02 Februari 2013

Pohon Natal dan Kekristenan

Diberbagai web Kristen terutama kelompok-kelompok polemikus yg sudah 'anti dengan' spirit Christmas, mereka memperluas rasa 'anti'nya kepada perayaan Natal 25 Desember dimana salah satunya adalah tentang pohon Natal.

Saya pribadi tidak bisa memahami entah apa yg ada dibenak denominasi anti Natal ini sehingga segala sesuatunya dalam perayaan ibadat Kristen selalu mereka hubungkan dengan paganisme.

Kali ini, Saya akan membahas sedikit tentang pohon Natal dan kaitannya dengan Kekristenan.

** Sejarah Pohon Natal **

Sejarah pohon Natal bukan dari kebiasaan memasang pohon di tempat tinggal mereka untuk mengusir ‘bad spirit’ (roh jahat) dan untuk simbol agar musim semi cepat tiba. Sejarah pohon Natal berasal dari perlengkapan panggung drama 'Firdaus' (Paradise Play) pada abad 11 Masehi yang sangat populer di Jerman.

Awalnya drama 'Firdaus' hanya dipentaskan di dalam gereja Katolik Roma Jerman oleh para rahib gereja Katolik Roma. Tapi drama itu akhirnya dipentaskan di luar gereja karena antusiasme masyarakat yang tidak dapat ditampung di dalam gereja. Seiring popularitasnya, drama tersebut akhirnya juga dimainkan oleh para seniman drama dan kelompok teater keliling, bukan lagi hanya oleh rahib gereja saja. Drama ini pada dasarnya adalah drama rohani yang digunakan untuk mengajar masyarakat, karena pada masa itu buku-buku masih sangat jarang dan mahal (karena belum ditemukan mesin cetak) dan gambar-gambar juga jarang.

Drama 'Firdaus' menggambarkan kisah Adam dan Hawa, serta kejatuhan manusia pertama dalam dosa, hingga kemudian ditempatkan di dunia ini oleh Allah. Drama 'Firdaus' ini berakhir dengan Kejadian 3:15 yang menubuatkan kedatangan Yesus Kristus (Yahshua Ha Mashiach / Isa Al-Masih) ke dunia.

וְאֵיבָה אָשִׁית בֵּינְךׇ וּבֵין הָאִשָּׁה וּבֵין זַרְעֲךׇ וּבֵין זַרְעָהּ הוּא יְשׁוּפְךׇ רֹאשׁ וְאַתָּה תְּשׁוּפֶנּוּ עָקֵב: ס

Wǝ’êvāh ‘āšîṯ bênǝḵā ûvên hā’iššāh ûvên zar`áḵā ûvên zarǝ`āh hû’ yǝšûfḵā rō’š wǝ’atāh tǝšûfennû `āqēv.

Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya. Keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya. (Kejadian 3:15)

Perlengkapan panggung yang paling penting pada drama 'Firdaus' itu adalah pohon yang berperan sebagai pohon Pengetahuan (Kejadian 2:9).

Untuk menguatkan kesan pohon, maka dipilih pohon yang tetap berwarna hijau sekalipun sedang musim dingin di Jerman dan pohon tersebut mudah diperoleh di Jerman. Pohon itu adalah pohon ‘Silver Fir’ atau Cemara Perak (Abies alba). Dalam drama tersebut, pohon Natal disebut sebagai ‘Paradeisbaum’ (Pohon Firdaus).

Sebagai properti panggung pentas drama yang sangat populer, pohon tersebut dihias agar terlihat indah. Selain itu, pada pohon tersebut juga digantungkan buah apel yang ceritanya berperan sebagai buah Pengetahuan. Sementara itu, para penonton drama tersebut berada di sekeliling pohon itu membentuk lingkaran. Drama tersebut dimainkan di dalam lingkaran penonton dan di sekitar pohon Cemara yang ceritanya berperan sebagai pohon Pengetahuan. Popularitas drama tersebut turut mendongkrak popularitas ‘Paradeisbaum’ (Pohon Firdaus) untuk dipasang di rumah penduduk.

Rennaisance membawa dampak buruk bagi drama rohani ini, karena nilai-nilai amoral secara perlahan menyusup ke dalam drama itu. Hal tersebut mengundang gereja mengeluarkan fatwa untuk mengharamkan pementasan drama tersebut semenjak abad 15. Semenjak keluarnya fatwa itu, popularitas drama tersebut merosot dan akhirnya tidak dipentaskan lagi. Tidak dipentaskannya drama itu tidak membuat ‘Paradeisbaum’ (Pohon Firdaus) turut menghilang. ‘Paradeisbaum’ (Pohon Firdaus) tetap dipasang sejak menjelang hari Natal 25 Desember. Bahkan, ‘Paradeisbaum’ (Pohon Firdaus) mendapatkan nama baru, ‘Christbaum’ (Pohon Kristus).

Perubahan makna ini menandakan adanya penafsiran bahwa Pohon Pengetahuan adalah simbol dari Kristus Sang Logos atau Kristus Sang Ilmu Ilahi-Nya Allah.

Catatan tertulis tertua saat ini mengenai penggunaan pohon Terang (nama lain pohon Natal) berasal dari abad 15 M, tepatnya tahun 1521, dari daerah Alsace, Jerman. Sementara tulisan dari warga Strasburg tahun 1605 (abad 17) mengisahkan bahwa orang tua menghias pohon Cemara untuk anak-anak mereka dengan berbagai hiasan dari kertas warna-warni, apel, wafer, dan permen. Sedangkan tulisan Johann Dannhauer dalam ‘The Milk of the Catechism’ sekitar tahun 1650 menyatakan pohon yang dihias itu adalah mainan anak-anak yang tidak diketahui oleh Johann Dannhauer dari mana asalnya.

Dari catatan-catatan tertulis tersebut, kita dapat mengetahui secara positif bahwa pada abad 15 Masehi hingga 17 Masehi, Pohon Natal adalah mainan anak-anak menjelang dan selama Natal, agar anak-anak senang dan untuk memeriahkan suasana.

Sebelum abad 17 Masehi, lilin masih ditempatkan terpisah dari pohon Natal. Pada abad 17 Masehi, lilin mulai ditempatkan di pohon Natal. Pohon Natal yang semula hanya berfungsi sebagai mainan anak-anak dan pemeriah suasana, sejak abad itu mendapatkan fungsi baru, yaitu sebagai tempat untuk meletakkan sumber terang yang bermakna spiritual.

Abad 17, mainan anak-anak ini go international, dari Jerman, dia masuk ke Perancis. Tapi bangsawan Perancis baru mau menerima mainan anak-anak pada tahun 1837. Pertengahan abad 19, pohon Natal masuk ke Inggris. Di negara ini, ‘Paradeisbaum’ (pohon Firdaus) atau ‘Christbaum’ (pohon Kristus) mendapatkan nama baru ‘Christmas Tree’ (Pohon Natal), sebab pohon Natal digunakan menjelang dan selama Natal saja. Pada tahun 1850, Charles Dicken, seorang pujangga terkenal Inggris, menyebut pohon Natal sebagai ‘mainan baru dari Jerman’.

Pada abad 19 Masehi pula, pohon Natal masuk ke Amerika dan toko penjual pohon Natal pertama muncul pada tahun 1851. Tahun 1856, mainan anak-anak ini dibawa masuk ke Gedung Putih oleh Presiden Amerika yang ke-14, Franklin Pierce (1804-1869) untuk sekolah minggu anak-anak Gedung Putih. Pohon Natal pertama dengan hiasan lampu Natal listrik muncul di Boston, Amerika, pada tahun 1912. Pohon Natal pertama muncul di halaman gedung putih pada tahun 1923. Semenjak masuk istana raja Inggris, kalangan bangsawan Perancis, dan Gedung Putih Amerika, mainan anak-anak tersebut naik pamor, bukan hanya jadi mainan anak-anak rakyat jelata, tapi juga jadi mainan anak-anak para pejabat dan kepala negara. Lebih dari itu, bahkan mainan anak-anak itu kini sudah menjadi mainan orang dewasa dan mainan para cendekiawan.

Finally...

Penggunaan pohon Cemara sebagai pohon Natal dan juga tindakan menghiasnya semata-mata karena alasan logis dan pragmatis, yaitu untuk perlengkapan drama ‘Firdaus’ yang sangat populer pada abad 11 Masehi di Jerman. Hal tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan pemujaan berhala apapun.

Pada abad 15 Masehi hingga 17 Masehi, Pohon Natal adalah mainan anak-anak menjelang dan selama Natal, agar anak-anak senang dan untuk memeriahkan suasana. Pada abad 17 Masehi, lilin mulai ditempatkan di pohon Natal. Selain sebagai mainan anak-anak, pohon Natal juga menjadi tempat meletakkan sumber cahaya. Abad 17, mainan anak-anak ini go international, dari Jerman, dia masuk ke Perancis. Tapi bangsawan Perancis baru mau menerima mainan anak-anak pada tahun 1837. Pertengahan abad 19, pohon Natal masuk ke Inggris. Pada abad 19 Masehi pula, pohon Natal masuk ke Amerika dan toko penjual pohon Natal pertama muncul pada tahun 1851. Pohon Natal pertama muncul di halaman gedung putih pada tahun 1923. Mainan anak-anak itu kini sudah menjadi mainan orang dewasa dan mainan para cendekiawan.

So...
Ketika ada kelompok polemikus yg mengait-ngaitkan pohon Natal dengan cerita-cerita paganisme, itu semua hanyalah salah satu bentuk dari sikap ‘anti’ yg mereka berikan kepada perayaan Natal beserta makna dan symbol-simbol yg ada didalamnya.

Kemudian, mereka seringkali menggunakan sebuah ayat untuk menghakimi bahwa pohon Natal itu adalah berhala tanpa sedikitpun mereka melihat secara keseluruhan makna dibalik ayat-ayat itu.

Beginilah firman Tuhan: "Janganlah biasakan dirimu dengan tingkah langkah bangsa-bangsa, janganlah gentar terhadap tanda-tanda di langit, sekalipun bangsa-bangsa gentar terhadapnya. Sebab yang disegani bangsa-bangsa adalah kesia-siaan. Bukankah berhala itu pohon kayu yang ditebang orang dari hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tangan tukang kayu?
Orang memperindahnya dengan emas dan perak, orang memperkuatnya dengan paku dan palu supaya jangan goyang." (
Yeremia 10:2-4)

Ayat diatas sering mereka gunakan untuk menjustifikasi bahwa pohon Natal adalah berhala dan itu sudah dilarang dalam Alkitab.

Hmmmmm....
Seandainya saja mereka mau memahami bahwa ayat diatas sama sekali tidak ada hubungannya dengan pohon Natal karena
tidak ada satupun umat Kristen yg merayakan Natal kemudian menjadikan pohon Natal itu layaknya berhala. Bahkan dengan 'pede'nya mereka mengatakan ''Alkitab MENGUTUK keras penggunaan pohon Natal karena itu bertentangan dengan Firman TUHAN''.

Well there...

Sebelumnya Kita sudah menyatakan sebuah kebenaran kepada mereka yg menuduh bahwa pohon Natal adalah berhala setelah Kita mengetahui bahwa pohon Natal tidak ada kaitannya sama sekali dengan paganisme.

Selanjutnya Kita akan membahas ayat diatas.

Konteks dalam Yeremia 10:2-4 adalah mengenai adanya berhala yg dibuat dari pahatan kayu, dimana orang-orang kemudian memberhalakannya.

Dalam kebiasaan umat Kristiani yg merayakan hari Natal, tidak pernah ada pemberhalaan suatu jenis barang/kayu/pohon Natal sekalipun yg diperlakukan sebagai berhala.

Pohon cemara yg lazimnya digunakan oleh masyarakat Eropa dan Amerika sebagai pohon Natal merupakan lambang kekekalan karena disana terdapat 4 musim yakni:

  1. Musim salju (pohon gundul)
  2. Musim semi (pohon mulai bersemi/bertunas)
  3. Musim kemarau (pohon berbunga)
  4. Musim gugur (pohon daunnya berguguran)

Dari semua pohon yg tumbuh di iklim Eropa dan Amerika yg demikian, hanya pohon Cemara yg tetap hijau sementara yg lain tidak, oleh karena itulah pohon ini menjadi simbol kekekalan.

Maka dipakailah pohon Cemara ini sebagai simbol menunjukkan simbol kekekalan di tengah ketidak kekalan pohon-pohon lain dan kemudian dijadikan lambang bahwa Kebenaran Tuhan Yesus menggambarkan ajaran yang kekal di tengah dunia yang berubah-ubah dan tidak kekal. Kemudian untuk mempercantik pohon cemara itu dihiasilah pohon itu dengan berbagai hiasan, juga lilin atau lampu-lampu.

Pohon cemara sendiri ada disebut dalam Alkitab, yaitu:

Yesaya 41:19

Aku akan menanam pohon aras di padang gurun, pohon penaga, pohon murad dan pohon minyak; Aku akan menumbuhkan pohon sanobar di padang belantara dan pohon berangan serta pohon cemara di sampingnya.

KJV, I will plant in the wilderness the cedar, the shittah tree, and the myrtle, and the oil tree; I will set in the desert the fir tree, and the pine, and the box tree together:

Hebrew,
אֶתֵּן בַּמִּדְבָּר אֶרֶז שִׁטָּה וַהֲדַס וְעֵץ שָׁמֶן אָשִׂים בָּעֲרָבָה בְּרֹושׁ תִּדְהָר וּתְאַשּׁוּר יַחְדָּו׃

Translit, 'ETEN BAMIDBAR 'EREZSITAH VAHADAS VE'ETS SAYAAMEN 'ASIM BA'ARAVAH BERUSAYA TIDHA UTE'ASAYAUR YAKHDAV

Yesaya 60:13

Kemuliaan Libanon, yaitu pohon sanobar, pohon berangan dan pohon cemara, akan dibawa bersama-sama kepadamu, untuk mempersemarak tempat bait kudus-Ku, sebab Aku hendak memuliakan tempat kaki-Ku berjejak.

The glory of Lebanon shall come unto thee, the fir tree, the pine tree, and the box together, to beautify the place of my sanctuary; and I will make the place of my feet glorious.

Hebrew,
כְּבֹוד הַלְּבָנֹון אֵלַיִךְ יָבֹוא בְּרֹושׁ תִּדְהָר וּתְאַשּׁוּר יַחְדָּו לְפָאֵר מְקֹום מִקְדָּשִׁי וּמְקֹום רַגְלַי אֲכַבֵּד׃

Translit, KEVOD HALEVANON 'ELAIKH YAVO' BROSAYA TIDHAR UTE'ASAYAUR YAKHDAV LEFA'ER MEQON MIQDASAYAI UMEQOM RAGLEY 'AKABED.

Pohon cemara (Ibrani תאשור - TE'ASAYAUR), pohon kecil (buxus longifolia boiss), tingginya ± 7 meter, daunnya selalu hijau, kayunya keras sekali. Pada Pesta Pondok Daun, kalangan Yahudi, pondok-pondok itu dibuat dari kayu cemara.

Sekali lagi tidak ada pemberhalaan bagi pohon Cemara. Pohon Natal ini dalam kehidupan umat Kristiani yang merayakan Natal, selain sebagai hiasan saja yang menambah semarak perayaan Natal. Sebagaimana halnya perayaan-perayaan lain yang ada di dunia ini seringkali mengkaitkan simbol-simbol tertentu dalam perayaan suatu hari besar. Misalnya, di perayaan Paskah, ada telur Paskah. Di perayaan Tahun Baru Lunar (Imlek) ada lampion dan jenis-jenis barang tertentu. Dalam perayaan hari lebaran umat Muslim di Indonesia ini kita melihat ada hiasan-hiasan ketupat, dll. Namun, dalam perayaan-perayaan tersebut simbol-simbol itu bukan berarti suatu berhala/dijadikan berhala.

 

TUHAN Yesus memberkati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar