24 Mei 2013

Sejarah Singkat Kanonisasi Perjanjian Lama dan Apokrifa/Deutarokanonika

Codex Amiatinus foto oleh Remi Mathis (sumber: wikimedia.org dan aleteia.org)

39 kitab dalam kanon Ibrani merupakan inspirasi dan kanonik karena mereka merupakan pernyataan dari ALLAH, bukan karena menjadi rujukan dalam Perjanjian Baru.
Unger mengatakan.
"Because the writings of the prophets, as soon as they were issued, had tremendous authority as inspired Scripture, no formal declaration of their canonicity was needed to give them sanction. The divine author who inspired these writings, we may reasonably believe, acted providentially on behalf of their acceptance by the faithful. However, their inspiration and consequent divine authority were inherent and not dependent on human reception or lapse of time to give them prestige or until there were no more living prophets, or any other factor. Canonical authority is not derived from the sanction of Jewish priests and leaders of the Christian church. That authority is in itself."
Kesaksian awal tentang kanon Ibrani diberikan oleh Josephus sejarawan Yahudi. Membela Yudaisme sebagai agama klasik, dan menekankan keklasikannya terhadap apa yang dianggap sebagai tradisi yang lebih baru dari orang-orang Yunani, Josephus sangat jelas tentang jumlah yang tepat dari buku dalam Alkitab Ibrani, yang secara efektif menghilangkan semua kitab Apokrif
For we have not an innumerable multitude of books among us, disagreeing from and contradicting one another, [as the Greeks have,] but only twenty-two books, which contain the records of all the past times; which are justly believed to be divine; and of them five belong to Moses, which contain his laws and the traditions of the origin of mankind till his death. This interval of time was little short of three thousand years; but as to the time from the death of Moses till the reign of Artaxerxes king of Persia, who reigned after Xerxes, the prophets, who were after Moses, wrote down what was done in their times in thirteen books. The remaining four books contain hymns to God, and precepts for the conduct of human life. It is true, our history hath been written since Artaxerxes very particularly, but hath not been esteemed of the like authority with the former by our forefathers, because there hath not been an exact succession of prophets since that time; and how firmly we have given credit to these books of our own nation is evident by what we do; for during so many ages as have already passed, no one has been so bold as either to add any thing to them, to take any thing from them, or to make any change in them; but it is become natural to all Jews immediately, and from their very birth, to esteem these books to contain Divine doctrines, and to persist in them, and, if occasion be willingly to die for them.
[Against Apion 1:8]
Josephus menyebutkan ada 22 Kitab dalam Tanakh yang merupakan pembagian awal berdasarkan kanonisasi Kitab Suci Ibrani
  1. THE LAW (Torah): 1. Genesis, 2. Exodus, 3. Leviticus, 4. Numbers, 5. Deuteronomy
  2. THE PROPHETS (Nevi'im): 6. Joshua/Judges, 7. The Book of Kingdoms (Samuel/Kings) , 8. Isaiah, 9. Jeremiah , 10 Ezekiel , 11. The Book of the Twelve (The Twelve Minor Prophets (Hosea to Malach) were known as The Book of the Twelve because they were all written on a single scroll)
  3. WRITINGS (Ketuvim): 12. Psalms, 13. Proverbs, 14. Job, 15. Song of Songs, 16. Ruth, 17. Lamentations, 18. Ecclesiastes, 19. Esther, 20. Daniel, 21. Ezra/Nehemiah, 22. The Book of Chronicles
Gambar Ezra dalam Codex Amiatinus (Sumber: wikimedia.org dan aleteia.org)

** Daftar Kitab-Kitab Perjanjian Lama dan Apochrypa **

Ringkasan berikut merupakan nama-nama Kitab yang termasuk dalam Perjanjian Lama dari Alkitab Ibrani, Septuaginta Yunani, Latin Vulgate, dan King James Version (1611). Nama kitab apokrif dicetak miring.

** Hebrew Bible (Alkitab Ibrani) **

** The Law (Torah/Hukum Taurat) **
  1. Genesis
  2. Exodus
  3. Leviticus
  4. Numbers
  5. Deuteronomy
** The Prophets (Nevi'im/Kitab Para Nabi) **
  1. Joshua
  2. Judges
  3. 1 Samuel
  4. 2 Samuel
  5. 1 Kings
  6. 2 Kings
  7. Isaiah
  8. Jeremiah
  9. Ezekiel
  10. Hosea
  11. Joel
  12. Amos
  13. Obadiah
  14. Jonah
  15. Micah
  16. Nahum
  17. Habakkuk
  18. Zephaniah
  19. Haggai
  20. Zechariah
  21. Malachi
** THE WRITINGS (Ketuvim/Renungan) **
  1. Psalms
  2. Proverbs
  3. Job
  4. Song of Songs
  5. Ruth
  6. Lamentations
  7. Ecclesiastes
  8. Esther
  9. Daniel
  10. Ezra
  11. Nehemiah
  12. 1 Chronicles
  13. 2 Chronicles
** Greek Septuagint (Septuaginta Yunani) **
  1. Genesis
  2. Exodus
  3. Leviticus
  4. Numbers
  5. Deuteronomy
  6. Joshua
  7. Judges
  8. Ruth
  9. 1 Samuel
  10. 2 Samuel
  11. 1 Kings
  12. 2 Kings
  13. 1 Chronicles
  14. 2 Chronicles
  15. [Prayer of Manasseh]
  16. 1 Esdras
  17. Ezra
  18. Nehemiah
  19. Tobit
  20. Judith
  21. Esther (with insertions)*
  22. 1 Maccabees
  23. 2 Maccabees
  24. [3 Maccabees]
  25. [4 Maccabees]
  26. Job
  27. Psalms
  28. [Psalm no. 151]
  29. [Odes]
  30. Proverbs
  31. Ecclesiastes
  32. Song of Songs
  33. Wisdom of Solomon
  34. Ecclesiasticus
  35. [Psalms of Solomon]
  36. Isaiah
  37. Jeremiah
  38. Lamentations
  39. Baruch
  40. Epistle of Jeremiah
  41. Ezekiel
  42. Daniel (with insertions)**
  43. Hosea
  44. Joel
  45. Amos
  46. Obadiah
  47. Jonah
  48. Micah
  49. Nahum
  50. Habakkuk
  51. Zephaniah
  52. Haggai
  53. Zechariah
  54. Malachi
** Latin Vulgate (Latin Vulgata) **
  1. Genesis
  2. Exodus
  3. Leviticus
  4. Numbers
  5. Deuteronomy
  6. Joshua
  7. Judges
  8. Ruth
  9. 1 Samuel
  10. 2 Samuel
  11. 1 Kings
  12. 2 Kings
  13. 1 Chronicles
  14. 2 Chronicles
  15. Prayer of Manasseh
  16. 1 Esdras
  17. 2 Esdras
  18. Ezra
  19. Nehemiah
  20. Tobit
  21. Judith
  22. Esther (with insertions)*
  23. 1 Maccabees
  24. 2 Maccabees
  25. Job
  26. Psalms
  27. Proverbs
  28. Ecclesiastes
  29. Song of Songs
  30. Wisdom of Solomon
  31. Ecclesiasticus
  32. Isaiah
  33. Jeremiah
  34. Lamentations
  35. Baruch
  36. Epistle of Jeremiah
  37. Ezekiel
  38. Daniel (with insertions)**
  39. Hosea
  40. Joel
  41. Amos
  42. Obadiah
  43. Jonah
  44. Micah
  45. Nahum
  46. Habakkuk
  47. Zephaniah
  48. Haggai
  49. Zechariah
  50. Malachi
  • Ester dalam Septuaginta memiliki enam paragraf tambahan dimasukkan di berbagai tempat. Dalam Vulgata ini semua dipindahkan ke akhir buku ini. Versi bahasa Inggris menghilangkan mereka sepenuhnya, atau menghapus mereka ke bagian Apocrypha.
  • Daniel dalam Septuaginta memiliki Kisah Susanna dimasukkan di awal, Kidung Tiga Anak dimasukkan dalam pasal 3, dan kisah Bel dan Sang Naga ditambahkan ke akhir. Dalam Vulgata, Kisah Susanna dipindahkan ke sebelum kisah Bel dan Sang Naga. Versi bahasa Inggris menghilangkan mereka sepenuhnya, atau menghapus mereka ke bagian Apocrypha
Kitab-kitab tambahan yang akhirnya diterima sebagai Kitab Suci di gereja Ortodoks Yunani dan mereka diterima dalam gereja Katolik Roma tidak sesuai persis dengan daftar buku yang biasa disebut "Apokrifa" oleh Protestan. Apokrifa Protestan mencakup semua daftar Apokripa diatas yg biasanya disertakan dalam manuskrip Vulgata Latin. Tapi tiga dari (1 dan 2 Esdras dan Doa Manasye) dihilangkan dari daftar yang diterbitkan oleh Dewan Trent ketika menetapkan kanonisasi Katolik Roma. Gereja-gereja Ortodoks Timur (termasuk Yunani, Rusia, Ukraina, Bulgaria, Serbia, Armenia, dan lain-lain) tidak menerima 2 Esdras karena itu tidak dalam Septuaginta, dan mereka menerima beberapa buku yang hadir dalam banyak naskah Septuaginta tetapi tidak dalam Vulgata (Mazmur 151, 3 dan 4 Makabe).

** Greek Orthodox Canon (Kanon Orthodox Yunani) **
  1. 1 Esdras
  2. Tobit
  3. Judith
  4. Additions to Esther
  5. Wisdom of Solomon
  6. Ecclesiasticus
  7. Baruch
  8. Epistle of Jeremiah
  9. Song of the Three Children
  10. Story of Susanna
  11. Bel and the Dragon
  12. Prayer of Manasseh
  13. 1 Maccabees
  14. 2 Maccabees
  15. 3 Maccabees
  16. 4 Maccabees
  17. Psalm 151
** Roman Catholic Canon (Kanon Katolik Roma) **
  1. Tobit
  2. Judith
  3. Additions to Esther
  4. Wisdom of Solomon
  5. Ecclesiasticus
  6. Baruch
  7. Epistle of Jeremiah
  8. Song of the Three Children
  9. Story of Susanna
  10. Bel and the Dragon
  11. 1 Maccabees
  12. 2 Maccabees
** Protestant Apocrypha (Apokripa Protestan) **
  1. 1 Esdras
  2. 2 Esdras
  3. Tobit
  4. Judith
  5. Additions to Esther
  6. Wisdom of Solomon
  7. Ecclesiasticus
  8. Baruch
  9. Epistle of Jeremiah
  10. Song of the Three Children
  11. Story of Susanna
  12. Bel and the Dragon
  13. Prayer of Manasseh
  14. 1 Maccabees
  15. 2 Maccabees
** Apocrypha **
Apokripa adalah kata Yunani yang berarti hal-hal yang tersembunyi, dan di zaman kuno kata ini diterapkan pada tulisan-tulisan keagamaan dipandang hampir sebagai kitab suci, tetapi tidak diajarkan kepada public. Dalam Protestan Arus Utama, penggunaan kata 'apokripa' mengacu pada semua tulisan yang dikategorikan tidak diinspirasikan oleh Roh Kudus, namun dijadikan sebagai Kitab Suci oleh banyak orang di gereja lain diluar Protestan Arus Utama.
¨     
** Pernyataan Terhadap Kitab-Kitab Apokripa**

Luther Bible (1534)
Title to Apocrypha section: "APOCRYPHA, Das sind Bücher, so der heiligen Schrift nicht gleich gehalten, und doch nützlich und gut zu lesen sind" 
('APOCRYPHA, that is, Books which are not to be esteemed like the Holy Scriptures, and yet which are useful and good to read.'/Apokripa, yaitu, buku-buku yang tidak mulia seperti Kitab Suci, namun bermanfaat dan baik untuk dibaca.)

Coverdale Bible (1535).
Title to Apocrypha: 'APOCRYPHA: The books and treatises which among the Fathers of old are not reckoned to be of like authority with the other books of the Bible, neither are they found in the Canon of Hebrew.
(Apokripa: Buku-buku dan risalah-risalah yang di antara para bapa zaman dahulu tidak dianggap memiliki otoritas yang sama dengan kitab-kitab lain dalam Alkitab, juga tidak ditemukan dalam Kanon Ibrani.)

Geneva Bible (1560).
Preface: 'The books that follow in order after the Prophets unto the New Testament, are called Apocrypha, that is, books which were not received by a common consent to be read and expounded publicly in the Church, neither yet served to prove any point of Christian religion save in so much as they had the consent of the other scriptures called canonical to confirm the same, or rather whereon they were grounded: but as books proceeding from godly men they were received to be read for the advancement and furtherance of the knowledge of history and for the instruction of godly manners: which books declare that at all times God had an especial care of His Church, and left them not utterly destitute of teachers and means to confirm them in the hope of the promised Messiah, and also witness that those calamities that God sent to his Church were according to his providence, who had both so threatened by his prophets, and so brought it to pass, for the destruction of their enemies and for the trial of his children.' 
(Buku-buku yang mengikuti urutan setelah para Nabi hingga Perjanjian Baru, disebut Apokrifa, yaitu, buku-buku yang tidak diterima dengan persetujuan bersama untuk dibaca dan diuraikan secara umum di Gereja, belum juga berfungsi untuk membuktikan poin agama Kristen apa pun. kecuali sejauh mereka memiliki persetujuan dari Kitab Suci lain yang disebut Kanonik untuk mengkonfirmasi hal yang sama, atau lebih tepatnya di mana mereka didasarkan: tetapi sebagai buku-buku yang berasal dari orang-orang saleh mereka diterima untuk dibaca untuk kemajuan dan kemajuan pengetahuan sejarah dan untuk pengajaran tata krama yang saleh)

Decree of the Council of Trent (1546).
{3} The sacred and holy, ecumenical, and general Synod of Trent,--lawfully assembled in the Holy Ghost, the Same three legates of the Apostolic See presiding therein,--keeping this always in view, that, errors being removed, the purity itself of the Gospel be preserved in the Church; which (Gospel), before promised through the prophets in the holy Scriptures, our Lord Jesus Christ, the Son of God, first promulgated with His own mouth, and then commanded to be preached by His Apostles to every creature, as the fountain of all, both saving truth, and moral discipline; and seeing clearly that this truth and discipline are contained in the written books, and the unwritten traditions which, received by the Apostles from the mouth of Christ himself, or from the Apostles themselves, the Holy Ghost dictating, have come down even unto us, transmitted as it were from hand to hand; (the Synod) following the examples of the orthodox Fathers, receives and venerates with an equal affection of piety, and reverence, all the books both of the Old and of the New Testament--seeing that one God is the author of both --as also the said traditions, as well those appertaining to faith as to morals, as having been dictated, either by Christ's own word of mouth, or by the Holy Ghost, and preserved in the Catholic Church by a continuous succession.
{4}But if any one receive not, as sacred and canonical, the said books entire with all their parts, as they have been used to be read in the Catholic Church, and as they are contained in the old Latin Vulgate edition; and knowingly and deliberately contemn the traditions aforesaid; let him be anathema. Let all, therefore, understand, in what order, and in what manner, the said Synod, after having laid the foundation of the Confession of faith, will proceed, and what testimonies and authorities it will mainly use in confirming dogmas, and in restoring morals in the Church.

Articles of Religion of the Church of England (1563).
Sixth Article: "In the name of Holy Scripture we do understand those canonical books of the Old and New Testament, of whose authority was never any doubt in the Church.  And the other books (as Jerome saith) the Church doth read for example of life and instruction of manners: but yet doth it not apply them to establish any doctrine."
(Atas nama Kitab Suci, kami memahami kitab-kitab kanonik Perjanjian Lama dan Baru, yang otoritasnya tidak pernah diragukan dalam gereja. Dan buku-buku lain (seperti yang dikatakan Jerome) gereja membaca sebagai contoh kehidupan dan instruksi tata krama: tetapi tidak menerapkannya untuk menetapkan doktrin apa pun.)

Westminster Confession (1647).
Chapter 1 § 3: "The books commonly called Apocrypha, not being of divine inspiration, are no part of the Canon of Scripture; and therefore are of no authority in the Church of God, nor to be any otherwise approved, or made use of, than other human writings."
(Buku-buku yang biasa disebut Apokrifa, bukan merupakan ilham ilahi, bukan bagian dari Kanon Kitab Suci; dan karena itu tidak memiliki otoritas dalam Gereja Allah, atau disetujui, atau digunakan, selain tulisan manusia lainnya.)

Tahun 1546, Gereja Katholik Roma secara resmi menyatakan bahwa Allah telah menginspirasi 12 dari jumlah total 15 kitab Apokripa, antara lain:
  1. Tobit
  2. Judith
  3. 1 Maccabees
  4. 2 Maccabees
  5. Wisdom of Solomon
  6. Sirach (Ecclesiasticus)
  7. Baruch
Daftar kitab-kitab yang telat masuk itu antara lain :
  1. The Letter of Jeremiah, menjadi Baruch bab 6
  2. 107 tambahan ayat terhadap kitab Esther
  3. The Prayer of Azariah, yang menjadi Daniel 3:24-90
  4. Susanna, yang menjadi Daniel 13
  5. Bel and the Dragon, yang menjadi Daniel 14
Kitab-kitab yang telat masuk dalam kanonisasi Katolik Roma ini selanjutnya dikenal dengan nama Deutarokanonika yg secara harfiah bermakna 'Kanon kedua', yakni kitab-kitab  yang termasuk dalam daftar kanoniasi Kitab Suci yang kedua. Meskipun apologet Katolik Roma mengatakan bahwa kitab-kitab ini sudah pernah diakui dalam kanonisasi Katolik Roma sebelumnya sehingga tetap memenuhi jumlah keseluruhan 73 kitab dalam Alkitab Katolik Roma dimana kitab-kitab tersebut sudah termasuk di dalam kanon Kitab Suci sesuai dengan yang ditetapkan oleh Paus Damasus I dalam sinode di Roma tahun 382 yang kemudian ditetapkan kembali pada Konsili Hippo (393) dan di Konsili Carthage (397), namun karena ada penambahan pasal dalam beberapa Kitab Katolik Roma seperti yang sudah dituliskan diatas, maka pemahaman Deutarokanonika menjadi jelas bahwa memang benar telah terjadi kanonisasi kedua untuk menambahkan beberapa pasal dalam beberapa kitab yg sudah ada sebelumnya.

¨        Daftar Kitab-Kitab Deutarokanonika:

Diterima Katolik Roma dan Ortodoks, tetapi ditolak Yahudi dan Protestan:
  1. Tobit
  2. Yudit
  3. 1 Makabe
  4. 2 Makabe
  5. Kebijaksanaan (Salomo)
  6. Yesus bin Sirakh (Eklesiastikus)
  7. Barukh, termasuk Surat Yeremia (Tambahan Yeremia)
  8. Tambahan Daniel
  9. Tambahan Ester
Ortodoks (Sinode Yerusalem) mencantumkan:
  1. 1 Ezra (lihat Ezra untuk nama-nama lain)
  2. 3 Makabe
  3. 4 Makabe (dalam apendiks tetapi tidak kanonik)
  4. Doa Manasye
  5. Mazmur 151
Ortodoks Rusia dan Ethiopia menyertakan:
  1. 2 Ezra (lihat Ezra untuk nama-nama lain)
Alkitab Ortodoks Ethiopia menyertakan:
  1. Yobel
  2. Henokh
  3. 1-3 Meqabyan
Alkitab Syria Peshitta menyertakan:
  1. Mazmur 152-155
  2. 2 Barukh
Terkait tentang otoritas dan keauthentical kitab-kitab Deutarokanonika, selanjutnya muncul sebuah pertanyaan bagi setiap Gereja MILIK Kristus yang menggunakan kitab-kitab itu.
Saya membuatnya dalam sebuah rumusan sebagai berikut:
  • P1 : 39 Kitab PL DIAKUI otoritasnya oleh Orthodox, Katholik Roma dan Kristen Protestan (Termasuk Evangelical Christian) dan 3 derivative dari Pengikut Kristus ini MENGAKUI otoritas 39 PL sebagai FIRMAN Allah yang tertulis.
  • P2 : Kitab Deutarokanonika HANYA diakui oleh Katholik Roma dan Orthodox, itupun masih ada perbedaan diantara mereka.
  • C : Otoritas Kitab Deutarokanonika sbg FIRMAN Allah yang tertulis MASIH diragukan.
MANA VERSI Deutarokanonika yg benar...?
Versi Katolik Roma atw versi Orthodox...?
Jika terjadi perbedaan diantara keduanya, bukankah ini merupakan hal yang sama terjadi ketika mereka menolak hasil Konsili Jamnia para rabbi Yahudi dalam menentukan kanon Perjanjian Lama (Tanakh) dan ternyata, dalam keegoisannya, justru menimbulkan perbedaan diantara sesama pengguna kanon Apokripa.
Selain terjadi perbedaan dalam meletakan kitab-kitab Deutarokanonika ke dalam kitab-kitab Kanonik seperti misalnya yang sudah Saya sebutkan diatas dan juga PERBEDAAN versi Deutarokanonika antara Katolik Roma dan Orthodox, banyak penulis Katolik Roma di Zaman Kegelapan dan Renaissance, termasuk beberapa guru yang terbesar dan paling dihormati, menolak kitab-kitab apokrifa sebagai bagian dari kanon Perjanjian Lama terinspirasi, antara lain:
  1. Gregory "Agung" (540-604 AD), uskup Roma menyatakan untuk kanon Ibrani dari 22 kitab, minus Apocrypha.

  2. Isidore dari Sevilla (560-636 AD), menyatakan bahwa Perjanjian Lama telah diselesaikan oleh Ezra, dan dibagi menjadi 22 kitab, sehingga dapat sesuai dengan jumlah huruf dalam abjad Ibrani. Ide ini relatif umum juga di antara para penulis sebelumnya di era primitif, dan secara implisit menolak kitab- kitab tambahan Apocrypha dari pertimbangan sebagai kanon.

  3. The Stichometry dari Nicephorus Konstantinopel, sebuah karya Yunani singkat yang dilampirkan sebagai lampiran Chronographia menulis daftar kanonik seluruh kanon Ibrani kecuali Ester, dan hanya mencakup Barukh dari Apocrypha, mempertahankan jumlah buku Perjanjian Lama di 22. The Stichometry sendiri diperkirakan terjadi sekitar 550 AD, namun keterikatan terhadap Chronographia besar diduga telah terjadi pada abad ke-9.

  4. Maurus Magnentius Rabanus (776-856 AD), menegaskan kembali pandangan bahwa kitab Perjanjian Lama diselesaikan dan didistribusikan oleh Ezra, dan bahwa ini adalah 22 buku, sesuai dengan jumlah huruf dalam abjad Ibrani.

  5. Hugh dari St Victor (1096-1141 AD) menulis, "Ada juga dalam Perjanjian Lama, kitab tertentu lainnya yang memang baik untuk dibaca tetapi tidak tertulis ... dalam kanon otoritas, yaitu buku-buku seperti Tobit, Judith, Makabe, Kebijaksanaan Salomo dan Sirakh.". Hugh juga menegaskan keyakinan bahwa kanon hanya terdiri dari 22 kitab kanon Ibrani, lagi hal ini mengacu pada jumlah huruf Ibrani.
  6. "Here we close our commentaries on the historical books of the Old Testament. For the rest (that is, Judith, Tobit, and the books of Maccabees) are counted by St. Jerome out of the canonical books, and are placed amongst the apocrypha, along with Wisdom and Ecciesiasticus, as is plain from the Protogus Galeatus. Nor be thou disturbed, like a raw scholar, if thou shouldest find anywhere, either in the sacred councils or the sacred doctors, these books reckoned as canonical. For the words as well of councils as of doctors are to be reduced to the correction of Jerome. Now, according to his judgment, in the epistle to the bishops Chromatius and Heliodorus, these books (and any other like books in the canon of the Bible) are not canonical, that is, not in the nature of a rule for confirming matters of faith. Yet, they may be called canonical, that is, in the nature of a rule for the edification of the faithful, as being received and authorised in the canon of the Bible for that purpose. By the help of this distinction, thou mayest see thy way clearly through that which Augustine says, and what is written in the provincial council of Carthage."

    [[ Di sini kita menutup komentar kita tentang buku-buku sejarah Perjanjian Lama. Untuk sisanya (yaitu, Judith, Tobit, dan kitab Makabe) dihitung oleh Jerome dari buku-buku kanonik, dan ditempatkan di antara apokrif, bersama dengan Kebijaksanaan Salomo dan Yesus Bin Sirakh, seperti yang jelas dari Protogus Galeatus. Janganlah kamu diganggu, seperti seorang sarjana mentah, jika kamu harus menemukan di mana pun, baik di dewan suci atau dokter suci, buku-buku ini dianggap kanonik. Untuk kata-kata serta dewan sebagai dokter harus direduksi menjadi koreksi Jerome. Sekarang, menurut penilaiannya, dalam surat kepada uskup Chromatius dan Heliodorus, buku-buku ini (dan buku-buku serupa lainnya dalam kanon Alkitab) tidak kanonik, yaitu, tidak dalam sifat aturan untuk mengkonfirmasikan hal-hal iman. Namun, mereka dapat disebut kanonik, yaitu, dalam sifat aturan untuk membangun umat beriman, seperti yang diterima dan disahkan dalam kanon Alkitab untuk tujuan itu. Dengan bantuan perbedaan ini engkau dapat melihat jalanmu dengan jelas melalui apa yang dikatakan Agustinus, dan apa yang tertulis dalam dewan provinsi Kartago. ]]

    (Cardinal Cajetan, "Commentary on all the Authentic Historical Books of the Old Testament," cited by William Whitaker in "A Disputation on Holy Scripture," Cambridge: Parker Society (1849), p. 424)
Pernyataan-pernyataan lain berkaitan dengan kitab-kitab Deutarokanonika ditemukan dalam tulisan Jerome, sebagai berikut:
  1. As, then, the Church reads Judith, Tobit, and the books of Maccabees, but does not admit them among the canonical Scriptures, so let it also read these two Volumes (Wisdom of Solomon and Ecclesiasticus) for the edification of the people, not to give authority to doctrines of the Church.

    (
    Seperti, kemudian, Gereja membaca Judith, Tobit, dan kitab Makabe, tetapi tidak mengakui mereka di antara Kitab Suci kanonik, biarlah juga membaca dua Jilid ini (Kebijaksanaan Salomo dan Yesus Bin Sirakh) untuk membangun umat, bukan untuk memberikan otoritas pada doktrin-doktrin Gereja)

  2. I say this to show you how hard it is to master the book of Daniel, which in Hebrew contains neither the history of Susanna, nor the hymn of the three youths, nor the fables of Bel and the Dragon; because, however, they are to be found everywhere, we have formed them into an appendix, prefixing to them an obelus, and thus making an end of them, so as not to seem to the uninformed to have cut off a large portion of the volume.

    (
    Saya mengatakan ini untuk menunjukkan kepada Anda betapa sulitnya untuk menguasai kitab Daniel, yang dalam bahasa Ibrani tidak berisi sejarah Susanna, atau himne dari tiga pemuda, atau dongeng Bel dan Naga; karena, bagaimanapun, mereka dapat ditemukan di mana-mana, kami telah membentuknya menjadi lampiran, awalan untuk mereka sebuah obelus, dan dengan demikian membuat akhir dari mereka, agar tidak tampak yang tidak tahu telah memotong sebagian besar dari volume)
Dengan demikian, beberapa teolog yang sangat berpengaruh dalam abad pertengahan Katolik Roma secara eksplisit membantah kanonisitas kitab apokrif, meskipun mereka mungkin telah melihat kitab-kitab itu berguna dan instruktif.
Selanjutnya….
Bukti lain kemudian menunjukan bahwa kitab Apokrif TIDAK TERMASUK dalam Septuaginta sampai abad ke-3. Kehadiran Apocrypha dalam Septuaginta tidak memiliki bukti yang jelas bahwa kitab-kitab ini dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dengan Septuaginta sebagai literature yang tak terpisahkan hingga memasuki abad ke-3.

Pada mulanya kitab-kitab Apokrifa itu ditambahkan satu demi satu pada edisi Septuaginta yang belakangan, terjemahan dalam bahasa Yunani dari Perjanjian Lama Ibrani yang diselesaikan sekitar tahun 250 SM karena dianggap perlu sebab dampak Helenisme terhadap Yudaisme. Kitab-kitab ini jelas terpisah dari Alkitab Ibrani dan tidak dianggap oleh orang Ibrani sebagai bagian dari kanon Perjanjian Lama. Namun, para ahli kitab Ibrani tidak membuat catatan apa pun mengenai hal ini, sehingga menimbulkan sedikit kebingungan di antara orang-orang Kristen yang berbahasa Yunani yang menerima Septuaginta sebagai Alkitab mereka. Hal ini terutama terjadi sesudah tahun 100, semenjak beberapa salinan Septuaginta diterjemahkan oleh para juru tulis Kristen.

Selama abad-abad awal dari kekristenan terjadi silang pendapat sehubungan dengan kanonitas kitab-kitab Apokrifa. Misalnya, bapa-bapa gereja Yunani dan Latin seperti Ireneus, Tertulianus, dan Klemes dari Aleksandria mengutip Apokrifa dalam tulisan mereka sebagai 'Kitab Suci', dan Sinode di Hippo (393 AD) mengesahkan penggunakan Apokrifa sebagai kanon. Akan tetapi, orang lain seperti Eusebius dan Athanasius membedakan Apokrifa dari Perjanjian Lama.

Pertentangan mengenai Apokrifa sebagai kanon Perjanjian Lama memuncak dengan penerbitan Vulgata, Perjanjian Lama dalam bahasa Latin oleh Hieronimus (405 AD). Ditugaskan oleh Paus Damasus, terjemahan Perjanjian Lama dalam bahasa Latin ini dimaksudkan sebagai edisi 'populer' Alkitab untuk gereja Roma yang kudus. Hieronimus menentang pengakuan Apokrifa sebagai kanon Perjanjian Lama dan membuat catatan-catatan yang cermat dalam edisi Vulgatanya dengan tujuan itu.

Akan tetapi, beberapa revisi yang belakangan dari Vulgata Hieronimus ini lalai untuk mencantumkan perbedaan-perbedaan yang jelas ini, dan segera saja kebanyakan pembaca Latin tidak mengetahui adanya perbedaan antara Perjanjian Lama dan Apokrifa.

Reformasi sekali lagi memunculkan masalah Apokrifa sebagai kanon dalam diskusi-diskusi utama gereja. Sementara para tokoh reformasi menerjemahkan Perjanjian Lama ke dalam bahasa umat mereka, mereka mendapatkan bahwa Alkitab Ibrani tidak memuat kitab-kitab Apokrifa.

Jadi, penilaian mereka 'kitab-kitab yang kurang penting' ini tidak dicantumkan dalam kanon Perjanjian Lama atau dilampirkan sebagai kumpulan kitab yang terpisah dan lebih rendah mutunya. Hal membedakan antara kanon dan Apokrifa ini diantisipasi oleh Wycliffe dalam terjemahan bahasa Inggris yang dilakukannya pada tahun 1382. Kaum Puritan diakui sebagai kelompok yang telah mengeluarkan seluruh Apokrifa dari Alkitab bahasa Inggris. Tradisi tidak mencantumkan Apokrifa ini masih tetap merupakan ciri khas dari mayoritas versi bahasa Inggris yang diterbitkan oleh golongan Protestan.

Gereja Roma Kudus menanggapi para tokoh reformasi pada konsili di Trente (1545-1564). Di konsili tersebut pada pemimpin menegaskan kembali Vulgata sebagai Alkitab gereja yang benar dan mengumumkan bahwa Apokrifa adalah sama dengan materi kanonik (teristimewa kitab Tobit, Sirakh, Kebijaksanaan, Yudit, 1-2 Makabe, Barukh, dan Tambahan-tambahan pada kitab Ester dan kitab Daniel). Sekarang kumpulan tersebut biasanya disebut Deuterokanonika, dan hal ini dibenarkan oleh konsili Vatikan pada tahun 1870.

Gereja Katolik Roma mengutip Deuterokanonika untuk menguatkan doktrin, termasuk konsep Api Penyucian, manfaat melakukan perbuatan-perbuatan baik, dan praktek mendoakan orang mati.
  1. Memang sedekah melepaskan dari maut dan menghapus setiap dosa. Orang yang melakukan sedekah akan menjadi puas dengan umurnya. (Tobit 12:9)

  2. Kemudian dikumpulkannya uang di tengah-tengah pasukan. Lebih kurang dua ribu dirham perak dikirimkannya ke Yerusalem untuk mempersembahkan korban penghapus dosa.
    Ini sungguh suatu perbuatan yang sangat baik dan tepat, oleh karena Yudas memikirkan kebangkitan. Sebab jika tidak menaruh harapan bahwa orang-orang yang gugur itu akan bangkit, niscaya percuma dan hampalah mendoakan orang-orang mati.
    Lagipula Yudas ingat bahwa tersedialah pahala yang amat indah bagi sekalian orang yang meninggal dengan saleh. Ini sungguh suatu pikiran yang mursid dan saleh. Dari sebab itu maka disuruhnyalah mengadakan korban penebus salah untuk semua orang yang sudah mati itu, supaya mereka dilepaskan dari dosa mereka. (2 Makabe 12:43-45)

  3. Api yang bernyala-nyala dipadamkan air, dan dosa dipulihkan kedermawanan. (Sirakh 3:30)
Pengakuan Westminster pada tahun 1647 menolak pengilhaman dan otoritas Apokrifa dan tidak bersedia menerima kumpulan kitab tersebut sebagai bagian dari kanon Alkitab. Gereja-gereja Protestan pada umumnya menganut pendapat ini sehubungan dengan Apokrifa. Kendati pun tidak diakui ataupun dipraktekkan secara luas dewasa ini, penilaian Martin Luther terhadap Apokrifa masih tetap bermanfaat. Ia berpendapat bahwa kitab-kitab Apokrifa tidak sepadan dengan Alkitab, tetapi berguna untuk dibaca dan bernilai untuk membangun diri sendiri.
Salah satu alasan tidak diterimanya kitab-kitab Apokrifa adalah karena kitab-kitab itu mengandung kesalahan dan bertentangan dengan kitab-kitab yang resmi dalam Alkitab sebagai contoh:
  • Semuanya itu telah diuraikan oleh Yason dari Kirene dalam buku lima buah. Kami ini hendak berusaha mengikhtisarkan semuanya dalam satu jilid saja. (2 Makabe 2:23)
  • Demikianlah kejadian-kejadian yang mengenai Nikanor. Sejak itu Kota Suci tetap dikuasai oleh orang-orang Ibrani. Maka aku sendiripun mau mengakhiri kisah ini. Jika susunannya baik lagi tepat, maka itulah yang kukehendaki. Tetapi jika susunannya hanya sedang-sedang dan setengah-setengah saja, maka hanya itulah yang mungkin bagiku. (2 Makabe 15:37-38)

Kutipan di atas menentang kebenaran bahwa Alkitab diilhamkan oleh Allah, bukan oleh manusia serta tidak ada nubuat atau kitab yang dihasilkan oleh pikiran manusia, dalam ayat-ayat berikut:
  • Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. (2 Timotius 3:16)

  • Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah. (2 Petrus 1:20-21)
Kesalahan-kesalahan lain dalam kitab Apokrifa adalah kesalahan sejarah, kesalahan doktrin, misalnya membenarkan bunuh diri, menyetujui doa untuk orang mati, membenarkan kekejaman terhadap budak-budak, mengajarkan praeksistensi jiwa, membenarkan penipuan dan pengutukan.
Kita juga harus mempertimbangkan dengan jelas. Perkiraan penerjemahan Septuaginta melalui rekonstruksi akademisi terjadi antara 250 SM dan 150 SM. Kisah 72 penerjemah diceritakan oleh Philo dan Josephus, dan diterima oleh sebagian besar Gereja mula-mula, secara teknis hanya mengacu pada terjemahan Pentateukh. Sisa kitab suci Perjanjian Lama yang diterjemahkan, sedikit demi sedikit dan dengan berbagai tingkat akurasi, selama abad berikutnya diterjemahkan kemudian. Dengan demikian tidak mungkin bagi beberapa kitab Apokrif untuk dimasukkan dalam terjemahan Septuaginta ini, karena mereka tidak ada sampai setelah terjemahan diselesaikan. Misalnya, tanggal yang berlaku umum untuk penulisan buku-buku Apokripa menempatkan mereka diluar waktu terjemahan Septuaginta diselesaikan.
  1. Tambahan kitab Ester (c. 130 SM)
  2. 1 & 2 Makabe (c.110-50 SM), buku-buku ini, pada kenyataannya, berhubungan peristiwa yang terjadi sebagian besar setelah Septuaginta diterjemahkan.
  3. Susanna (c. 100 SM)
  4. Bel dan Naga (c. 100 SM)
  5. Kebijaksanaan Salomo (sekitar 75 SM - 40 M)
  6. Baruch (c. 70 AD)
¨      ** Deskripsi Singkat Kitab-Kitab Apokrif **

Tambahan kitab Ester (Additions to Esther)
Terdiri dari 6 paragraf panjang yg dimasukkan dalam versi Septuaginta dari Esther di beberapa tempat, dan dianggap karya seorang Yahudi Mesir yang ditulis sekitar 130 SM. Kitab Tambahan Ester dirancang untuk menyediakan buku dengan nada yang lebih religius, dan untuk membuatnya jelas bahwa itu dilakukan demi kesalehan orang Yahudi bahwa mereka akan dibebaskan dari rencana jahat bangsa-bangsa lain (Gentiles) yang berada dalam buku kanonik. Penambahan ini diletakkan di akhir buku oleh Jerome ketika ia membuat terjemahan Latin karena dia hanya menerima teks Ibrani sebagai kanonik.

1 Makabe (First Maccabees)
Buku ini ditulis dalam bahasa Ibrani sekitar 110 SM, dan segera setelah itu diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Teks Ibrani terlihat oleh Jerome, tapi sekarang hilang. Ini adalah catatan sejarah yang amat serius tapi mencampuradukan sejarah Yahudi dari 175 SM sampai 135 SM, selama waktu orang-orang Yahudi dari Palestina berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan dari penguasa Yunani. Hal ini sangat dihargai oleh sejarawan sebagai sumber informasi yang akurat.

2 Makabe (Second Maccabees)
Ini bukan sekuel lanjutan First Maccabees, tapi cerita yang berbeda dari banyak peristiwa yang sama terkait dalam buku yang berasal dari 161 SM, dikombinasikan dengan banyak tambahan fantastis dan legendaris. Kepentingan penulis adalah agama daripada sejarah, dan dia menggunakan sejarah sebagai latar belakang untuk memajukan ide-ide keagamaan saat ini di antara orang-orang Yahudi dari Alexandria pada abad pertama SM. Second Maccabees umumnya dianggap lebih awal dari First Maccabees, tetapi awal dari 50 AD. Beberapa pernyataan dalam buku ini mendukung ajaran Katolik Roma tentang api penyucian, doa untuk orang mati, dan pekerjaan syafaat dari "orang-orang kudus."

Susanna (The Story of Susanna)
Sebuah cerita pendek tentang bagaimana dua orang tua bejat mencoba untuk memaksa seorang istri muda yang cantik dan saleh, Susanna, berbohong bersama mereka, dan kemudian secara terbuka menuduhnya berzina ketika dia menolak. Pada sidang mereka memberikan kesaksian palsu dan Susanna dikutuk oleh dewan tetua. Tapi nabi Daniel mengetahui fakta-fakta dari kasus tersebut, dan ia memperlihatkan dua orang tua bejat itu dalam sidang kedua, setelah itu mereka dihukum mati. Cerita ini disisipkan di antara pasal 12 dan 14 dalam versi Septuaginta dari Daniel, dan pada awal buku dalam versi Theodotion.

Bel dan Naga (Bel and the Dragon)
Ini adalah kombinasi dari dua cerita yang juga melekat pada Daniel dalam Septuaginta, pada akhir buku ini. Kisah Bel menyangkut dewa Babel, yang mana Daniel menolak untuk menyembahnya. Ketika ia ditantang, dia mengatakan pada Raja Persia bahwa penyembahan kepada dewa Bel itu sia-sia karena tidak bisa makan apa-apa. Raja kemudian diminta para imam Bel membuktikan sebaliknya atau mati. Para imam mencoba untuk menipu raja dengan masuk ke dalam kuil Bel di malam hari melalui pintu masuk rahasia dan makan makanan korban yang disajikan kepada dewa Bel, tetapi mereka dilihat oleh Daniel, yang telah menyebar abu di lantai kuil, mengungkapkan jejak kaki mereka. Para imam dari Bel kemudian dibunuh dan kuil mereka dihancurkan. Dalam kisah sang naga, Daniel menolak untuk menyembah 'naga' yang hidup dan menerima tantangan untuk membunuh naga tanpa pedang. Dia memberikan naga sebuah ramuan, lemak, dan rambut, yang menyebabkan sang naga meledak dan mati. Musuh Daniel yang menyebabkan dia dilemparkan ke dalam gua singa, tapi singa yang lapar diberi makan oleh nabi Habakuk yang dibawa ke Babel dengan makanan oleh para malaikat. Kedua cerita tersebut jelas ditulis sekitar 150-100 SM

Kebijaksanaan Salomo (Wisdom of Solomon)
Kitab ini adalah kumpulan esai teologis dan devosi yang pertama kali ditulis dalam bahasa Yunani oleh seorang Yahudi dari Alexandria sekitar 75 SM – 40 M, tetapi disajikan dalam sedemikian rupa sehingga mereka tampaknya menjadi wacana raja Salomo. Penulis membandingkan agama Yahudi dengan filsafat Yunani, dan menunjukkan iman menjadi bentuk tertinggi dari kebijaksanaan. Buku ini sering dikutip oleh para penulis Kristen di masa lalu.

Baruch
Sebuah buku gabungan dari lima pasal, di mana ada nasihat terhadap hubungan dengan penyembahan berhala, perayaan Hukum sebagai "hikmat" Allah, dan dorongan dan berjanji untuk setia pada keimanan Yahudi, dikumpulkan bersama-sama dan diedit sekitar 70 M. Materi yang disajikan seolah-olah berasal dari Baruch, murid Yeremia, pada masa pembuangan Babel.

1 Esdras (First Esdras)
Buku ini adalah upaya seseorang untuk merevisi kitab kanonik Ezra, melengkapi dengan bahan dari dua bab terakhir dari 2 Tawarikh dan dua bab terakhir dari Nehemia, dan dengan kisah menghibur tentang tiga pemuda yang memperdebatkan pertanyaan, "Apa hal terkuat di dunia?"
Perdebatan ini terjadi dihadapan raja Persia, dan pemenangnya akan mendapatkan hadiah. Yang pertama berpendapat bahwa itu adalah anggur, yang kedua bahwa itu adalah raja sendiri, yang ketiga berpendapat dengan beberapa ironi dan humor bahwa perempuan lebih kuat daripada anggur atau raja, tetapi bahwa "kebenaran" dan "Allah kebenaran" jauh lebih kuat. Pemuda ini adalah Zerubabel, yang menerima hadiahnya berupa bantuan dari raja untuk membangun kembali Yerusalem.

2 Esdras (Second Esdras -- Juga disebut Apocalypse Ezra).
Bercerita tentang apocalypse Yahudi, mungkin pertama ditulis dalam bahasa Yunani sekitar tahun 100. Beberapa berpendapat bahwa itu awalnya ditulis dalam bahasa Ibrani. Tampaknya menjadi sebuah karya komposit, yang disusun dari dua atau tiga sumber. Sekitar tahun 120, diedit oleh orang Kristen tidak diketahui, dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin.
Editor Katolik Roma menambahkan beberapa bab pengantar dan penutupan referensi yang berasal dari Kristus, tetapi komposisi Yahudi asli tidak berubah dalam beberapa hal penting. Buku ini tidak termasuk dalam naskah Septuaginta, sehingga teks Yunaninya telah hilang. Saksi yang paling penting untuk teks asli adalah versi Latin, yang termasuk dalam manuskrip abad pertengahan Vulgata. Buku ini sebagian besar terdiri dari dialog antara Ezra dan malaikat dikirimkan kepadanya untuk menjawab pertanyaan teologis yg penting tentang masalah kejahatan, dan khususnya kegagalan dan penderitaan Israel. Semua ini disajikan seolah-olah ditulis jauh sebelum oleh Ezra dan tersembunyi. Buku itu jelas ditulis sebagai dorongan untuk orang-orang Yahudi, yang baru saja mengalami kehancuran Yerusalem (AD 70). Hal ini juga mencakup beberapa nubuat simbolis tentang kekaisaran Romawi, di mana Roma dikiaskan sebagai elang berkepala tiga yang menindas dunia dan akhirnya dihancurkan oleh singa yang mengaum (sosok Mesias). Ada sebuah kisah fantastis tentang bagaimana Alkitab Ibrani semua hancur dalam pembuangan ke Babel dan kemudian dipulihkan secara sempurna oleh inspirasi ajaib Ezra dan dia mendikte semua buku kepada lima juru tulis selama empat puluh hari. Seiring dengan buku-buku kanonik, Ezra menentukan 70 buku rahasia yang akan disediakan untuk orang-orang bijak. Ezra kedua disajikan sebagai salah satu kitab Apokripa. Martin Luther menghapus Pertama dan Kedua Ezra dari Apokripa Alkitab bahasa Jerman di 1534, dan kedua buku juga ditolak oleh Katolik Roma pada Konsili Trent pada tahun 1546. Namun demikian, mereka termasuk dalam Apocrypha dari versi King James.

Tobit
Ini adalah kisah didaktik dan romantis ditulis dalam bahasa Aram mungkin sekitar 200 SM, dan setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Fragmen dari teks bahasa Aram yang ditemukan di antara Gulungan Laut Mati. Cerita ini dari keluarga Yahudi yang dibawa ke Niniwe selama pembuangan Babel. Tobit, ayah yang buta, mengirimkan anaknya Tobias dalam sebuah perjalanan untuk menagih utang. Dalam perjalanannya Tobias dipimpin oleh seorang malaikat yang menyamar (Raphael) ke rumah seorang perawan yang telah menikah tujuh kali, tapi yang suaminya dibunuh oleh semua setan pada malam pernikahan mereka. Tobias menikahi gadis itu dan mengusir setan dengan membakar jantung ikan di kamar tidur, dan dengan bantuan Raphael. Dia kembali ke rumah dengan uang dan istrinya, dan kemudian menyembuhkan mata ayahnya dengan empedu ikan. Cerita ini ditaburi dengan kesalehan dan nasihat, dan diakhiri dengan keberangkatan Tobias 'dari Niniwe, yang, setelah kematian alami Tobit yg hancur dalam penghakiman.

Judith
Ditulis dalam bahasa Ibrani sekitar 150 SM, dan segera diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Teks Ibrani hilang. Ini adalah cerita tentang seorang janda muda cantik bernama Judith (yang berarti "Yahudi") yang menyelamatkan kotanya dari pengepungan militer. Dia pergi keluar ke kamp komandan musuh, mempesona sang komandan, membiarkan dia mabuk, dan kemudian memotong kepalanya sementara ia tidur di tendanya. Dia kembali dengan kepala sang komandan dan menunjukkan kepada orang-orangnya, mendesak orang-orang untuk pergi dan mengusir musuh, yang mereka lakukan. Sepanjang cerita ini dia disajikan sebagai wanita yang sangat tertarik untuk mengamati hukum Musa.

Sirakh (Ecclesiasticus, originally called The Wisdom of Jesus son of Sirach, or simply Sirach)
Ditulis pertama dalam bahasa Ibrani sekitar 200 SM oleh seorang guru yg bijak bernama Joshua Ben Sirakh, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani oleh cucunya sekitar 135 SM. Buku ini sebagian besar terdiri dari amsal dan ucapan bijak lain tentang kehidupan, dirangkai dalam wacana pendek atau terorganisir dalam bagian topikal. Hal ini juga berisi wacana lagi tentang kehidupan agama dan iman, yang juga layak dibaca. Ini kemudian disebut Sirakh (buku “gerejawi”) karena pada masa awal sering dibaca dalam pelayanan gereja, yang paling sangat dihormati dari kitab-kitab apokrifa.

Surat Tambahan Yereima (Epistle of Jeremiah
)
Sering dicetak sebagai pasal 6 dari Baruch, ini karya pendek yang dimaksudkan untuk menjadi sebuah surat dari Yeremia kepada orang-orang Yahudi di pengasingan di Babel, tetapi biasanya dianggap sebagai penipuan, atau perangkat sastra yang hanya digunakan oleh penulis yang menulis sekitar 200 SM. Epistle of Jeremiah pada dasarnya adalah sebuah sajak pendek melawan penyembahan berhala dengan menggunakan ejekan dan sarkasme.

Pujian Sadrak, Mesakh dan Abednego (Song of the Three Holy Children -- including The Prayer of Azariah).
Sebuah perhiasan dari siksaan Sadrakh, Mesakh, dan Abednego yang dicatat dalam kitab kanonik Daniel, yang dirancang untuk ditambahkan setelah ayat 23 dari bab ketiga. Ini terdiri dari doa dan himne yang mungkin dipersembahkan kepada Tuhan oleh ketiganya ketika berada dalam tungku yang menyala-nyala.

Doa Manayse (The Prayer of Manasseh)
Ini adalah mazmur pertobatan, terdiri sesuai situasi Manasye, raja Yehuda yang dibawa sebagai budak ke Babel (2 Tawarikh 33:11-13, di mana mazmur mungkin dimaksudkan untuk dimasukkan dalam Septuaginta). Buku ini ditolak oleh Katolik Roma pada Konsili Trente pada tahun 1546.

Selain itu….
Kita harus memahami bahwa bukti aktual yang kita miliki untuk kehadiran kitab-kitab apokrifa dalam Septuaginta ditemukan dalam tiga naskah tertua Alexandria, Vaticanus, Sinaiticus, Alexandrinus. Ketiga naskah masing-masing berisi sebagian besar atau semua Apocrypha:
  1. Vaticanus - berisi semua Apokrifa Katolik kecuali I dan II Makabe.
  2. Sinaiticus - berisi semua Apokrifa Katolik kecuali II Makabe, dan tambahan memiliki IV Makabe.
  3. Alexandrinus - berisi semua Apokrifa Katolik ditambah III dan IV Makabe dan I Esdras
Sekarang kita beralih ke adopsi resmi Perjanjian Lama ditambah Apocrypha pada Konsili Trent (1545-1563). Beberapa apologis Katolik akan berpendapat bahwa Trent hanya menegaskan kembali apa yang Gereja telah percaya selama berabad-abad. Mengingat pernyataan dari teolog Katolik terkemuka yang terlihat di atas, tampaknya agak sulit untuk percaya bahwa Apocrypha diterima sebagai kanon resmi, mengikat kepada semua orang Katolik Roma.
Sesungguhnya, Konsili Trente adalah tempat pertama di mana Apocrypha itu dianggap bagian dari " infallibly decreed" kanon Kitab Suci. Konsili Trente kemudian menyatakan :
'…If anyone does not accept as sacred and canonical the aforesaid books in their entirety and with all their parts, as they have been accustomed to be read in the Catholic Church and as they are contained in the old Latin Vulgate Edition, and knowingly and deliberately rejects the aforesaid traditions, let him be anathema…'
Dengan demikian, untuk pertama kalinya, deklarasi kutukan dibuat terhadap mereka yang tidak menerima Apocrypha sebagai Kitab Suci.

Namun anathema diatas sama sekali terkesan pemaksaan dan merupakan revisi kanonik dari apa yg sebelumnya dituliskan oleh sumber resmi Katolik Roma sendiri sebagai berikut:

'St. Jerome distinguished between canonical books and ecclesiastical books. The latter he judged were circulated by the Church as good spiritual reading but were not recognized as authoritative Scripture. The situation remained unclear in the ensuing centuries...For example, John of Damascus, Gregory the Great, Walafrid, Nicolas of Lyra and Tostado continued to doubt the canonicity of the deuterocanonical books. According to Catholic doctrine, the proximate criterion of the biblical canon is the infallible decision of the Church. This decision was not given until rather late in the history of the Church at the Council of Trent. The Council of Trent definitively settled the matter of the Old Testament Canon. That this had not been done previously is apparent from the uncertainty that persisted up to the time of Trent.'

(Jerome membedakan antara buku-buku kanonik dan buku-buku gerejawi. Yang terakhir dia nilai diedarkan oleh Gereja sebagai bacaan rohani yang baik tetapi tidak diakui sebagai Kitab Suci yang otoritatif. Situasi tetap tidak jelas pada abad-abad berikutnya. Sebagai contoh, John dari Damaskus, Gregorius Agung, Walafrid, Nicolas dari Lyra dan Tostado terus meragukan kanonisitas kitab-kitab deuterokanonika. Menurut doktrin Katolik, kriteria terdekat dari kanon alkitabiah adalah keputusan Gereja yang tidak dapat salah. Keputusan ini tidak diberikan sampai agak terlambat dalam sejarah Gereja di Konsili Trente. Konsili Trente secara definitif menyelesaikan masalah Kanon Perjanjian Lama. Bahwa hal ini belum pernah dilakukan sebelumnya jelas terlihat dari ketidakpastian yang bertahan hingga zaman Trent.) 

(The New Catholic Encyclopedia, The Canon).

Dengan demikian, cukup banyak jumlah ketidakpastian di kalangan akademisi Katolik Roma, apakah kitab-kitab apokrifa adalah bagian dari kanon Perjanjian Lama atau tidak. Dan sekarang, telah terbukti bahwa kitab-kitab apokrif merupakan tambahan terlambat untuk kanon yang sebelumnya tidak pernah diamanatkan sampai berlangsungnya Konsili Trente.

Pertanyaannya selanjutnya adalah:

Mengapa ada kitab-kitab yang telat masuk dalam daftar kanonisasi Deutarokanonika Katolik Roma...?

Untuk diketahui, Konsili Trente adalah reaksi Katolik Roma untuk Reformasi Protestan, yang pada waktu itu meledak di seluruh Eropa. Dengan berjalannya waktu, tantangan Protestan intensif dan mulai untuk mengatasi berbagai macam dogma Katolik Roma dan praktek yang tidak mendapat dukungan Alkitab baik dari kanon Ibrani maupun Perjanjian Baru. Dewan di Trente berusaha untuk memperbaiki masalah ini, bukan dengan menerima pernyataan dari Alkitab itu sendiri, melainkan dengan 'mereformasi' Alkitab untuk memberikan dukungan bagi dogma seperti api penyucian, doa untuk orang mati, dan keselamatan melalui perbuatan baik.
 
Kita harus mengakui bahwa keputusan Konsili Trent untuk menjawab 'serangan' dogma Sola Scriptura yang bertentangan dengan ajaran Katholik Roma. Dengan arogansinya sendiri yang memiliki wewenang untuk mengubah Firman Allah, Katolik Roma tidak berhasil menahan kekuatan Reformasi Gereja yang menggentarkan Eropa. Para reformator mengabaikan perubahan, dan menolak untuk menerima daftar kanon yang baru direvisi pada tahun 1546.

Bukti internal menegaskan pemisahan yang jelas antara tulisan-tulisan Kristen yang diilhamkan dan karya-karya yang tidak sah atau tidak terilham. Tulisan-tulisan Apokripa jauh lebih rendah mutunya dan sering kali fantastis dan kekanak-kanakan.

** Mengapa Kita mempertimbangkan kanonisasi Ibrani…? **

Pertanyaan yg sangat baik untuk ditanyakan mengapa Kita melakukan itu, dan Alkitab menjawabnya:

What advantage then hath the Jew? or what is the profit of circumcision? Much every way: first of all, that they were intrusted with the oracles of God.

Jika demikian, apakah kelebihan orang Yahudi dan apakah gunanya sunat?
Banyak sekali, dan di dalam segala hal. Pertama-tama: sebab kepada merekalah dipercayakan firman Allah. [Roma 3:1-2]

Tidak hanya orang-orang Yahudi memiliki hak istimewa untuk menjadi penjaga Kitab Suci, dan tanggung jawab untuk menjaga Kitab Suci, Alkitab sangat jelas, Allah sendiri mempercayai mereka untuk melakukan itu. Kata Yunani yang diterjemahkan "intrusted" adalah pisteuo, yang artinya “..telah dipercayakan / be put in trust with..” Jika Tuhan memiliki kepercayaan
yang cukup kepada orang Yahudi dengan menunjuk mereka sebagai penjaga the Law, The Prophets, and The Writings, siapakah Kita sehingga mempertanyakan hal itu..?

TUHAN Yesus memberkati

Daftar pustaka:
  1. http://www.bible-researcher.com/canon2.html
  2. http://www.inplainsite.org/html/apocrypha.html
  3. http://www.sarapanpagi.org/kitab-kitab-apokrifa-dan-pseudepigrafa-vt157.html
  4. http://alkitab.sabda.org/strong.php?id=4100
  5. http://www.masseiana.org/bel_and_dragon.htm
  6. http://bible-truth.org/Apocrypha.html
  7. http://www.bible.ca/catholic-apocrypha.htm
  8. http://www.reachingcatholics.org/rcbible.html
  9. http://www.studytoanswer.net/rcc/rvb_apocrypha.html#trent
  10. http://www.truthnet.org/Bible-Origins/6_The_Apocrypha_The_Septugint/
  11. http://www.reformed.org/documents/wcf_with_proofs/
  12. http://www.justforcatholics.org/a108.htm
  13. http://www.sarapanpagi.org/septuaginta-vt116.html