24 Agustus 2012

Antara Darah Kristus dan Api Penyucian (Purgatory)

Kemanakah orang-orang yang telah meninggal dunia pergi?

  • Hades (ᾅδης) adalah dunia orang mati/tempat penantian sebelum penghakiman
  • Hades mengandung arti dunia yang tidak dapat dilihat, tempat semua orang baik dan jahat pergi kalau ia sudah mati.
  • Hades (Bahasa Yunani) arti secara harafiah adalah yang berada dalam kegelapan, tersembunyi dan tidak bisa dilihat, gelap, dan hanya berlaku untuk dunia yang tidak kelihatan atau tempat tinggalnya orang mati. Artinya umumnya adalah kuburan atau kerajaan orang mati dan kuburan. Istilah ini muncul 11 kali dalam perjanjian baru.

... sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati (Hadesh), dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan. (Kisah Rasul 2:27)

Hades terbagi menjadi dua bagian, yakni untuk orang percaya dan yang tidak percaya.

1. Untuk orang percaya Kristus lebih sering disebut dengan Paradeisos/Firdaus (παράδεισος)

Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus (Paradeisos)." (Lukas 23:43)

2. Sedangkan untuk mereka yang tidak percaya Kristus disebut Phulake (φυλακή)

... dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam "penjara" (Phulake) (1 Petrus 3:19)

Di ayat sebelumnya, yakni di kisah Lazarus dan orang kaya di Hades atau Alam Penantian (Lukas 16:22-24) kita bisa melihat bahwa di Hades, jiwa (pikiran, perasaan. kehendak) orang kaya tsb masih ada, sehingga ia bisa mengingat saudara-saudaranya yang ada di bumi. Namun setelah Penghakiman Terakhir semua orang yang tidak percaya Yesus akan dicampakkan ke Gehenna, saat itulah jiwa akan dibinasakan, hanya tinggal roh semata.

"...Dia (Tuhan) berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka [Gehenna]. (Matius 10:28).

Apakah roh dan jiwa orang mati terpisah?

Tidak. Jiwa terdiri dari pikiran, perasaan dan kehendak. Jadi di Hades orang masih mempunyai jiwa dan roh. karena itu mereka masih bisa mengingat apapun yang sudah mereka alami selama di bumi, karena jiwa (pikiran, perasaan dan kehendak) mereka masih ada.

Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang.

Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini.

(Lukas 16:25-28)

Nanti setelah penghakiman terakhir dan Tuhan menciptakan langit dan bumi baru dan semua perbuatan yang tidak menyenangkan hati Tuhan tidak akan dikenang lagi dan nature (kecenderungan untuk berbuat) dosa sudah tidak ada lagi.

Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati. (Yesaya 65:17)

So...

Setelah penghakiman terakhir, manusia akan menuju tempat kekal, yaitu neraka kekal atau sorga kekal. Orang yang hidupnya berdosa dan tidak memperoleh keselamatan sudah jelas akan berakhir keneraka, namun bagaimana dengan orang-orang yang akan ke sorga?

Apakah mereka semua adalah orang-orang yang memang tidak pernah berbuat dosa?

Adakah solusi bagi mereka yang berbuat dosa "kecil" untuk masuk kedalam sorga?

Ada sebuah kepercayaan yang dibangun untuk hal ini. Bagi orang-orang yang meninggal dan telah diperdamaikan atau ditebus oleh darah Kristus namun hidupnya tidak sempurna (masih ada dosa-dosa "kecil" dalam hidupnya) harus mengalami penderitaan sebagai hukuman dan alat "penyucian" atas dosa-dosanya tersebut.

Orang-orang yang melakukan dosa-dosa "ringan" dapat/harus menempuh "proses" sebelum akhirnya ditempatkan di dalam sorga. Sementara bagi mereka yang memang melakukan dosa-dosa "besar" dihukum untuk selama-lamanya di neraka.

Doktrin ini juga mengajarkan bahwa seseorang yang ada dalam api penyucian, mungkin saja dapat dipersingkat masa "penyucian"nya oleh karena saudara-saudara, kerabat-kerabatnya atau teman-temannya yang masih hidup dibumi memberikan sumbangan-sumbangan bagi gereja atas nama orang tersebut.

Tetapi benarkah demikian?

Benarkah bahwa orang-orang yang dosanya "ringan" harus mengalami api penyucian di neraka sebelum akhirnya masuk kedalam sorga?

Yang pertama, sudah jelas bahwa setiap dosa adalah dosa dan tidak ada dosa besar maupun kecil, dosa ringan maupun dosa berat. Alkitab mencatat bahwa hanya ada satu dosa yang tidak bisa diampuni yakni "Menghujat Roh Kudus".

Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. (Roma 6:23)

Di dalam Roma 6:23 ini dengan jelas kita dapat melihat bahwa upah dosa ialah maut. Tidak ada penjabaran dalam ayat ini tentang dosa ringan maupun berat, dosa besar maupun kecil. Jelas sekali bahwa upah dosa ialah maut tidak perduli besar atau kecil dan ringan atau berat. Tidak ada alternatif terhadap dosa, upah dosa ialah maut tidak perduli besar atau kecil, ringan atau berat.

Yang kedua, karya penebusan oleh Kristus Yesus dikayu salib itu sempurna adanya dan tidak diperlukan tambahan apapun untuk keselamatan manusia, termasuk api penyucian.

Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, -- artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, -- dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri.

Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal. Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.

(Ibrani 9:11-14)

Darah-Nya yang dicurahkan dikayu salib menjadi korban penebusan dan penyucian yang sempurna bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya dan menerima-Nya menjadi Tuhan dan juruselamat atas hidupnya. Sehingga tidak diperlukan tambahan apapun untuk menyempurnakannya. Bila kita menambahkan api penyucian untuk penebusan manusia, maka kita sedang berkata bahwa kuasa darah Yesus tidak sanggup untuk menyucikan kita dari segala dosa. Tentu saja hal ini tidak sesuai dengan:

Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa. (1 Yohanes 1:7)

Darah Yesus sudah lebih dari cukup untuk menyucikan kita dari segala dosa sehingga tidak perlu ditambahkan apapun untuk menyucikan kita, termasuk api penyucian

https://todayscatholic.org/the-doctrine-of-purgatory/

** Sejarah Singkat Api Penyucian **

https://todayscatholic.org/the-doctrine-of-purgatory/

Loraine Boettner, dalam bukunya 'Roman Catholicism', pp 228-229, mengatakan bahwa kepercayaan tentang adanya api penyucian ini berasal mula dari gagasan tentang penyucian setelah kematian, dan ini sudah ada di kalangan orang India dan Persia, jauh sebelum Kristus dilahirkan. Ini juga merupakan sesuatu yang umum dalam pemikiran orang Mesir, Yunani dan Roma. Ini juga diterima oleh Plato dan lalu pengaruh Yunani menyebarkannya ke Asia Barat, termasuk Palestina.

Dalam sejarah kekristen, ini sudah ada pada abad ke 2, yaitu dalam tulisan Marcion dan the Shepherd of Hermes. Lalu juga diajarkan oleh Origen pada abad ke 3. Bahkan muncul juga dalam tulisan Agustinus, tetapi ia juga menyatakan keraguannya tentang hal itu.

Doktrin tentang api penyucian ini untuk pertama kalinya disusun dalam bentuk formal oleh Gregory I, yang juga disebut Gregory the Great, pada tahun 593. Selanjutnya pada tahun 1439, doktrin ini diproklamirkan sebagai dogma oleh Council of Florence, dan lalu pada tahun 1548, diteguhkan lagi oleh Council of Trent.

** Doktrin Roma Katolik tentang Api Pencucian **

Setelah kematian, manusia terpisah dalam 3 golongan:

1) Ada orang-orang yang langsung masuk ke neraka, yaitu:

  • Orang yang tidak dibaptis/tidak berhubungan dengan gereja Katolik Roma.
  • Orang yang sudah dibaptis tetapi yang lalu melakukan "mortal sin" (dosa besar/mematikan).

2) Ada orang-orang yang langsung masuk surga, yaitu orang percaya yang sempurna (orang suci, martyr) akan pergi ke surga. contoh: Rasul Paulus (Filipi 1:21,23).

3) Ada orang-orang yang akan pergi ke purgatory (api penyucian) yaitu orang percaya yang tidak sempurna.

a) Lamanya di api penyucian dan tingkat sakit yang harus dialami oleh orang itu tergantung pada dosanya. Penderitaan dalam api penyucian ini sangat hebat, tidak berbeda dengan dalam neraka.

Loraine Boettner dalam bukunya 'Roman Catholicism', hal 220, mengutip Bellarmine, seorang ahli theologia Roma Katolik yang terkemuka, sebagai berikut:

The pains of purgatory are very severe, surpassing anything endured in this life (Rasa sakit dari api pencucian itu sangat hebat, melebihi apapun yang dialami/dirasakan dalam hidup ini).

According to the Holy Fathers of the Church, the fire of purgatory does not differ from the fire of hell, except in point of duration. 'It is the same fire,' says St. Thomas Aquinas, 'that torments the reprobate in hell, and the just in purgatory. The least pain in purgatory,' he says, 'surpasses the greatest suffering in this life.' Nothing but the eternal duration makes the fire of hell more terrible than that of purgatory.

Terjemahan:

Menurut bapa-bapa kudus dari gereja, api dari api penyucian tidak berbeda dengan api dari neraka, kecuali dalam hal lamanya/waktunya. 'Itu adalah api yang sama', kata orang suci yang bernama Thomas Aquinas, 'yang menyiksa orang jahat/orang yang ditetapkan untuk binasa dalam neraka, dan orang benar dalam api penyucian. Rasa sakit yang paling kecil di api penyucian, 'katanya, 'melebihi penderitaan yang paling besar dalam hidup ini'. Tidak ada sesuatu apapun kecuali lamanya yang kekal yang membuat api neraka lebih mengerikan/dahsyat dari pada api dari api penyucian.

Dan dalam buku yang lain, Bellarmine berkata:

There is absolutely no doubt that the pains in some cases endure for entire centuries (Sama sekali tidak ada keraguan bahwa dalam kasus-kasus tertentu rasa sakit itu berlangsung untuk berabad-abad).

b) Paus mempunyai hak untuk mengurangi 'masa penyucian' ini bahkan mengakhirinya, sedangkan pastor, sebagai wakil Paus, mempunyai hak yang terbatas. Bagaimana Paus bisa mengurangi atau mengakhiri masa penyucian dalam api penyucian ini?

Roma Katolik percaya akan adanya saints/orang-orang suci. Mereka ini adalah orang-orang yang dianggap telah melakukan perbuatan baik lebih dari yang diperlukan untuk masuk surga. Kelebihan perbuatan baik itu lalu 'ditabung', dan Paus berhak memberikan 'tabungan' itu kepada orang dalam api penyucian, sehingga mereka lalu dibebaskan dari api penyucian dan masuk ke surga. Ini disebut dengan istilah "indulgence" (pengampunan dosa).

c) Hal-hal yang mengurangi "masa penyucian":

1) Pemberian uang (baik oleh orang yang mati itu pada waktu ia masih hidup, maupun oleh keluarganya setelah ia mati).

Loraine Boettner menuliskan:

The doctrine of purgatory has sometimes been referred to as 'the gold mine of the priesthood' since it is the source of such lucrative income. (Doktrin api penyucian kadang-kadang disebut sebagai 'tambang emas keimaman' karena itu merupakan sumber penghasilan yang menguntungkan) - 'Roman Catholicism', hal 222.

2) Misa.

Untuk melaksanakan misa ini ada 'ongkos' yang harus dibayar. Besar kecilnya misa dipengaruhi oleh besar kecilnya ongkos, padahal besar kecilnya misa ini mempengaruhi 'masa penyucian'.

Loraine Boettner menuliskan:

The Irish has a saying: 'High money, high mass; low money, low mass; no money, no mass' (Orang Irlandia mempunyai pepatah: 'Uang besar, misa besar; uang kecil, misa kecil; tidak ada uang, tidak ada misa') - 'Roman Catholicism', hal 185.

3) Doa pastor.

4) Surat pengampunan dosa (letter of indulgence).

Beberapa hal yang perlu diketahui tentang surat pengampunan dosa:

Surat pengampunan dosa ini mulai ada pada tahun 1190.

Menjelang Reformasi (1517) surat pengampunan dosa ini dijual. Seorang yang bernama Tetzel, pada waktu menjual surat pengampunan dosa ini berkata:

"The moment the coin in the collection box rings, that moment the soul from purgatory springs" (pada saat koin berdenting di kotak kolekte, saat itu jiwa meloncat dari api pencucian) - Dr. Albert Freundt, 'History of Modern Christianity', hal 28.

Tetzel ini dengan begitu tidak tahu malu berkata bahwa ia menyelamatkan lebih banyak jiwa dari api pencucian dari pada apa yang dilakukan oleh Petrus melalui khotbahnya. Ini direstui oleh Konsili Trente pada tahun 1593.

** Dasar dari Api Penyucian **

1) Dari Apocrypha

Kemudian Yudas mengumpulkan bala tentaranya dan pergilah ia ke kota Adulam. Mereka tiba pada hari yang ke tujuh. Maka mereka menyucikan diri menurut adat dan merayakan hari Sabat di situ. Pada hari berikutnya waktu hal itu menjadi perlu pergilah anak buah Yudas untuk membawa pulang jenazah orang-orang yang gugur dengan maksud untuk bersama dengan kaum kerabat mereka mengebumikan jenazah-jenazah itu di pekuburan nenek moyang.

Astaga, pada tiap-tiap orang yang mati itu mereka temukan di bawah jubahnya sebuah jimat dari berhala-berhala kota Yamnia. Dan ini dilarang bagi orang-orang Yahudi oleh hukum Taurat. Maka menjadi jelaslah bagi semua orang mengapa orang-orang itu gugur. Lalu semua memuliakan tindakan TUHAN, Hakim yang adil, yang menyatakan apa yang tersem-bunyi. Merekapun lalu mohon dan minta, semoga dosa yang telah dilakukan itu dihapus semuanya.

Tetapi Yudas yang berbudi luhur memperingatkan khalayak ramai, supaya memelihara diri tanpa dosa, justru oleh karena telah mereka saksikan dengan mata kepala sendiri apa yang sudah terjadi oleh sebab dosa orang-orang yang gugur itu. Kemudian dikumpulkannya uang ditengah-tengah pasukan. Lebih kurang dua ribu dirham perak dikirimkannya ke Yerusalem untuk mempersembahkan korban penghapus dosa. Ini sungguh suatu perbuatan yang sangat baik dan tepat, oleh karena Yudas memikirkan kebangkitan.

Sebab jika tidak menaruh harapan bahwa orang-orang yang gugur itu akan bangkit, niscaya percuma dan hampalah mendoakan orang-orang mati. Lagipula Yudas ingat bahwa tersedialah pahala yang amat indah bagi sekalian orang yang meninggal dengan saleh. Ini sungguh suatu pikiran yang mursid dan saleh. Dari sebab itu maka disuruhnyalah mengadakan korban penebus salah untuk semua orang yang sudah mati itu, supaya mereka dilepaskan dari dosa mereka.

2 Makabe 12:38-45

Teks seperti ini, yang sama sekali tidak berbicara tentang api pencucian, bisa dijadikan dasar dari doktrin tentang api pencucian?

Orang Roma Katolik berkata begini:

Kalau orang-orang yang mati itu ada di surga ataupun neraka, maka tentu sia-sia mendoakan mereka. Bahwa mereka didoakan, itu menunjukkan bahwa mereka tidak berada di surga maupun di neraka, tetapi di api pencucian.

2) Dari Kitab Suci: Yesaya 4:4, Mikha 7:8-9, Zahkaria 9:11, Maleakhi 3:2-3, Matius 12:32 dan 1 Korintus 3:13-15

** Jawaban Kristen **

1) Tentang 2 Makabe 12:38-45.

a) Ini termasuk dalam Apocrypha, dan Apocrypha bukan Kitab Suci. Dalam 2 Makabe ini terlihat dengan jelas pertentangan antara ajaran Perjanjian Lama dan Apocrypha. Bagian Apocrypha ini memuji tindakan mendoakan orang mati, bahkan yang mati dalam dosa. Kitab Suci tidak pernah menyuruh mendoakan orang yang sudah mati. Ada alasan mengapa Makabe tidak dimasukan dalam Kitab Suci karena memang isinya bertentangan dengan Hukum Taurat.

Saya akan buktikan disini:

Lagipula Yudas ingat bahwa tersedialah pahala yang amat indah bagi sekalian orang yang meninggal dengan saleh. Ini sungguh suatu pikiran yang mursid dan saleh. Dari sebab itu maka disuruhnyalah mengadakan Korban Penebus Salah untuk semua orang yang sudah mati itu, supaya mereka dilepaskan dari dosa mereka. (2 Makabe 12:45)

**) Bertentangan dengan:

Apabila seseorang berubah setia dan tidak sengaja berbuat dosa dalam sesuatu hal kudus yang dipersembahkan kepada Tuhan, maka haruslah ia mempersembahkan kepada Tuhan sebagai tebusan salahnya seekor domba jantan yang tidak bercela dari kambing domba, dinilai menurut syikal perak, yakni menurut syikal kudus, menjadi Korban Penebus Salah.

Hal kudus yang menyebabkan orang itu berdosa, haruslah dibayar gantinya dengan menambah seperlima, lalu menyerahkannya kepada imam. Imam harus mengadakan pendamaian bagi orang itu dengan domba jantan korban penebus salah itu, sehingga ia menerima pengampunan. (Imamat 5:15-16)

Haruslah ia membawa kepada imam seekor domba jantan yang tidak bercela dari kambing domba, yang sudah dinilai, sebagai korban penebus salah. Imam itu haruslah mengadakan pendamaian bagi orang itu karena perbuatan yang tidak disengajanya dan yang tidak diketahuinya itu, sehingga ia menerima pengampunan. Itulah korban penebus salah; orang itu sungguh bersalah terhadap TUHAN. (Imamat 5:18-19)

Korban penghapusan dosa hanya dilakukan oleh orang yang masih hidup dan untuk orang yang masih hidup, bukan untuk orang yang sudah mati.

Tiap-tiap hari haruslah engkau mengolah seekor lembu jantan menjadi korban penghapus dosa untuk mengadakan pendamaian dan haruslah kausucikan mezbah itu, dengan mengadakan pendamaian baginya; haruslah engkau mengurapinya untuk menguduskannya. (Keluaran 29:36)

Sekali setahun haruslah Harun mengadakan pendamaian di atas tanduk-tanduknya; dengan darah korban penghapus dosa pembawa pendamaian haruslah ia sekali setahun mengadakan pendamaian bagi mezbah itu di antara kamu turun-temurun; itulah barang maha kudus bagi TUHAN. (Keluaran 30:10)

Selain itu, yang harus melakukan korban penghapus dosa adalah seorang Imam dari keturunan Lewi, apakah yudas makabe seorang imam dari keturunan lewi?

Atau...

Apakah Yudas Makabe sudah ditetapkan untuk menjadi nabi dan imam Allah seperti nabi samuel meskipun dia bukan orang lewi?

Kemudian bernazarlah ia, katanya: "TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya." (1 Samuel 1:11)

Katolik Roma akan mengatakan bahwa mendoakan orang mati adalah tradisi Yahudi.

Unfortunately, dalam zaman Yesus, kita menemukan sebuah contoh bahwa pernyataan itu adalah sebuah kebohongan belaka. Lazarus pada saat meninggal selama 4 hari, tidak ada yang mendoakan dia bahkan mempersembahkan korban penghapusan dosa dan penebusan salah untuk dia ketika dia meninggal seperti yang dilakukan oleh Yudas Makabe. Padahal mereka semua ini jelas berada dalam tradisi Yahudi. Kesimpulannya adalah gereja Katolik Roma telah berdusta ketika mengatakan ada tradisi Yahudi yang:

  1. Mendoakan orang yang sudah mati seperti Yudas Makabe.
  2. Memberikan Korban Penebusan Dosa dan Penebusan Salah untuk orang yang sudah mati seperti yang dilakukan oleh Yudas Makabe.

Dalam 1 Yohanes 5:16 dikatakan sebagai berikut:

Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberi hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan bahwa ia harus berdoa.

Memang ayat ini menimbulkan banyak penafsiran tentang apa yang dimaksud dengan 'dosa yang membawa maut'. Ada yang menganggap bahwa ini menunjuk pada dosa yang harus dijatuhi hukuman mati, ada pula yang menunjuk pada dosa menghujat Roh Kudus dalam Matius 12:31-32.

Tetapi ada satu hal yang pasti yaitu: kalau mendoakan orang yang melakukan dosa yang membawa maut saja sudah dilarang (padahal orang itu masih hidup), apalagi mendoakan orang yang sudah ada di dalam maut/sudah mati. Karena itu jelas bahwa Kitab Suci melarang doa untuk orang yang sudah mati.

Contohnya:

Ketika hamba-hamba Tuhan mendoakan Ahmad Deedat namun ALLAH tidak berkenan atas doa mereka karena Ahmad Deedat sudah menghina dan melecehkan pekerjaan Roh Kudus melalui Firman yang diberikan kepada para nabi dan rasul serta para penulis Alkitab.

b) Disamping itu, 2 Makabe 12:38-45 tidak berkata apa-apa tentang api penyucian. Andai kata pun doa untuk orang-orang yang telah mati itu menunjukkan bahwa mereka tidak ada di surga ataupun neraka, lalu apa dasarnya mengatakan bahwa mereka ada di 'api penyucian'?

Menurut ajaran Roma Katolik sendiri orang-orang yang mempunyai jimat seperti dalam 2 Makabe itu, akan langsung masuk neraka, karena ini termasuk "mortal sin".

2) Tentang dasar Kitab Suci.

Dasar-dasar Kitab Suci mereka adalah ayat-ayat yang penafsirannya dipaksakan. Bacalah sendiri semua ayat-ayat dalam kitab Makabe dan anda bisa melihat bahwa tidak ada satupun ayat-ayat itu yang berbicara tentang api pencucian. Jelas sekali bahwa ajaran ini keluar bukan dari Kitab Suci tetapi dari manusia. Setelah ajarannya keluar, baru dicari-carikan dasar Kitab Sucinya.

Diatas kayu salib, Yesus berseru: "Sudah selesai! " (Yohanes 19:30).

  1. Kristus telah bangkit dan ini membuktikan bahwa dosa yang Dia pikul itu memang sudah selesai. Kalau tidak, karena dosa itu upahnya maut (Roma 6:23), maka Kristus tidak bisa bangkit/harus terus mati.
  2. Kristus bisa naik ke surga dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Ini menunjukkan bahwa tugas-Nya yang dengan taat mengikuti kehendak Bapa, yakni menebus dosa manusia lewat kematian-Nya memang sudah selesai. Karena itu, orang yang betul-betul percaya kepada Yesus tidak bisa dihukum.

Ini sesuai dengan Roma 8:1 yang berbunyi:

"Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus".

Semua dosa, cacat cela dan ketidaksempurnaan kita sudah dibayar lunas oleh Kristus, sehingga tidak mungkin dihukumkan lagi kepada kita, baik di dalam dunia ini atau di api pencucian ataupun di neraka.

4) Ajaran tentang api penyucian adalah ajaran yang didasarkan pada keselamatan melalui perbuatan baik (salvation by works).

5) Ajaran ini menyebabkan orang Roma Katolik takut pada kematian. Lebih-lebih kalau mereka tahu bahwa "mortal sins" mencakup hal-hal seperti:

  1. Pelanggaran terhadap 10 hukum Tuhan.
  2. Apa yang sering disebut dengan istilah '7 dosa maut' (the seven deadly sins), yaitu:
  • Kesombongan/kecongkakan.
  • Ketamakan/keserakahan.
  • Nafsu berahi.
  • Kemarahan.
  • Kerakusan.
  • Iri hati.
  • Kemalasan.
  • Semua pelanggaran sexual, baik melalui perbuatan, kata-kata maupun pikiran.
  • Makan daging pada hari Jum'at.
  • Membolos dari misa hari Minggu tanpa alasan yang benar.
  • Mengikuti kebaktian Kristen Protestan.
  • Membaca Alkitab Protestan.

Catatan:

Daftar ini diambil dari buku Loraine Boettner 'Roman Catholicism', hal 200.

Jelas tidak ada orang yang bisa bebas dari "mortal sins" ini, dan ini menyebabkan orang Roma Katolik takut, karena tidak adanya keyakinan keselamatan. Paling banter mereka bisa masuk api penyucian, dan ini menyakitkan dan menakutkan. Perlu diketahui bahwa rasa takut seperti ini bertentangan dengan Ibrani 2:14-15 dan 1 Yohanes 4:17-18.

Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. (Ibrani 2:14-15)

Dalam hal inilah kasih Allah sempurna di dalam kita, yaitu kalau kita mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman, karena sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini. Di dalam kasih yang sempurna tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut ia tidak sempurna di dalam kasih. (1 Yohanes 4:17-18)

6) Ajaran ini menunjukkan bahwa Allah tidak adil. Yang kaya bisa bebas dengan cepat karena bisa memberikan banyak persembahan, melakukan misa yang besar dsb. Sedangkan yang miskin tidak bisa melakukan hal-hal itu.

7) Penjahat yang bertobat di kayu salib masuk Firdaus (Lukas 23:43), bukan neraka ataupun api penyucian. Padahal ia jelas bukan termasuk orang percaya yang sempurna. Bahkan hampir bisa dikatakan bahwa orang ini tidak pernah berbuat baik. Mungkin satu-satunya perbuatan baik yang ia lakukan adalah menegur penjahat satunya yang mengolok-olok Yesus (Lukas 23:39-41).

Ia bahkan belum sempat dibaptis ataupun pergi ke gereja. Menurut ajaran Roma Katolik, orang seperti ini bukan masuk api penyucian, tetapi langsung masuk neraka. Tetapi Yesus berkata kepada penjahat ini bahwa hari itu juga ia akan bersama Yesus di Firdaus (Lukas 23:43).

Cerita ini secara jelas menunjukkan betapa hebatnya kuasa dari penebusan dosa yang Yesus lakukan bagi kita. Bagaimanapun hebatnya dan banyaknya dosa saudara, dengan percaya (memiliki iman) kepada Yesus sebagai Juruselamat yang sanggup menebus dan menyelamatkkan kita dari dosa, kita akan diampuni dan diberikan anugerah keselamatan akan bersama dengan Tuhan Yesus di Rumah Bapa. Dan jelas bahwa cerita ini juga menunjukkan secara meyakinkan bahwa doktrin Katolik tentang keselamatan karena perbuatan baik dan api pencucian adalah ajaran yang menyesatkan karena bertentangan dengan ajaran Tuhan Yesus dan para rasul-Nya didalam Kitab Suci.

8) Ada sebuah pertanyaan tentang ini:

Bagaimana kita bisa tahu roh seseorang itu sudah pindah dari api pencucian ke surga atau belum?

Dengan kata lain, sampai kapan keluarga dari si mati itu harus memberi persembahan, mengadakan misa dsb?

Loraine Boettner mengutip Dr. Robert Ketcham, dalam suatu buku tipis yang berjudul 'Let Rome Speak for Herself', hal 20, yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada pastor sebagai berikut:

"How do you know, Mr Priest, when to stop praying and taking money from your parishioners for a given case? How do you know when John Murphy is out of purgatory? His getting out is dependent upon the saying of masses paid for by his bereaved ones. If you stop one or two masses too soon, what then? If you keep on saying masses for the fellow after he is out, that is bad. It is bad either way you come at it. I ask seriously, Sir, Mr. Roman Catholic Priest, how do you know when to stop saying masses for a given individual? Do you have some kind of a connection with the unseen world?"

Terjemahan:

Bagaimana kamu tahu, Tuan Pastor, kapan berhenti berdoa dan menerima uang dari jemaatmu dalam suatu kasus? Bagaimana kamu tahu kapan John Murphy keluar dari api pencucian? Keluarnya dia tergantung dari pengadaan misa yang dibayar oleh orang-orang yang kehilangan orang yang dikasihinya. Jika kamu berhenti satu atau dua misa terlalu cepat, lalu bagaimana? Jika kamu terus mengadakan misa untuk seseorang setelah ia keluar (dari api pencucian) maka itu jelek. Jadi, yang pertama maupun yang kedua sama-sama jelek. Saya bertanya secara serius, Tuan, Tuan Pastor Roma Katolik, Bagaimana kamu tahu kapan harus menghentikan misa untuk seorang individu tertentu? Apakah kamu mempunyai suatu hubungan tertentu dengan dunia yang tidak kelihatan?

- 'Roman Catholicism', hal 224.

Loraine Boettner lalu menambahkan:

The fact is that Roman Catholic priest admit that they have no way of knowing when a soul is released from purgatory.

Terjemahan:

Faktanya adalah bahwa pastor Roma Katolik mengakui bahwa mereka tidak mempunyai jalan untuk mengetahui kapan jiwa seseorang itu dibebaskan dari api pencucian

- 'Roman Catholicism', hal 224.

9) Loraine Boettner menceritakan percakapan antara seorang yang bernama Norman Porter, dengan seorang pastor. Ternyata pastor itu yakin bahwa ia tidak cukup sempurna untuk masuk surga, dan karenanya ia harus masuk ke api penyucian bila ia mati. Ini sesuatu yang aneh, karena orang yang betul-betul percaya kepada Yesus harus yakin akan keselamatannya sesuai dengan 1 Yohanes 5:13 berbunyi:

Semuanya ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal.

Lebih dari itu, pastor itu juga tidak tahu kapan ia akan keluar dari api penyucian. Sesuatu yang aneh tetapi nyata adalah bahwa ia bahkan ia juga yakin bahwa kalau Paus mati, iapun akan pergi ke api penyucian.

Loraine Boettner menutup cerita ini dengan kata-kata:

"What a message for a perishing world!" (betul-betul suatu berita untuk dunia yang sedang binasa!) - 'Roman Catholicism', hal 232-233.

Tuhan Yesus memberkati

1 komentar:

  1. api penyucian itu tidak ada, cuma melalui yesus anda bisa selamat, pergi sekarang juga dari gereja katolik roma, romawi kuno yang berganti casing
    video ini dapat membantu anda mengenal fakta tentang katolik roma
    https://www.youtube.com/watch?v=tlISSa9wOX8&t=606s

    https://www.youtube.com/watch?v=jLgF6HBpWds

    BalasHapus