14 Mei 2013

Ketika Dunia Diciptakan Dengan Firman -- Relevansi Antara Pentateukh, Targum dan Perjanjian Baru --

TUHAN itu ada dan DIA telah berfirman.

Itulah titik awal yang menjadi dasar iman Kristiani.

Segala sesuatu yang Kita yakini sebagai pengikut-pengikut Kristus bergantung pada kebenaran bahwa TUHAN benar ada dan DIA telah berfirman. Pernyataan ini juga merupakan tanggapan iman Kristiani atas apa yang disebut Jean-Paul Sarte sebagai pernyataan filosofis yang mendasar:

Mengapa sesuatu itu ada dan bukannya tidak ada?

Sesuatu itu ada sebab TUHAN telah berfirman.

Kitab Kejadian dimulai dengan kalimat ini, "Pada mulanya ALLAH... Berfirmanlah ALLAH".

Keberadaan TUHAN tidak dijelaskan; DIA hanya diasumsikan ada.

Sebelum segala sesuatu ada, TUHAN sudah ada.

TUHAN lalu memecah kekosongan itu dengan berfirman dan menjadikan segenap ciptaan yang ada. Jika TUHAN tidak ada maka yang lain juga tidak akan ada. Dan, jika TUHAN diam saja, tidak berfirman, alam semesta tak akan pernah ada.

TUHAN berfirman untuk menciptakan setiap jenis mahluk KECUALI Anda dan Saya.
Alkitab berkata bahwa DIA membentuk laki-laki dan perempuan menurut gambar dan rupa-NYA sendiri. Setelah TUHAN selesai membentuk manusia, DIA mulai berbicara dengan mereka. TUHAN memberi beberapa pedoman sederhana untuk menuntun kehidupan mereka di dunia yang baru ini.

Unfortunately...

Laki-laki dan perempuan yang pertama itu memilih untuk mengabaikan TUHAN dengan melanggar perintah-NYA. Namun hal itu bukanlah akhir dari percakapan-NYA dengan umat manusia.
TUHAN terus berbicara,dan DIA masih terus berfirman sampai hari ini. Karena TUHAN ada, DIA berfirman kepada mereka yang dijadikannya menurut Rupa dan Gambar-NYA sendiri.

Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi,maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. (Ibrani 1:1-2)

Ketika nabi Musa didalam kitab Kejadian pasal pertama sampai ketiga mengajarkan bahwa ‘oleh Firman Allah maka dunia beserta isinya diciptakan’. Pengajaran ini ternyata seturut dengan yang diajarkan oleh rasul Yohanes dalam Yohanes 1:1-4

Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.

Diatas, rasul Yohanes mengajarkan bahwa "Segala sesuatunya diciptakan dengan Firman ALLAH"
Apakah hanya rasul Yohanes yang mengajarkan itu?

Tidak demikian, rasul Simon Petrus pun mengajarkan hal yang sama:

Mereka sengaja tidak mau tahu, bahwa oleh firman Allah langit telah ada sejak dahulu, dan juga bumi yang berasal dari air dan oleh air,dan bahwa oleh air itu, bumi yang dahulu telah binasa, dimusnahkan oleh air bah. Tetapi oleh firman itu juga langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari api dan disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik. (2 Petrus 3:5-7)

Selain nabi Musa, raja Daud didalam Mazmurnya juga mengatakan:

Oleh firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentaranya.
Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada. (Mazmur 33:6,9)

Ketika nabi Musa mengajarkan "dunia diciptakan dengan Firman", maka peneguhan tentang itu diberitakan kembali oleh umat pilihan ALLAH setelah Musa.

Demikianlah mata rantai singkat pengajaran "Dunia diciptakan dengan Firman ALLAH" yang sudah ada sejak zaman nabi Musa merupakan salah satu pengajaran dasar dalam iman Kristiani dimana Kita bisa menjadi yakin bahwa tanpa Firman, segala sesuatu tidak akan ada.

Konsistensi pengajaran melalui pengilhaman Roh Kudus inilah yang semakin meneguhkan bahwa meskipun ada jarak ribuan tahun antara nabi Musa dan para rasul, pengajaran-NYA tidak pernah berubah, dari dahulu, sekarang dan sampai selama-lamanya.

**) Targum – Etimologi dan Perkembangan

Kitab Targum adalah terjemahan Naskah Perjanjian Lama bahasa asli Ibrani ke dalam bahasa Aram. Hal ini untuk membantu orang Yahudi di tanah Yudea, di mana setelah era pembuangan di Babel, bahasa Aram menjadi bahasa mereka sehari-hari bagi orang-orang Yahudi. Targum dibuat sebelum atau dalam kurun waktu abad ketiga Sebelum Masehi sampai abad pertama Masehi. Terjemahan Targum ini sering mengandung interpretasi/penafsiran, jadi bukan merupakan terjemahan yang harfiah apa adanya dari naskah Ibrani pada Kitab Tanakh Ibrani.

Targum sangat penting untuk menentukan naskah asli bahasa Ibrani. Perubahan percakapan dari bahasa Ibrani ke bahasa Aram menyebabkan tata ibadah pada Sinagoga yang berbentuk lisan kemudian dituliskan dalam suatu naskah. Setelah itu Targum menjadi sajian terjemahan tetap Kitab Suci yang tertulis ke dalam bahasa percakapan sehari-hari, bahasa Aramaic. Supaya umat Yahudi dapat mengerti Kitab Suci dengan lebih baik. Dengan ditambah-tambahkannya banyak penjelasan tambahan pada kitab Targum ini tujuannya untuk pemahaman kerohanian pada tingkat yang lebih tinggi. Penafsiran itu dirasa penting untuk ditambahkan untuk pemahaman naskah-naskah Perjanjian Lama. Hal ini penting pula bagi penyelidikan bahasa percakapan Tuhan Yesus dan pada umumnya kepada audience-Nya bagi eksegese/pemahaman Perjanjian Baru (dalam wawasan semitik naskah Perjanjian Baru).

Targum mencakup terjemahan sekaligus ulasan dalam bahasa Aram, atau terjemahan disertai tafsiran atas naskah Perjanjian Lama. Sesudah terbuang di Babel, lambat laun bahasa Ibrani tergeser oleh bahasa Aram sebagai bahasa pergaulan/bahasa sehari-hari orang-orang Yahudi. Dengan demikian pengertian mereka secara langsung akan Kitab Suci bahasa Ibrani berkurang. Karena bahasa Ibrani lebih digunakan khusus sebagai bagasa liturgis, di Bait Allah atau di Sinagoga saja.

Karena Kitab Suci, khususnya Pentateukh, adalah dasar bagi pemahaman ibadah orang Yahudi. Maka perlulah disusun satu kitab terjemahan beserta penafsirannya dalam wawasan Yahudi. Hal ini menjadi pembimbing untuk iman dan hidup sehari-hari, maka menerjemahkannya bagi masyarakat umum supaya dimengerti dianggap sebagai keharusan. Jadi kemudian di dalam Sinagoga, dengan disusunnya Kitab Targum ini, maka mulailah perkembangan kebiasaan untuk membaca Targum, sesudah mereka membaca hukum Taurat bahasa asli Ibrani. Yaitu Pemahaman Alkitab Ibrani yang dilanjutkan penjabarannya secara lisan kepada jemaat Yahudi dengan menggunakan bahasa Aram.

Perkembangan sinagoge dengan tata caranya berjalan agak lambat, maka tak mungkin untuk menetapkan tarikh tertentu sebagai permulaan dari tata ibadah ini. Tapi ada kemungkinan bahwa permulaannya adalah seperti teracu pada Nehemia 8:9, "dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan." Bagaimanapun juga, kebiasaan itu memang sudah lazim dalam sinagoge sebelum Kristus lahir.

**) Penciptaan Menurut Targum

Menjadi menarik bahwasanya, paraphrase kisah Penciptaan didalam Targum ternyata sejalan dengan Pernyataan Alkitab, beberapa diantaranya:

**) Targum Jerusalem

In wisdom (be-hukema) the Lord created. And the earth was vacancy and desolation, and solitary of the sons of men, and void of every animal; and the Spirit of mercies from before the Lord breathed upon the face of the waters. (Parafrase Targum Jerusalem atas Kejadian 1:1)

And the Word of the Lord created man in His likeness, in the likeness of the presence of the Lord He created him, the male and his yoke-fellow He created them.] In the image of the Lord He created him, with two hundred and forty and eight members, with three hundred and sixty and five nerves, and overlaid them with skin, and filled it with flesh and blood. Male and female in their bodies He created them. And He blessed them, and the Lord said to them, Increase and multiply, and fill the earth with sons and daughters, and prevail over it, in its possessions; and have dominion over the fish of the sea and over the fowl of the heavens, and over every creeping animal that creepeth upon the earth. And the Lord said, Behold, I have given you every herb whose seed seedeth upon the face of all the earth, and every unfruitful tree for the need of building and for burning; and the tree in which is fruit seeding after its kind, to you it shall be for food. But to every beast of the earth, and to every fowl of the heavens, and to every reptile upon the earth in which is the living soul, (I have given) all green herbs. And it was so. And the Lord beheld everything He had made, and it was very good. And it was evening, and it was morning, the Sixth Day (Parafrase Targum Jerusalem atas Kejadian 1:26)

And the Word of the Lord said to Mosheh, He who spake to the world, Be, and it was; and who will speak to it, Be, and it will be. And he said, Thus shalt thou speak to the sons of Israel, EHEYEH hath sent me unto you.] And the Lord said again unto Mosheh, Thus shalt thou speak to the sons of Israel, The God of your fathers, the God of Abraham, the God of Izhak, and the God of Jakob, hath sent me unto you.  This is His Name for ever, and this is His Memorial to every generation and generation. Day (Parafrase Targum Jerusalem atas Keluaran 3:14-15)

**) Targum Onkelos

And it repented the Lord in His Word that He had made men upon the earth. And He said, (in His Word,) that He would break their strength according to His pleasure. And the Lord said, Man whom I have made will I blot out I from the face of the earth; from man to the beast, to the reptile, and to the fowls of heaven; because it repenteth Me in My Word that I have made them. But Noach found mercy before the Lord. (Parafrase Targum Onkelos atas Kejadian 6:6-8)

**) Targum Neofiti

In the beginning and in great wisdom, God created and finished the heavens and the earth. (Parafrase Targum Neofiti atas Kejadian 1:1)

**) Targum Jonathan

Male and female He created them, and blessed them in the name of His Word; and He called their name Man in the day they were created. (Parafrase Targum Jonathan atas Kejadian 5:2)

**) Relevansi Penciptaan Didalam Kitab Kejadian, Targum dan Injil Yohanes

Dari Perjanjian Lama kita bisa melihat Allahnya Israel, yaitu pencipta Alam Semesta yang ada di seluruh dimensi kita yang terbatas, dirasakan keberadaan-Nya di antara ciptaan-Nya, membuat perjanjian dengan umat-Nya, hadir dalam bentuk tiang awan dan api, ikut berperang bersama umat-Nya, memberkati mereka, mengutuk mereka, lalu kemudian menebus mereka. Untuk memberikan pengertian akan Allah seperti ini maka dibutuhkan sebuah istilah, dan hadirlah kata ‘Firman’ yang merupakan jalan keluar, diberikan dalam penjelasan di Sinagoge, dan tercatat di Targum.

Sage dari Yahudi memberikan jawaban serupa yaitu ‘Memra’. Memra merupakan istilah bahasa Aramaik yang memiliki akar kata Ibrani ‘Amar’ yang berarti: kata, keputusan, pidato. Terkadang Ibrani lebih menggunakan ‘Davar’ yang memiliki arti berbicara, berkata.

‘Memra’ selain berarti perkataan (sesuai dengan akar katanya dalam Ibrani), kata ini juga menggambarkan banyaknya manisfetasi dan ekspresi dalam ciptaan-Nya melalui firman-Nya.

Orang Yahudi sangat biasa mendengar kata ‘Memra’ ini sebagai Firman dari Tuhan karena mereka mendengarnya ratusan kali di Sinagoge.

Ketika bangsa Israel kembali dari pembuangan pada abad 6 SM, maka kebanyakan dari mereka tidak mengerti bahasa Ibrani, mereka berbicara menggunakan bahasa Aramaik.

Kendati demikian, Kitab Suci mereka dibacakan dalam bahasa Ibrani meskipun sebagian besar dari komunitas Yahudi saat itu tidak berbicara dalam bahasa Ibrani. Setelah mendengar para imam membacakan beberapa ayat-ayat dari gulungan Torah Ibrani, kemudian mereka mendengar sebuah penerjemahan/penjelasan dalam Aramaik yang disebut Targum.

Dalam Targum ini kita menemukan yang disebut ‘Hokmah’ dan ‘Memra’. Dalam Kejadian 1:1 di dalam Targum dijelaskan bahwa bersama ‘Hokmah’ (Kebijaksanaan) maka Allah menciptakan langit dan bumi.

Ini menunjukkan bahwa ada pribadi yang bersama dengan Allah untuk menciptakan semesta. Kemudian, penggunaan kata ‘Memra’ menggantikan ‘Hokmah’ mulai sering dipergunakan. Dalam setiap permulaan hari penciptaan, maka kata ‘Memra’ berada di awal ayat, menunjukkan peranannya sebagai penyebab dari setiap ciptaan yang ada.

Jadi kata ini sangat dikenal terutama dalam periode penciptaan semesta. Kata ‘Memra’ ini disandingkan dengan Allah, ingin menunjukkan bagaimana Allah memiliki “penolong” dalam pekerjaan-Nya. Di dalam Targum ini, Firman atau ‘Memra’ ini melakukan, menjadi, dan bertindak sebagaimana Allah dan kita juga mengetahui bahwa Dia juga bersama Allah.

Rasul Yohanes mengambil pengertian Yahudi ini mengenai ‘Memra’ untuk memperkenalkan Mesias, yang merupakan Allah dan bagian terkait dengan Allah.

Dia menulis: “Pada mulanya adalah ‘Memra’ (Firman), dan ‘Memra’ bersama degan Allah, dan ‘Memra’ merupakan Allah. Dia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan melalui-Nya, dan tanpa dia tidak ada satupun akan ada” (Yohanes 1:1-3)

Yohanes memberitahu pembaca Yahudi bahwa Yesus merupakan Firman Allah bertanggung jawab bagi kehidupan kita dimulai dari awal dunia. Dengan mengambil ‘Memra’ sebagai “jembatan” maka pengenalan akan siapa sebenarnya Yesus dapat segera diyakini oleh pembaca saat itu dan ide ini tampaknya menguasai penulisan Yohanes.

Sebagai seorang ‘Memra’ maka Yesus memiliki kuasa atas semesta, mempunyai kemampuan adikodrati untuk mengubah air menjadi anggur di pernikahan Kana, memberi makan lima ribu orang, bahkan menyembuhkan orang buta hingga dapat melihat kembali.

Mujizat-mujizat ini dinyatakan oleh Yohanes bahwa Yesus sesungguhnya adalah ‘Memra’ yang bersama dengan Allah mencipta semesta ini, bahkan Yesus sendiri adalah Allah itu.

Dan jikalau ide ‘Memra’ ini dapat dilihat dalam diri Yesus oleh si pembaca, maka tidak ada yang dapat menghalangi setiap orang percaya untuk mengikuti Yesus, karena Dia Allah itu sendiri. Sebagai pengikut YHWH, Allahnya Israel, maka sudah sepatutnyalah seluruh orang Yahudi percaya dan menjadi pengikut Yesus.

 

Daftar Pustaka:

*) Dari berbagai sumber

 

TUHAN Yesus memberkati

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar