28 Januari 2014

Historitas Mata Rantai Pencatatan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru

Preface

Ribuan tahun yang silam, Allah memerintahkan bangsa Yahudi melalui nabi Musa:

Janganlah kamu menambahi apa yang kuperintahkan kepadamu dan janganlah kamu menguranginya, dengan demikian kamu berpegang pada perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu. Ulangan 4:2)

Segala yang kuperintahkan kepadamu haruslah kamu lakukan dengan setia, janganlah engkau menambahinya ataupun menguranginya. (Ulangan 12:32)

Beberapa abad kemudian, raja Salomo menyatakan :

Semua firman Allah adalah murni. Ia adalah perisai bagi orang-orang yang berlindung pada-Nya. Jangan menambahi firman-Nya, supaya engkau tidak ditegur-Nya dan dianggap pendusta. (Amsal 30:5-6)

Pada bagian penutup Alkitab, kita temui peringatan keras ini,

Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: "Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini. Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini." (Wahyu 22:18-19)

Dengan adanya peringatan-peringatan keras seperti itu, apakah masih ada seorang yang beriman kepada Allah, dan yang percaya pada kitab-kitab dan rasul-rasul-Nya, berani memalsukan firman Allah yang akan mengakibatkan ia kehilangan semua berkat rohani yang telah disiapkan Allah baginya dan jaminan keselamatan dan hidup kekal yang dijanjikan Allah bagi umat manusia…?

Sedangkan orang kafir sendiri tidak sanggup memalsukan kitab-kitab ilahi itu karena mereka tidak dapat mengumpulkan naskah yang tersebar di seluruh dunia ini supaya dipalsukan.

Patut disayangkan bahwa pada akhir zaman ini masih ada orang yang dengan tegar menuduh rasul-rasul Kristus yang tidak bersalah itu memalsukan Injil yang dipercayakan kepad mereka. Satu hal yang bertentangan dengan Alkitab dan Al Qur’an kitab umat Islam yang menyaksikan tentang para rasul itu sebagai orang yang dikenal karena ketulusan dan kejujuran mereka bahkan mereka disebut ''penolong-penolong dari Allah'' (QS Ali Imran 3:52).

Ada banyak bukti yang menguatkan pernyataan Alkitab dan keterlepasannya dari bentuk-bentuk penyelewengan, pemalsuan maupun pemutar balikkan.

Asal Usul Dan Perkembangan Alkitab

Allah mengamati perjalanan kitab-Nya secara seksama dengan penuh hikmat dan bijaksana. Mereka yang meneliti Perjanjian Lama akan menemukan bahwa kitab ilahi itu sendiri mengungkapkan tentang pembentukannya melalui tiga periode sejarah.

** Periode pertama (Adam sampai Musa) **

Kitab Suci yang diilhamkan Allah menjelaskan pada kita bahwa Allah membawa semua jenis binatang dan burung kepada Adam supaya dia memberi nama pada binatang-binatang tersebut (Kejadian 2:15-19). Tetapi bagian ini tidak menyebutkan bagaimana Allah berbicara dengan manusia untuk pertama kalinya. Sebab itu banyak di antara kita mengambil jalan menerka dan berkhayal dalam memberi penilaian atas sejarah kudus ini dengan melupakan jutaan tahun yang memisahkan kita dari peristiwa-peristiwa yang ditulis pada bagian awal kitab Kejadian tersebut

Kita tidak tahu pasti kapan Allah menyatakan diri pada umat manusia. Namun isi Alkitab menolong kita sampai pada satu kesimpulan. Henokh yang disebut dalam kitab Kejadian pasal 5, menurut Yudas adalah seorang nabi generasi ke VII (Yudas 1:14) sesudah Adam. Alkitab menceritakan bahwa Henokh ''hidup bergaul dengan Allah''. Tidak dapat diragukan bahwa nabi ini memiliki informasi tentang masa silam karena menurut silsilah Alkitab, ia masih mengenal Adam dan bercakap-cakap dengannya. Metusalah, anak Henokh yang hidup sampai zaman Nuh adalah seorang saleh pada generasinya dan hidup dekat dengan Allah.

Tidak dapat diragukan Nuh, yang mengkhotbahkan keadilan dan kebenaran tentulah telah menyampaikan hikayat kudus ini pada generasi-generasi sesudah air bah (2 Petrus 2:5). Sem, anak Nuh, masih hidup sampai zaman Abraham (Kejadian 10:21 dan 11:10,26). Alkitab menjelaskan pada kita bahwa peristiwa-peristiwa dari hikayat kudus itu telah disampaikan kepada Abraham. Dalam Galatia 3:8 kita dapat membaca: 

Dan Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui, bahwa Allah membenarkan orang-orang bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan Injil kepada Abraham: "Olehmu segala bangsa akan diberkati." 

Ayat ini meyakinkan kita bahwa Abraham telah memiliki informasi jelas tentang kejadian-kejadian sebelumnya yang kemudian pada gilirannya ia teruskan kepada anak-anaknya.

Dalam Kejadian 18:19 dituliskan: 

“Sebab Aku telah memilih dia (Abraham), supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, dengan melakukan kebenaran dan keadilan, dan supaya TUHAN memenuhi kepada Abraham apa yang dijanjikan-Nya kepadanya”.

** Periode Kedua (Generasi Musa) **

Mulai dari kitab Keluaran, terdapat banyak kejadian yang ditulis secara rinci dalam Kitab Kudus selaras dengan apa yang diperintahkan Allah kepada Musa untuk dicatat.

Kemudian berfirmanlah TUHAN kepada Musa, "Tuliskanlah semuanya ini dalam sebuah Kitab sebagai tanda peringatan, dan ingatkanlah ke telinga Yosua, bahwa Aku akan menghapuskan sama sekali ingatan kepada Amalek dari kolong langit."
(Keluaran 17:14).

Kemudian menjelang akhir hidupnya, Musa mengambil Kitab Perjanjian itu, lalu dibacakannya dengan didengar oleh bangsa itu dan mereka berkata: "Segala firman TUHAN akan kami lakukan dan akan kami dengarkan." (Keluaran 24:7) dan Musa menuliskan perjalanan mereka dari tempat persinggahan ke tempat persingggahan sesuai dengan titah TUHAN (Bilangan 33:2). Dan ketika Musa selesai menuliskan perkataan Hukum Taurat itu dalam sebuah Kitab sampai perkataan yang penghabisan, dia memerintahkan orang-orang Lewi yang mengangkut Tabut Perjanjian TUHAN sambal berkata, “Ambillah Kitab Taurat ini dan letakkanlah di samping Tabut Perjanjian TUHAN, Allahmu, supaya menjadi saksi disitu terhadap engkau” (Ulangan 31:24-26).

** Periode ke tiga (Yosua sampai Maleakhi) **

Allah berfirman kepada Yosua: ''Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis didalamnya'' (Yosua 1:8). Kemudian Yosua menuliskan semuanya itu dalam Kitab Hukum Allah (Yosua 24:26). Pada zaman nabi Samuel, dia menguraikan pada bangsa itu tentang hak-hak kerajaan, menuliskannya pada satu piagam dan meletakkannya di hadapan TUHAN (1 Samuel 10:25). Dalam pemerintahan raja Yosia, Tulisan-Tulisan Kudus yang ditemukan oleh Imam Hilkia dan dibacakan oleh Safan dihadapan raja Yosia, membawa satu kebangkitan rohani di Kerajaan Yehuda (2 Raja-raja 22:8-20).

Nabi Yesaya menghimbau umatnya agar kembali kepada firman Allah dengan membacanya untuk membuktikan kesempurnaannya. Ia berkata, “Carilah di dalam kitab TUHAN dan bacalah: satupun dari semua makhluk itu tidak ada yang ketinggalan dan yang satu tidak kehilangan yang lain; sebab begitulah perintah yang keluar dari mulut TUHAN, dan Roh TUHAN sendiri telah mengumpulkan mereka.” (Yesaya 34:16).

Nabi Yeremia yang diperintahkan Allah menuliskan nubuat-nubuatnya, berkata: ''Ambillah kitab gulungan dan tulislah di dalamnya segala perkataan yang telah Ku firmankan kepadamu mengenai Israel, Yehuda dan segala bangsa.''(Yeremia 36:2).

Nabi Daniel bersaksi tentang Naskah-Naskah Kudus ini dalam Kitab Nubuatannya, dengan berkata, “Aku, Daniel memperhatikan dalam kumpulan Kitab jumlah tahun yang menurut Firman TUHAN kepada nabi Yeremia akan berlaku atas timbunan Yerusalem, yakni tujuh puluh tahun” (Daniel 9:2).

Pada masa pemerintahan Artahsasta, raja Persia, Ezra dan Nehemia memusatkan diri meneliti hukum Musa yang diberikan Tuhan kepada mereka. Alkitab mencatat peristiwa itu demikian:

Sebab Ezra telah bertekad untuk meneliti Taurat TUHAN dan melakukannya serta mengajar ketetapan dan peraturan di antara orang Israel. (Ezra 7:10)

Dalam kitab Nehemia dituliskan:

Maka serentak berkumpullah seluruh rakyat di halaman di depan pintu gerbang Air. Mereka meminta kepada Ezra, ahli kitab itu, supaya ia membawa kitab Taurat Musa, yakni kitab hukum yang diberikan TUHAN kepada Israel.
Lalu pada hari pertama bulan yang ketujuh itu imam Ezra membawa kitab Taurat itu ke hadapan jemaah, yakni baik laki-laki maupun perempuan dan setiap orang yang dapat mendengar dan mengerti.
Ia membacakan beberapa bagian dari pada kitab itu di halaman di depan pintu gerbang Air dari pagi sampai tengah hari di hadapan laki-laki dan perempuan dan semua orang yang dapat mengerti. Dengan penuh perhatian seluruh umat mendengarkan pembacaan kitab Taurat itu.
(Nehemia 8:1-3).

Firman Tuhan datang kepada Zakharia, bunyinya:

Laksanakanlah hukum yang benar dan tunjukkanlah kesetiaan dan kasih sayang kepada masing-masing. Janganlah menindas janda dan anak yatim, orang asing dan orang miskin, dan janganlah merancang kejahatan dalam hatimu terhadap masing-masing. Tetapi mereka tidak mau menghiraukan, dilintangkannya bahunya untuk melawan dan ditulikannya telinganya supaya jangan mendengar. Mereka membuat hati mereka keras seperti batu amril, supaya jangan mendengar pengajaran dan firman yang disampaikan TUHAN semesta alam melalui roh-Nya dengan perantaraan para nabi yang dahulu. Oleh sebab itu datang murka yang hebat dari pada TUHAN.
(Zakharia 7:8-12)

Maleakhi berbicara tentang Alkitab yang disebutnya "Sebuah Kitab Peringatan" dalam kata-kata berikut ini: Beginilah berbicara satu sama lain orang-orang yang takut akan TUHAN: "TUHAN memperhatikan dan mendengarnya; sebuah kitab peringatan ditulis di hadapan-Nya bagi orang-orang yang takut akan TUHAN dan bagi orang-orang yang menghormati nama-Nya." (Maleakhi 3:16).

Hal-hal di atas menyatakan kepada kita secara jelas bahwa Allah mengamati dengan teliti atas perkembangan Kitab Suci dari generasi-generasi, mengilhami orang-orang kudus untuk menuliskan nubuatan-nubuatan mereka dan pengajaran-pengajaran bagi kebaikan umat manusia. Sesudah menurunkan Hukum-Hukum-Nya, Allah yang hidup mengamatinya agar Hukum-Hukum itu terpelihara sesuai dengan kehendak dan janji-Nya. 

Kesaksian Dari Ilham

** Kesaksian Allah Tentang Kekekalan Firman-Nya **

Alkitab berisikan sejumlah pernyataan dan janji Allah bahwa firman-Nya kekal adanya dan tidak akan berubah. Di bawah ini beberapa kutipan diantaranya:

Tetapi kasih setia-Ku tidak akan Kujauhkan dari padanya dan Aku tidak akan berlaku curang dalam hal kesetiaan-Ku. Aku tidak akan melanggar perjanjian-Ku dan apa yang keluar dari bibir-Ku tidak akan Kuubah. (Mazmur 89:34-35).

Karena Aku berkata kepadamu; "Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum taurat sebelum semuanya terjadi. (Matius 5:18).

Aku berkata kepadamu:"Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya ini terjadi. Langit dan bumi akan berlalu tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.” (Matius 24:34-35).

"Kitab suci tidak dapat dibatalkan."(Yohanes 10:35).

** Kesaksian Allah Tentang Nabi-Nabi-Nya **

  1. Firman Allah kepada nabi Yeremia,”Jangan takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN. Lalu TUHAN mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulutku, TUHAN berfirman kepadaku, "Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu.” (Yeremia 1:8-9).
  2. Kepada Hosea, Ia berfirman,”Aku berbicara kepada para nabi dan banyak kali memberi penglihatan dan memberi perumpamaan dengan perantaraan para nabi.” (Hosea 12:11).
  3. Firman-Nya kepada nabi Yesaya,”Adapun Aku, inilah perjanjian-Ku dengan mereka, firman TUHAN;’ Roh-Ku yang menghinggapi engkau dan firman-Ku yang Ku taruh dalam mulutmu tidak akan meninggalkan mulutmu dan mulut keturunanmu dan mulut keturunan mereka, dari sekarang sampai selama-lamanya, firman TUHAN.”(Yesaya 59:21).
  4. Kepada Yehezkiel, Allah berfirman sebagai berikut, ”Hai anak manusia, bangun dan berdiri, Aku hendak berbicara kepada engkau.. Aku mengutus engkau kepada orang Israel, kepada bangsa pemberontak melawan Aku…Jangan takut melihat mereka maupun mendengarkan kata-katanya. Sampaikan perkataan-perkataan-Ku kepada mereka, baik mereka mau mendengar atau tidak, sebab mereka adalah pemberontak….ngangakanlah mulutmu dan makanlah apa yang Ku berikan kepadamu.”(Yehezkiel 2:1-8).
  5. Allah berfirman kepada Maleakhi,”Maka kamu akan sadar, bahwa Ku kirim perintah ini kepadamu, supaya perjanjian-Ku dengan Lewi tetap dipegang, firman TUHAN semesta alam. Perjanjian-Ku dengan dia pada satu pihak ialah kehidupan dan sejahtera dan itu Ku berikan kepadanya -- pada pihak lain kekuatan – dan ia takut kepada-Ku dan gentar terhadap nama-Ku. Pengajaran yang benar ada dalam mulutnya dan kecurangan tidak terdapat pada bibirnya.”(Maleakhi 2:4-6).
  6. Dia juga berfirman kepada nabi Zakharia, ”Tetapi segala firman dan ketetapan-Ku yang telah Kuperintahkan kepada hamba-hamba-Ku, para nabi, bukankah itu telah sampai kepada nenek moyangmu? Maka bertobatlah mereka serta berkata: ''Sebagaimana TUHAN semesta alam bermaksud mengambil tindakan terhadap kita sesuai dengan tingkah laku kita, demikianlah Ia mengambil tindakan terhadap kita.'' (Zakharia 1:6).

** Kesaksian Para Nabi Dan Rasul **

Para nabi dan rasul Allah menyaksikan bahwa Allah telah berfirman dan mengilhami mereka dalam menuliskan semua nubuat dan ajaran itu menjadi satu hukum yang kekal bagi umat manusia. Berikut ini Saya kutip beberapa kesaksian mereka.

  1. Daud berkata: ''Roh TUHAN berbicara dengan perantaraanku, firman-Nya ada di lidahku.'' (2 Samuel 23:2).
  2. Yesaya berkata: ''Sesungguhnyalah bangsa itu seperti rumput. Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya.'' (Yesaya 40:7-8).
  3. Yeremia berkata: ”Sesudah itu firman TUHAN datang kepadaku bunyinya; '' Apakah yang kau lihat, hai Yeremia?’ Jawabku: ''Aku melihat sebatang dahan pohon badam.'' Lalu firman TUHAN kepadaku: ''Baik penglihatanmu sebab Aku siap sedia untuk melaksanakan firman-Ku.'' (Yeremia 1:11-12).
  4. Yehezkiel berkata: ''Sesudah tujuh hari datanglah firman TUHAN kepadaku;'Hai anak manusia, Aku telah menempatkan engkau menjadi penjaga Israel. Bila mana engkau mendengarkan sesuatu firman dari pada-Ku, peringatkanlah mereka atas nama-Ku.'' (Yehezkiel 3:16-17).
  5. Tuhan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, ''Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia akan berkata-kata di dalam kamu.'' (Matius 10:20).
  6. Rasul Paulus berkata, ''Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita. Dan karena kami menafsirkan hal-hal rohani kepada mereka yang mempunyai Roh, kami berkata-kata tentang karunia-karunia Allah dengan perkataan yang bukan diajarkan kepada kami oleh hikmat manusia tetapi oleh Roh.'' (1 Korintus 2:12-13).
  7. Rasul Petrus berkata, ''Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal. Sebab: Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering dan bunga gugur, tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya.'' (1 Petrus 1:23-25). ''Yang terutama harus kamu ketahui ialah bahwa nubuat-nubuat dalam kitab suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.'' (2 Petrus 1:20-21).

** Kesaksian Tradisi Para Penerus Rasul **

Sejarah perkembangan Kekristenan mencatat bahwa para Teolog dan Apologet yang sejaman dengan rasul-rasul dan yang meneruskan pelayanan para rasul itu dalam gereja banyak mengutip dari Alkitab, khususnya dari kitab-kitab Injil dalam khotbah-khotbah maupun karya-karyanya, karena mereka telah yakin, bahwa kitab-kitab Injil itu adalah Kitab Ilahi yang diilhamkan Allah, sebab itu ia bebas dari pemalsuan. Beberapa orang diantaranya:

  1. Klemens (35-98 CA), seorang petobat dari Romawi dan merupakan uskup gereja di Roma setelah ditahbiskan oleh rasul Petrus, pernah bekerjasama dengan rasul Paulus seperti yang disebutkan dalam Filipi 4:3.

  2. Hermas (Roma 16:14), yang hidup sejaman dengan Paulus, dikenal sebagai penulis Gembala Hermas (The Shepherd of Hermas) yang banyak mengutip Perjanjian lama dan sebagian dari Perjanjian Baru. Buku ini oleh beberapa tokoh Gereja paska Kerasulan sempat dianggap bagian dari Kitab Kanonik meskipun pada akhirnya ditolak karena memahami Yesus pada mulanya adalah manusia yang kemudian menjadi Anak Allah (Adopsianisme).

  3. Ignatius (35-107 CA), seorang uskup Gereja di Antiokhia, juga dikenal sebagai penulis 7 (tujuh) surat kepada Jemaat Kristen yang tersebar dari Efesus hingga Smirna; Bersama dengan Polikarpus merupakan salah satu murid rasul Yohanes.
    Salah satu isi suratnya menuliskan :
    Tetapi Tabib kita adalah satu-satunya Allah yang benar, yang tidak diperanakkan dan yang tak terhampiri, Tuhan dari semua, Bapa dan Yang Memperanakkan Putra Tunggal. Kita juga memiliki seorang Tabib: Tuhan Allah kita, Yesus Kristus, Firman dan Putra Tunggal, sebelum waktu dimulai, tetapi yang kemudian menjadi manusia pula, dari Maria sang perawan. Karena "Firman itu telah menjadi daging." Menjadi tak bertubuh, Ia berada dalam tubuh, menjadi tak dapat merasakan penderitaan, Ia berada dalam tubuh yang dapat merasakan penderitaan, menjadi baka, Ia berada dalam tubuh yang fana, menjadi hidup, Ia menjadi tunduk pada kebinasaan, agar Ia dapat membebaskan jiwa kita dari kematian dan kebinasaan, serta membebaskannya, dan dapat menyembuhkannya ketika jiwa kita terserang penyakit kefasikan dan nafsu jahat.
    Ignatius  -- Surat kepada Jemaat di Efesus Bab 7
    Sekilas kita melihat bahwa apa yang ditulis oleh Ignatius ternyata sejalan dengan Tulisan-Tulisan Injil namun dirangkum dalam sebuah kalimat.

  4. Polikarpus (~ 157 CA), salah seorang murid rasul Yohanes dan uskup Gereja di Smyrna. Ia meninggal kaena imannya (dianiaya) pada tahun 166. Hanya satu dari sekian banyak karya tulisnya yang terpelihara, yakni sebuah surat yang penuh kutipan dari kitab-kitab Injil.
    Irenaeus mengatakan bahwa Polikarpus adalah “seorang dengan kelas yang lebih tinggi, dan saksi kebenaran yang tabah daripada Valentinus, dan Marsion, dan bidat-bidat yang lain”. (Adversus Haereses III.3.4).
    Pernyataan Polikarpus yang terkenal menjelang kematiannya dicatat dengan baik oleh sejarahwan gereja pada masa itu, dia mengatakan :
    "Selama 86 tahun aku telah mengabdi kepada Kristus dan Ia tidak pernah menyakitiku. Bagaimana aku dapat mencaci Raja [Kristus] yang telah menyelamatkanku?"

    "Jika kamu... berpura-pura tidak mengenal saya, dengarlah baik-baik: Saya adalah seorang Kristen. Jika Anda ingin mengetahui ajaran Kristen, luangkanlah satu hari khusus untuk mendengarkan saya."
  5. Papias (~ 180 CA), uskup Gereja di Hierapolis, di daerah Phrygia (Turki), teman dari Polikarpus yang merupakan murid rasul Yohanes. Papias juga sangat mengenal dengan baik puteri-puteri dari rasul Filipus (Kisah Para Rasul 21:9), juga dikenal sebagai penulis "Eksposisi Perkataan-perkataan Tuhan".
    Salah satu tulisannya yang terkenal seperti yang dicatat oleh Eusebius adalah:
    Aku tidak akan ragu-ragu untuk menempatkan pada susunan yang teratur untukmu, bersama-sama dengan tafsiran-tafsiran, semua yang kupelajari dengan saksama pada masa lampau dari para penatua dan mencatatnya secara teliti, untuk kebenaran yang kujunjung. Karena tidak seperti kebanyakan orang, aku tidak menyukai mereka yang menceritakan banyak kisah-kisah berbeda, tetapi hanya mereka yang mengajarkan kebenaran. Juga aku tidak menyukai mereka yang melaporkan ingatan mereka akan perintah-perintah orang lain, melainkan hanya mereka yang melaporkan ingatannya akan perintah-perintah yang diberikan oleh Tuhan dan keluar dari Kebenaran itu sendiri. Dan jika kebetulan datang seorang yang pernah hadir di kalangan para penatua, aku menanyai mengenai perkataan-perkataan para penatua - apa yang diucapkan oleh Andreas atau Petrus, atau Filipus atau Tomas atau Yakobus atau Yohanes atau Matius atau murid-murid Tuhan yang lain, dan apa yang diutarakan oleh Aristion dan penatua Yohanes, murid-murid Tuhan. Karena aku tidak menganggap informasi dari buku-buku itu akan menguntungkanku lebih daripada informasi dari suara hidup dari orang yang masih hidup.
    (Eusebius. Eccl History 3.39.3-4)
  6. Yustinus (100-165 CA), Apologet Kristen pada abad ke-2, awalnya merupakan seorang Filsuf dari Roma. Namun menjadi seorang Kristen setelah membaca Perjanjian Lama, Injil dan Surat -Surat rasul Paulus, ini mengindikasikan bahwa Tulisan-Tulisan Kudus itu sudah dikenal dengan baik oleh generasi Perjanjian Baru paska Kerasulan, penulis 8 (delapan) karya Apologetik yang sampai saat ini masih bisa kita baca. Dia menuliskan:
    Jauh sebelum waktu ini, ada orang-orang tertentu yang lebih kuno daripada semua filsuf terkemuka, yang saleh dan dikasihi oleh Allah, yang berkata-kata dengan Roh Ilahi, dan menubuatkan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi, dan yang sedang terjadi. Mereka disebut para nabi. Mereka ini saja yang melihat dan mengumumkan kebenaran bagi manusia, tidak menghormati maupun takut pada siapapun, tidak dipengaruhi oleh keinginan maupun kemuliaan, melainkan dikuasai oleh Roh Kudus. Tulisan-tulisan mereka masih terlestarikan, dan dia yang membacanya akan terbantu dalam pengetahuan mengenai hal-hal awal dan akhir, dan hal-hal yang seharusnya diketahui oleh para filsuf, kalau mereka mau percaya kepadanya. Karena mereka tidak menggunakan peragaan dalam makalah mereka, mengingat mereka adalah saksi-saksi kebenaran yang melampaui semua peragaan, dan berharga untuk diyakini; dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dan yang sedang terjadi, mendorongmu untuk menyetujui perkataan-perkataan mereka, meskipun, sesungguhnya, mereka harus dipuji karena mujizat-mujizat yang telah mereka lakukan, karena mereka memuliakan Sang Pencipta, Allah dan Bapa segala sesuatu, dan memberitakan Putra-Nya, Sang Kristus [yang diutus] oleh-Nya: yang, sesungguhnya, para nabi-nabi palsu, yang dipenuhi dengan roh kotor pembohong, tidak pernah maupun tidak melakukannya, tetapi berupaya melakukan tindakan mengagumkan dengan tujuan mencengangkan manusia, dan memuliakan roh-roh dan setan-setan yang sesat. Tetapi berdoalah agar, di atas segala sesuatu, gerbang-gerbang cahaya boleh dibukakan untukmu; karena hal-hal ini tidak dapat diterima atau dipahami oleh semua, tetapi hanya oleh orang-orang yang diberi hikmat oleh Allah dan Kristus-Nya.
    (Justin Martir – Dialog Dengan Trypo)

    Dan dengarlah lagi bagaimana Yesaya menubuatkan bahwa Dia harus dilahirkan dari seorang perawan; karena demikian dikatakannya: 'Lihat, perawan itu mengandung dalam rahimnya dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menyebut dalam namanya, Allah beserta kita' (Matius 1:23).
    (1 Apol. 33:1)

    "...kuasa Allah, yang turun ke atas perawan itu, menaunginya dan membuatnya selagi masih perawan untuk mengandung (bandingkan Lk 1:35), dan malaikat Allah memberitakan kepadanya dan berkata, 'Lihat, engkau akan mengandung dalam rahim dari Roh Kudus dan melahirkan seorang anak laki-laki (Mt 1:20/Lk 1:31) dan ia akan disebut Putra dari Yang Mahatinggi (Lk 1:32). Dan engkau akan menamainya Yesus, karena Ia akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka (Mt 1:21),' sebagaimana diajarkan oleh mereka yang telah membuat memoirs (catatan kenangan) mengenai segala sesuatu tentang Juruselamat kita Yesus ...
    (1 Apol. 33:4–5)
  7. Irenaeus (130-202 CA), seorang Yunani dari Asia kecil lahir tahun 140. Ia termasuk salah seorang murid Polikarpus yang sempat menjadi murid Yohanes. Penginjilannya berpusat di Lyon tempat ia ditahbiskan sebagai uskup. Ia menulis sebuah surat yang sarat dengan kutipan-kutipan dari Injil. Pada salah satu bagian, ia berkata:
    “Kami tidak menerima keselamatan dari sumber lain kecuali dari mereka yang telah menyampaikan Injil kepada kami, yang mula-mula dikhotbahkan dan kemudian ditulis menurut kehendak Allah menjadi dasar dan tiang penyangga iman kita. Karena sesudah kebangkitan Kristus dari kematian, Allah melengkapi para rasul dengan kuasa Roh Kudus sehingga mereka mengenal Injil secara penuh dengan baik. Mereka pergi ke ujung-ujung (yang waktu itu dikenal) dunia memberitakan kabar baik dari anugerah damai sejahtera surga bagi umat manusia. Masing-masing membawa Injil Allah.”

    Dia pula yang mencatat bahwa: “Matius menulis Injilnya untuk orang Yahudi ketika Paulus dan Petrus berada di Roma memberitakan Injil damai sejahtera dan mendirikan gereja di sana. Setelah mereka tiada, Markus, seorang murid dan rekan sekerja Petrus menulis Injil yang berintikan khotbah Petrus. Lukas seorang dokter dan rekan seperjalanan Paulus menulis Injil sesuai engan pengajaran Paulus. Sesudah itu, Yohanes Murid Kristus yang pernah bersandar di dada-Nya, menulis Injil sewaktu ia berada di Efesus.”

    Teolog dan Apologet yang terkenal ini menambahkan,''Ajaran-ajaran yang disampaikan pada rasul itu, terus menyebar ke seluruh dunia. Semua orang yang mencari kebenaran akan menemui di mana ajaran-ajaran ini dipelihara dan dianggap kudus oleh setiap Gereja.''

    Ia juga berkata,''Kita masih dapat mengenang mereka yang ditetapkan oleh para rasul sebagai pemimpin-pemimpin gereja, termasuk semua yang meneruskan pelayanan mereka sampai saat ini:dan kita patut mengucap syukur atas adanya mata rantai kewibawaan ini di mana kita telah menerima hikayat-hikayat yang ada dalam gereja dan ajaran-ajaran kebenaran seperti yang dikhotbahkan oleh kitab-kitab Injil.''

  8. Tertulianus (155-230 CA). seorang pemimpin gereja dan penghasil banyak tulisan selama masa awal Kekristenan. Ia lahir, hidup, dan meninggal di Kartago, sekarang Tunisia. Ia dibesarkan dalam keluarga berkebudayaan kafir (pagan) serta terlatih dalam kesusasteraan klasik, penulisan orasi, dan hukum. Pada tahun 196 ketika ia mengalihkan kemampuan intelektualnya pada pokok-pokok Kristen, ia mengubah pola pikir dan kesusasteraan gereja di wilayah Barat hingga sebagai Bapa Gereja ia digelari "Bapak Teologi Latin".

    Tertulianus menulis tentang para rasul: “Yohanes dan Matius mengajarkan kita tentang iman. Lukas dan Markus, rekan seperjalanan mereka menyegarkan dan mengilhami kita”. Setelah menghitung jumlah gereja yang didirikan oleh para rasul Kristus, dia berkata: ''Keempat Injil ini telah digunakan gereja sejak awal.''  Ia juga menambahkan: ''Kami sebagai orang Kristen beribadah bersama dan membaca Kitab-Kitab Kudus itu dan merawat iman kami, membangkitkan harapan kami dan menguatkan keyakinan kami melalui Firman Yang Kudus itu.''

    Tertulianus juga dikenal dalam perlawanannya melawan bidat Gnostik dan menuliskan banyak tulisan Apologetik semasa hidupnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:

  1. Semua pemimpin Kristen, mulai dari mereka yang sejaman dengan para rasul dan penerus mereka, sampai para Teolog dan Apologet yang terkenal, menyebutkan ayat-ayat yang menonjol dalam Kitab Suci dan mengutipnya dalam percakapan mereka sehari-hari.
  2. Kepercayaan terhadap Kitab Suci dengan kutipan-kutipan yang ada menggambarkan keyakinan mereka bahwa Kitab Suci sebagai pemegang otoritas tertinggi dalam menyelesaikan segala bentuk perdebatan yang ada.
  3. Mereka membaca dan menjelaskan ayat-ayat Kitab Suci dalam ibadah bersama.
  4. Mereka menulis tafsiran Kitab Suci dalam beberapa jilid meneguhkan keselarasan tulisan para rasul itu sebagai diilhami Roh Kudus.
  5. Semua orang Kristen, dari mulanya telah percaya pada Kitab Suci tanpa memandang kebangsaan atau pengakuan iman masing-masing.

** Kesaksian Dari Salinan – Salinan Kuno **

Di antara pusaka yang dipelihara orang Kristen terdapat salinan-salinan tua yang sejarah pembuatannya melewati banyak generasi jauh sebelum munculnya Islam. Di antaranya adalah:

  1. Codex Aleksanderia, sesuai nama kota tempat penulisannya. Salinan ini menempati tempat teratas di antara tiga salinan yang lainnya, dipersembahkan kepada raja Inggris Charles I oleh Cyril, seorang pejabat di Konstantinopel 1628. Salinan ini dibawa dari Aleksandria sewaktu ia menjadi uskup di sana yang ditulis dalam bahasa Yunani dan berisikan seluruh Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Pada halaman pertama dibagian catatan pinggir tertera sebuah tulisan kecil menunjukkan bahwa seluruh isi kitab itu ditulis dengan tangan oleh seorang wanita bangsawan Mesir bernama Taqla disekitar tahun 325. Cyril mengomentari catatan pinggir ini dengan tulisannya sendiri, mengatakan bahwa tanggal itu benar dan sesuai dengan pendapatnya. Salinan ini ditulis di atas perkamen (kertas yang dibuat dari kulit binatang) yang lazim digunakan waktu itu dengan dua kolom pada setiap halaman dengan 50 baris setiap kelompoknya. Salinan ini masih dipamerkan di British Museum di London.

  2. Codex Vatikanus, dinamakan demikian karena tersimpan di perpustakaan Vatikan. Salinan ini ditulis atas perkamen yang indah dalam bentuk kecil. Setiap halaman terdapat tiga kolom, masing-masing untuk 42 baris. Salinan mencakup seluruh isi Alkitab dalam bahasa Yunani. Para sarjana berpendapat, naskah ini ditulis sekitar tahun 300.

  3. Codex Sinaitikus, menyaingi salinan Vatikanus dari segi usia karena mungkin sedikit lebih tua darinya. Salinan ini besar kegunaannya untuk membandingkan naskah-naskah. Dinamakan salinan Sinai karena ditemukan di Sinai oleh seorang sarjana Jerman Tischendorf di biara St. Catherine pada tahun 1844. Ditulis pada kulit binatang besar yang lazim digunakan waktu itu. Naskah ini dipersembahkan oleh penemunya kepada Kaisar Aleksander dari Rusia dan tersimpan di sana sampai revolusi Bolshevik dan kemudian dibeli oleh British Museum di London dan disimpan di sana sampai saat ini.

  4. Codex Ephraem, disimpan di Perpustakaan Nasional di Paris dan berisikan seluruh Alkitab dalam bahasa Yunani. Ditulis di atas perkamen dalam bentuk tulisan yang baik tanpa jarak huruf dan tanda baca. Huruf pertama pada setiap halaman, lebih besar dari lainnya. Naskah ini kemungkinan ditulis sekitar tahun 450.

Semua salinan kuno ini memberi sanggahan atas pernyataan Al Qur’an yang berpendapat bahwa Alkitab sudah dipalsukan, sekaligus mereka membuktikan bahwa Alkitab adalah asli karena ditulis sebelum Al Qur’an. Alkitab yang ada pada kita saat ini tidak berbeda sedikit pun dari salinan-salinan kuno tersebut.

**) Kesaksian Dari Gulungan-Gulungan Tua

** Gulungan-Gulungan Qumran **

Di antara harta karun yang ditemukan di gua-gua Qumran tahun 1947, terdapat satu naskah utuh dari kitab Yesaya, seorang nabi, ditulis dalam bahasa Ibrani atas kulit binatang dalam bentuk gulungan. Gaya penulisan dan perbendaharaan kata yang ada menunjukkan bahwa naskah ini ditulis pada abad kedua sebelum Masehi. Para sarjana yang sudah menelitinya berpendapat bahwa naskah itu tidak berbeda dengan apa yang kita miliki saat ini.

Sebuah salinan dari kitab Imamat, Ayub, Mazmur, dan Habakuk juga ditemukan di gua-gua Qumran ini. Isinya sama dengan kitab-kitab tersebut seperti yang ada ditangan kita. Ada juga sejumlah daftar kitab Perjanjian Lama berisi semua kitab kecuali kitab Ester.

** Gulungan-Gulungan Sinai **

Baru-baru ini ditemukan satu salinan keempat Injil dalam bahasa Siria di biara St. Catherine di Sinai. Penulisannya terjadi sekitar abad 5. Sebuah salinan yang merupakan terjemahan yang dikerjakan orang-orang Kristen pada abad ke II, yang tidak berbeda dengan versi Injil yang kita miliki sekarang ini.

Pencarian dan penemuan gulungan-gulungan tua ini dengan demikian menegaskan kembali naskah-naskah keaslian Alkitab dalam cara yang mengagumkan. Sungguh luar biasa di mana kitab ilahi dapat sejalan dengan sejarah sampai pada soal-soal kecil. Kita berharap bahwa masih banyak penemuan lagi akan terjadi. Sarjana-sarjana yang sedang berupaya keras dalam penggalian-penggalian mereka, dan dalam segala perkara hanya menunjuk pada satu kenyataan bahwa tidak ada landasan lagi bagi para pengeritik dan penentang Perjanjian Baru dan waktu penulisannya. Tidak perlu disangsikan, kesesuaian antara hasil penemuan ini dengan Alkitab telah memberi bukti yang paling kuat atas keaslian ilham ilahi dan ketulusan penulisannya.

Dr. Albright, seorang ahli benda purba berkata: ''Dengan adanya penemuan-penemuan di Qumran, maka kita dapat yakin bahwa Perjanjian Baru yang sekarang ini sama dengan waktu ia dituliskan dan berisikan pengajaran-pengajaran Kristus dan murid-murid-Nya. Waktu penulisan terjadi pada periode antara tahun 25 dan tahun 80.''

**) Kesaksian Arkeologi

Sejak dahulu, Kitab Suci telah diserang habis-habisan oleh kaum Ateis, Liberalis Kristen dan non-Kristen karena tidak sejalan dengan pendapat mereka. Banyak di antara mereka telah berupaya keras mendapatkan sesuatu dari peninggalan-peninggalan kuno dan prasasti-prasasti yang bertentangan dengan Kitab Suci, tetapi penemuan-penemuan yang ada justru mengecewakan mereka. Prasasti-prasasti yang ditemukan Arkeolog di Timur Dekat, menguatkan isi Alkitab lagi sampai ada kaum Ateis itu menjadi percaya, karena prasasti-prasasti itu menyaksikan akan kemurnian isi Alkitab.

Para ahli purba lazimnya berkeyakinan bahwa tulis-menulis belum digunakan di Israel Kuno sebelum tahun 540 BC. Ini berarti bahwa Musa bersama yang lainnya di masa Perjanjian Lama tidak menulis kitab-kitab yang diberikan pada mereka. Kaum yang tidak beriman berpendapat penulis Taurat terlalu membesar-besarkan peristiwa sejarah dan penyampaian budaya di Timur Tengah dari sudut ketidakcocokan antara kitab-kitab mereka dengan penemuan-penemuan para ahli sejarah purba.

Bagaimanapun, penemuan-penemuan ini menolak total akan pendapat tersebut saat mereka menegaskan kembali keaslian kitab-kitab ilahi dalam penulisannya mengenai kebudayaan dan Mesir, Babilonia dan Syria. Juga membenarkan apa yang dikemukakannya tentang Sanherib, Tiglant, Pileser, Nebukadnezar dan lain-lainnya.

Kita patut bersyukur dengan adanya penemuan-penemuan ini, kita diberi kesempatan menyaksikan lempengan-lempengan berisikan surat-surat yang pernah digunakan Musa, Yosua, Yesaya, Samuel dan lain-lainnya. Kita juga diyakinkan bahwa hal tulis-menulis telah dikenal pada masa Abraham, Musa, Ayub dan Nehemia sama seperti sekarang ini.

Kita sungguh berbahagia dengan ucapan Kristus, bahwa ''batu-batu akan berbicara'', telah digenapi pada generasi kita ini. Batu-batu itu telah berbicara melalui prasasti-prasasti yang tertulis atasnya, mencakup hampir seluruh peristiwa yang diutarakan dalam Alkitab.

** Cerita Penciptaan **

Enuma Elish – Mitologi Mesopotamia

Cerita dimulai dengan dua makhluk bertempur, satu laki-laki dan satu perempuan, Apsu dan Tiamat. Dari penyatuan mereka muncul berbagai monster laut dan dewa. Dalam kekacauan berikutnya Tiamat, pencipta (perempuan), mencoba untuk mengambil kendali. Keturunannya bersatu melawannya, memilih salah satu dari mereka - Marduk, dewa Babel - untuk memimpin mereka.

Berbekal badai dan mengendarai badai yang ditarik oleh empat kuda yang berapi-api, Marduk bertemu Tiamat dan kaki tangan jahatnya Kingu dalam pertempuran. Dia (Marduk) membunuh mereka berdua.

Dia (Marduk) membagi mayat Tiamat menjadi dua bagian. Dari separuhnya dia menciptakan surga, dari separuh bumi lainnya. Di surga ia membangun tempat tinggal untuk rekan-rekannya, para dewa. Menyadari bahwa mereka akan membutuhkan ras pelayan, dia menggunakan darah Kingu untuk menciptakan manusia pertama. Ini diikuti oleh tugas-tugas lain yang diperlukan, seperti penciptaan sungai, tumbuhan dan hewan.

Kisah P’an Ku -- Mitologi Tiongkok

Dari berbagai kisah penciptaan yang berkembang di Tiongkok, yang paling mencolok adalah kisah P'an Ku. Dia menetas dari telur kosmik. Separuh cangkang berada di atasnya sebagai langit, separuh lainnya di bawahnya sebagai bumi. Dia tumbuh lebih tinggi setiap hari selama 18.000 tahun, secara bertahap mendorong mereka terpisah sampai mereka mencapai tempat yang ditentukan.

Setelah semua upaya ini, P'an Ku hancur berkeping-keping. Anggota tubuhnya menjadi gunung, darahnya menjadi sungai, nafasnya menjadi angin dan suaranya menjadi guntur. Kedua matanya adalah matahari dan bulan. Parasit di tubuhnya adalah manusia.

Sumber :
http://www.historyworld.net/wrldhis/PlainTextHistories.asp?historyid=ab83
https://en.wikipedia.org/wiki/List_of_creation_myths#Earth_diver

Prasasti-prasasti Babilonia dan Asyur berisikan kisah penciptaan yang pada pokoknya sejalan dengan isi Alkitab hanya pada beberapa hal kecil. 

Alkitab mengemukakan: ''Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang'' (Kejadian 1:16).
Prasasti Babilonia berbunyi: ''Dewa menciptakan nebulae (kabut bercahaya) dan bintang-bintang''.

Alkitab berkata bahwa Allah menciptakan ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar ''menurut jenis masing-masing'' (Kejadian 1:24), dan prasasti Babilonia mengemukakan, ''binatang-binatang ini diciptakan oleh dewa-dewa''. 

Alkitab berkata, ''TUHAN Allah membentuk manusia itu dari tanah'' (Kejadian 2:7), sedang versi Babilonia berbunyi, ''dewa Mardukh menciptakan manusia dari daging dan tulang-tulang''.

Dari semua mitologi penciptaan, sebagian besar mengatakan bahwa bumi ini diciptakan dari akibat pertempuran para dewa sehingga yang kalah harus meratapi nasibnya dimana bagian tubuhnya dicabik dan diubah menjadi bumi dan manusia. Mitologi yang lain juga menceritakan bagaimana dunia ini diciptakan dari ketiadaan bahkan ada yang berasal dari hubungan seksual para dewa, namun diantara semuanya, hanya Alkitab yang mengatakan:

Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam. (Kejadian 1:31)

** Monotheisme dan Polytheisme **

Alkitab menegaskan bahwa manusia telah murtad, melupakan Allah yang hidup dan memuja dewa-dewa, sehingga para nabi berupaya mengembalikan mereka menyembah hanya kepada Allah saja; sedangkan kaum yang tidak percaya berpendapat, bahwa manusia sejak dahulu telah menyembah banyak dewa. Pendapat ini berlaku dikalangan orang banyak sampai Dr. Herbert seorang ahli benda purba dan guru besar pada bidang Asyur di Universitas Oxford menolaknya. Ia mengemukakan bahwa kebiasaan menyembah Allah yg Esa di kalangan bangsa Semit dan Sumeria telah ada sebelum kebiasaan menyembah dewa-dewa.

Temuan-temuan belakangan ini, menolak paham yang sudah lazim di kalangan cendekiawan yang mengatakan bahwa, kebiasaan menyembah satu Tuhan dalam agama Yahudi tidak ditemui sebelum diberitakan nabi-nabi pada abad ke 7 dan 8 Sebelum Masehi.

Ada banyak bukti dan prasasti dari tulisan-tulisan Kuno yang membenarkan bahwa Musa telah mengajarkan keesaan Allah sebelum bangsa Ibrani memasuki tanah Kanaan.

** Kisah Air Bah **

Sangat menarik bahwa ada banyak catatan dari bangsa-bangsa Kuno tentang peristiwa air bah dan sepertinya memang peristiwa ini melanda hampir diseluruh dunia (pada masa itu) meskipun sebagian Teolog dan Arkeolog menyatakan itu adalah peristiwa banjir lokal yang melanda Timur Tengah. Saya akan mengutip Sebagian tulisan tentang air bah yang berasal dari luar Timur Dekat.

Ketika masa seratus tahun Matahari hadir, 400 tahun telah berlalu. Lalu datanglah masa 200 tahun, kemudian 76 tahun. Lalu seluruh umat manusia hilang dan tenggelam serta berubah dibentuk menjadi ikan. Cairan dan langit dibentuk menjadi berhampiran. Dalam satu hari semuanya hilang, dan Empat Bunga menelan seluruh tubuh kita. Gunung-gunung ditelan dalam banjir, dan cairannya tetap tenang selama 52 musim semi. Tetapi sebelum banjir hadir, Titlachahuan telah memperingatkan Nota sang manusia dan istrinya Nena, sambil berkata, 'Jangan lagi membuat pulque, tetapi lubangilah bagian tengah pohon cypress yang besar, dan engkau harus masuk ke dalamnya pada bulan Tozoztli. Cairan akan naik sampai tidak jauh ke langit.' Mereka masuk, dan ketika Titlacahuan menutup mereka di dalamnya, dia berkata kepada lelaki itu, 'Engkau hanya boleh memakan sebatang jagung, demikian pula dengan istrimu'. Dan ketika mereka masing-masing telah memakan sebatang jagung, mereka berhati-hati untuk berlangsung terus, karena cairannya tenang.
-- Dokumen Aztek Kuno Codex Chimalpopoca, terjemahan oleh Abbé Charles Etienne Brasseur de Bourbourg. --

Rakyat Ra'iatea mengisahkan tentang dua orang sahabat, Te-aho-aroa dan Ro'o, yang pergi menangkap ikan dan kebetulan membangunkan dewa samudera Ruahatu dengan mata kail mereka. Dalam kemarahannya, dia bersumpah untuk menenggelamkan ke dalam laut. Te-aho-aroa dan Ro'o memohon ampun, dan Ruahatu memperingatkan mereka bahwa mereka dapat lolos hanya dengan membawa keluarga mereka ke pulau kecil Toamarama. Mereka kemudian berlayar, dan dimalam hari, pulau itu tenggelam ke dalam laut, dan baru muncul kembali besok paginya. Tak satupun yang selamat kecuali keluarga-keluarga ini, yang menjadikan marae (kuil-kuil) suci yang dipersembahkan kepada dewa Ruahatu.
– Legenda bangsa Polinesia –

Dalam sebuah tradisi di kalangan suku Ngāti Porou, sebuah suku Māori di pantai timur Pulau Utara Selandia Baru, Ruatapu dibentuk menjadi marah ketika ayahnya Uenuku membawa ke atas saudara kandung yang lebih muda tirinya Kahutia-te-rangi melewatinya. Ruatapu memikat Kahutia-te-rangi dan sejumlah besar orang muda dari keturunan bangsawan masuk ke kanonya dan membawa mereka ke luar ke laut dan di sana dia menenggelamkan mereka. Dia memanggil para dewa untuk menghancurkan musuh-musuhnya dan mengancam akan kembali sebagai gelombang-gelombang besar pada awal musim panas. Sementara dia bergumul untuk memeprtahankan nyawanya, Kahutia-te-rangi membacakan mantra yang memanggil ikan paus bungkuk selatan (paikea dalam bahasa Māori) untuk membawanya ke pantai. Karena itu, dia diganti namanya dibentuk menjadi Paikea, dan yaitu satu-satunya orang yang selama. Legenda dari Tahiti ini menyebutkan seluruh pulau itu tenggelam ke dalam laut kecuali Gunung Pitohiti. Sepasang manusia berhasil melarikan diri bersama binatang-binatang mereka dan selamat.
(Reedy 1997:83-85).

Naskah Gilgames merupakan salah satu naskah dari Timur Dekat Kuno yang menceritakan tentang peristiwa air bah, disana dituliskan:

Gilgames berjumpa dengan Utnapishtim, yang menceritakan kepadanya tentang air bah yang dahsyat dan dengan enggan memberikan kepadanya kesempatan untuk hidup abadi. Ia mengatakan kepada Gilgames bahwa bila ia dapat bertahan tidak tidur selama enam hari dan tujuh malam, ia akan abadi. Namun, Gilgames jatuh tertidur dan Utnapishtim menyuruh istrinya memanggang roti untuk setiap hari ia tertidur, sehingga Gilgames tidak dapat menyangkal kegagalannya. Ketika Gilgames terbangun, Utnapishtim menceritakan kepadanya tentang sebuah tanaman yang terdapat di dasar laut dan bahwa bila ia memperolehnya dan memakannya, ia akan menjadi muda kembali, menjadi seorang pemuda lagi. Gilgames memperoleh tanaman itu, tetapi ia tidak segera memakannya karena ia ingin juga membagikannya kepada para tua-tua Uruk lainnya. Ia menempatkan tanaman itu di tepi sebuah danau sementara ia mandi, dan tanaman itu dicuri oleh seekor ular. Setelah gagal dalam kedua kesempatan itu, Gilgames kembali ke Uruk, dan ketika ia melihat dinding-dindingnya yang begitu besar dan kuat, ia memuji karya abadi manusia yang fana ini. Gilgames menyadari bahwa cara makhluk fana untuk mencapai keabadian adalah melalui karya peradaban dan kebudayaan yang kekal.
(Naskah Gilgames -- Lempengan ke-11)

Selanjutnya masih dari Timur Dekat Kuno, kita mengenal naskah The Eridu Genesis yang disana juga diceritakan tentang peristiwa air bah, salah satu bagian naskahnya menuliskan:

And as Ziusudra stood there beside it, he went on hearing:

"Step up to the wall to my left and listen! Let me speak a word to you at the wall and may you grasp what I say, may you heed my advice! By our hand a flood will sweep over the cities of the half-bushel baskets, and the country; the decision, that mankind is to be destroyed, has been made. A verdict, a command of the assembly, cannot be revoked, no order of An and Enlil is known to have been countermanded, their kingship, their term, has been uprooted; they must bethink themselves Now ...What I have to say to you ..."

All the evil winds, all stormy winds gathered into one and with them, them, the Flood was sweeping over the cities of the half-bushel baskets, for seven days and seven nights. After the flood had swept over the country, after the evil wind had tossed the big boat about on the great waters,
the sun came out spreading light over heaven and earth.
(The Eridu Genesis)

Demikianlah fakta bahwa peristiwa air bah merupakan sesuatu yang pernah terjadi meskipun penjabarannya berbeda namun satu yang bisa kita Yakini bahwa peristiwa itu benar-benar terjadi. Dibandingkan tulisan yang lain, Alkitab sekali lagi selangkah lebih maju dengan mengatakan:

Ketika TUHAN mencium persembahan yang harum itu, berfirmanlah TUHAN dalam hati-Nya: "Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya, dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan.
Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam."
(Kejadian 8:21-22)

** Ur-Kasdim **

Sebelum diadakan penggalian di Mesopotamia, para sarjana Alkitab tidak mengetahui banyak tentang perkembangan budaya dan peradaban yang ada di sana. Sebenarnya di atas padang belantara ini, pernah ada Taman Firdaus dengan sungai-sungai mengalir dan sebuah kota besar dari satu bangsa dengan peradaban yang mengagumkan. Penggalian-penggalian di tempat ini menyatakan bahwa pada zaman purba sejumlah orang Sumeria datang ke tempat ini kemudian menetap dan membangun kebudayaan yang besar. Sesuai dengan agama mereka, orang Sumeria ini dikenal sebagai bangsa yang menyembah banyak dewa. Setiap keluarga mempunyai dewa masing-masing. Hal mana menjelaskan tingkah laku Rahel ketika ia mencuri dewa-dewa ayahnya Laban sebelum ia melarikan diri bersama suaminya Yakub.

Temuan-temuan para arkeolog di Mesopotamia dan daerah-daerah sekitarnya menunjukkan bahwa kepemilikan patung-patung terafim turut menentukan siapa yang akan menerima warisan keluarga. Menurut sebuah lempeng yang ditemukan di Nuzi, kepemilikan ilah-ilah keluarga dalam keadaan tertentu dapat membuat seorang menantu laki-laki berhak menghadap ke pengadilan dan menuntut harta yang ditinggalkan almarhum bapak mertuanya. (Ancient Near Eastern Texts, diedit oleh J. Pritchard, 1974, hlm. 219, 220, dan ctk. 51)

Penggalian inipun membuktikan bahwa Abraham bukanlah seorang Sheik dari suku terasing yang menetap dikemah-kemah, tetapi ia termasuk dalam satu bangsa dengan peradaban tinggi yang hidup di Haran. Semua ini sesuai Kejadian 11:28-31. Kalau kita amati perjalanan panjang Abraham, akan kita dapati bahwa bapa orang beriman ini melewati Dothan, Bethel dan Sikhem, kota-kota seperti disebutkan dalam Alkitab. Malahan reruntuhan yang ditemukan di Palestina sehubungan dengan keaslian Alkitab, mengungkapkan satu daerah di bagian selatan laut mati, tempat Abraham menetap sebentar, berpenduduk padat dan beraneka ragam di zaman Abraham.

International Standard Encyclopedia menyimpulkan: 

Dari bukti-bukti arkeologi tampak bahwa Abraham adalah produk sebuah budaya yang maju, dan tipikal dari patriarki kelas atas dalam dunia sekarang ini: Tindakannya diatur berlawanan dengan latar belakang material non Alkitabiah yang terotentifikasi dengan baik, membuatnya menjadi keturunan yang mewakili masanya yang menggunakan nama yang sama dan melintasi teritori yang secara umum sama, demikian juga hidup di kota yang sama, sebagaimana orang-orang sejamannya. Dia dalam segala hal adalah orang asli dari pertengahan jaman perunggu, dan bukan merupakan proyeksi mundur dari pemikiran sejarah Israel sekarang ini, sebagaimana yang sering diimaginasikan …

Sumber: 

https://www.internationalstandardbible.com/A/abraham.html

** Kisah Yusuf **

Yusuf adalah contoh korban perlakuan kejam dari saudara-saudaranya. Ia dijual pada kafilah Mesir. Karena ia tidak bersalah dan benar, Allah menjadikan pengalaman pahitnya itu menjadi berkat. Ia berkenan di hadapan raja Firaun yang kemudian mengangkatnya menjadi kepala perbendaharaan Mesir. Kisah ini dibenarkan oleh lempengan yang ditemukan dalam kubur seorang Mesir yang terpandang dan yang hidup sezaman dengan Yusuf.

Sarjana-sarjana menduga dari pertemuan ini bahwa masa kelaparan yang mengerikan terjadi pada zamannya dan negara telah membagi-bagi makanan yang telah dikumpulkan oleh bendahara dalam tahun-tahun kelimpahan dan sebagai imbalan negara mengambil alih harta kekayaan pribadi. Laporan ini sesuai dengan Kejadian 47:18-22.

Sebuah prasasti bernama Famine Stela yang menceritakan 7 tahun masa kelaparan di Mesir Kuno ditemukan di Pulau Sehel, dekat lembah Sungai Nil, Mesir selama masa pemerintahan Firaun Djoser Dinasti Ketiga, Prasasti itu menceritakan singkat:

  1. Selama tujuh tahun di Mesir terjadi kelaparan yang mengerikan yang disebabkan oleh penurunan substansial sungai Nil. Banjir tahunan bergantung pada mencairnya salju di dataran tinggi Afrika. Tanah tidak lagi banjir, dan kekeringan datang. Benih tidak dapat berkecambah dan beberapa tanaman yang tumbuh mati karena kekurangan air.
  2. Raja memanggil menterinya Imhotep untuk memberikan alasan kekeringan. Imhotep pergi ke kuil 'House of the life of Hermopolis' dan kembali ke Firaun Djoser dengan penjelasannya.
  3. Alasan kekeringannya adalah karena dewa Khnoum, dengan kekuatannya menghentikan sumber Sungai Nil di Elephantine.
  4. Dewa Khnoum muncul dalam mimpi kepada Firaun Djoser, di mana ia menampilkan dirinya sebagai dewa seni dan Penciptaan. Dia berjanji akan mengakhiri kekeringan jika Djoser setuju untuk memberikan sepersepuluh dari semua barang yang diangkut melalui wilayah itu kepada clergy.
  5. Firaun memenuhi tuntutan Khnoum, dan dengan dekrit kerajaan episode sejarah Mesir ini ditulis pada sebuah tablet di kuil dan juga pada sebuah prasasti di pulau suci, untuk menghormati upacara tersebut.

Sebuah surat ditemukan dari seseorang bernama Hekanakhte kepada ibunya Ipi dan Hetepet, saudarinya menuliskan:

"How are you two?" Are you alive, prosperous and healthy?  … Do not be anxious about me, for I am healthy and alive. Behold, you are like the one who eats his fill, having once been so hungry that his eyes sank in, although the entire land is dead from hunger … So it may be said that to be held alive is better than death outright … they have begun eating people here." (Met Museum of Art - Accession Number: 22.3.517)

Catatan kedua tentang kekeringan di Mesir disebutkan oleh seseorang bernama Amenemhat atau Ameniyang adalah seorang penguasa disalah satu distrik di Mesir Kuno.

"I was amiable, and greatly loved, a ruler beloved of his city. Now, I passed my years as ruler in the Oryx nome. All the imposts of the king's house passed through my hand. The gang-overseers of the crown possessions of the shepherds of the Oryx nome gave to me 3,000 bulls in their yokes. I was praised on account of it in the palace each year of the loan-herds. I carried all their dues to the king's house; there were no arrears against me in any office of his. The entire Oryx nome labored for me."

"There was no citizen's daughter whom I misused, there was no widow whom I oppressed, there was no peasant whom I repulsed, there was no shepherd whom I repelled, there was no overseer of serf-laborers whose people I took for (unpaid) imposts, there was none wretched in my community, there was none hungry in my time. When years of famine came "I plowed all the fields of the Oryx nome, as far as its southern and northern boundary, which kept the people from starving."
(Inscription from Tomb of Ameni entry door at Beni Hasan)

Sumber :
http://www.historel.net/imhotep/imhoeng04.htm
https://www.thetorah.com/article/joseph-and-the-famine-the-storys-origins-in-egyptian-history
https://www.biblehistory.net/newsletter/joseph_pharaoh_famine.htm

** Perbudakan Bangsa Ibrani di Mesir **

Sebuah patung batu dari bangsa Ibrani yang sedang membangun sebuah kuil untuk raja Firaun dizaman Thotmes III. Ditemukan di Mesir. Dari banyak reruntuhan lainnya, ditemukan dinding-dinding dengan ketebalan 8 kaki yang dibuat dari jerami dan tanah liat yang dikeringkan di bawah panas matahari. Penemuan ini menunjang apa yang dituliskan dalam Keluaran 5:7.

You must not gather straw to give to the people to make bricks as formerly. Let themsleves go and gather straw for themselves (Papirus Anastasi III & IV)

Makam Firaun Rekhmire (1450 SM) terkenal karena menggambarkan perbudakan "membuat batu bata untuk Kuil Amun di Karnak di Thebes" dan untuk lereng bangunan. Para budak ini disebut "penangkapan yang dibawa oleh Yang Mulia untuk bekerja di Kuil Amun". Suku Semit dan Nubia diperlihatkan mengambil dan mencampur lumpur dan air, mencoret batu bata dari cetakan, membiarkannya kering dan mengukur jumlahnya, di bawah pengawasan pengawas bangsa Mesir.

Peristiwa itu sesuai dengan apa yang diceritakan dalam Keluaran 1:14 ''…dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat, yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di padang, ya segala pekerjaan yang dengan kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka itu.''

** Keluarnya Bangsa Ibrani dari Mesir **

Sejarahwan Diodorus Siculus (90BC - 30BC) menulis suatu laporan tentang cerita keluarnya bangsa Israel dari Tanah Mesir ketika dia melakukan perjalanan ke Timur Dekat, dengan detail dia mencatat:

Once we are about to give an account of the war against the Jews, we consider it appropriate, before we proceed further, in the first place to relate the origin of this nation and their customs. In ancient times a great plague occurred in Egypt and many ascribed the cause of it to the gods (right), who were offended with them. For since the multitudes of strangers of different nationalities, who lived there, made use of their foreign rites in religious ceremonies and sacrifices, the ancient manner of worshipping the gods, practiced by the ancestors of the Egyptians, had been quite lost and forgotten. Therefore the native inhabitants concluded that, unless all the foreigners were driven out, they would never be free from their miseries.

The leader of this colony was one Moses, a very wise and valiant man, who, after he had possessed himself of the country, amongst other cities, built that now most famous city, Jerusalem, and the temple there, which is so greatly revered among them.

(Moses) instituted the holy rites and ceremonies with which they worship God; and made laws for the methodical government of the state. He also divided the people into twelve tribes, which he regarded as the most perfect number; because it corresponds to the twelve months within a whole year.

Moses made no representation or image of gods, because he considered that nothing of a human shape was applicable to God; but that heaven, which surrounds the earth, was the only God, and that all things were in its power.

But he so arranged the rites and ceremonies of the sacrifices, and the manner and nature of their customs, as that they should be wholly different from all other nations; for, as a result of the expulsion of his people, he introduced a most inhuman and unsociable manner of life. He also picked out the most accomplished men, who were best fitted to rule and govern the whole nation, and he appointed them to be priests, whose duty was continually to attend in the temple, and employ themselves in the public worship and service of God. He also made them judges, for the decision of the most serious cases, and committed to their care the preservation of their laws and customs.

[[ Pada zaman purba terjadi suatu wabah yang mengerikan di Mesir, dan banyak orang berpendapat bahwa penyebabnya adalah Allah yang sakit hati sehingga murka kepada mereka karena ada banyak orang asing yang melakukan upacara-upacara asing di dalam penyembahan kepada ilah-ilah mereka.

Orang-orang Mesir menyimpulkan; oleh karena itu, kalau semua orang asing tidak diusir dari tanah air mereka, mereka tidak akan pernah terlepas dari penderitaan-penderitaan yang mereka alami.

Pemimpin
dari koloni ini adalah Musa, seorang pria yang sangat bijaksana dan gagah berani, yang, setelah ia menguasai negara itu, di antara kota-kota lain, membangun kota yang sekarang paling terkenal itu, Yerusalem, dan kuil di sana, yang sangat dihormati. diantara mereka.

(Musa) melembagakan upacara dan upacara suci yang dengannya mereka menyembah Tuhan; dan membuat undang-undang untuk pemerintah metodis negara. Dia juga membagi masyarakat itu menjadi dua belas suku, yang dia anggap sebagai jumlah yang paling sempurna; karena itu sesuai dengan dua belas bulan dalam satu tahun penuh.

Musa tidak membuat representasi atau gambar dewa, karena dia menganggap bahwa tidak ada bentuk manusia yang dapat diterapkan pada Tuhan; karena hanya ada satu Allah yakni Surga, yang mengelilingi bumi, dan bahwa segala sesuatu ada dalam kuasa-Nya.

Dia (Musa) mengatur ritual dan upacara pengorbanan, cara dan sifat kebiasaan mereka, sehingga mereka harus sepenuhnya berbeda dari semua bangsa lain; karena itulah bangsanya diusir (dari Mesir), ia memperkenalkan cara hidup yang yang berbeda. Dia juga memilih orang-orang yang paling berhasil, yang paling cocok untuk mengatur dan memerintah seluruh bangsa, dan dia mengangkat mereka menjadi imam, yang tugasnya terus-menerus hadir di Bait Suci, melayani ibadah bangsa Israel dan pelayanan kepada Tuhan. Dia juga menjadikan mereka hakim, untuk keputusan kasus yang paling serius, dan berkomitmen untuk menjaga mereka melestarikan hukum dan adat istiadat mereka.]]

(Diodorus Siculus, Historical Library 40.3)

** Musa dan Hukum Taurat **

Ada satu pendapat yang umum diterima beberapa sarjana bahwa Hukum Taurat ada sesudah zaman Musa. Tetapi melalui penggalian dibawah pimpinan Morgan tahun 1884 membenarkan Alkitab dengan mengemukakan bahwa Hukum Taurat diberikan melalui Musa. Mereka menemukan satu harta karun berupa naskah-naskah di Istana Susan (Shushan / Susa), seperti disebutkan dalam kitab Ester. Naskah-naskah ini menunjang isi Alkitab mengenai Hukum Taurat dari Musa.

Tahun 647 BC, raja Ashurbanipal menyerang benteng Susa sebagai bentuk pembalasan, Austen Henry Layard menyatakan itu ketika dia menemukan sebuah tablet yang menceritakan hal itu dalam sebuah galian di Niniwe tahun 1854.

"Susa, the great holy city, abode of their gods, seat of their mysteries, I conquered. I entered its palaces, I opened their treasuries where silver and gold, goods and wealth were amassed. I destroyed the ziggurat of Susa. I smashed its shining copper horns. I reduced the temples of Elam to naught; their gods and goddesses I scattered to the winds. The tombs of their ancient and recent kings I devastated, I exposed to the sun, and I carried away their bones toward the land of Ashur. I devastated the provinces of Elam and, on their lands, I sowed salt."
"Persians: Masters of Empire" page 7-8

** Laporan Alkitab Mengenai Beberapa Rumpun Bangsa Kuno **

Di Ras Shamra beberapa puluh mil utara Lataqiah di Syria ditemukan sisa-sisa kota Ugarit. Kota ini didirikan tahun 2000 Sebelum Masehi. Ratusan lempengan yang ditemukan sesuai dengan laporan Alkitab tentang bangsa Het, Hewi dan Feris.

Istilah orang Hewi tidak dapat dibuktikan dalam sumber-sumber dari luar Alkitab. Dugaan bahwa orang Hewi adalah orang Achaeans Yunani berasal dari Iliad, yang muncul dalam dokumen Mesir sebagai akioasha, meskipun diragukan secara linguistik.
E.A. Speiser mencatat tidak adanya referensi
mengarah ke bangsa Hurrians (Hori) yang memainkan peran utama dalam sejarah Israel dalam daftar bangsa-bangsa Kanaan. Speiser kemudian mencatat kesejajaran antara Hurrian dan Hewi yang penduduknya disebut orang Hewi dalam Alkitab. Dengan demikian Speiser menyimpulkan bahwa orang Hewi adalah istilah Alkitab untuk Hori. Speiser mendukung identifikasinya tentang orang-orang Hewi dalam Alkitab dengan orang-orang Hurri dengan mengacu pada Kejadian 36:2 dan 36:20, di mana istilah orang Hewi dan orang Hori tampaknya digunakan secara bergantian. Dalam ayat sebelumnya, Zibeon disebut orang Hewi, di ayat terakhir disebut orang Hori.
Contoh lain dari pertukaran istilah Hevite dan Horite dapat ditemukan dengan membandingkan Teks Masoret dan Septuaginta. Jadi dalam Kejadian 34:2 dan Yosua 9:7 Septuaginta
menerjemahkan Hori untuk orang Hewi dari Teks Masoret. Pergantian ini telah menjadi bahan diskusi yang cukup besar. Beberapa orang mengklaim bahwa perbedaan antara Teks Masoret dan Septuaginta adalah hasil dari usaha yang pertama untuk menyelaraskan narasi dengan daftar bangsa Kanaan dalam Kejadian 10. Akan tetapi, sulit untuk menarik kesimpulan apapun dari varian dalam Septuaginta.
Baik Grintz dan Speiser menyarankan hubungan yang erat antara orang Huri dan orang Hewi. Oleh karena itu, Grintz menjelaskan klaim orang-orang Gibeon bahwa mereka datang "dari negeri yang jauh" (Yos
ua 9:6, 9) berdasarkan asal-usul orang Huri di daerah utara Mesopotamia dan timur Asia Kecil. Speiser, yang menemukan nama u-ú-ia di antara nama-nama Huri di Mesopotamia, menyarankan bahwa nama terakhir, yang diteruskan ke dalam bahasa Ibrani sebagai orang Hewi, menjadi istilah Ibrani umum untuk Hurrian karena istilah Horit telah didahulukan untuk populasi pra-Edom. Seir (Kejadian 36:20).
Sumber :
https://www.encyclopedia.com/religion/encyclopedias-almanacs-transcripts-and-maps/hivites

Ada pandangan sebelumnya bahwa orang Feris merupakan suku prasejarah yang terasimilasi ke dalam orang Kanaan ketika suku ini menduduki tanah Kanaan; tetapi orang Feris tidak disebutkan dalam silsilah. Para komentator di kemudian hari berpendapat bahwa nama "Perizi" dan "Perazi" adalah identik, dan bahwa Alkitab telah memasukkan ke dalam istilah "orang Feris" (Perizzites) semua orang yang berdiam dalam kota-kota tidak bertembok.
Sumber :
https://www.jewishencyclopedia.com/articles/12035-perizzites
https://www.biblicalcyclopedia.com/P/perizzite.html

** Lempengan - Lempengan Bangsa Mesir Kuno Tentang Bangsa Het **

Belum lama berselang, sejarahwan menyangsikan adanya bangsa Het, sedangkan Alkitab melaporkan bahwa Abraham membeli sebuah goa di Makhpela untuk kuburan isterinya, Sarah dalam Kejadian 23:20. Kesangsian ini sirna ketika catatan bangsa Het itu ditemukan atas lempengan-lempengan kuno bangsa Mesir. Salah satu catatan menceritakan pertempuran antara bangsa Het dan pasukan Ramses II dekat Kadesh pada tahun 1287 BC.

Sebuah prasasti dari Inskripsi Kadesh yang menceritakan perperangan antara bangsa Het dan Mesir Kuno dan telah ditemukan oleh sejumlah Arkeolog mencatat:

When they had been brought before Pharaoh, His Majesty asked, "Who are you?" They replied "We belong to the king of Hatti. He has sent us to spy on you." Then His Majesty said to them, "Where is he, the enemy from Hatti? I had heard that he was in the land of Aleppo." They of Tunip replied to His Majesty, "Lo, the king of Hatti has already arrived, together with the many countries who are supporting him... They are armed with their infantry and their chariots. They have their weapons of war at the ready. They are more numerous than the grains of sand on the beach. Behold, they stand equipped and ready for battle behind the old city of Kadesh."
(Joyce Tyldesley, Ramesses II: Egypt's Greatest Pharaoh, Penguin Books, 2000. pp.70–71)

Sebuah perjanjian perdamaian antara bangsa Het dan Mesir Kuno mencatat:

"And if another enemy come [against] the land of Hatti... the great king of Egypt shall send his troops and his chariots and shall slay his enemy and he shall restore confidence to the land of Hatti."
"a thousand gods, male gods and female gods" of the lands of Egypt and Hatti, witnessed by "the mountains and rivers of the lands of Egypt; the sky; the earth; the great sea; the winds; the clouds." If the treaty was ever violated, the oath-breaker would be cursed by the gods who "shall destroy his house, his land and his servants." Conversely, if he maintained his vows, he would be rewarded by the gods, who "will cause him to be healthy and to live."
(Bederman 2001, International law in antiquity pp. 147–150.)

Pertanyaan Yang Tidak Terelakan

Setelah membahas pokok-pokok seperti yang telah dipaparkan, kita merasa perlu mengajukan pertanyaan pada mereka yang berpendapat bahwa Alkitab itu sudah diselewengkan, agar mengajukan bukti ilmiah dan sejarah, menyangkut waktu dimana pemalsuan itu terjadi.

Selanjutnya kita merasa berkewajiban mengajukan pertanyaan :

  1. Kapan pemalsuan akan Injil terjadi …?
  2. Apakah sebelum atau sesudah Al Qur’an diturunkan …?

Kita ingin bertanya kepada semua penganut paham ''pemalsuan'', apakah yang merangsang orang-orang Kristen memalsukan Alkitabnya?

Tanggapan Sarjana-Sarjana Muslim Tentang Pemalsuan

Pada abad-abad yang lalu, Al Qur’an dengan jelas sekali mengakui Taurat dan Injil sebagai firman Allah tidak dapat diubah. Jika kesaksian ganda ini benar, maka hal ini merupakan satu perintah sebagai kesimpulan bahwa Taurat dan Injil tidak dipalsukan, sebelum dan sesudah Al Qur’an.

Sebagai contoh, sarjana-sarjana Muslim di India setelah meneliti masalah ini secara rinci dipandang dari Al Qur’an, mereka disadarkan bahwa Alkitab, perjanjian lama dan perjanjian baru, tidak pernah diubah, diganti atau dipalsukan seperti yang biasanya dijamin; tetapi ada petunjuk akan adanya sekelompok orang Yahudi yang bertindak ceroboh dalam menafsirkannya.

Sarjana-sarjana yang ini mendasari keyakinan mereka atas tafsiran sarjana-sarjana Muslim yang ada mengenai ayat-ayat Al Qur’an seperti Ar Razi, Al Jalalan dan Abu Ja’far At Tabari. Saya kutipkan beberapa diantaranya: 

Yaitu orang-orang Yahudi, mereka merubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata: "Kami mendengar, tetapi kami tidak mau menurutinya". Dan (mereka mengatakan pula): "Dengarlah" sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan): "Raa’ina", dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan: "Kami mendengar dan menuruti, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami, tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis". (QS An Nisaa 4:46).

Inti dari penjelasan Ar Razi tentang ayat ini berhubungan dengan adanya sekelompok orang Yahudi yang biasanya mendatangi Muhammad untuk mendapatkan jawaban atas beberapa pertanyaan yang memang sering dijawab Muhammad.

Sedangkan penjelasan Al Jalalan mengenai ayat tersebut diutarakan seperti berikut ini: Sekelompok orang Yahudi mengubah beberapa kata dalam Taurat dari kata aslinya, khususnya yang berhubungan dengan Muhammad. Mereka berkata pada Muhammad, sekiranya Muhammad memerintahkan sesuatu, ''Kami dengar, tetapi kami durhakai''. Mereka juga berkata kepadanya, ''Dengarlah tanpa terdengar'', yang artinya ''Engkau tidak pernah mendengar apa-apa''. Akhirnya mereka mengatakan kepadanya,''Ra’ina'', dalam bahasa Arab yang artinya ''Dengarkanlah kami'', tetapi digunakan sebagai kutuk dalam bahasa mereka. Demikianlah mereka memutar lidah dan mencaci Islam (Jalalan 112).

Dalam tafsir At Tabari kita membaca, bahwa kaum Yahudi sedang mengutuk dan menyinggung perasaan Muhammad dengan ucapan-ucapan terburuk,berbunyi ''dengarkanlah kami seperti seorang yang tidak bertelinga, seperti layaknya seseorang yang sedang menghina yang lain, ‘dengarlah, kiranya Allah menjadikan engkau tuli !'' Karena kata Ra'ina, sebagaiman ia tafsirkan (mengutip Ibn Wahb) sebagai ''mendengarkan ocehan yang salah''!

Menurut uraian di atas kaum Yahudi tidak pernah menghilangkan sesuatu dari naskah kitab atau menambahkan sesuatu padanya; mereka hanya mengubah arti kata-katanya dengan memutar lidah. (At Tabari 8,433).

''Hai ahli kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu rasul kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Alkitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan.'' (QS Al Maa-Idah 5:15).

Ar Razi menyatakan dalam uraiannya mengenai ayat ini, yang berhubungan dengan orang-orang Yahudi, ketika membaca Taurat (Ulangan 22:23-24) memutar lidah mereka dan mengubah arti ''melempari batu'' dengan ''mencambuk''.

At Tabari menjelaskan ayat ini dengan mengatakan bahwa orang-orang Yahudi pergi menemui Muhammad untuk menanyakan soal ''pelemparan batu''.

Mereka bertemu disalah satu rumah dan Muhammad bertanya kepada mereka, ''Siapa yang paling cerdas diantar kamu?'' Mereka menunjuk Ibn Suria. Kemudian Muhammad bertanya padanya, ''engkaukah yang paling cerdas dari mereka ini?'' Ibn Suria menghimbau kepada Muhammad agar semua pertanyaan ditujukan padanya. Muhammad bertanya kembali,''Apakah engkau yang tercerdas diantara mereka?''

''Demikianlah menurut mereka'', jawab Ibn Suria. Kemudian Muhammad mendesaknya dengan nama Dia yang memberikan Taurat dan meninggikan gunung Tur. Ia begitu mendesaknya dengan satu perjanjian bersama yang membuat Ibn Suria menggigil dan berkata:''Kaum wanita kami sangat cantik, sedangkan hukuman lemparan batu semakin meningkat diantara kami. Untuk menyelamatkan jiwa mereka, kami memilih jalan pintas (dari hukum) dengan menjatuhkan seratus kali cambuk dan penggundulan kepala''.

Kemudian Muhammad memerintahkan merajam mereka dengan batu (At Tabari 11,116).

'Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya dikala mereka berkata: ''Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia''.

Katakanlah: ''Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahuinya?''.

Katakanlah:''Allahlah (yang menurunkannya)'', kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Qur’an kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya. (QS Al An’aam 6:91)

Al Baidawi, Ar Razi dan At Tabari sependapat bahwa yang dimaksudkan dengan pengubahan disini hanya satu bentuk tafsiran yang salah atas fakta-fakta dengan menggunakan beberapa bagian dalam Taurat, maksudnya, mereka ingin menunjukkan dengan bangga kepada orang-orang Yahudi bahwa merekalah yang menuliskan Taurat itu pada gulungan-gulungan perkamen dan juga mengungkapkan banyak hal tentang tulisannya kepada khalayak ramai. Tetapi sekaligus menutupi banyak hal yang ditambahkan pada gulungan-gulungan itu, dengan demikian meeka menahannya dari khalayak ramai.

Kita sependapat bahwa perbuatan tersebut merupakan satu tindakan yang tak terpuji dan tercela. Namun “menyembunyikan” perkamen tentunya berbeda dengan “mengganti naskah”.

Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah. Lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui? (QS Al Baqarah 2:75)

Tafsir At Tabari menguraikannya sebagai berikut:

''Beberapa pria cendekia berkata kepada Musa, ‘tidaklah mungkin kami dapat melihat Allah (keagungan dan kemuliaan-Nya), karena itu biarlah kami mendengar firman-Nya waktu Ia berfirman kepadamu’.

Musa memohon izin Allah dan kepadanya difirmankan, ‘ya’ suruhlah mereka menyucikan diri, membersihkan pakaian dan berpuasa ‘.

Mereka melakukan seperti yang diperintahkan dan kemudian Musa membawa mereka ke Gunung Tur. Ketika kabut turun menyelimuti mereka, Musa mendengar perintah dan mereka rebah tak berdaya.

Selanjutnya Allah berfirman kepada Musa dan mereka mendengar firman berisikan perintah dan larangan dan mengerti seluruhnya. Musa kembali bersama mereka ke tengah-tengah bangsa Israel. Setiba disana, sebagian mengubah perintah yang disampaikan Allah kepada mereka”.

Berdasarkan keterangan-keterangan tersebut, terlihat adanya beberapa orang Yahudi yang cerdas mengubah makna kata-kata yang mereka dengar sesudah dipahami, sedangkan yang lain tetap berpegang sesuai dengan apa yang didengarnya itu (At Tabari 1’334).

Dan juga diantara orang-orang Yahudi, orang-orang Yahudi itu amat suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu; mereka merubah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. (QS Al Maa-Idah 5:41).

Tafsir Al Jalalan menjelaskan ayat ini seperti berikut, 

Ayat ini membicarakan sekelompok orang Yahudi Khaibar yang tidak mau menjatuhkan hukuman dengan 'lemparan batu' atas dua orang umat mereka yang telah menikah. Mereka mengutus sebuah delegasi dari Quraidha kepada Muhammad untuk menanyakan bentuk hukuman yang layak dijatuhkan pada kedua orang itu sesuai isi Taurat yang berhubungan dengan hukuman 'pelemparan batu'. Adapun bentuk pengubahan yang dituduhkan berhubungan dengan pesan orang Yahudi Khaibar kepada delegasi itu, jika Muhammad memberikan hukuman 'cambuk', terimalah, tetapi jika ia memberi hukuman 'lemparan batu', maka hati-hatilah menerimanya. (Al Jalalan 150)

Barangkali pertanyaan berikut ini tepat diajukan di sini:

Siapakah di antara orang-orang Yahudi yang sudah memalsukan Taurat dan pada zaman apa itu terjadi...?

Ar Razi berkata, secara khusus mereka hidup sejaman dengan Muhammad. Tapi ia meneliti dalam jilid tiga dari kitab tafsir Al Qur’an yang ditulisnya, bahwa 'memalsukan' berarti menghilangkan keragu-raguan yang tak berguna, membaca naskah dan mengungkapkannya secara keliru dengan terjemahan-terjemahan palsu dan terpaksa bersilat kata seperti yang dilakukan kaum bidat sepanjang sejarah atas ayat-ayat yang bertentangan dengan paham-paham mereka yang tertentu.

Disini kita tidak bermaksud membela ketulusan kaum Yahudi. Namun kita ingin agar dimaklumi bahwa orang-orang Yahudi tidak berani mengubah isi taurat, hal mana tidak termasuk dalam daftar tuduhan Al Qur’an. Disamping itu masih ada satu hal lain yang perlu kita ketengahkan bahwa Al Qur’an tidak pernah menuduh orang-orang Kristen dengan memutar balikkan Injil.

Bagaimanapun juga kita merasa perlu menekankan pada mereka yang menganut paham 'pemalsuan' Alkitab dari segi isinya atau mereka yang tetap keras beranggapan bahwa naskah asli Alkitab sudah tidak mungkin didapat, bahwa anggapan demikian sangat bertentangan dengan isi Al Qur’an yang pada hakekatnya menyatakan bahwa Alkitab itu adalah asli dan lepas dari segala bentuk pemalsuan. Kita berkesimpulan bahwa salah satu tugas utama Al Qur’an adalah untuk membenarkan Alkitab.

Sesungguhnya, tidak seorang pun yang percaya pada Allah, kitab-kitab dan rasul-rasul-Nya, berani menghubungkan Allah, yang penuh kemuliaan itu dengan satu kenyataan bahwa Ia telah menurunkan Al Qur'an untuk membuktikan bahwa kitab yang dipalsukan dan diselewengkan, memiliki kesempurnaan dan kelestarian Taurat dan Injil.

Bila tersingkap, firman-firman-Mu memberi terang.
(Mazmur 119:130)

Daftar Pustaka:
Iskander dan Jadeed -- Kesempurnaan Taurat dan Injil

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar