13 Oktober 2021

Kekristenan Yang Suam-Suam Kuku (Wahyu 3:14-16)

 

Wahyu 3:14-16 (TB) "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Laodikia: Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah: Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku."

Selama ini, umat Kristen diajarkan bahwa Ayat diatas menuntut setiap Jemaat untuk memiliki jiwa Kekristenan yg berapi-api. Frasa "dingin" di dalam Ayat itu ditafsirkan "Berada dalam keadaan yg miskin rohani" dan frasa "suam-suam kuku" dalam Ayat itu ditafsirkan "Kristen KTP".

Laodikia, Yunani: λαοδικεια - laodekeia, artinya: keadilan untuk rakyat, adalah suatu kota perdagangan penting di lembah Likos daerah Frigia. Suatu kota di propinsi Romawi wilayah Asia. Letaknya di bagian barat negara Turki yg sekarang. Awalnya, kota itu dibangun oleh Antiokhus II (261-246 SM) (dari wangsa Seleukid) untuk menghormati permaisurinya Laodike.

Eprafas, rekan kerja rasul Paulus bekerja di Laodikea, Kolose & Hierapolis (Kolose 1:3) sehingga penginjilan agama Kristen di kota Laodikia dan Kolose dilakukan olehnya (Kolose 4:12-13).

Peta kota Laodikia

Kota Laodikia berada di persimpangan jalan raya utama, yaitu jalan raya lintas Asia Kecil yg membentang ke barat menuju ke pelabuhan-pelabuhan Miletus dan Efesus, kira-kira 160 km jauhnya; ke arah timur lewat lereng yg landai menuju dataran tinggi di bagian tengah dan dari situ terus menuju Siria. Ada jalan lain ke arah utara menuju ibukota propinsi yaitu Pergamum, dan ke selatan menuju pantai ke Atalia.

Karena letaknya begitu strategis, maka kota ini menjadi pusat perdagangan yg sangat makmur, terutama pada zaman pemerintahan Romawi. Ketika kota itu hancur karena gempa bumi yg hebat thn 60 M, kota itu sanggup menolak tawaran bantuan biaya pembangunan kembali dari kaisar. Laodikia menjadi pusat yg penting untuk perbankan dan pertukaran (Cicero, ad Fam 3.5.4). Dan karena terletak di lembah Sungai Likus yg lebar, kota ini dikelilingi oleh tanah yg subur (Sungai Likus adalah anak Sungai Meander). Produksinya yg terkenal antara lain adalah jubah dari wol hitam yg berkilau (Strabo, Geog. 12.8.16 [578]), dan Laodikia juga terkenal sebagai pusat ilmu kesehatan mata.

Surat kepada Jemaat di Laodikia berisi banyak singgungan terhadap sifat dan suasana kota itu. Walaupun kaya, kota itu tidak mampu menghasilkan penyembuhan dari khasiat air panas, seperti tetangganya Hierapolis, atau khasiat yg menyegarkan dari air sejuk seperti di Kolose. Hasilnya hanyalah air "hangat-hangat kuku".

Pada tahun 2002, Prof Brandon bersama salah seorang mahasiswanya mendapat kesempatan untuk mengunjungi kota ini. Dewasa ini, kota ini memang sudah menjadi puing, namun di antara puing-puing pada waktu itu yg belum digali di Laodikia, penafsiran lain dari teks itu menampakan dirinya. Beberapa mill ke arah barat laut Laodikia, di puncak sebuah gunung kecil, ada sebuah kota bernama Hierapolis. Di dasar Hierapolis ada bentukan geologis yg luar biasa, yg dihasilkan oleh banyak mata air panas alami yg tampak di permukaan seluruh kota itu. Bahkan, pada saat ini kota itu dikenal sebagai permandian uap air panas mineralnya.

Selama berabad-abad, banyak mata air di bawah tanah itu menghasilkan timbunan kalsium yg berwarna seputih salju, yg dalam bahasa Turki dikenal sebagai "Pamukkale" atw "Istana Kapas", yg mengalir seperti es menuruni lereng-lereng. Kira-kira pada jarak yg sama dari Laodikea, dari arah yg berlawanan, ada kota Kolose. Kota itu belum digali pada tahun 2002, jadi bagian bawahnya tidak terlihat namun pada abad pertama, Anda bisa melihat Kolose dari Laodikea. Kota itu tidak terkenal seperti Laodikea namun memiliki sesuatu yg tidak dimiliki Laodikea, mata air yg sejuk & segar. Inilah yg menjadikan Laodikea itu unik. Kota ini harus mensuplai kebutuhan airnya lewat terowongan air dari tempat lain: air mineral panas dari Hierapolis atw air yg sejuk & segar dari Kolose karena tidak mempunyai sumber air bersih yg tetap dan dekat. Air harus disalurkan lewat pipa-pipa ke kota dari sumber-sumber air panas di tempat yg agak jauh.

Di Hierapolis, persediaan air tersebut bersuhu hangat mirip seperti sumber air panas. Air tersebut bisa digunakan untuk pengobatan. Sedangkan air di Kolose adalah air dingin yang bisa diminum dan berguna untuk menyegarkan badan.

Masalahnya, pada waktu air dari kedua kota itu sampai ke Laodikea, air itu sudah kehilangan kualitas yg membuatnya istimewa. Air panas itu tidak menjadi panas lagi, air dingin itu tidak menjadi dingin lagi, penduduk Laodikea hanya mendapat air yg suam-suam kuku untuk minum mereka. Tentu saja sebenarnya mereka mengharapkan air itu memiliki salah satu dari kedua kualitas air itu: air yg panas atw air yg dingin, air yg suam-suam kuku tidak banyak gunanya lagi.

Kita mengerti sebagai air yang tidak dapat digunakan. Terlalu dingin untuk digunakan dalam pengobatan, juga terlalu panas untuk bisa diminum agar menyegarkan badan. Penelitian menemukan bahwa air seperti itu justru menimbulkan penyakit perut. Ibarat orang yang minum air yang sama sekali tidak enak karena mengandung kaporit, rasanya mau memuntahkannya, demikian pula sikap Yesus Kristus terhadap jemaat di Laodikia. Pada akhirnya kota itu ditinggalkan dan kota baru tumbuh di lahan kota zaman modern (Denizli) di sekitar sumber-sumber air itu.

Demikianlah peringatan Tuhan itu menjadi jelas bagi Jemaat di Laodikea termasuk bagi umat Kristen dewasa ini, Dia berharap umat-Nya panas (seperti air yg menyehatkan dari Hierapolis) atw sejuk (seperti air yg menyegarkan dari Kolose), bukan yg suam-suam kuku.

Tuhan Yesus mengasihi jemaat di Laodikia, maka nasihat yang diberikannya dalam Wahyu 3:14-22 kepada jemaat di Laodikia ini sangat rinci. Pertama-tama menunjukkan kelemahan mereka, lalu diteruskan dengan nasehat-nasehat untuk mengoreksinya. Dan kemudian memberikan konklusi akhir:

Wahyu 3:21-22 (TB) "Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Akupun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat."

Tuhan Yesus Memberkati

Daftar Pustaka



Tidak ada komentar:

Posting Komentar