19 Oktober 2021

Persekutuan Orang - Orang Kudus Dalam Sejarah Kekristenan

Yang penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus.
Wahyu 14:12

If there is one doctrine I have preached more than another, it is the doctrine of the Perseverance of the Saints, even to the end.
-- Charles H. Spurgeon --

Selama ini, mungkin sebagian kita hanya mengetahui bahwa orang kudus itu hanya mereka yang sudah mati di dalam Kristus yang sepanjang hidupnya melakukan kehendak Allah, beberapa denominasi Gereja memberikan penghargaan kepada bapa-bapa Gereja dan tokoh Apologetika Kristen sepanjang abad pertama hingga saat ini untuk dianugerahi gelar "Santo/Santa".

Orang Kudus (Santo/Santa) adalah para tokoh Gereja yang meninggal karena selama hidupnya selain membaktikan seluruh hidupnya untuk kemuliaan Allah, berusaha hidup suci, juga berjuang membela imannya, yaitu iman kepada Yesus Kristus.

Ketika Kita mempelajari kehidupan orang-orang Kudus dalam pandangan denominasi Gereja tertentu, ternyata kehidupan pribadi mereka tidak 'se'kudus gelar yang diberikan pada mereka. Saya akan mengambil beberapa contoh:

  1. Origens (184-254) yang dalam tradisi gereja Orthodox dikatakan sebagai santo, tokoh Kristen generasi kedua yang dikenal memasukan pemikiran Platonis ke dalam ajaran Kristen sehingga kaum intelektual dari Kekaisaran Romawi Timur dapat memahami Kekristenan, seorang idealis dan cermat yang menganggap bahwa dunia spritual jauh lebih bermakna daripada dunia praktis, dunia kita saat ini.
    Salah satu buah pemikirannya yang masih diadopsi oleh Gereja-Gereja Kristen saat ini adalah memahami Alkitab secara alegoris. Bahkan teologianya yang lebih menitikberatkan tentang aspek spritual telah melahirkan ajaran baru dalam Kekristenan modern yang diadopsi oleh denominasi Kharismatik seperti doa alam roh.
    Origens juga dikenal sebagai Bapak Teologia Yunani, salah satu ajarannya yang terkenal adalah ketika dia menyatakan Anak Allah (Yesus) dan Roh Kudus lebih rendah dari Allah Bapa dan inilah yang diadopsi oleh Arianisme.
    Origens pada akhirnya dinyatakan sebagai bidat oleh otoritas gereja Katolik beberapa tahun setelah kematiannya. Namun demikian, kehidupan dan karya Origens telah membuat dia diberi gelar santo oleh Gereja Timur.

  2. Agustinus dari Hippo (354-430), dikenal sebagai santo dalam tradisi gereja Katolik Roma, Orthodox Timur dan Anglikan, awal hidupnya mengikuti ajaran Manikheisme (oleh keinginannya sendiri) yang kemudian ditentangnya, kemudian dalam suatu waktu mengalami krisis iman dan mengalami perjumpaan dengan Kristus yang mengubah hidupnya. Bagi Gereja Protestan, dia adalah peletak dasar ajaran Reformasi karena ajarannya tentang iman, pertobatan pribadi/golongan, kasih karunia dan keselamatan. Kehidupan pribadinya, dia menjalin hubungan dengan seorang wanita dan telah memiliki seorang anak namun dia tidak pernah menikahi wanita tersebut.
    Sejarah mencatat bahwa (kemungkinan) Agustinus belum pernah bisa berdamai sepenuhnya dengan kehidupan seksualnya. Salah satu warisan yang diberikan Agustinus kepada umat Kristen adalah pentingnya baptis bayi dan inilah yang membedakan antara gereja Katolik Roma, Orthodox dan sebagian Gereja Protestan.

Kembali kepada Kitab Suci, ternyata yang disebut sebagai orang kudus adalah juga mereka yang masih hidup. Perbedaannya, kalau di zaman Alkitab, hanya ALLAH yang berhak mengatakan seseorang itu kudus atau tidak (meskipun Alkitab tidak pernah menuliskan nama-nama orang tersebut namun lebih menekankan kepada Jemaat/Persekutuan yang kudus).

Kita ambil contoh nabi Musa, siapa yang tidak kenal dengan dahsyatnya mujizad ALLAH di hadapan umat Israel melalui perantaraan dia. Tapi didalam kekudusannya sebagai satu-satunya orang yang pernah melihat Punggung Allah, Musa tetaplah orang berdosa dan pernah melanggar perintah-Nya, salah satu yang terkenal akibat Musa melanggar kekudusan ALLAH adalah dia dihukum untuk tidak diperkenankan masuk ke Tanah Perjanjian. Ataupun raja Daud, yang terkenal karena membunuh dan selingkuh dengan istri panglimanya sendiri, ternyata juga diakui sebagai orang kudus dan dipercayakan ALLAH untuk menulis kitab Mazmur.

Di zaman Perjanjian Baru, tidak ada satupun dari kita yang menolak untuk mengatakan 13 rasul Kristus, Markus, Lukas, Timotius, sampai kepada Barnabas adalah orang-orang kudus.
Mereka yang pernah hidup sezaman dengan para rasul Kristus dan penulis Perjanjian Baru pasti bisa merasakan bagaimana rasanya hidup dan berdoa bersama mereka. Meskipun demikian, bahkan dalam kekudusan hidupnya pun, rasul Petrus dan Barnabas pernah dikatakan berlaku munafik oleh rasul Paulus (Galatia 2:11-14).

Apakah mereka disebut orang kudus karena mereka itu sempurna ...?

Tidak.

Mereka adalah manusia biasa yang berdosa, sama seperti kita. Istilah orang kudus dalam Perjanjian Baru juga berarti bahwa seseorang secara khusus dipisahkan bagi Allah. Istilah ini juga menggambarkan orang-orang yang memiliki kesatuan rohani dengan Kristus (Efesus 1:3-6). Istilah orang kudus sama artinya dengan seseorang yang secara pribadi percaya kepada Yesus (Roma 8:27) dan mereka yang menjadi anggota Jemaat Kristus.

Bagaimana dengan kita yang hidup di zaman ini, masihkah kita berani mengakui dan menyatakan kalau para pendeta, pastur, penginjil adalah orang kudus lalu berdoa bersama atau minta didoakan oleh mereka terlepas dari kehidupan pribadi mereka yang tidak jarang menjadi batu sandungan bagi kita...?

Bagi Saya pribadi, selain mereka (terlepas bagaimana kehidupan pribadi mereka yang tentu tidak Saya kenal), hanya kedua orang tua, abang dan adik atau keluarga inti Saya yang berani Saya katakan sebagai orang kudus karena Saya mengenal kehidupan mereka secara pribadi. Anda juga pasti akan melakukan yang sama. Dan tidak menutup kemungkinan, beberapa diantara kita diberikan kehormatan oleh Allah untuk layak disebut sebagai orang kudus. Ini tentunya bukan untuk kesombongan rohani, melainkan anugerah Allah yang telah diberikan kepada mereka termasuk kita.

Yang perlu disadari adalah, selama kita menyadari sebagai manusia yang berdosa dan memerlukan Juruselamat, selama itu pula kita akan belajar untuk terus rendah hati di hadapan Allah karena tanpa Anugerah-Nya, kita tidak akan dikaruniai iman yang menyelamatkan.

Diluar para tokoh dalam Kitab Suci yang Saya sebutkan diatas, ternyata masih banyak lagi orang-orang kudus di Perjanjian Baru yang oleh rasul Paulus sering disebut sebagai “(persekutuan) Jemaat yang kudus” (Efesus 1:1, Kolose 1:2).

  • Pada waktu itu Petrus berjalan keliling, mengadakan kunjungan ke mana-mana. Dalam perjalanan itu ia singgah juga kepada orang-orang kudus yang di Lida. (Kisah Para Rasul 9:32)
  • Salam kepada Filologus, dan Yulia, Nereus dan saudaranya perempuan, dan Olimpas, dan juga kepada segala orang kudus yang bersama-sama dengan mereka. (Roma 16:15)
  • Dari Paulus, yang oleh kehendak Allah menjadi rasul Kristus Yesus, dan dari Timotius saudara kita, kepada jemaat Allah di Korintus dengan semua orang kudus di seluruh Akhaya. (2 Korintus 1:1)

Berdoa atau meminta didoakan oleh orang kudus yang masih hidup, tidak pernah jadi perdebatan karena Kitab Suci mengajarkan bahkan menganjurkan hal itu. Namun ketika meminta didoakan oleh orang kudus yang sudah mati, baru menjadi perdebatan

Mengapa...?

Ada banyak jawaban, salah satunya: Setiap umat Kristen percaya, kematian jasmani pasti berkuasa atas mereka namun karena iman kepada Kristus, kematian rohani tidak berkuasa atas mereka termasuk kita sebagai orang percaya. Seorang Kristiani pasti mati secara jasmani namun tidak secara rohani.

Sebagai orang percaya, ketika kita meninggal maka Yesus sudah menyediakan Firdaus, tempat dimana semua orang percaya yang beriman kepada Allah Bapa, Anak Allah dan Roh Kudus berkumpul.

Pengakuan Iman Rasuli bahkan dengan tegas menyatakan bahwa persekutuan orang percaya yang masih hidup adalah orang-orang kudus.

Aku percaya kepada Roh Kudus

Gereja Yang Kudus dan Am

Persekutuan orang Kudus

Definisi kata Am - tidak terbatas pada orang atau golongan tertentu; umum; universal.

Sumber:

https://kbbi.web.id/am

Jika dipakai pada Gereja (Gereja Am) berarti Gereja yang bersifat Katolik atau bermakna segenap orang yang percaya kepada Yesus Kristus di seluruh dunia dan sepanjang masa, tanpa memandang "denominasi".

Salah satu tokoh Gereja Protestan, Marthin Luther memberikan definisi tentang Persekutuan Orang Kudus sebagai berikut:

Persekutuan orang kudus."Ini merupakan satu bagian dengan yang sebelumnya ["Gereja yang Kudus dan Am"]. Sebelumnya itu tidak ada dalam kredo tersebut. Ketika kamu mendengar kata "Gereja," pahamilah bahwa itu berarti kelompok [Haufe], sebagaimana kita katakan dalam bahasa Jerman, Jemaat [Gemeine] atau kelompok Wittenberg, yaitu suatu Majelis, kelompok Kristen, yang kudus, atau, dalam bahasa Jerman, Gereja umum yang kudus, dan merupakan suatu kata yang tidak seharusnya disebut "persekutuan" [Gemeinschaft], melainkan "suatu jemaat" eine Gemeine. Pada waktu itu seseorang ingin menjelaskan istilah pertama tersebut, "Gereja Katolik" [dan menambahkan kata-kata] communio sanctorum, yang dalam bahasa Jerman berarti suatu Jemaat orang-orang kudus, yaitu, suatu Jemaat yang terdiri hanya dari orang-orang kudus. "Gereja Kristen" dan "Jemaat orang-orang kudus" adalah hal yang sama dan satu.

Yohanes Calvin dalam salah satu tulisannya tentang Persekutuan Orang Kudus mengatakan:

Ketekunan orang-orang kudus (Perseverance of the saints), adalah petunjuk Kristen bahwa sekali seseorang diselamatkan mereka tidak akan pernah bisa kehilangan keselamatan mereka.

** Buletin Pilar memberikan renungan yang indah tentang Persekutuan Orang Kudus. **

Gereja ada karena pekerjaan Roh Kudus dalam hati umat pilihan Tuhan. Roh Kudus membuat manusia-manusia pilihan Tuhan sadar akan betapa jahatnya pembangkangan mereka kepada Allah dan betapa malangnya keterpisahan dari Allah: tanpa kesucian, tanpa kebenaran, tanpa pengertian, tanpa hikmat, tanpa tujuan, tanpa arti, tanpa kekuatan, tanpa kasih, tanpa sukacita, tanpa damai sejahtera, dan tanpa hidup yang kekal. Roh Kudus juga yang kemudian menuntun mereka kepada Salib Kristus sehingga mereka menerima pengampunan dosa dan diperdamaikan lagi dengan Allah.

Dengan demikian, mereka yang dahulu “jauh” sudah menjadi “dekat” oleh Darah Kristus. Yang dahulu adalah “orang-orang asing dan pendatang” sekarang adalah “kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah”. Mereka masing-masing telah dihimpun menjadi suatu communio fidelium (komunitas orang-orang percaya) atau communio sanctorum (komunitas orang-orang kudus), Tubuh-Nya.

Inilah yang harus disadari, diterima, dan dihidupi oleh setiap orang percaya: bahwa mereka masing-masing adalah anggota dari satu tubuh, yaitu tubuh Kristus.

** Makna Satu Tubuh **

Jika kita ini adalah satu tubuh, bolehkah kita saling tidak peduli? Bolehkah kita saling mengabaikan? Sayangnya, persoalan yang sebenarnya bukanlah boleh atau tidak boleh mengenai hal tersebut, melainkan apa yang Tuhan tuntut dari Tubuh Kristus.

Di dalam Ibrani 10:24-25 dengan jelas ditegaskan bahwa setiap orang kudus wajib memelihara persekutuan dan persaudaraan dengan orang-orang kudus lainnya dalam pertemuan-pertemuan ibadah kepada Allah dan dalam pelayanan rohani yang lain, yang berguna untuk saling membangun. Orang-orang kudus harus saling memperhatikan, saling menasihati, dan saling mendorong dalam pekerjaan baik. Bukan hanya itu saja, ayat ini juga mengatakan bahwa kita harus semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang makin mendekat.

Ketika Kristus masuk ke dunia kita, Ia mengenakan Tubuh Jasmani yang telah "disediakan" bagi-Nya (Ibrani 10:5; Filipi 2:7). Melalui Tubuh Jasmani-Nya, Yesus menunjukkan kasih Allah secara jelas, nyata, dan dengan berani - terutama melalui kematian-Nya di atas salib sebagai kurban (Roma 5:8). Setelah kenaikan-Nya ke surga secara jasmani, Kristus melanjutkan karya-Nya di dunia melalui mereka yang telah Ia tebus - Gereja yang sekarang menunjukkan kasih Allah secara jelas, nyata, dan dengan berani. Dengan cara ini, Gereja berfungsi sebagai "Tubuh Kristus".

Sumber:

Kemudian ada sebuah pertanyaan ...

Bagi setiap orang kudus yang sudah wafat secara jasmani, masihkah Kita mau "membebani" mereka supaya minta didoakan sementara masih banyak orang kudus yang masih hidup...?

Disatu sisi, kita menginginkan mereka yang sudah meninggal supaya beristirahat dengan tenang, namun "keegoisan" kita yang minta didoakan mereka yang sudah meninggal, bukannya itu sama dengan mengganggu ketenangan mereka...?

Rasul Yohanes tidak pernah minta didoakan oleh semua rasul Kristus lain yang sudah wafat, tapi saat mereka semua masih hidup, mereka saling mendoakan bahkan rasul Paulus meminta supaya mereka didoakan. Ini terbukti dari seluruh Surat Penggembalaan yang dia tulis, tidak pernah dia mengajarkan demikian, bahkan Wahyu Kristus kepada Yohanes mengajarkan:

Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: "Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka."
(Wahyu 14:13)

Kalau kita mengasihi mereka (orang kudus) yang wafat dalam Kristus, mengapa kita masih "membebani" mereka supaya mendoakan kita...?

Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam sebagian Denominasi Kristen, telah terjadi sinkretisasi ajaran Kristen dengan budaya setempat.

Meminta doa dari orang yang sudah wafat merupakan sebuah tradisi yang berkembangan di beberapa suku bangsa, ada yang berdoa kepada arwah-arwah leluhur untuk meminta kesejahteraan, hasil panen yang melimpah, kesehatan dan lain-lain. Praktek didoakan orang mati juga masuk ke dalam lingkungan Gereja, sebagian besar orang Kristen yang masih terikat dengan tradisi leluhur menerima praktek ini sebagai sebuah kebenaran iman.

Perbedaannya sangat tipis, jika dalam tradisi setempat maka masyarakat meminta didoakan oleh leluhur supaya memperoleh kesuksesan, kesehatan dan lain-lain. Maka umat Kristen yang sudah terkontaminasi dengan sinkretisasi ini juga meminta didoakan oleh orang-orang kudus yang sudah wafat supaya memperoleh hal yang sama.

Raja Saul pernah mempraktikan meminta doa dari orang mati ketika dia meminta kepada seorang dukun untuk mempertemukan dia dengan roh nabi Samuel (1 Samuel 28:7-20), namun demikian, meskipun Samuel adalah seorang nabi yang diutus TUHAN, perbuatan Saul itu dinyatakan sebagai dosa oleh Allah.

Demikianlah Saul mati karena perbuatannya yang tidak setia terhadap TUHAN, oleh karena ia tidak berpegang pada firman TUHAN, dan juga karena ia telah meminta petunjuk dari arwah. (1 Tawarikh 10:13)

Ilustrasi roh Samuel bertemu dengan raja Saul

Meminta didoakan atau berdoa bersama dengan orang kudus selama mereka masih hidup merupakan sesuatu yang diajarkan dan dianjurkan dalam Kitab Suci (Yakobus 5:14-16), namun meminta didoakan orang kudus yang sudah wafat tidak pernah diajarkan dan dianjurkan dalam Kitab Suci. Baik menurut pandangan atau pengajaran yang kita terima ternyata belum tentu benar menurut Kitab Suci.

Memang ada penafsiran bahwa orang Kudus yang sudah meninggal masih terkoneksi dengan mereka yang masih hidup melalui doa karena didalam Kekristenan, mereka yang sudah wafat secara jasmani tetap hidup secara rohani.  Namun ternyata, belajar dari Kisah Abraham dan Lazarus Yang Miskin (Luk 16:19-31), Tuhan Yesus mengatakan bahwa ada jembatan yang tidak terseberangi antara orang yang masih hidup dengan yang sudah mati yang memungkinkan mereka tidak bisa berhubungan kecuali (mungkin) melalui praktik necromany seperti yang dilakukan raja Saul tetapi sekali lagi, hal ini tidak berkenan bagi Allah. Kitab Suci mengajarkan untuk tidak meminta petunjuk atau doa dari orang-orang yang sudah mati.

Janganlah kamu berpaling kepada arwah atau kepada roh-roh peramal; janganlah kamu mencari mereka dan dengan demikian menjadi najis karena mereka; Akulah TUHAN, Allahmu. (Imamat 19:31)

... seorang pemantera, ataupun seorang yang bertanya kepada arwah atau kepada roh peramal atau yang meminta petunjuk kepada orang-orang mati. Sebab setiap orang yang melakukan hal-hal ini adalah kekejian bagi TUHAN, dan oleh karena kekejian-kekejian inilah TUHAN, Allahmu, menghalau mereka dari hadapanmu. (Ulangan 18:11-12)

Tuhan Yesus memberkati

Oleh:
Sesandus Demaskus
Jemaat Gereja Kemah Injil Indonesia 'Adonay', desa Mekar Baru - Kab Kubu Raya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar