prophets, the Gospel, and the blessed apostles, "in divers’ manners and at sundry times," [Heb 1:1] leading from the beginning of knowledge to the end. He, then, who of himself believes the Scripture and voice of the Lord, which by the Lord acts to the benefiting of men, is rightly [regarded] faithful."
Karena kita memiliki, sebagai sumber pengajaran, Tuhan, baik oleh para nabi, Injil, dan para rasul yang diberkati, "dalam berbagai cara dan pada waktu yang bermacam-macam," memimpin dari awal pengetahuan hingga akhir. Maka, dia, yang dari dirinya sendiri percaya kepada Kitab Suci dan suara Tuhan, yang oleh Tuhan bertindak untuk kepentingan manusia, adalah benar-benar [dianggap] setia.
** Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. (Ibrani 1:1-2)
(Clement of Alexandria, book 7, chapter 16)
Alangkah pernyataan anti-Katolik yang indah yang diucapkan oleh Clement!
Clement tidak akan menerima berbagai doktrin, sampai dia dapat melihat bahwa itu jelas-jelas diajarkan dalam Kitab Suci. Clement menunjukkan urutan wahyu yang dimulai oleh Yesus, bergerak melalui para nabi, kemudian berhenti pada Injil yang tertulis.
Para guru palsu (aliran bidat) dengan ceroboh memegang segala sesuatu yang mereka temui untuk mendukung pengajaran mereka tanpa melalui studi (pembelajaran) yang tepat.
** Kebiasaan dan Praktek sebagai Tradisi Kerasulan Lisan **
Adalah benar bahwa Jemaat mula-mula juga berpegang kepada konsep tradisi bila merujuk kepada kebiasaan dan praktek-praktek gerejawi.
Contohnya ditemukan pada awal abad ke 2 di dalam perdebatan tentang waktu perayaan Paskah. Beberapa Gereja di Timur merayakannya pada hari yang berbeda dengan gereja-gereja di Barat, masing-masing menyatakan bahwa praktek mereka diturunkan secara langsung kepada mereka dari para rasul. Ini benar-benar mengakibatkan konflik dengan Penilik Roma yang menuntut para Penilik Timur untuk tunduk kepada praktek gereja Barat. Mereka menolak melakukannya, dengan tegas mempercayai bahwa mereka mengikuti tradisi kerasulan.
Manakah yang benar...?
Tidak mungkin untuk
menentukan yang mana, jika keduanya, adalah benar-benar berasal dari Kerasulan.
Adalah menarik, bagaimanapun, melihat bahwa satu dari para pendukung pandangan
Timur adalah Polykarpus, yang merupakan murid rasul Yohanes. Ada banyak contoh
lainnya mengenai pernyataan senada dalam sejarah Gereja. Hanya karena satu bapa
Gereja tertentu menyatakan bahwa suatu praktek tertentu tersebut adalah berasal
dari kerasulan bukan berarti bahwa itu memang sebagaimana adanya.
**) Pernyataan gereja Katolik Roma atas tradisi Kerasulan
Gereja Katolik Roma menyatakan memiliki suatu ajaran Kerasulan lisan yang terlepas dari Kitab Suci, dan yang mengikat manusia. Mereka merujuk pada pernyataan Paulus dalam 2 Tesalonika 2:15:
Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis.
Katolik Roma menegaskan bahwa, berdasarkan ajaran Paulus dalam ayat ini, ajaran Sola Scriptura adalah salah, karena ia menyampaikan ajaran-ajaran kepada penduduk Tesalonika secara lisan maupun tertulis. Namun yang menarik dalam penegasan tersebut adalah bahwa para pendukung Katolik Roma tidak pernah mendokumentasikan doktrin-doktrin khusus Paulus yang mereka katakan ada pada mereka, dan menurut mereka mengikat manusia.
Robert Sungenis adalah seorang apologis Katolik Roma - Amerika. Dia dikenal karena tulisannya yang mengkritik doktrin Protestan, Sola Fide dan Sola Scriptura. Sungenis menulis suatu buku sebagai pembelaan bagi ajaran Katolik Roma tentang tradisi yang berjudul 'Not by Scripture Alone'. Karya ini dipuji sebagai suatu sangkalan yang tepat terhadap ajaran Protestan tentang Sola Scriptura. Bukunya terdiri dari 627 halaman. Tak sekalipun dalam buku itu pengarang menjelaskan kandungan doktrinal dari apa yang dianggap sebagai Tradisi Kerasulan yang mengikat semua manusia. Kita hanya diberitahu bahwa itu ada, bahwa hanya gereja Katolik Roma memilikinya, dan bahwa kita diikat, oleh karena itu, supaya tunduk pada Kepausan yang memiliki wahyu Tuhan secara utuh dari para rasul.
Apa yang Sungenis dan pengarang Katolik Roma lainnya gagal untuk menjelaskan, adalah isi dan doktrin-doktrin yang jelas dari apa yang disebut 'Tradisi Rasuliyah'. Alasan sederhana bahwa mereka tidak melakukannya adalah karena itu tidak ada. Bila tradisi seperti itu ada dan penting mengapa Cyril dari Yerusalem tidak menyinggungnya dalam Catechetical Lectures...?
Satu-satunya wahyu khusus yang manusia miliki sekarang dari Tuhan yang disampaikan kepada para rasul adalah Tradisi Tertulis (Kitab Suci). Ini adalah keyakinan dan praktek Jemaat mula-mula. Prinsip ini dianut oleh Jemat Kristen Protestan Arus Utama. Mereka mencoba untuk mengembalikan itu kepada Gereja setelah merusak doktrin yang benar melalui pintu tradisi.
Ajaran tentang suatu bagian yang terpisah dari wahyu kerasulan yang dikenal sebagai Tradisi Lisan dan sifatnya berkembang, tidak pernah dilakukan oleh Gereja Kristen melainkan pertama kali dilakukan oleh ajaran Gnostik. Ini adalah usaha kaum Gnostik untuk mendukung kekuasaan mereka dengan memaksakan bahwa Kitab Suci tidaklah cukup. Mereka menyatakan memiliki wahyu rasuliyah yang utuh karena mereka tidak hanya memiliki wahyu yang tertulis mengenai kerasulan dalam Kitab Suci tapi juga tradisi lisannya, dan juga, kunci untuk menafsirkan dan memahami wahyu tersebut.
Sebagaimana para bapa Gereja awal membantah ajaran tersebut dan menegaskan dengan suatu kepercayaan terbatas terhadap dan seruan kepada Tradisi Tertulis (Kitab Suci), maka kita juga harus.
**) Tradisi Tertulis Dalam Perjanjian Lama
TUHAN berfirman kepada Musa: "Naiklah menghadap Aku, ke atas gunung, dan tinggallah di sana, maka Aku akan memberikan kepadamu loh batu, yakni hukum dan perintah, yang telah Kutuliskan untuk diajarkan kepada mereka." (Keluaran 24:12)
Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung. (Yosua 1:8)
Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, dan dengan tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuan-Nya, seperti yang tertulis dalam hukum Musa, supaya engkau beruntung dalam segala yang kaulakukan dan dalam segala yang kautuju. (1 Raja Raja 2:3)
Pergilah, mintalah petunjuk TUHAN bagiku, bagi yang masih tinggal di Israel dan di Yehuda tentang perkataan kitab yang ditemukan ini, sebab hebat kehangatan murka TUHAN yang dicurahkan kepada kita, oleh karena nenek moyang kita tidak memelihara firman TUHAN dengan berbuat tepat seperti yang tertulis dalam kitab ini! (2 Tawarikh 34:21)
**) Lukas tentang Tradisi Tertulis
Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman.
Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar.
Lukas 1:1-4
**) Rasul Yohanes tentang Tradisi Tertulis
Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup--itulah yang kami tuliskan kepada kamu.
Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami.
Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.
Dan semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna.
1 Yohanes 1:1-4
**) Rasul Petrus tentang melawan ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan Kitab Suci
Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya. (2 Petrus 1:16)
Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan ceritera-ceritera isapan jempol mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda. (2 Petrus 2:3)
**) Rasul Paulus tentang melawan ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan Kitab Suci
Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng. (2 Timotius 4:3-4)
Tuhan Yesus memberkati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar