Tuduhan Terhadap Alkitab dari rekan Islam
Alkitab Kristen itu sudah dipalsukan baik Perjanjian Lama, maupun Perjanjian Baru. Pemalsu itu adalah Paulus alias Saulus dari Tarsus dengan tujuan menjadikan Yesus Kristus sebagai TUHAN. Lagian kenapa ada kitab suci selalu diedit dari edisi satu ke edisi yang lain selalu ada perubahan. Belum lagi ada kontradiksi antar ayat di dalamnya ....
Tuduhan di atas sangat jelas menunjukkan bahwa yang melontarkannya adalah orang yang tidak memiliki pengetahuan apapun tentang Alkitab.
Jadi mari Kita doakan
dulu supaya dia diampuni, karena dia tidak tahu apa yang diperbuatnya.
Mari Kita bahas tentang Perjanjian Lama terlebih dahulu. Perjanjian Lama di
dalam Alkitab adalah kitab Tanakh Yahudi. Isinya sama persis hanya saja urutan
kitab di dalamnya berbeda. Kitab ini sudah kanon (tertutup) dan sudah tidak
bisa ditambah dan dikurangi sejak 1 abad sebelum kedatangan Yesus Kristus.
Walaupun TUHAN tidak pernah mengatakan akan menjaga Tanakh Yahudi namun dari
Alkitab bisa Kita lihat bahwa setiap pemalsu mendapatkan hukuman. Selain itu
Yesus Kristus yang lahir sekitar 1 abad setelah kitab ini kanon pun tidak
pernah mengoreksi Tanakh dan mengatakan ada yang sudah dipalsukan.
Jadi Tanakh yang orisinil yang digunakan oleh Yesus itu sama dengan yang Kita gunakan saat ini. Keaslian Tanakh alias Perjanjian Lama tidak perlu diperdebatkan lagi.
Yang menjadi masalah dari Tanakh khususnya bagi umat Islam adalah terdapat begitu banyak pertentangan antar ayat. Benarkah demikian?
Atau mereka saja yang tidak paham?
Sekarang Kita akan membahas sejarah Perjanjian baru terhadap sejarah Al Quran.
** Mari Kita Bandingkan **
** Perjanjian Baru ditulis oleh lebih dari satu orang dan setiap isinya saling mendukung **
Perjanjian Baru adalah kumpulan kitab yang ditulis oleh banyak orang. Kitab-kitabnya dituliskan dari masa berbeda, tempat berbeda, dan budaya berbeda, namun isinya begitu terkait satu sama lainnya. Ayat-ayat yang ada dalam suatu kitab mempunyai padanan pada kitab lainnya, dan membawa bobot theologis yang serasi. Memang banyak tuduhan bahwa banyak kontradiksi antar ayat di dalamnya, namun sepanjang pengalaman saya berdiskusi di berbagai forum, belum satupun yang tidak bisa dijawab dan semua itu karena pertolongan Roh Kudus.
Memang Firman TUHAN yang hidup harus tahan uji.
** Alquran diterima oleh satu orang saja tapi masih tetap kontradiksi **
Kitab ini diterima oleh satu orang saja yaitu Muhammad, yang mengherankan adalah walaupun diterima oleh satu orang, masih saja ada kontradiksi di dalamnya.
** Ada lebih dari satu saksi mata ketika Yesus menyampaikan Firman-Nya. **
Para penulis kitab Perjanjian Baru kecuali Paulus dan Lukas adalah orang-orang disekitar Yesus Kristus, dan terlibat langsung di dalam pekerjaan Yesus Kristus. Semua tulisan yang mereka bukukan adalah pengalaman mereka secara pribadi dengan Yesus Kristus. Puluhan ribu orang menjadi saksi dari kisah-kisah mereka di tanah Israel. Bahkan Lukas yang adalah perwakilan dari kaum non-Yahudi, dengan berbekal investigasi pribadinya atas orang-orang di tanah Yudea dan dengan tuntunan Roh Kudus, mampu menuliskan kitab yang sangat detil dan membuktikan kebenaran pengajaran para rasul.
Kitab Lukas yang dianggap
sebagai kelemahan Perjanjian Baru justru memegang peranan penting.
Bagaimana seseorang yang bukan saksi mata dapat menulis sebuah kitab dari hasil
investigasinya terhadap masyarakat umum dan para murid menghasilkan buku yang
serupa dengan injil para rasul?
Itu adalah bukti bahwa kisah yang dituliskan para rasul di dalam injilnya adalah benar dan mempunyai banyak saksi mata.
** Tidak ada yang menjadi saksi mata ketika Muhammad menerima wahyu dari Allah swt melalui Jibril **
Al-Quran katanya diterima oleh Muhammad melalui perantara Jibril. Apakah ada saksi mata saat-saat Muhammad menerima Firman itu?
Sama sekali tidak ada. Jika tidak ada saksi mata; maka itu sama saja dengan pengakuan sepihak dari Muhammad. Yang aneh adalah semuanya percaya?
** Perjanjian Baru Dengan Jelas Menunjukan Penggenapan Dalam Perjanjian Lama**
Perjanjian lama bercerita tentang hukum dan rencana penebusan TUHAN. Hukum TUHAN ini baru akan diampuni jika mendapatkan korban penebus salah. Di dalam kitab Yesaya, sudah dinubuatkan akan datangnya seorang manusia yang akan menjadi korban penebus salah untuk menggantikan manusia sekali untuk selamanya, sehingga kuasa hukuman atas dosa ditimpakan atasnya (Yesaya 53:10).
Yesaya dan Mikha dengan jelas menunjukkan bahwa penebus itu adalah TUHAN sendiri; dan melalui banyak nubuatan sudah tergambarkan bagaimana rencana kematian akan korban penebus salah ini akan terjadi.
**) Nubuatan dalam Perjanjian Lama
Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku. (Mazmur 22:19)
**) Penggenapan dalam Perjanjian Baru.
Sesudah menyalibkan Dia mereka membagi-bagi pakaian-Nya dengan membuang undi. (Matius 27:35)
Masih banyak lagi contoh kasus penggenapan nubuatan di dalam Perjanjian Baru. Jadi benar-benar nyata bahwa semua perjanjian sudah digenapi di dalam Perjanjian Baru dan manusia tinggal menunggu penggenapan akhir zaman.
** Alquran HANYA Mengklaim Dirinya Sebagai Penyempurna Kitab Sebelumnya **
Al Qur'an selalu dibahasakan oleh penganutnya sebagai kitab yang memperbaiki kesalahan Taurat dan Injil. Coba tanyakan ke mereka untuk menunjukkan yang mana yang mereka sebut sebagai perbaikan itu. Bahkan perselisihan yang paling besar yang menjadi sengketa awal mula pun tidak terselesaikan oleh Qur'an.
Misalnya:
Kristen percaya Ishak
yang akan dikorbankan, tapi Islam membantah dan mengatakan Ismail yang
dikorbankan. Tapi apakah ada ayat yang menunjukkan bahwa Ismail yang akan
disembelih?
Tidak ada sama sekali.
Yang ada malah MAIN LONCAT KODOK yang akhirnya karena tidak bisa membuktikan bahwa Ismael yang dikurbankan lantas Islam MENGATAKAN Alkitab SUDAH DIPALSUKAN.
Katanya untuk memperbaiki
kesalahan, khoq masalah yang paling mendasar saja tidak dituliskan di dalam
Qur'an. Kalau anda membuka Qur'an yang ada terjemahannya, anda akan melihat
bahwa ada nama Ismail di situ. Hanya saja nama itu ditaruh di dalam kurung
karena dalam bahasa arabnya sama sekali nama itu tidak ada. Nama Ismail di
dalam kurung hanyalah tambahan penterjemah.
Jadi mana yang diperbaiki?
Entahlah. Bagi saya
Qur'an sama sekali tidak terlihat sebagai kitab yang lebih baik.
Satu-satunya sumber klaim untuk nama Ismail bagi umat Islam adalah hadits yang
benar-benar tidak ada unsur Ilahi-nya. Sebuah buku yang katanya adalah kumpulan
perkataan nabi, tapi itupun hanya kata mereka, alias klaim sepihak dari pihak
"penerbit" buku. Selain itu yang menentukan bahwa narasumbernya dapat
dipercaya atau tidak adalah mereka sendiri. Ternyata penyempurnaan dan
perbaikan atas kitab terdahulu (Taurat dan Injil) tidak mampu dilakukan dengan
sempurna oleh Allah melalui Al Quran-nya sehingga orang-orang Arab perlu turun
tangan melaunching hadits? Begitukah?
Jika Kita mempermasalahkan hadits, maka pembelaan yang biasanya akan muncul adalah "itu karena Muhammad tidak ingin perkataannya tercampur dengan firman TUHAN". Pembelaan lain adalah "Hadits adalah menggunakan sistem perawi yang menjadi kebanggaan bangsa Arab akan kemampuan menghafal mereka", Oh ya?
Mungkin ada rekan Islam yang bisa menunjukkan karya sastra Arab selain hadits yang juga menggunakan sistem hadits, jika bisa yang syairnya sebelum masa Muhammad. Jika tidak bisa berarti adalah sebuah isapan jempol semata bahwa itu adalah tradisi di Arab pada masa itu. Tradisi kok hasilnya cuma satu itu saja. Jika benar itu adalah tradisi berarti ada bertumpuk-tumpuk karya yang menggunakan sistem perawi dan bukan hanya hadits.
** Metode Penyampaian Firman Tuhan dari Kejadian Sampai Wahyu Tidak Berubah **
Siapapun bisa melihat bahwa Alkitab mempunyai urutan kisah yang sangat baik. Ada narasi yang menjelaskan situasi dan keandaan dari setiap kejadian. Kisah hidup semua tokoh dari Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru begitu runut. Ada kesamaan pengisahan dari setiap kitab, dan setiap kitab mempunyai ayat padanan ke semua kitab di dalam Alkitab.
Bagaimana semua itu bisa terjadi padahal masing-masing kitab mempunyai penulis yang berbeda-beda?
Kitab Mazmur sendiri menjadi representasi yang sangat baik dari Pentateukh padahal raja Daud dan penulis lainnya bukanlah seorang Teologia atau ahli agama.
Semua itu menunjukkan bahwa semua penulisan diinspirasikan oleh pribadi yang sama yaitu Roh TUHAN. Salah satu bukti bahwa Roh TUHAN bekerja dalam penulisan kitab-kitab bisa Kita lihat dari pernyataan Yesus Kristus berikut:
Kata-Nya kepada mereka: "Jika demikian, bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut Dia Tuannya, ketika ia berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai musuh-musuh-Mu Kutaruh di bawah kaki-Mu. (Matius 22:43-44)
Jadi setiap tulisan yang ada di dalam Alkitab sepenuhnya ada pimpinan Roh padanya.
** Quran Muncul Dengan Gaya Yang Berbeda **
Qur'an yang katanya
adalah penyempurnaan, bagi saya terlihat jauh daripada itu. Ada banyak perkara
tidak jelas dan lengkap penuturannya di dalam Qur'an. Bahkan untuk membahas
sunat yang adalah ajaran agama Ibrahim umat Islam selalu mengutip kitab
kejadian.
Kenapa?
Apa di Qur'an tidak ada?
Kenapa Qur'an dikatakan sempurna jika butuh bantuan Alkitab dan Hadits?
Kristen bisa survive
dan menjawab semua pertanyaan dengan Alkitab di tangan.
Tapi jika Kita menjawab seperti ini saudara-saudara di Islam akan berkata: "Memang
kami juga mengimani keberadaan Taurat dan Injil." Jawaban ini jelas
memperlihatkan mereka ada di sisi yang dilematis. Di satu sisi mengatakan
Alkitab sudah korup, tapi di sisi lain kerap kali terpaksa mengutip Alkitab;
padahal mereka tidak tahu pasti ayat-ayat mana saja yang dikatakan korup
tersebut.
Qur'an pun benar-benar tidak mempunyai urutan cerita yang baik. Berbeda dengan kitab-kitab pendahulunya yang sangat runut. Apakah Firman Tuhan kehilangan gayanya?
Ataukah ini adalah firman yang bersumber dari tuhan yang berbeda yang mencoba mengklaim kelanjutan dari sejarah panjang TUHAN di Israel?
Entahlah.
** Dari Masa Para Rasul Hingga Masa Penyalinan, Perjanjian Baru Terdokumentasikan Dengan Tulisan **
Setelah para rasul memutuskan untuk menuliskan semua "Kabar Baik" Kerajaan TUHAN; tulisan para rasul dipergunakan untuk memberitakan Injil ke beberapa jemaat. Setelah penginjilan meluas; mulailah bermunculan salinan-salinan dari kitab para rasul tersebut. Salinan-salinan inilah yang pada akhirnya akan memasuki tahap pembukuan menjadi Perjanjian Baru.
** Dari Masa Muhammad Hingga Penyalinan, Quran LEBIH MENGANDALKAN Hafalan Dibandingkan Tulisan **
Berbeda dengan sejarah Alkitab; Quran tidak terdokumentasikan dengan baik. Katanya Qur'an ini disimpan dengan metode penghafalan. Ada begitu banyak penghafal kala itu. Hafalan ini pun katanya diperiksa sendiri secara periodik oleh Muhammad.
Sebuah kitab penyempurna kitab sebelumnya diperlakukan seperti ini?
Tidak didokumentasikan dengan baik dan mengandalkan ingatan manusia?
Sebaik apapun ingatan manusia; manusia adalah tempatnya segala salah. Pembukuan tetaplah jalan terbaik untuk menjamin keutuhan Firman Tuhan.
Tapi jika saya berkata seperti ini, mereka akan mengklaim bahwa hadits mengatakan Qur'an itu pernah ditulis sewaktu nabi mereka masih hidup. Ayat-ayat Qur'an ditulis pada batu, kulit, pelepah daun dan berbagai media lainnya. Bagi saya ini adalah pembelaan yang walaupun benar tetap saja tidak penting.
Apa gunanya ayat-ayat itu disalin?
Nyatanya sewaktu banyak penghafal tewas di peperangan mereka panik dan merasa perlu untuk melakukan pembukuan sebelum semua penghafal tewas.
Jika memang semua ayat
dituliskan, maka tidak perlu sepanik itu. Biarpun semua penghafal tewas sudah
tidak akan ada masalah lagi. Jadi kepanikan saat itu menjadi pertanda terang
benderang bahwa dokumentasi secara tulisan pada masa nabi masih hidup sangatlah
buruk dan tidak dapat diandalkan. Jadi mungkin sebaiknya saudara-saudara di
Islam berhenti mengandalkan fakta bahwa ayat-ayat ini pernah disalin, karena
salinan itu sama sekali tidak lengkap dan tidak membantu.
Jadi tinggal satu yang menjadi andalan dokumentasi Quran yaitu kemampuan
menghafal bangsa Arab.
Benarkah kemampuan bangsa Arab sehebat itu?
Ah tidak juga, nyatanya seluruh dunia bisa kok bermunculan penghafal Qur'an. Tapi jangan senang dulu dan berkata itu adalah mukjizat Quran. Qur'an bisa dihafalkan karena memang cara pelafalannya memungkinkan itu. Ayat-ayat Qur'an dilafalkan dengan menggunakan nada. Otak manusia bisa lebih mudah menghafal sesuatu yang dilagukan daripada yang tidak.
Ayat-ayat di Qur'an hanya 6000an dan setiap ayat cukup pendek. Di dunia ini banyak orang yang bisa menyanyikan sampai 10.000 lagu, yang mana lagu itu dalam bahasa asing dan setiap lagu cukuplah panjang. Manusia bisa melafalkan ini hanya dengan berkali-kali mendengar dan just for fun. Apalagi jika harus menghafal sesuatu dengan reward pahala sebagai jalan menuju surga, tentu bisa lebih serius lagi.
Coba ke 10.000 lagu itu syairnya saja yang ditulis pada kertas dan dicampur aduk, sampai mati juga tidak akan pernah terhafal. Jadi faktor nada itulah yang membuat Qur'an bisa dihafal dalam 5 sampai 10 tahun. Sama sekali bukan mukjizat, memang demikianlah kerja otak manusia. Coba semua huruf Arab di Qur'an itu bunyinya dituliskan dalam huruf latin, dan diberikan kepada seseorang yang belum pernah mendalami Qur'an sebagai teks biasa. Suruh dia menghafal dengan nada membaca biasa, sampai uzur juga tidak akan selesai; karena bukan begitu cara kerja otak manusia.
Kembali ke masalah hafalan. banyak umat Islam yang percaya bahwa hafalan orang Arab tidak bercela dan sempurna. Benarkah?
Apakah saudara-saudara di Islam tahu ada 4 orang yang ditunjuk oleh Muhammad untuk mengajarkan Qur'an karena Muhammad menyukai pelafalan mereka?
Muaz belajar ilmu Islam langsung dari nabi dan kemudian ia sangat menguasainya. Karena kepintarannya dalam penguasaan Islam dan al-Quran, sampai-sampai nabi mengatakan, "Ambillah bacaan Al-Qur’an dari empat orang, yaitu: Abdullah Ibnu Mas’ud, Salim, Mu’az bin Jabal dan Ubai bin Ka’ad" (Hadits 4615 Shahih Bukhari)
Jadi ada 4 orang yang ditunjuk Muhammad untuk mengajarkan Qur'an.
Dari keempat orang ini ada dua yang menuliskan mushaf, yaitu Abdullah dan Ubai. Ternyata sejarah mencatat Mushaf Ubai pun tidak mampu meredam pertentangan bacaan di bangsa Arab. Orang yang paling direkomendasikan Muhammad ternyata hafalannya dan lafalannya diabaikan?
Mushaf Ubai termasuk Mushaf yang dibakar manakala Utsman mengeluarkan Mushafnya sendiri. Sedangkan Abdullah yang masih hidup pada masa peembuatan mushaf Utsman sama sekali tidak dilibatkan oleh Utsman?
Tanya Kenapa?
Fatalnya lagi Abdullah dengan tegas menolak isi mushaf Utsman. Orang yang paling direkomendasikan Muhammad ini berkata bahwa jika dia menerima mushaf Utsman, maka itu sama saja dia mengabaikan apa yang diterimanya dari mulut nabi, nach loch?
Berikut kutipannya:
"Bagaimana mungkin kau
memerintahkanku untuk mengaji tulisan Zaid, sedangkan aku bisa mengaji sekitar 70
surat yang langsung berasal dari mulut nabi?" "Apakah aku," pinta Abdullah, "harus mengabaikan apa yang kudapat langsung dari mulut sang nabi?"
(Masahif by Ibn abi Daud, 824-897 AD, pp. 12, 14).
Ada dua pembelaan Islam untuk kasus ini:
- Katanya Abdullah belakangan menyesal dan akhirnya menggunakan kitab Utsman. Benarkah? Faktanya dia menyingkir ke Kufa Irak dan menyelesaikan mushafnya yang dikenal sebagai naskah Kufan. Cerita perdamaian merekapun tidak ada di literatur manapun pada masa hadits. Cerita itu baru muncul pada sebuah kitab tahun 1500-an. Bukankah itu sebuah hal yang aneh? Sebuah konfirmasi baru muncul setelah 800 tahun Abdullah mati, ke mana saja selama ini?
- Utsman dikatakan sudah berdamai dengan Abdullah karena katanya Utsman ikut menyembayangi jenazah Abdullah. Ini sama sekali tidak jadi jaminan. Di negara Kita ini musuh politik pun kalau ada lawan politik meninggal ikut kok menyembayangi, biasalah itu. Jadi jika orang-orang yang hafalan dan lafalannya diakui oleh Muhammad; bahkan direkomendasikan oleh Muhammad; ternyata diabaikan; ditolak; bahkan mushafnya dibakar oleh Utsman; saya mau nanya "masih yakin dengan kualitas hafalan orang arab". Bangsa yang kualitas hafalannya bagus, kenapa begitu dimushafkan hasilnya adalah kekacauan yach? Tanya kenapa?
** Alkitab Bekerja Dibanyak Bangsa dan Bahasa Tanpa Masalah **
Sudah bukan rahasia lagi Kekristenan dibangun di daerah multi bahasa, mulai dari latin, Aram, Arab, Ibrani, namun sama sekali tidak ada masalah. Para rasul berbicara di dalam bahasa lidah dan semua orang paham dalam bahasanya masing-masing. Itulah kuasa Roh Kudus.
Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri. Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: "Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita: kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah." Mereka semuanya tercengang-cengang dan sangat termangu-mangu sambil berkata seorang kepada yang lain: "Apakah artinya ini?" (Kisah Para Rasul 2:6-12)
Saat ini Alkitab dibaca di seluruh dunia dalam bahasa yang berbeda-beda. Apakah ada perbedaan pemahaman antara Kristen di Israel, di Amerika, dan di Indonesia?
Sama sekali tidak ada, begitulah seharusnya Firman TUHAN, universal dan bisa dipahami setiap lidah.
** Quran Baru Berbeda Dialek Saja Sudah Kacau **
Sejarah mencatat bahwa di awal beredarnya ajara Islam ada banyak mushaf yang menimbulkan perselisihan. Perselisihan itu begitu keras sampai satu sama lain saling mengatakan kafir. Semua itu bisa terjadi karena masalah dialek saja?
Apakah TUHAN salah menurunkan kitab ke bangsa Arab?
Hanya karena masalah dialek saja tidak satupun Qur'an yang otentik yang bertahan?
Baik itu yang ditulis semasa Muhammad hidup, maupun yang dikumpulkan Abu Bakar, plus mushaf karya dua orang yang direkomendasikan Muhammad semuanya dibakar?
Dalam sebuah diskusi, Saya pernah bertanya kepada seorang muslim, "Mengapa tidak diterjemahkan?" Luar biasanya dia mengutip Qur'an untuk menjawab pertanyaan ini. Dia menjawab: "Apakah patut Al Quran dalam bahasa asing sedang rasul adalah orang Arab?" Jawab saya "Kenapa Tidak?" Muhammad memang orang Arab, tapi TUHAN bukanlah orang Arab. Sewaktu TUHAN berbicara ke bangsa Israel dia menggunakan bahasa Israel, kepada bangsa Yunani dengan bahasa Yunani, jika benar TUHAN yang sama pergi kepada Muhammad, maka dia pun akan memakai bahasa Arab. Kenapa tiba-tiba Allah di Quran mengatakan manusia cuma boleh memakai bahasa Arab?
Dari sini jelas sudah bahwa TUHAN di dalam Yahudi dan Kristen adalah Tuhan Universal yang berbeda dengan Allah yang cuma menyukai bahasa Arab saja.
** Alkitab MENGATASI Perbedaan TANPA MEMBAKAR Salinan Yang Memiliki Perbedaan **
Dalam masa kanonisasi semua jemaat mempunyai salinan kitab, dan sangat mungkin terdapat variasi antara salinan yang satu dan yang lainnya. Tugas Gereja untuk memilah mana dokumen yang mempunyai otoritas, dan berdasar sejarah Gereja berasal dari pengajaran para rasul. Tentu ada begitu banyak salinan dan sangat mungkin ada yang palsu.
Untuk memilah mana salinan yang tepat membutuhkan waktu yang sangat panjang. Kenapa?
Karena harus ada penyelidikan. Suatu kitab harus diselidiki bobot pengajarannya, karakter tulisannya, tingkat kebenaran fakta di dalamnya dan masih banyak serangkaian tes lainnya. Semakin dikenal suatu kitab di berbagai jemaat, maka semakin mudah kitab itu lulus.
Semakin sedikit jemaat yang mengenali suatu kitab maka semakin sulit nasibnya. Semakin mendekati suatu salinan ke inti iman Kristen, maka akan semudah lulusnya dan demikian pula sebaliknya. Dari penelitian yang sangat panjang barulah ditemukan kanon yang benar-benar dianggap memadai untuk pengajaran iman Kristen. Jadi gereja tidak memusnahkan kitab-kitab yang lain. Salinan yang begitu banyak pun tetap saja di simpan untuk penelitian di masa yang akan datang. Gereja hanya mengumumkan bahwa sumber pengajaran yang benar harus berasal dari Gereja. Itu saja dan terbukti Gereja terus berkembang sampai sekarang.
** Alquran MENGATASI Perbedaan DENGAN MEMBAKAR Salinan Yang Ada Perbedaan Didalamnya **
Pada masa kepemimpinan Utsman terjadi perpecahan di dalam maSayaarakat Islam, karena ada beberapa mushaf yang beredar. Oleh karena itu Utsman berpikir untuk menyalin mushaf Abu Bakar yang dipegang Hafsah. Setelah Mushafnya selesai Utsman memutuskan untuk membakar mushaf yang lain. Bahkan mushaf yang dibuat oleh orang-orang yang direkomendasikan oleh Muhammad sendiri untuk mengajarkan Quran turut dibakar.
Mengapa dialek bisa membuat perbedaan pemahaman yang sedemikian parahnya?
Mengapa Utsman dengan sengaja tidak melibatkan orang-orang yang direkomendasikan Muhammad?
Bahkan Abdullah orang yang paling dipercaya Muhammad untuk mengajarkan Qur'an mengatakan jika menerima mushaf Utsman itu berarti dia harus mengabaikan yang diterimanya langsung dari mulut Muhammad. Ada apa ini?
Mengapa Mushaf yang lain dibakar?
Jika benar Utsman hanya
menyalin dari Mushaf Abu Bakar berarti tidak ada yang berbeda.
Kenapa dibakar juga?
Kenapa Utsman berani membakar?
Siapa yang memberikan otoritas itu?
Sebelumnya alasan Utsman melakukan stadarisasi agar pembacaan sesuai dengan dialek Quraish. Ini sangatlah aneh, karena mushaf Abu Bakar yang dikembalikan ke Hafsah pun dibakar setelah Hafsah meninggal.
Bukankah penulis mushaf Utsman dan mushaf Abu Bakar adalah orang yang sama?
Dia adalah Zaid bin Tsabit yang adalah penulis pada masa Muhammad. Dengan demikian tulisan Zaid bin Tsabit ini lulus sensor Muhammad. Seharusnya itu pula yang dituliskannya pada mushaf Abu Bakar. Jadi tidak ada lagi alasan bahwa ada perubahan pada mushaf Utsman karena penulisnya orang yang sama.
Logikanya Zaid harus
menuliskan sesuatu yang sudah mendapat persetujuan Muhammad semasa hidupnya;
alias tinggal mengulangi saja yang dilakukannya di hadapan Muhammad.
Ada dua TITIK DILEMA di sini:
- JIKA PADA MUSHAF UTSMAN TERJADI PERUBAHAN, maka apabila umat Islam menyetujui itu, berarti umat Islam menyetujui bahwa pemahaman Utsman lebih baik daripada Muhammad, karena Utsman melakukan revisi atas sesuatu yang sudah diterima Muhammad.
- JIKA PADA MUSHAF UTSMAN TIDAK TERJADI PERUBAHAN, maka umat Islam harus memahami bahwa UTSMAN membakar mushaf yang tidak ada kesalahan di dalamnya, alias UTSMAN adalah pelaku pembakaran Qur'an yang pertama di muka bumi
Tidak ada opsi lain diluar itu!!!
Pembelaan yang terbaik
yang bisa dilakukan umat Islam sejauh ini adalah dengan mengutip hadits di mana
ada banyak orang yang melihat pemusnahan dan semuanya terlihat bahagia saja.
Apa jika semua orang terlihat bahagia berarti yang dilakukan adalah benar?
Utsman adalah Muslim dan mengapa seorang Muslim bisa begitu senang melihat Qur'an dibakar?
Bahkan Mushaf yang ditulis Ubai orang yang direkomendasikan Muhammad untuk mengajarkan Qur'an ikut dibakar?
Apa semua sudah lupa kekacauan yang ditimbulkan selisih dialek tersebut?
Jangan-jangan kebahagiaan di sekitar lokasi pembakaran adalah tawa kemenangan politik Utsman dan geng-nya. Pada saat saya menjawab seperti itu, maka rekan dari umat Islam pun menjawab, "Itu mustahil, jika dia memalsukan Qur'an maka pasti akan ada kekacauan lagi pula mereka masih termasuk orang-orang terdekat nabi!"
Benarkah?
Kenapa harus ada kekacauan?
Bukankah sebelumnya memang sudah kacau. Jika harus ada kekacauan, maka saat mushaf disita untuk dibakar seharusnya kekacauan itu terjadi. Ingat! Mereka sampai tega menyerang orang lain karena merasa Mushaf-nya paling benar, apakah mereka akan sukarela menyerahkan mushaf itu untuk dibakar?
Tentu tidak. Kemungkinan yang terjadi adalah Utsman bertindak pintar dan menyatakan telah terjadi kesalahan, seharusnya Quran dibaca dalam dialek Quraish. Jadi dengan demikian masyarakat memandang mushaf yang beredar adalah "produk salah prosedur", Utsman melakukan pembukuan ulang selama beberapa tahun sebelum akhirnya merilis mushafnya.
Masyarakat sangat mungkin memandang hasil kerja Utsman sudah benar dari sisi dialek Quraish. Utsman pun pintar dan menggunakan wewenangnya sebagai pemimpin untuk memusnahkan mushaf lainnya. Alasannya sederhana, mencegah kekacauan terjadi lagi di kemudian hari. Tapi kenapa mushaf yang lebih orisinil dan otentik punya Abu Bakar juga lenyap, yach?
Abdullah bin Mas'ud orang yang direkomendasikan Muhammad jelas-jelas menolak mushaf Utsman. Tindakan Utsman yang dengan sengaja tidak melibatkan Abdullah dan membakar salinan yang lebih otentik dari punyanya serta memanfaatkan jabatannya untuk memusnahkan salinan yang lain seharusnya menjadi tanda tanya besar di kepala umat Islam?
Siapa sech si Utsman ini?
Kenapa dia berani bertindak demikian jauh?
Otoritas apa yang dimilikinya untuk menentukan kebenaran Qur'an. Kenapa tidak sekalian dia saja yang diangkat sebagai nabi oleh Allah. Apa Allah salah memilih Muhammad?
Kenapa Utsman bisa menghasilkan mushaf Qur'an yang lebih baik dan tidak menimbulkan kekacauan sedangkan salinan Qur'an yang direstui Muhammad semuanya lenyap tak bersisa. Jadi apakah Qur'an yang beredar saat ini mukjizat terbesar Muhammad atau mukjizat terbesar Utsman?
Ada umat Islam menjawab saya: "Allah swt sendiri yang berjanji akan melindungi Qur'an, makanya dia yakin Qur'an tidak berubah" Jawab saya sederhana "Berhubung saya tidak percaya sejarah Qur'an, maka saya juga meragukan keberadaan ayat itu". Tidak ada bukti bahwa Utsman adalah sahabat Muhammad selain pengakuan dari hadits yang diterbitkan oleh kalangan mereka juga. Jadi motif dari Utsman masih dapat dipertanyakan. Berbeda dengan para pendiri Gereja yang memang oleh lawannya di masyarakat Yahudi diakui sebagai orang-orang yang mencintai Yesus. Ini bahkan dicatat dalam buku sejarah Yahudi.
Kutipan sejarah Antiquities Yahudi buku 18 pasal 3 ayat 3
Now there was about this
time Jesus, a wise man, if it be lawful to call him a man; for he was a doer of
wonderful works, a teacher of such men as receive the truth with pleasure. He
drew over to him both many of the Jews and many of the Gentiles. He was [the]
Christ. And when Pilate, at the suggestion of the principal men amongst us, had
condemned him to the cross,[9] those that loved him at the first did not
forsake him; for he appeared to them alive again the third day;[10] as the
divine prophets had foretold these and ten thousand other wonderful things
concerning him. And the tribe of Christians, so named from him, are not extinct
at this day.
Sumber:
httapi://en.wikisource.org/wiki/The_Antiquities_of_the_Jews/Book_XVIII3
Ini sudah panjang sekali. Sekarang saya mau membahas masalah terakhir. Kenapa Alkitab bisa diedit dan setiap edisi bisa terjadi perubahan?
Perlu anda ketahui yang
ada di rumah-rumah itu bukan Alkitab, melainkan terjemahan Alkitab. Alkitab
dalam bahasa asli tidak pernah berubah. Setiap edisi yang terjadi perubahan
adalah revisi terjemahan. Bila diadakan studi dan ditemukan bahwa ada
terjemahan yang sebenarnya kurang tepat, maka itu wajib diperbaiki. Tapi
perbaikan itu sendiri tidak boleh asal mengarang saja, makna kata yang baru
tetaplah harus merupakan makna yang benar dari kata terjemahan.
Sebagai contoh Yesaya 40:22 dalam bahasa Inggris dituliskan:
It is he that sitteth upon the circle of the earth, and the inhabitants thereof are as grasshoppers; that stretcheth out the heavens as a curtain, and spreadeth them out as a tent to dwell in:
הַיֹּשֵׁב֙ עַל־ ח֣וּג הָאָ֔רֶץ וְיֹשְׁבֶ֖יהָ כַּחֲגָבִ֑ים הַנֹּוטֶ֤ה כַדֹּק֙ שָׁמַ֔יִם וַיִּמְתָּחֵ֥ם כָּאֹ֖הֶל לָשָֽׁבֶת׃
Perhatikan kata Circle,
bukankah itu berarti bangun datar dan bukan bangun ruang seperti bola?
Oleh karena kita sudah tahu bahwa bumi itu bukan lingkaran melainkan bulatan.
Oleh karena itu dalam terjemahan bahasa Indonesia diubah menjadi....
Dia yang bertakhta di atas bulatan bumi yang penduduknya seperti belalang; Dia yang membentangkan langit seperti kain dan memasangnya seperti kemah kediaman!
Apakah ini berarti kita mengubah Firman TUHAN?
Sama sekali tidak.
Kata Ibrani untuk circle atau bulatan adalah chug alias חוּג
Apa arti kata itu sebenarnya?
- Circle
- Class
- Ring
- Horizon
- Sphere
- Party
- Orb
- Tropic
- Boundary
Jadi bisa anda lihat sendiri walaupun makna dasarnya adalah circle alias lingkaran, arti kata chug bisa mengacu kepada sphere atau orb yang berarti bola.
Jadi penggunaan kata bulatan bukanlah sesuatu yang salah. Itu sah-sah saja.
Kesalahan justru terjadi pada saat King James memilih menggunakan circle menurut pemahamannya pada masa itu. Jadi perubahan memang bisa terjadi pada versi terjemahan, dan manusia wajib memperbaiki jika mengetahui ada yang salah pada terjemahannya. Jadi yang berubah cuma versi terjemahannya saja karena alasan perbaikan. Alkitab yang dalam bahasa asli tidak pernah diubah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar