06 April 2023

Perantara Yang Berkenan Bagi Allah

 

** Mengikuti Protokol **

Setiap kita pasti sudah mengetahui bahwa untuk bertemu dengan seorang pejabat tinggi terutama sekali jika dia seorang pemimpin, ada beberapa protokol yang harus ditaati. Biasanya ada prosedur-prosedur resmi yang dijelaskan secara singkat. Demikian juga jika kita ingin bertemu dengan Allah, tentunya ada beberapa hal yang harus dipersiapkan. Kekristenan paska Perjanjian Baru menyusun Liturgi / Tata Ibadah sebagai prosedur yang harus dilakukan jika kita ingin masuk kedalam Hadirat-Nya dalam sebuah peribadatan. Namun yang perlu disadari juga adalah, ada jurang pemisah yakni dosa yang membuat umat-Nya tidak bisa langsung bertemu dengan-Nya, Kekudusan-Nya membuat Dia tidak bisa bercampur dengan dosa. Untuk itulah diperlukan Perantara jika ingin bertemu dengan Allah.

Didalam Perjanjian Lama, Allah dengan sangat teliti menyebutkan cara yang tepat bagi kita untuk masuk ke dalam hadirat-Nya. Pada zaman itu, Imam Besar masuk ke dalam Ruang Yang Maha Kudus setiap satu hari dalam satu tahun pada Hari Raya Pendamaian (Yom Kippur). Ruang Yang Maha Kudus itu adalah sebuah ruangan kecil dimana Allah berkenan menunjukan Hadirat-Nya. Tentu saja, Allah berada dimana-mana karena Dia Maha Hadir, namun Ruang Maha Kudus inilah satu-satunya tempat yang Dia tetapkan untuk menunjukan Hadirat-Nya.

Memasuki Tempat Maha Kudus sangat dibatasi. Imam Besar (dari keturunan Harun) hanya diizinkan masuk satu hari dalam setahun untuk mewakili umat itu, dan itu pun hanya apabila ia membawa bersamanya darah dari korban pendamaian (Imamat 16:12-16).

Ketika seorang imam (dari keturunan Harun) dipersiapkan untuk memasuki Ruang Maha Kudus, menurut ahli sejarah Josephus, seutas tali diikatkan dipergelangan kakinya. Dengan cara itu, jika ia gagal memenuhi prosedur dan Allah membinasakannya, maka imam-imam yang lain dapat menariknya keluar tanpa harus memasuki Ruang itu. Meskipun pernyataan ini masih diragukan karena hanya dianggap sebuah legenda yang berkembang di Abad Pertengahan, kita bisa melihat dengan jelas bagaimana bangsa Israel saat itu menuruti setiap detail yang diperintahkan Allah jika ada Imam Besar (dari keturunan Harun) yang bertugas untuk memasuki Ruang Maha Kudus.

Disini, kita bisa mendapat kesimpulan awal yakni untuk memasuki Hadirat Allah, umat manusia berusaha sebaik mungkin memberikan yang terbaik bagi Dia dengan harapan cara itu berkenan bagi Allah.

** Perantara Yang Berkenan Bagi Allah **

Semua jalan masuk menuju Hadirat Allah harus melalui perantara; yaitu seseorang yang bisa mewakili kepentingan-kepentingan kita layaknya Imam Besar. Sederhananya begini, jika kita ingin bertemu dengan seorang pemimpin entah itu Kepala Negara ataupun Presiden Direktur (Owner, Founder etc) ditempat kita bekerja, kita memerlukan seorang perantara yang dapat membawa kita kepada mereka. Setidaknya, harus ada jalur dalam yang dipercaya oleh pemilik kekuasaan tertinggi tersebut sehingga dapat ditemui. Allah, tentu saja adalah Presiden Tertinggi alam semesta.

Pada masa Perjanjian Lama, para imam dari keturunan Harun dipilih untuk melakukan tugas sebagai perantara namun karena mereka adalah pendosa maka pekerjaan mereka tidak efektif. Mereka mewakili tugas Sang Juruselamat yang nantinya akan diutus Allah untuk menjadi Perantara antara Dia dan manusia.

Di belakang tirai yang kedua terdapat suatu kemah lagi yang disebut tempat yang maha kudus. Di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas, dan tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas; di dalam tabut perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian, dan di atasnya kedua kerub kemuliaan yang menaungi tutup pendamaian. Tetapi hal ini tidak dapat kita bicarakan sekarang secara terperinci. Demikianlah caranya tempat yang kudus itu diatur. Maka imam-imam senantiasa masuk ke dalam kemah yang paling depan itu untuk melakukan ibadah mereka, tetapi ke dalam kemah yang kedua hanya Imam Besar saja yang masuk sekali setahun, dan harus dengan darah yang ia persembahkan karena dirinya sendiri dan karena pelanggaran-pelanggaran, yang dibuat oleh umatnya dengan tidak sadar.

Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal.

(Ibrani 9:3-12)

Selanjutnya setiap imam melakukan tiap-tiap hari pelayanannya dan berulang-ulang mempersembahkan korban yang sama, yang sama sekali tidak dapat menghapuskan dosa. Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah, dan sekarang Ia hanya menantikan saatnya, di mana musuh-musuh-Nya akan dijadikan tumpuan kaki-Nya. Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan.

(Ibrani 10:11-14)

Para imam (dari keturunan Harun) yang bertugas untuk mempersembahkan Kurban Penghapusan Dosa harus melakukan tugas itu secara bergiliran setiap tahun namun Yesus melakukan itu sekali dan untuk selama-lamanya. Para imam (dari keturunan Harun) yang bertugas pun pada akhirnya memohon pengampunan dosa bagi dirinya sendiri namun tidak demikian dengan Yesus, Dia memberikan Nyawa-Nya yakni Tubuh dan Darah-Nya untuk pengampunan dosa seluruh umat manusia yang percaya kepada-Nya. Pada saat kematian-Nya, Dia memproklamirkan kemenangan-Nya atas maut, kemudian Dia bangkit dan naik ke Sorga, duduk di Sebelah Kanan Allah Bapa karena pekerjaan-Nya telah selesai.

Ratusan tahun sebelum lahirnya bangsa Israel, ketika Ayub sedang bergumul akan penderitaan yang dia alami, dengan kerendahan hatinya dia mengatakan:

Aku tahu bahwa di surga ada Pembelaku; akhirnya Ia akan datang menolong aku. (Ayub 19:25 – Terjemahan BIS)

Ayub membutuhkan seorang Pembela.

Seseorang pernah mengatakan,Saya berusaha menghampiri Allah namun Saya tidak yakin apakah ada yang bisa menghubungkan. Renungkan sejenak, betapa indahnya jika kita mempunyai seseorang yang akan menjadi pembela, menjadi penghubung – seseorang yang seperti kita namun tidak berdosa, seseorang yang akan mewakili kita dihadapan Allah dan mewakili Allah dihadapan kita. Para calon tersebut tentu saja harus memiliki sifat-sifat Ilahi, tidak berdosa dihadapan Allah sehingga kesenjangan moral dan spiritual antara Allah dan kita bisa dijembatani secara meyakinkan. Dan hanya Yesus yang memiliki sifat-sifat ini:

Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga (Ibrani 7:26)

Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh. (1 Petrus 2:22-24)

Kristus adalah sama seperti kita, Dia sepenuhnya manusia namun juga sepenuhnya Allah. Kristus tidak hanya mewakili kita di Sorga namun Dia sudah menyediakan tempat bagi setiap kita yang percaya kepada-Nya. Kita hanya bisa memasuki Hadirat Allah dengan leluasa pada zaman ini hanya dengan mengikuti seorang Manusia yang memiliki hak untuk memasuki Hadirat Allah Bapa.

Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14:6)

Mungkin kita sering mendengar ada yang mengatakan, Saya tidak meninggalkan Kekristenan, namun Saya percaya bahwa perbuatan baik atau pelayanan di gereja yang Saya lakukan, adalah cara terbaik untuk memasuki Hadirat Allah. Yang perlu kita imani saat ini adalah, kita memerlukan Perantara, yakni Yesus – Anak Allah dan Mesias, untuk dapat masuk ke dalam Hadirat Bapa.

** Korban Yang Tidak Bisa Diterima **

Mengapa suatu korban diperlukan untuk penebusan dosa…?

Sebagian umat Kristen berfikir bahwa Allah harus menerima orang yang melakukan perbuatan baik, orang yang rajin melakukan pelayanan di Gereja bahkan membaktikan seluruh hidupnya untuk pekerjaan Tuhan. Ini tidak salah namun tidak sepenuhnya benar.

Dalam Ayub 31:37 dituliskan:

Setiap langkahku akan kuberitahukan kepada-Nya, selaku pemuka aku akan menghadap Dia. (LAI-TB)

Akan kuberitahukan kepada Allah segala yang kubuat; akan kuhadapi Dia dengan bangga dan kepala terangkat. (BIMK)

I would tell God everything I have done and hold my head high in His presence. (Good News Bible)

Sebelum bertobat, Ayub begitu yakin Tuhan pasti teramat kagum dgn kehidupannya, sehingga dia akan menghadap Tuhan sebagai pemuka yang mengangkat tinggi kepalanya dengan begitu bangganya, karena segala perbuatan baik yang dia lakukan. Sombong rohani, demikian istilah itu dikenal sekarang.

Martin Luther pernah mengatakan:

Apa yang membuat anda berfikir bahwa Allah lebih senang dengan perbuatan baik anda daripada Anak-Nya yang diberkati?. Memang benar, kita harus membawa korban, namun itu tidak boleh hasil perbuatan kita sendiri jika kita ingin mendapat persetujuan-Nya. Itu haruslah Kurban yang disediakan-Nya sendiri bagi kita. Suatu kurban harus sama dengan kesalahan yang dilakukan, demikian logika yang dapat diterima akal sehat manusia. Namun dosa kita adalah melawan Allah Yang Maha Kuasa, dengan demikian kita membutuhkan kurban yang tidak terbatas dan karena itulah, karena Kasih-Nya kepada kita maka Dia sendirilah yang menyediakan kurban itu lewat kematian Anak-Nya.

Sebuah ilustrasi mengatakan, seseorang dinyatakan bersalah kepada Presiden karena telah mengumpat sang pemimpin negara, hakim sebagai perpanjangan tangan dari Presiden memutuskan bahwa orang tersebut harus dihukum. Keputusan ditetapkan dan hakim itu turun dari kursinya dan memberikan dirinya sebagai orang yang mewakili hukuman terdakwa tersebut sehingga menjadi lebih ringan dari yang seharusnya. Siapakah yang berani melakukan ini…? Rasa-rasanya di dunia ini belum ada hakim yang melakukan itu namun tidak demikian dengan Allah karena itulah yang Dia lakukan, dengan Kasih-Nya memberikan pengampunan dan dengan adil-Nya dia memberikan hukuman. Kita sebagai terdakwa dari hukuman dosa diberikan pengampunan namun tetap menjalani akibat dosa itu selama kita hidup sebagai buah dari perbuatan tapi pada akhirnya kita akan bersama dengan Anak-Nya di langit dan bumi yang baru.

Banyak orang berfikir bahwa Kekristenan melanjutkan tradisi bangsa kuno yang hampir selalu mengorbankan sebuah nyawa supaya dosa seluruh bangsa itu dapat diampuni oleh ilah yang mereka sembah. Bangsa Israel Kuno pun melakukan itu, hanya saja tidak menggunakan nyawa manusia melainkan nyawa binatang yang telah dipersiapkan khusus untuk ritual pengurbanan. Pendapat yang demikian membuat sebagian umat Kristen menjadi ragu atas imannya sendiri sehingga mereka memilih untuk berada di zona nyaman yakni zona yang menurut mereka baik. Fakta yang tidak mereka sadari adalah, jika ritual yang dilakukan manusia merupakan upaya manusia itu sendiri untuk mendekati ilah yang mereka sembah dan berharap mendapat ampunannya, Kekristenan mengajarkan bahwa Allah sendirilah yang berinisiatif untuk melakukan pengurbanan itu. Catatan Alkitab sejak kejatuhan manusia di dalam dosa mengatakan bahwa ketika Adam dan Hawa berusaha menutupi ketelanjangan dengan membuat pakaian dari daun, Allah tidak berkenan dan merajut sendiri pakaian dari kulit domba untuk menutupi ketelanjangan mereka.

Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat. (Kejadian 3:7)

Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka. (Kejadian 3:21)

Demikian halnya ketika Allah mengutus Anak-Nya ke dunia; ratusan tahun sebelum kedatangan Anak-Nya, Yesaya 53:5-12 mencatat hal itu dengan terperinci bahwa Kristus/Mesias akan menjadi Kurban Penebusan Dosa bagi seluruh umat manusia yang percaya kepada-Nya. Kematian Kristus di Kayu Salib memperbaiki apa yang tidak bisa diperbaiki.

Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah. (1 Petrus 3:18a)

Tidak ada dosa yang tidak dapat diampuni bagi mereka yang menyerahkan dirinya dalam kemurahan Allah melalui Karya Yesus Kristus kecuali menghujat Roh Kudus. Alasannya sederhana namun jelas, Allah telah berjanji untuk menerima semua yang percaya kepada-Nya didalam Anak-Nya.

Bahkan seorang Arminian seperti Augustus Toplady pernah mengatakan:

Bukan perbuatan tanganku yang bisa memenuhi tuntutan-tuntutan hukum-Mu. Semangatku bisa tidak pernah padam dan airmataku bisa terus mengalir, semua karena dosa yang tidak bisa ditebus. Engkau harus menyelamatkan dan Engkau saja.

Dalam usahanya menentang Doktrin Keselamatan Karena Anugerah (Sola Gratia), dia menyadari bahwa tidak ada satupun perbuatan baik yang dapat menyelamatkan manusia kecuali Anugerah Allah.

** Suatu Sikap Yang Dapat Diterima **

Mari kita membaca dengan cermat undangan kita untuk masuk dalam hadirat Allah:

Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah.

Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.

(Ibrani 10-19-22)

Kita, umat pilihan Allah datang bersama Perantara dan kurban kita; kita datang dengan pengetahuan bahwa kita adalah milik-Nya dan Ia adalah milik kita. Kita datang dengan hati yang tulus, yaitu dengan ketulusan dan kejujuran serta kerendahan hati. Kita datang tanpa upaya untuk memoles dosa dan pelanggaran kita dan kehidupan yang kita jalani.

Kita datang, dengan jaminan penuh yakni Allah telah memilih kita menjadi umat pilihan-Nya. Disinilah kita bergandengan tangan bersama umat berdosa lainnya yang juga telah dipilih dan ditetapkan-Nya untuk menerima anugerah keselamatan dari Anak-Nya sehingga kita, bersekutu penuh didalam Persekutuan Orang Kudus baik itu keluarga kita maupun mereka yang berasal dari waktu dan tempat yang berbeda, Persekutuan yang kekal didalam Langit dan Bumi yang baru.

Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.

Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.

(Roma 5:1-2)

Diatas telah dituliskan bahwa untuk bertemu dengan seorang Pemimpin Negara, harus ada orang dalam yang menyertai kita sehingga kita dapat diterima. Sekarang bayangkan bahwa semua orang percaya yang telah dipilih-Nya meninggal bersama dan pada saat Kedatangan Yesus yang kedua, Dia datang untuk membawa kita menuju Rumah Bapa. Kita melewati malaikat penjaga yang menjaga jalan menuju Yerusalem Baru, mereka memandang Kristus, lalu menoleh kepada kita dan berkata, Kalian bersama-Nya, masuklah. Lalu kita melewati sekelompok malaikat yang lain dan yang lain lagi. Setiap kali, mereka memandang kepada Kristus lalu menoleh kepada kita, mereka berkata, Kalian bersama-Nya, masuklah.

Akhirnya, kita memasuki Rumah Bapa, kita hampir dibutakan oleh apa yang disebut Alkitab sebagai Terang yang tidak dapat dihampiri. Untuk beberapa waktu, kita menoleh kebelakang, mengingat dosa dan pelanggaran serta kegagalan kita. Kita tidak boleh berfikir ada banyak jalan menuju Allah, hanya Yesus, satu-satunya Perantara yang memenuhi syarat, satu-satunya Kurban yang memenuhi syarat dan satu-satunya Juruselamat yang memenuhi syarat.

Mari kita bersyukur kepada-Nya karena telah memperkenalkan kita kepada Bapa dan mengundang kita masuk kedalam persekutuan dengan-Nya.

 

Tuhan Yesus memberkati

 

Daftar Pustaka

Sepuluh Kebohongan Tentang Allah – Erwin W Lutzer

Tidak ada komentar:

Posting Komentar