24 Agustus 2012

Sanggahan Historis Atas Klaim Supremasi Roma Melalui Interpretasi Bapa Gereja Atas Matius 16:18

** Perkembangan Awal Kekristenan **

Kekristenan telah dimulai dari sebuah "benih" yang telah ditaburkan di bumi ini, dan melalui "benih" itu banyak orang dari berbagai suku bangsa telah mendapatkan keselamatan. Sejarah Kekristenan akan menunjukkan bahwa "benih" itu telah bertumbuh dalam kehidupan umat manusia, bahkan telah berangsur-angsur tersebar ke seluruh dunia. Itulah yang telah dilakukan oleh Yesus Kristus, Sang Penebus, Juruselamat umat manusia, seperti yang tersirat di dalam pernyataan berikut ini:

Kekristenan sebagai sesuatu yang telah turun dari atas, ketika surga terbuka bagi suatu kehidupan manusia yang terjatuh, yaitu suatu kuasa yang asal mula dan hakekatnya dimuliakan atas segala sesuatu, sehingga sifat dasar manusia dapat tercipta dari kuasa itu, ditujukan untuk memberikan suatu kehidupan baru bagi manusia. Sumber utama dari kuasa itu adalah Dia yang hidupnya ditunjukkan manifestasinya pada kita, yaitu Yesus dari Nazareth, Penebus umat manusia yang dijauhkan Allah karena dosa.

(Augustus Neander - General History of the Christian Religion and Church)

Ketika kita membaca kitab Kisah Para Rasul yang menceritakan perkembangan awal Kekristenan, awal mula penginjilan kepada bangsa-bangsa dimulai dari kotbah Petrus dalam Hari Raya Pentakosta (KHAG SHAVUOT - Hari Raya Tujuh Minggu) di Yerusalem, Lukas mencatat ada sekitar 3.000 (tiga ribu) orang Yahudi yang bertobat dan mereka berasal dari berbagai wilayah diantaranya Partia, Media, Yudea, Roma dan orang-orang Arab. Mereka semua adalah penduduk Yahudi yang berdiaspora yang setiap tahun datang ke Yerusalem untuk merayakan salah satu dari 3 (tiga) Hari Raya utama dalam tradisi bangsa Israel sejak zaman Hukum Taurat.

Mereka inilah yang kemudian mengenalkan Kekristenan ke wilayah asal mereka setelah Hari Raya Pentakosta (KHAG SHAVUOT) berakhir. Mereka pula yang bisa dikatakan perintis awal penginjilan sebelum para rasul meneguhkan mereka dalam pengajaran dalam setiap kunjungan Jemaat. Mereka ini pula yang menginginkan agar setiap petobat baru dari luar Yahudi, hidup dalam tuntunan Hukum Taurat dan permasalahan itu diselesaikan dalam Sidang Yerusalem.

Saat itu, Yerusalem menjadi pusat awal perkembangan Kekristenan sebelum akhirnya para rasul mengunjungi beberapa wilayah penginjilan untuk meneguhkan Jemaat disana, Roma merupakan salah satu dari wilayah penginjilan para rasul.

Sementara itu, penginjilan kepada bangsa Non Yahudi pertama kali dilakukan oleh Filipus ketika dia bertemu dengan seorang sida-sida dari Etiophia (Kisah Rasul 8:26-40) dan selanjunya dilakukan oleh Petrus ketika menginjili Kornelius (Kisah Rasul 10:1-48) seorang perwira pasukan Roma. Namun dalam perkembangan selanjutnya, Tuhan Yesus secara khusus menetapkan Paulus sebagai rasul bagi orang non Yahudi.

  • Tetapi firman Tuhan kepadanya: "Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku." (Kisah Rasul 9:16-17)
  • Aku berkata kepada kamu, hai bangsa-bangsa bukan Yahudi. Justru karena aku adalah rasul untuk bangsa-bangsa bukan Yahudi, aku menganggap hal itu kemuliaan pelayananku. (Roma 11:13)

Karena itulah, rasul Paulus ingin pergi ke Roma karena saat itu, Roma merupakan ibukota negara dan dalam benak Paulus, jika sudah berhasil mempertobatkan orang-orang Roma, maka penginjilan akan lebih cepat tersebar karena wilayah kekuasaan Romawi meliputi hampir seluruh dunia, pada saat itu. Namun demikian, umat Tuhan pertama kali disebut Kristen bukan di Roma melainkan di Antiokhia.

Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen. (Kisah Para Rasul 11:26)

Roma dalam perkembangannya setelah era Kerasulan berakhir merupakan bagian dari pusat perkembangan ajaran Kristen bersama dengan Yerusalem, Antiokhia, Alexandria dan Konstantinople.

Antioch and Alexandria, Rome and Constantinople are great and venerable names in the history of the Christian Church; but it is from Jerusalem that we are first of all descended.

Terjemahan:

Antiokhia dan Aleksandria, Roma dan Konstantinopel adalah nama-nama besar dan terhormat dalam sejarah Gereja Kristen; tetapi dari Yerusalemlah kita pertama-tama diturunkan.

(Catholic Encyclopedia - Patriarch and Patriarchate)

** Perkembangan Jabatan Didalam Jemaat Kristen **

Kekristenan dalam perkembangan selanjutnya, setelah memiliki banyak pengikut, mulai menjadi organisasi terstruktur dan memilih serta menetapkan beberapa orang untuk melengkapi beberapa jabatan yang disediakan, contohnya: Penilik Jemaat, Diaken dan Penatua.

Catatan sejarah Kekristenan seperti yang ditulis oleh beberapa Teolog Kristen abad kedua menyebutkan beberapa nama yang dipercayakan untuk menjadi Penilik Jemaat. Namun yang menarik adalah, setiap tradisi Kekristenan menuliskan bahwa Petrus mendirikan Gereja di Antiokhia dan Roma padahal jika menilik pernyataan Kisah Rasul yang ditulis oleh Lukas, sebenarnya umat Kristen disana merupakan mereka yang telah menerima pemberitaan Injil melalui khotbah rasul Petrus di Yerusalem dan beberapa nama lain seperti Barnabas dan Paulus. Orang Yahudi di Antiokhia merupakan umat Kristus pertama yang tercatat dalam Alkitab yang menyandang nama Kristen.

Sementara itu banyak saudara-saudara telah tersebar karena penganiayaan yang timbul sesudah Stefanus dihukum mati. Mereka tersebar sampai ke Fenisia, Siprus dan Antiokhia; namun mereka memberitakan Injil kepada orang Yahudi saja.

Akan tetapi di antara mereka ada beberapa orang Siprus dan orang Kirene yang tiba di Antiokhia dan berkata-kata juga kepada orang-orang Yunani dan memberitakan Injil, bahwa Yesus adalah Tuhan.

Kisah Para Rasul 11:19-20

Apostolic Constitutions (Book VII) Section 4 - Enumeration Ordained by Apostles XLVI secara lengkap mengurutkan nama-nama yang memegang jabatan sebagai Penilik Jemaat di Yerusalem, Roma dan Antiokhia serta beberapa wilayah penginjilan yang lain yang berkaitan dengan peristiwa di Pentakosta (Kisah Rasul 2:8-11), disana dituliskan:

Now concerning those bishops which have been ordained in our lifetime, we let you know that they are these:

James the bishop of Jerusalem, the brother of our Lord; upon whose death the second was Simeon the son of Cleopas; after whom the third was Judas the son of James.

Of Cæsarea of Palestine, the first was Zacchæus, who was once a publican; after whom was Cornelius, and the third Theophilus.

Of Antioch, Euodius, ordained by me Peter; and Ignatius by Paul.

Of Alexandria, Annianus was the first, ordained by Mark the evangelist; the second Avilius by Luke, who was also an evangelist.

Of the church of Rome, Linus the son of Claudia was the first, ordained by Paul and Clemens, after Linus' death, the second, ordained by me Peter.

Of Ephesus, Timotheus, ordained by Paul; and John, by me John.

Of Smyrna, Aristo the first; after whom Stratæas the son of Lois; and the third Aristo.

Of Pergamus, Gaius.

Of Philadelphia, Demetrius, by me.

Of Cenchrea, Lucius, by Paul.

Of Crete, Titus.

Of Athens, Dionysius.

Of Tripoli in Phœnicia, Marathones.

Of Laodicea in Phrygia, Archippus.

Of Colossæ, Philemon.

Of Borea in Macedonia, Onesimus, once the servant of Philemon.

Of the churches of Galatia, Crescens.

Of the parishes of Asia, Aquila and Nicetas.

Of the church of Æginæ, Crispus.

These are the bishops who are entrusted by us with the parishes in the Lord; whose doctrine keep always in mind, and observe our words. And may the Lord be with you now, and to endless ages, as Himself said to us when He was about to be taken up to His own God and Father. For says He, "Lo, I am with you all the days, until the end of the world. Amen."

**) Penilik Jemaat Kristen di Yerusalem

Klement dari Alexandria (150-215 AC) menuliskan:

After the ascension of the savior, Peter and James [the brother of the apostle John] and John did not struggle for glory, because they had previously been given honor by the Savior, but chose James the Just as bishop of Jerusalem.

Terjemahan:

Setelah kenaikan Sang Juruselamat, Petrus dan Yakobus [saudara rasul Yohanes] dan Yohanes tidak berjuang untuk kemuliaan, karena mereka sebelumnya telah diberikan kehormatan oleh Juruselamat, tetapi memilih Yakobus yang Adil sebagai uskup Yerusalem.

Jerome (342-420 AC) dalam "Letter CLXXVIII" - Letter to Alexander of Hierapolis, menuliskan:

After the apostles, James the brother of the Lord surnamed the Just was made head of the Church at Jerusalem ...

Terjemahan:

Setelah para rasul, Yakobus saudara Tuhan yang disebut "Yang Adil" diangkat menjadi kepala Gereja di Yerusalem ...

Eusebius (275-339 AC) dalam Church History (Book II) - Chapter 2, menuliskan:

Then James, whom the ancients surnamed the Just on account of the excellence of his virtue, is recorded to have been the first to be made bishop of the church of Jerusalem. This James was called the brother of the Lord because he was known as a son of Joseph, and Joseph was supposed to be the father of Christ, because the Virgin, being betrothed to him, "was found with child by the Holy Ghost before they came together,"

Terjemahan:

Kemudian Yakobus, yang oleh orang-orang zaman dahulu disebut Yang Adil karena keunggulan kebajikannya, tercatat sebagai orang pertama yang diangkat menjadi uskup gereja Yerusalem. Yakobus ini disebut saudara Tuhan karena ia dikenal sebagai anak Yusuf ...

Eusebius (275-339 AC) dalam Church History (Book III) - Chapter 22, menuliskan:

At this time Ignatius was known as the second bishop of Antioch, Evodius having been the first. Symeon likewise was at that time the second ruler of the church of Jerusalem, the brother of our Savior having been the first.

Terjemahan:

Pada saat ini Ignatius dikenal sebagai uskup kedua Antiokhia, Evodius adalah yang pertama. Simeon juga pada waktu itu adalah penguasa kedua dari gereja Yerusalem, saudara dari Juruselamat kita adalah yang pertama.

Dengan demikian, kita memiliki catatan bahwa Yakobus saudara Tuhan adalah Penilik Jemaat pertama di Yerusalem dan Simeon adalah yang kedua, nama keduanya tercatat didalam Injil sebagai saudara Tuhan Yesus.

  • Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? (Matius 13:55)
  • Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. (Markus 6:3)

**) Penilik Jemaat Kristen di Antiokhia

Eusebius (275-339 AC) dalam Church History (Book III) - Chapter 22, menuliskan:

"At this time Ignatius was known as the second bishop of Antioch, Evodius having been the first ... (Pada saat ini Ignatius dikenal sebagai uskup kedua Antiokhia, Evodius adalah yang pertama)"

Sejarahwan Peter Schäfer, menuliskan:

We cannot doubt that the earliest tradition made Evodius first bishop of Antioch, for otherwise we could not explain the insertion of his name before the great name of Ignatius. The tendency would be, of course, to connect Ignatius directly with the apostles, and to make him the first bishop. This tendency is seen in Athanasius and Chrysostom, who do not mention Evodius at all; also, in the Apost. Const. VII. 46, where, however, it is said that Evodius was ordained by Peter, and Ignatius by Paul (as in the parallel case of Clement of Rome).

The fact that the name of Evodius appears here shows that the tradition that he was the first bishop seemed to the author too old and too strong to be set aside. Origen (in Luc. Hom. VI.) is an indirect witness to the episcopacy of Evodius, since he makes Ignatius the second, and not the first, bishop of Antioch. As to the respective dates of the early bishops of Antioch, we know nothing certain.

Terjemahan:

Kita tidak dapat meragukan bahwa tradisi paling awal menjadikan Evodius uskup pertama Antiokhia, karena jika tidak, kita tidak dapat menjelaskan penyisipan namanya sebelum nama besar Ignatius. Kecenderungannya tentu saja menghubungkan Ignatius secara langsung dengan para rasul, dan menjadikannya uskup pertama. Kecenderungan ini terlihat pada Athanasius dan Chrysostom, yang sama sekali tidak menyebut Evodius; juga dalam Apost. Konst. VII. 46 dikatakan bahwa Evodius ditahbiskan oleh Petrus, dan Ignatius oleh Paulus (seperti dalam kasus paralel Klemens dari Roma).

Fakta bahwa nama Evodius muncul di sini menunjukkan kepada kita sebuah tradisi bahwa dia adalah uskup pertama. Origenes (dalam Luc. Hom. VI.) adalah saksi tidak langsung keuskupan Evodius pertama di Antiokhia dan ia menjadikan Ignatius yang kedua. Mengenai tanggal masing-masing uskup awal Antiokhia, kita tidak tahu pasti.

**) Penilik Jemaat Kristen di Roma

Eusebius (275-339 AC) dalam tulisannya merangkum beberapa nama yang pernah menjabat sebagai penilik jabatan di Roma, dia menuliskan itu didalam Church History Book III.

Chapter 2. [The First Successor to St. Peter in Rome], menuliskan:

After the martyrdom of Paul and of Peter, Linus was the first to obtain the episcopate of the church at Rome. Paul mentions him, when writing to Timothy from Rome, in the salutation at the end of the epistle.

Terjemahan:

Setelah kemartiran Paulus dan Petrus, Linus adalah orang pertama yang memperoleh keuskupan gereja di Roma. Paulus menyebutkan dia, ketika menulis kepada Timotius dari Roma, dalam salam di akhir suratnya.

Chapter 13. [Anencletus, the Second Bishop of Rome], menuliskan:

After Vespasian had reigned ten years Titus, his son, succeeded him. In the second year of his reign, Linus, who had been bishop of the church of Rome for twelve years, delivered his office to Anencletus. But Titus was succeeded by his brother Domitian after he had reigned two years and the same number of months.

Terjemahan:

Setelah Vespasianus memerintah sepuluh tahun, Titus, putranya, menggantikannya. Pada tahun kedua pemerintahannya, Linus, yang telah menjadi uskup gereja Roma selama dua belas tahun, menyerahkan jabatannya kepada Anencletus. Tetapi Titus digantikan oleh saudaranya Domitianus setelah ia memerintah dua tahun dan jumlah bulan yang sama.

Chapter 15. [Clement, the Third Bishop of Rome], menuliskan:

In the twelfth year of the same reign Clement succeeded Anencletus after the latter had been bishop of the church of Rome for twelve years. The apostle in his Epistle to the Philippians informs us that this Clement was his fellow-worker. His words are as follows: With Clement and the rest of my fellow-laborers whose names are in the book of life.

Terjemahan:

Pada tahun kedua belas pemerintahan yang sama Clement menggantikan Anencletus setelah Anencletus menjadi uskup gereja Roma selama dua belas tahun. Rasul dalam suratnya kepada Jemaat Filipi memberitahu kita bahwa Klemens ini adalah rekan sekerjanya. Kata-katanya adalah sebagai berikut: Dengan Clement dan rekan-rekan sekerja lainnya yang namanya ada dalam buku kehidupan.

Chapter 34. [Evarestus, the Fourth Bishop of the Church of Rome], menuliskan:

In the third year of the reign of the emperor mentioned above, Clement committed the episcopal government of the church of Rome to Evarestus, and departed this life after he had superintended the teaching of the divine word nine years in all.

Terjemahan:

Pada tahun ketiga pemerintahan kaisar yang disebutkan di atas, Clement menyerahkan pemerintahan episkopal gereja Roma kepada Evarestus, dan meninggalkan kehidupan ini setelah dia memimpin pengajaran sabda ilahi selama sembilan tahun.

Eusebius mendaftarkan sejumlah nama yang ditunjuk oleh Petrus dan Paulus untuk menjadi Penilik Jemaat Kristen di Roma, yakni (1) Linus, (2) Anencletus, (3) Clement dan (4) Evarestus.

Dengan demikian, kita memiliki daftar lengkap jabatan Penilik Jemaat (yang selanjutnya disebut uskup) di 3 (tiga) wilayah yang merupakan pusat perkembangan dan penyebaran agama Kristen.

** Primus Inter Pares **

Perkembangan Kekristenan selanjutnya diwarnai berbagai macam pengaruh politik dan kekuasaan sehingga masing-masing ada beberapa Kepatriakhan ingin menjadi yang terutama diantara yang lain. Kepatriakhan Roma, dalam hal ini, karena tradisi mengatakan Petrus dan Paulus meninggal di Roma, berusaha ingin menjadi yang terutama. Kita mengenal istilah "Primus inter pares" (first among equals) adalah frasa Latin dengan makna "yang pertama di antara yang sederajat" atau "yang pertama di antara yang setara". Frasa ini biasanya digunakan sebagai suatu gelar kehormatan bagi mereka yang secara formal setara dengan anggota lainnya dalam kelompok mereka tetapi diberikan penghormatan secara tidak resmi, yang secara tradisi dikarenakan senioritas mereka dalam jabatan.

Secara historis, prinsip ini sudah ada sejak Senat Romawi yang merupakan figur yang membedakan bahwa ia diizinkan untuk berbicara pertama kali pada sesi debat. Istilah ini sering digunakan sebagai ketidaksetujuan para pemimpin dengan status lebih tinggi sebagai bentuk penghormatan, persahabatan, maupun propaganda. Anggapan status yang lebih tinggi dari berbagai kewenangan tambahan namun masih setara dengan rekan mereka.

Primus Interpares berhubungan dengan wibawa seseorang yang mencakup kepercayaan, kemampuan tokoh, maupun pemecahan masalah yang dilakukannya. Kepemimpinan ini dilihat dari bagaimana cara ia menyelesaikan masalah didalam kelompoknya dan bagaimana cara ia melakukan perubahan didalam kelompoknya.

Kekristenan sejak zaman Kerasulan menganut sistem Primus Interpares, hal ini terbukti dalam beberapa sidang yang dilakukan oleh para rasul bersama segenap orang percaya, diantaranya:

Dalam persidangan menentukan jabatan kerasulan yang ditinggalkan Yudas, para rasul menetapkan Matias untuk menggantikan dia setelah 2 (dua) nama muncul yakni Matias dan Barnabas.

Dalam persidangan membahas masalah baptisan Kornelius dan orang-orang non Yahudi yang menjadi Kristen, semula golongan Kristen Yudaisme menuntut supaya Hukum Musa diterapkan bagi mereka, namun atas kesepakatan bersama, akhirnya para rasul menetapkan 4 (empat) keputusan (Kisah Para Rasul 15:20) yakni:

  1. Menjauhkan diri dari makanan yang sudah dipersembahkan kepada berhala
  2. Menjauhkan diri dari percabulan
  3. Menjauhkan diri dari daging binatang yang mati dicekik
  4. Tidak boleh makan darah

Sepanjang persidangan, kita melihat bagaimana Petrus dan Yakobus terlihat menonjol, terutama sekali Petrus, namun hal itu tidak membuat keduanya menjadi yang terutama diantara yang lain, mereka tetap setara, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah. Meskipun demikian, kewibawaan mereka terutama sekali sejak Tuhan Yesus masih ada didunia, bersama dengan Yohanes, ketiganya sering dibawa oleh Yesus dalam beberapa kesempatan, bahkan dimalam terakhir sebelum Yesus disalibkan, Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes bersama dengan Dia; termasuk dalam peristiwa tranfigurasi Yesus. Karena itulah, rasul Paulus bersama Jemaat yang lain mengatakan ketiganya adalah sokoguru Jemaat, inilah yang disebut dengan Primus Inter Pares, "yang pertama di antara yang sederajat".

Dan setelah melihat kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, maka Yakobus, Kefas dan Yohanes, yang dipandang sebagai sokoguru (stulos) jemaat, berjabat tangan dengan aku dan dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan, supaya kami pergi kepada orang-orang yang tidak bersunat dan mereka kepada orang-orang yang bersunat. (Galatia 2:9)

  • ''Stulos" juga bermakna pilar, tiang penopang/sokoguru, tetapi secara figuratif menggambarkan orang berwibawa.

Meanwhile, bagaimana soko guru Jemaat itu memandang dirinya sendiri?

  • Rasul Petrus menggambarkan dirinya sebagai "teman penatua dan saksi penderitaan Kristus" (1 Petrus 5:1).
  • Rasul Yohanes menggambarkan dirinya sebagai "penatua" (2 Yohanes 1:1)

Didalam Yohanes 21:15-19, Tuhan Yesus berinteraksi secara pribadi kepada Petrus, disana, Tuhan sampai 3 (tiga) kali bertanya kepada Petrus dan meminta dia untuk menggembalakan domba-domba (read: Jemaat) Kristus. Sebelum ini, Petrus pernah 3 (tiga) kali mengakui dirinya mengasihi Yesus namun 3 (tiga) kali juga menyangkal Dia, setelah kebangkitan-Nya, sepertinya Yesus secara khusus meminta Petrus untuk benar-benar mengasihi dan membimbing Jemaat Tuhan.

  • Frasa "bosko" yang digunakan dalam Yohanes 21:15-19 bermakna menggembalakan, memelihara.

Rasul Petrus membuktikan dirinya layak sebagai salah satu soko guru yang memelihara dan menjaga kawanan domba (read: Jemaat) yang dipercayakan kepada mereka, didalam setiap kesempatan, wibawanya selalu hadir saat diperlukan meskipun hal itu tidak serta merta menutupi kekurangannya (Galatia 2:11-14).

Otoritas Petrus dan Yohanes didalam Jemaat sebagai soko guru terlihat ketika mereka diutus untuk mengunjungi Samaria dan menumpangkan tangan bagi Jemaat disana. (Kisah Para Rasul 8:14-17)

Polikarpus dan Irenaeus adalah murid rasul Yohanes dan keduanya merupakan figure peralihan dari era Kerasulan ke era bapa gereja.

I can even describe the place where the blessed Polycarp used to sit and discourse — his going out, too, and his coming in — his general mode of life and personal appearance, together with the discourses which he delivered to the people; also, how he would speak of his familiar intercourse with John, and with the rest of those who had seen the Lord; and how he would call their words to remembrance.

Terjemahan:

Saya bahkan dapat menggambarkan tempat di mana Polikarpus yang diberkati biasa duduk dan berkhotbah - juga kepergiannya dan kedatangannya - cara hidupnya yang umum dan penampilan pribadinya, bersama dengan khotbah-khotbah yang ia sampaikan kepada orang-orang; juga, bagaimana dia akan berbicara tentang hubungan akrabnya dengan Yohanes, dan dengan orang-orang lain yang telah melihat Tuhan; dan bagaimana dia mengucapkan kata-kata mereka untuk diingat/dikenang.

(Fragments from the Lost Writings of Irenaeus, Chapter 2)

Berdasarkan keterangan diatas, kita akhirnya mendapatkan garis besar pemaknaan Primus Inter Pares didalam lingkungan Kekristenan, tidak ada yang lebih menonjol diantara yang lain, semuanya melayani Sang Firman didalam pekabaran Injil dan penggembalaan Jemaat.

**) Kekristenan Sesudah Para Rasul

Ketika penggembalaan Jemaat beralih dari golongan para rasul, Gereja mulai membentuk organisasi sehingga jabatan mulai diutamakan dalam Gereja. Terbentuklah suatu kaum pejabat (klerus), segolongan imam yang mengetahui seluk-beluk agama Kristen sehingga dapat menguasai orang banyak. Jemaat menjadi takluk kepada pimpinan para imam, pejabat memerintah, jemaat menurut saja. Klerus berkuasa karena jabatannya, bukan lagi karena pekabaran dan pekerjaannya sendiri. Inilah bibit "pemerintahan imam" (hiearkhia) dari Gereja dikemudian hari.

Demikian juga kebaktian, mulailah digunakan sistem liturgi yang baku namun berkembang seiring zaman, kehidupan asketis terutama bertarak dianggap lebih kudus dan suci dibandingkan yang lain, dosa-dosa mulai dibedakan dari yang kecil hingga yang berat; bagi golongan Klerus diterapkan tuntutan yang lebih tinggi terutama dalam hal bertarak, kehidupan moral dijunjung tinggi sehingga kasih karunia dan anugerah keselamatan yang diberikan Allah Bapa didalam Yesus menjadi berkurang, dongeng-dongeng tentang kehidupan Yesus dan keluarga-Nya disebarluaskan dalam berbagai tulisan yang kita kenal sebagai Apokrifa.

Namun demikian, ditengah kehidupan Kekristenan yang suram, muncul beberapa tokoh Gereja yang tetap mempertahankan ajaran yang benar, kita mengenal Ignatius dari Antiokhia, Polikarpus dari Smirna, Papias dari Hiearpolis dan Clement dari Roma yang dikenal sebagai Apostolic Fathers; kemudian ada Yustinus Martir dari Samaria, Irenaeus dari Lyon, Clement dan Origens dari Alexandria, Tertullianus dari Carthage; semuanya berasal dari abad kedua. Mereka adalah Penilik Jemaat yang setia di Jalan Tuhan dan mewariskan pemikirannya lewat tulisan-tulisan yang merupakan rangkuman dari Tulisan-Tulisan Rasuli (Perjanjian Baru) yang sebelumnya sudah beredar.

... di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia. (Filipi 2:15)

Tuhan tidak pernah meninggalkan Jemaat-Nya seperti yang dinyatakan-Nya kepada para rasul-Nya, "... di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya." (Matius 16:18). Roh Kudus menuntun umat Tuhan untuk melengkapi diri mereka dengan Kitab Suci dan Pengakuan Iman sebagai dasar penetapan ajaran Kristen serta Tradisi Apostolik sebagai mata rantai pengajaran dari para rasul kepada Jemaat sesudahnya.

Penetapan Kanon Kitab Suci menjadi penting karena penyertaan Tuhan kepada umat-Nya dilanjutkan dalam bentuk tertulis yang dituliskan di dalam kitab oleh para rasul dan sejumlah tokoh pilihan Tuhan. Sebab itu, tiap gerakan dan aliran rohani yang baru wajib membuktikan ajarannya dan tujuannya sesuai dengan yang tertulis didalam Kitab Suci. Jemaat tunduk pada kuasa Firman Tuhan yang terdapat dalam Alkitab. Dengan demikian sebenarnya Tradisi Gereja sekali-kali tidak boleh mempunyai kuasa sendiri atau bahkan dianggap setara dengan Kitab Suci. Dikemudian hari, hal ini dipegang teguh oleh Gereja Protestan namun dilupakan oleh Orthodox dan Katolik Roma.

Namun Kitab Suci tidaklah cukup karena aliran gnostik dan bidat juga memiliki kitab sucinya sendiri dan membubuhkan nama para rasul sebagai pengarangnya, karena itulah diperlukan Pengakuan Iman. Didalam Perjanjian Baru terdapat Pengakuan Iman tertua dan seandainya kita merangkum seluruh Tulisan Rasuli didalam sebuah penggalan kalimat, kita akan menemukan fakta yakni:

  1. Bapa adalah Pencipta (1 Korintus 8:6)
  2. Yesus adalah Anak Allah (1 Korintus 1:9, 2 Korintus 1:19, Efesus 4:13, 1 Yohanes 4:15)
  3. Roh Kudus adalah Allah (1 Petrus 1:12, 1 Yohanes 5:7, Yudas 1:20)

Baptisan didalam Nama Bapa, Anak Allah dan Roh Kudus menjadi simbol seseorang telah menjadi pengikut Kristus, inilah Tradisi yang diwariskan oleh para rasul kepada Tubuh Kristus.

Tradisi Apostolik adalah pewarisan pesan Kristus, yang diturunkan sejak awal Kekristenan melalui khotbah, kesaksian, institusi, ibadah, dan tulisan-tulisan yang diilhami. Para Rasul mewariskan apa yang sudah mereka terima dari Kristus dan belajar dari Roh Kudus kemudian terus berlanjut kepada para penerus mereka yakni para uskup (episkopos/bishop), para penatua (presbuteros) dan para diaken (pelayan/penginjil) dan melalui mereka kepada semua generasi sampai akhir dunia.

  • Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik (episkopos/bishop) untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri. (Kisah Para Rasul 20:28)
  • Di tiap-tiap jemaat rasul-rasul itu menetapkan penatua-penatua (presbuteros) bagi jemaat itu dan setelah berdoa dan berpuasa, mereka menyerahkan penatua-penatua (presbuteros) itu kepada Tuhan, yang adalah sumber kepercayaan mereka. (Kisah Para Rasul 14:23)
  • Karena itu penilik jemaat (episkopos/bishop) haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang, seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya. Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah? Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis. Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis. (1 Timotius 3:1-7)
  • Sebab sebagai pengatur rumah (oikonomos) Allah seorang penilik jemaat (episkopos/bishop) harus tidak bercacat, tidak angkuh, bukan pemberang, bukan peminum, bukan pemarah, tidak serakah, melainkan suka memberi tumpangan, suka akan yang baik, bijaksana, adil, saleh, dapat menguasai diri dan berpegang kepada perkataan yang benar, yang sesuai dengan ajaran yang sehat, supaya ia sanggup menasihati orang berdasarkan ajaran itu dan sanggup meyakinkan penentang-penentangnya. (Titus 1:7-9)
  • Demikian juga diaken-diaken (diakonos) haruslah orang terhormat, jangan bercabang lidah, jangan penggemar anggur, jangan serakah, melainkan orang yang memelihara rahasia iman dalam hati nurani yang suci. Mereka juga harus diuji dahulu, baru ditetapkan dalam pelayanan itu setelah ternyata mereka tak bercacat. Diaken haruslah suami dari satu isteri dan mengurus anak-anaknya dan keluarganya dengan baik. (1 Timotius 3:8-13)
  • Aku telah meninggalkan engkau di Kreta dengan maksud ini, supaya engkau mengatur apa yang masih perlu diatur dan supaya engkau menetapkan penatua-penatua (presbuteros) di setiap kota, seperti yang telah kupesankan kepadamu yakni orang-orang yang tak bercacat, yang mempunyai hanya satu isteri, yang anak-anaknya hidup beriman dan tidak dapat dituduh karena hidup tidak senonoh atau hidup tidak tertib. (Titus 1:5-6)
  • Aku meminta perhatianmu terhadap Febe, saudari kita yang melayani (diakonos) jemaat di Kengkrea supaya kamu menyambut dia dalam Tuhan, sebagaimana seharusnya bagi orang-orang kudus, dan berikanlah kepadanya bantuan bila diperlukannya. Sebab ia sendiri telah memberikan bantuan kepada banyak orang, juga kepadaku sendiri. (Roma 16:1-2)
  • Dari Paulus dan Timotius, hamba-hamba Kristus Yesus, kepada semua orang kudus dalam Kristus Yesus di Filipi, dengan para penilik jemaat (episkopos/bishop) dan diaken (diakonos). (Filipi 1:1)

Tradisi Apostolik semakin berkembang didalam Jemaat Tuhan yang dalam beberapa kesempatan ternyata berulang kali mendapati dirinya menjadi "egosentris" dan menjadi "rebutan" dibeberapa wilayah penginjilan, masing-masing mengklaim dirinya memiliki warisan Apostolik dari para rasul Kristus. Akhir abad kedua, setelah kematian para figure peralihan dari era Kerasulan, kita melihat bagaimana beberapa tokoh mulai bangkit dan berusaha memperebutkan jabatan Penilik Jemaat melalui "klaim" warisan rasuliyah.

Jabatan Rasuliyah inilah yang menjadi dogma dan Taurat baru karena setiap kali seorang uskup ditahbiskan maka bersama dengan itu kebenaran Injili juga diwariskan dan dimiliki oleh uskup tersebut.

Dengan demikian manusia yakni uskup, menerima kuasa yang sama besarnya dengan Pernyataan Ilahi didalam Alkitab, bahkan lebih jauh, uskuplah yang dianggap berhak dan berkuasa menjelaskan Alkitab dengan sempurna. Dengan demikian, Tuhan Yesus tidak lagi menjadi Kepala Jemaat karena jabatan itu telah dialihkan melalui "suksesi rasuli"yang dimiliki oleh uskup. Yang dituntut kepada Jemaat bukan lagi tunduk kepada Kristus melainkan kepada uskup. Mulai saat itu berlakulah 2 (dua) kekuasaan didalam Jemaat yakni kuasa Kristus didalam Firman-Nya dan kuasa Gereja didalam uskupnya; bahkan uskup dianggap sebagai perantara antara Tuhan dan umat-Nya.

** Perkembangan Jabatan Paus di Roma **

Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam Katolik Roma, peran Paus menjadi sangat penting karena dianggap sebagai wakil Tuhan di dunia, setiap ketetapan Paus adalah valid dan wajib ditaati dan dilakukan oleh seluruh umat Roma di dunia karena dalam benak mereka, setiap keputusan Paus tidak pernah salah. Paus juga sangat aktif dalam politik internasional, dialog keberagaman bersama umat beragama lain serta tidak lupa untuk merangkul berbagai denominasi dan skismatik dalam Kekristenan untuk bersedia tunduk dibawah Kepausan di Roma.

Sebagai imam tertinggi didalam gereja Katolik Roma, Paus menurut ketetapan gereja Roma memiliki berbagai hak istimewa, diantaranya:

  1. Memiliki kuasa pengampunan atas dosa jemaat Roma.
  2. Menjadi perantara yang menghubungkan Tuhan dengan jemaat Roma layaknya Imam Besar dalam Perjanjian Lama.
  3. Memberikan indulgensi bagi jiwa-jiwa umat Roma yang berada di Purgatory, dll.

Melihat besarnya kuasa Paus didalam gereja Roma, tentunya ada sejarah yang menyebabkan itu semua, mari kita melihat bagaimana perkembangan Keuskupan di Roma sejak era Evarestus berakhir di abad kedua dan apa saja ajaran yang diklaim oleh Roma berasal dari para rasul.

  1. Alexander I (105-115), dikenal sebagai uskup pertama yang mengenalkan air suci didalam Jemaat Roma. Namun, Irenaeus dari Lyons tidak mengetahui tradisi ini.
  2. Sixtus I (115-125), dianggap telah melembagakan beberapa tradisi liturgi dan administrasi Katolik Roma, tetapi sejarawan percaya bahwa ini dikaitkan dengannya oleh para penulis kemudian yang tertarik untuk memperkuat klaim kepausan atas supremasi kuno.
  3. Telesphorus (125-136), menurut "Liber Pontificalis", dia memulai tradisi misa Natal Tengah Malam, perayaan Paskah pada hari Minggu, pemeliharaan Masa Prapaskah tujuh minggu sebelum Paskah, dan nyanyian "Gloria in Excelsis Deo". Namun, sejarawan meragukan bahwa atribusi tersebut akurat, kecuali bahwa memang ada bukti bahwa ia merayakan Paskah pada hari Minggu. Catholic Enyclopedia mencatat bahwa tak satu pun dari pernyataan mengenai liturgi dan keputusan lain yang ditetapkan oleh Telesphorus dianggap akurat, bahkan oleh para sarjana Katolik, karena klaim tersebut didasarkan pada sumber-sumber dikemudian hari dengan tujuan menampilkan agenda otoritas kepausan dengan membesar-besarkan peran legislatifnya.
  4. Hyginus (136-140), tradisi Roma menyatakan bahwa selama kepausannya ia menentukan berbagai hak prerogatif klerus dan menentukan tingkatan hierarki gerejawi. Namun, para sarjana modern cenderung meragukan klaim ini dan memandang pemerintahan gereja Roma selama periode ini kurang lebih bersifat kolektif.
  5. Pius I (140-155), "Liber Pontificalis" menunjukkan bahwa Pius melembagakan kebijakan untuk mengizinkan orang Kristen Yahudi diterima kembali ke dalam gereja jika mereka meninggalkan "bidat" Yudaisme. Meskipun kebijakan ini bersifat anakronistik, namun tulisan Yustinus Martir menunjukkan perasaan anti-Yahudi yang kuat di antara orang-orang Kristen Romawi. Pada masa itu, umat Kristen dipaksa oleh guru-guru seperti Marcion untuk menghadapi pertanyaan apakah Perjanjian Lama diilhami oleh Tuhan umat Kristen atau tidak. Dengan mengeksokomunikasi Marcion, Pius menetapkan tradisi Kristen untuk mengakui Allah Yahudi dan Kristen sebagai satu dan Tuhan yang sama dan menciptakan dasar untuk menerima Perjanjian Lama ke dalam kanon Kitab Suci umat Kristen.
  6. Anicetus (155-166), merupakan uskup yang disebut oleh Tertullianus mendukung Montanisme tetapi kemudian mengutuknya sebagai bid'ah. Ketika Uskup Polikarpus dari Gereja Smyrna mengenang Hari Kematian Yesus setiap tanggal 14 Nisan sesuai pernyataan Kitab Suci, Anicetus menegakkan tradisi Romawi merayakan Paskah pada hari Minggu. Hegesippus dalam kunjungannya ke Roma setelah melewati Korintus dan gereja-gereja lain, menemukan bahwa "di setiap kota semuanya sesuai dengan tata cara hukum dan para nabi dan Tuhan kecuali Roma." Kunjungan Hegesippus sering dikutip dalam tradisi Katolik Roma sebagai tanda pentingnya awal Tahta Romawi. Mengutip Catholic Encyclopedia: "Kunjungannya dicatat oleh sebagian besar penulis gerejawi (Roma) sebagai hal yang patut diperhatikan, karena hal itu menarik perhatian pada fakta bahwa banyak orang terkenal yang kembali ke Roma pada periode itu, dengan demikian menekankan sangat awal martabat dan otoritas tertinggi dari Paus Roma." Dengan sosok Anicetus, kepausan mulai beranjak dari bayang-bayang mitos menuju realitas sejarah. Meskipun Roma mungkin belum menjadi pusat dunia Kristen namun komunitas Kekristenan disana beragam dan kontroversial, gereja Roma jelas memiliki prestise yang cukup besar sehingga tidak hanya Polikarpus dari Smirna dan Hegessipus yang mengunjungi Roma, Marcion dan Valentinus berusaha untuk membangun doktrin mereka di antara orang-orang Kristen Romawi. Sayangnya, catatan tersebut masih terlalu langka bagi kita untuk mengetahui secara pasti bagaimana Anicetus menanggapi tantangan tersebut. Namun, sikapnya yang toleran terhadap Polikarpus dalam pertanyaan Paskah meninggalkan preseden penting yang kemudian akan dikutip oleh Irenaeus dalam usahanya untuk menengahi kontroversi ketika mencapai titik didih selama masa kepemimpinan Victor I.
  7. Soter (166-174), dikenal sebagai uskup yang suka beramal kepada gereja dan orang miskin.
  8. Eleutherius (174-189), kontribusinya yang paling penting bagi sejarah gereja tampaknya adalah caranya menangani bidat Montanisme. Awalnya dia menoleransi gerakan tersebut namun akhirnya dibujuk untuk mengutuknya, hal ini memperkuat doktrin bahwa otoritas pengajaran sejati gereja berada di tangan para uskup. Kepemimpinan Eleuterus menandai titik balik dalam tradisi Kristen dari "imamat semua orang percaya" dan doktrin wahyu yang berkelanjutan menuju tradisi yang lebih terlembagakan yang berpusat pada para uskup.
  9. Victor I (189-199), secara aktif terlibat dalam membersihkan gereja Roma dari Gnostisisme dan ajaran sesat lainnya termasuk Adopsionisme dan Montanisme. Dia juga berusaha mempengaruhi Jemaat Kristen diluar Roma untuk merayakan Paskah seperti yang mereka lakukan namun itu ditolak. Jemaat Kristen yang menolak untuk mematuhi dia akan dikucilkan, pada dasarnya mengutuk praktek mereka sebagai bid'ah. Perpecahan besar pertama antara Kekristenan timur dan barat telah dimulai. Irenaeus dari Lyons dan yang lainnya menulis kepada Victor, mengkritik kekerasannya dan mendesaknya untuk memelihara perdamaian dan persatuan dengan para uskup Asia. Irenaeus mengingatkannya bahwa meskipun para pendahulunya telah memelihara perayaan Paskah pada hari Minggu, mereka tidak pernah memutuskan hubungan persahabatan dan persekutuan dengan para uskup karena mereka mengikuti tradisi yang tidak sama dengan gereja Roma. Victor terpaksa mempertimbangkan kembali tindakannya dan mencabut ancaman ekskomunikasi terhadap gereja-gereja Timur. Dalam perjalanan abad ketiga, praktik Romawi dalam perayaan Paskah menjadi lebih universal, namun tradisi tanggal 14 Nisan masih cukup penting pada awal abad keempat sehingga Kaisar Konstantinus merasa terdorong untuk melarangnya, dengan menyatakan: "Kalau begitu, marilah kita tidak memiliki kesamaan dengan orang-orang Yahudi yang menjijikkan; karena kita telah menerima dari Juruselamat kita hal yang berbeda". Victor mengalami kesulitan menghadapi ajaran Florinus karena dia adalah seorang Presbiter di Roma namun sekali lagi, Irenaeus melalui suratnya menjawab tantangan Florinus dan memerintahkan Victor untuk memperhatikan hal ini. Bagi Victor dan gereja Roma dikemudian hari, sikapnya yang tegas terutama dalam kontroversi Paskah dianggap sebagai otoritas Roma namun bagi Gereja-Gereja Timur, apa yang dilakukan Roma hanyalah sebuah cara untuk mendapatkan kehormatan, bukan dalam hal otoritas legislatif. Sebagai penulis Latin pertama gereja Katolik, Victor meninggalkan warisan penting, karena bahasa Latin pada akhirnya akan menjadi bahasa resmi Gereja Barat namun hal itu memperburuk hubungan Gereja Barat dan Timur dalam hal Teologis yang tidak mudah jika diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Yunani.
  10. Zephyrinus (199-217), banyak informasi tentang Zephyrinus berasal dari saingan dan kritikusnya, Hippolytus dari Roma menggambarkan dia sebagai orang yang tidak berpendidikan, bimbang, tunduk pada penyuapan, mengandalkan penasihatnya Callixtus dan tidak cukup kuat dalam menangani bid'ah.
  11. Gereja Roma menghadapi masalah besar dalam kepemimpinan Calixtus (217-222), sebagai uskup Roma, dia merasa berhak mengampuni dosa Jemaat dan hal ini ditolak oleh Hyppolytus tetapi keputusan Calixtus mendapat dukungan diseluruh gereja Barat. Dengan demikian, kedudukan uskup sangat diperteguh dan kekuasaannya bertambah besar karena sejak saat itu melalui dogma "pewarisan jabatan Rasuli", jabatan uskup bukan saja pengajar yang sempurna dan imam yang menjadi perantara hubungan antara Tuhan dan umat-Nya, tetapi sebagai wakil Tuhan yang berhak mengampuni dosa dengan kuasa Roh Kudus dan menetapkan dosa itu tetap ada mengikuti apa yang Tuhan Yesus berikan kepada murid-murid-Nya (Yohanes 20:23)

** Menjawab Klaim Supremasi (Papal Infallibility) Gereja Roma **

Semua peristiwa diatas berlangsung pada abad kedua hingga awal abad ketiga di Roma, dengan demikian kita sudah melihat bagaimana Roma mulai berusaha untuk mendudukan dirinya sebagai yang terutama diantara yang setara dan itulah yang terus terjadi hingga saat ini. Ditambah lagi baik di Barat maupun di Timur, dogma Warisan Apostolik telah membuat Jemaat lebih menyandarkan dirinya kepada para uskup, kebenaran Firman Tuhan telah ditukar dengan kuasa jabatan uskup selaku pengganti rasul-rasul. Meskipun Tertulianus pernah menekankan ide suksesi para rasul - pengalihan kuasa dan wibawa para rasul kepada para uskup - namun ia tidak dapat menerima bahwa para uskup memiliki kuasa mengampuni dosa. Ia berpendapat bahwa ini akan menjurus pada terpuruknya moral, sementara itu para uskup terlampau yakin akan kuasa tersebut. Selama lebih kurang dua belas abad kaum rohaniwan mendapat tempat khusus. Dengan tepat Tertullianus mengatakan Gereja adalah jumlah para uskupnya.

Dewasa ini, umat Kristen adalah saksi hidup dimana Paus Roma mengatakan dirinya memiliki otoritas diatas semua Gereja Kristus (Orthodox dan Kristen Protestan) tanpa memandang latar belakang Gereja tersebut. Bahkan dalam setiap perdebatan Teologia antar Protestan – Orthodox – Roma, sebagian besar Apologist Roma dalam taraf tertentu memandang rendah Gereja Kristen yang bukan Roma baik dalam hal doktrinal maupun sejarah.

** Eksposisi Matius 16:18 **

Eksposisi Matius 16:13-20 telah menyebabkan perpecahan yang belum terselesaikan dalam Gereja Kristus. Katolik Roma berpendapat bahwa Petrus adalah batu karang yang dijanjikan Yesus untuk membangun gereja-Nya. Sementara Orthodox dan Protestan mengajarkan pengakuan iman yang dilakukan Petrus adalah Batu Karang yang disana, Kristus akan mendirikan Jemaat-Nya.

Teolog Katolik Roma, Ludwig Ott mengatakan bahwa Konsili Vatikan mengutuk siapa pun yang menyangkal "rasul Petrus adalah pangeran dari semua rasul dan kepala atas Gereja." (Ott 1954: 280). Para reformator seperti John Calvin benar dalam mengamati bahwa Petrus benar-benar memiliki keunggulan, tetapi "masih ada perbedaan besar antara kehormatan pangkat dan kepemilikan kekuasaan." (Calvin 1997: n.p)

**) Eksposisi Origens Atas Matius 16:18 **

Origens (184-253 AC) menegaskan bahwa Petrus adalah orang yang "di atasnya Gereja Kristus dibangun, dan alam maut tidak akan menguasainya (Origenes 1897: 346). Namun Origens percaya bahwa perikop ini berlaku untuk setiap orang yang bergabung dalam pengakuan Petrus. Dia menuliskan:

And if we too have said like Peter, "Thou art the Christ, the Son of the living God, " not as if flesh and blood had revealed it unto us, but by light from the Father in heaven having shone in our heart, we become a Peter, and to us there might be said by the Word, "Thou art Peter, " etc. For a rock is every disciple of Christ of whom those drank who drank of the spiritual rock which followed them, and upon every such rock is built every word of the church, and the polity in accordance with it; for in each of the perfect, who have the combination of words and deeds and thoughts which fill up the blessedness, is the church built by God.

Terjemahan:

Dan jika kita juga berkata seperti Petrus, "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup, " bukan kedagingan yang telah menyatakannya kepada kita, tetapi oleh terang dari Bapa di surga yang bersinar di dalam hati kita, kita menjadi seorang Petrus dan kepada kita dapat dikatakan oleh Firman, "Engkau adalah Petrus, ... dst ". Karena sebuah batu karang adalah setiap murid Kristus yang minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka dan di atas setiap batu karang yang demikian, dibangun setiap kata Gereja dan pemerintahan sesuai dengan itu; karena dalam setiap kesempurnaan yang memiliki kombinasi kata dan perbuatan dan pikiran yang memenuhi berkat, adalah Gereja yang dibangun oleh Tuhan."

(Origen 1897: 456)

Origens berpendapat bahwa bukan Petrus saja yang menerima berkat-berkat ini melainkan juga para rasul yang lain. Dia menuliskan:

But if you suppose that upon that one Peter only the whole church is built by God, what would you say about John the son of thunder or each one of the Apostles? Shall we otherwise dare to say, that against Peter in particular the gates of Hades shall not prevail, but that they shall prevail against the other Apostles and the perfect? Does not the saying previously made, "The gates of Hades shall not prevail against it, " hold in regard to all and in the case of each of them? And also, the saying, "Upon this rock I will build My church"? Are the keys of the kingdom of heaven given by the Lord to Peter only, and will no other of the blessed receive them?

Terjemahan:

Tetapi jika Anda mengira bahwa di atas satu Petrus itu saja seluruh gereja dibangun oleh Allah, apa yang akan Anda katakan tentang Yohanes anak guruh atau masing-masing dari para Rasul? Haruskah kita berani mengatakan bahwa melawan Petrus khususnya gerbang Hades tidak akan menang tetapi bahwa mereka akan menang melawan Rasul lainnya dan yang sempurna? Bukankah pernyataan yang dibuat sebelumnya, "Gerbang Hades tidak akan menguasainya, " berlaku untuk semua dan dalam kasus masing-masing? Dan juga pepatah, "Di atas batu karang ini Aku akan mendirikan gereja-Ku"? Apakah kunci kerajaan surga diberikan oleh Tuhan hanya kepada Petrus, dan tidak akan ada orang yang diberkati yang menerimanya?

(Ibid 456–457)

Origens mencatat bahwa meskipun dalam Injil Matius, "Petrus dijanjikan kunci kerajaan" namun dalam Injil Yohanes, "Yesus menjanjikan hal yang sama kepada semua murid". Dikemudian hari, bukan hanya Petrus,yang mengaku bahwa Yesus adalah Kristus, Anak Allah yang hidup. Semua orang yang bergabung dengan Petrus dalam pengakuannya, menurut Origenes, "akan memperoleh apa yang dikatakan sesuai dengan Injil." (Ibid)

Jika ada murid Kristus, menurut Origens, mengaku seperti Petrus, maka dia "menjadi seorang Petrus […] Karena Batu Karang adalah setiap murid Kristus yang minum dari Batu Karang rohani yang mengikuti mereka, di atas setiap batu seperti itu dibangun setiap kata Gereja dan pemerintahan sesuai dengannya; karena dalam setiap kesempurnaan yang memiliki kombinasi kata dan perbuatan dan pikiran yang memenuhi berkat adalah Gereja yang dibangun oleh Tuhan." (Origen 1897: 456)

**) Eksposisi Uskup Cyprianus Atas Matius 16:18 **

Cyprianus (200-258 AC) pernah berkata bahwa uskup-uskup adalah pengganti rasul-rasul dan mempunyai otoritas yang sama dengan mereka namun hal itu dia lakukan semata untuk menjaga marwah para uskup. Cyprianus memegang keutamaan kehormatan yang diberikan kepada Petrus tetapi bukan keutamaan otoritas atas murid-murid lainnya. Dia menuliskan:

There Lord saith unto Peter, ‘I say unto thee that thou art Peter, and upon this rock will I build my Church, and the gates of hell shall not prevail against it. I will give unto thee the keys of the kingdom of heaven: and whatsoever thou shalt bind on earth shall be bound in heaven, and whatsoever thou shalt loose on earth shall be loosed in heaven.’

And to the same (apostle) He says after His resurrection ‘Feed my sheep’. He builds His Church upon that one and to him entrusts His sheep to be fed. And although after His resurrection He assigns equal power to all His apostles, and says ‘As the Father sent me even so send I you, receive ye the Holy Ghost; whosesoever sins ye remit they shall be remitted unto him, and whosesoever sins ye retain they shall be retained,’ nevertheless in order to make the unity manifest, He established one Chair, and by His own authority appointed the origin of the same unity beginning from one.

Certainly, the rest of the apostles were that which Peter also was, endued with equal partnership both of honor and office, but the beginning set out from unity, and Primacy is given to Peter, that one Church of Christ and one Chair may be pointed out; and all are pastors and one flock is shown, to be fed by all the apostles with one-hearted accord, that one Church of Christ may be pointed out.

It is this one Church the Holy Spirit in the Person of the Lord speaks of in the Song of Songs, saying ‘My dove is one, my perfect one, one is she to her mother, elect to her who brought her forth.’

He that holds not this unity of the Church, does he believe that he holds the Faith?

He who strives and rebels against the Church, he who deserts the Chair of Peter on which the Church was founded, does he truth that he is in the Church?

Terjemahan:

Di sana Tuhan berkata kepada Petrus, "Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."

Dan kepada (rasul) yang sama Dia berkata setelah kebangkitan-Nya "Gembalakanlah domba-domba-Ku". Dia membangun Gereja-Nya di atas Petrus dan mempercayakan domba-domba-Nya kepada Petrus untuk diberi makan. Dan meskipun setelah kebangkitan-Nya Dia memberikan kuasa yang sama kepada semua rasul-Nya dan berkata "Seperti Bapa mengutus Aku demikian pula Aku mengutus kamu, terimalah Roh Kudus; jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada." Namun untuk membuat kesatuan itu nyata, Dia mendirikan satu Takhta dan dengan otoritas-Nya sendiri menunjuk asal mula kesatuan yang sama mulai dari Takhta itu.

Tentu saja, para rasul lainnya juga memiliki apa yang dimiliki oleh Petrus, diberkahi dalam persekutuan yang setara baik kehormatan dan jabatan; bermula dari kesatuan dan keutamaan diberikan kepada Petrus, satu Gereja Kristus dan satu Takhta dapat ditunjuk. Semua adalah uskup dan satu kawanan, untuk diberi makan oleh semua rasul dengan satu hati yakni satu Gereja Kristus.

Kepada Gereja yang satu ini Roh Kudus dalam Pribadi Tuhan berbicara tentang dalam Kidung Agung, mengatakan "tetapi dialah satu-satunya merpatiku, idam-idamanku, satu-satunya anak ibunya, anak kesayangan bagi yang melahirkannya".

Dia yang tidak memegang kesatuan Gereja ini, apakah dia percaya bahwa dia memegang iman?

Dia yang berjuang dan memberontak melawan Gereja, dia yang meninggalkan Takhta Petrus di mana Gereja didirikan, apakah dia benar bahwa dia ada di dalam Gereja?

(Cyprian Treatise I: On the Unity of the Church)

Our Lord whose precepts and warnings we ought to observe, determining the honor of a Bishop and the ordering of His own Church, speaks in the Gospel and says to Peter [quoting Matt. 16:18-19] Thence the ordination of Bishops, and the ordering of the Church, runs down along the course of time and line of succession, so that the Church is settled upon her Bishops; and every act of the Church is regulated by these same Prelates.

Terjemahan:

Tuhan kita yang ajaran dan peringatan-Nya harus kita patuhi, menentukan kehormatan seorang uskup dan mengatur Gereja-Nya sendiri berbicara dalam Injil dan berkata kepada Petrus [mengutip Mat. 16:18-19]. Dari situ penahbisan para uskup dan penahbisan Gereja berlangsung sepanjang waktu dan garis suksesi sehingga Gereja ditetapkan atas para uskupnya dan setiap tindakan Gereja diatur oleh para Prelat yang sama ini.

(ibid)

Bertentangan dengan Roma, menurut Cyprianus, "Petrus sendiri bukanlah batu karang di mana Gereja dibangun tetapi paradigma prinsip kesatuan." Bagi Cyprianus, seluruh keuskupan adalah batu karang di mana Kristus membangun gereja-Nya. Petrus adalah orang pertama yang menerima kunci-kunci yang juga dimiliki oleh semua uskup. Dia berpendapat bahwa "Gereja didirikan di dalam uskup dan klerus dan semua yang berdiri teguh dalam iman." (Epistle xxvi.1)

Robert Eno, sejarawan Katolik Roma setuju bahwa Cyprianus memandang semua uskup sama dan tidak pernah terbersit dalam teologinya untuk menggatakan bahwa dia (Cyprianus) memahami uskup Roma memiliki otoritas yang lebih tinggi atas dirinya atau uskup lainnya.

Given what we have said above, it is clear that he [Cyprian] did not see the bishop of Rome as his superior, except by way of honor, even though the lawful bishop of Rome also held the chair of Peter in an historical sense. Another term frequently used by the Africans in speaking of the Church was ‘the root’ (radix). Cyprian sometimes used the term in connection with Rome, leading some to assert that he regarded the Roman church as the ‘root.’ But in fact, in Cyprian’s teaching, the Catholic Church as a whole is the root.

Terjemahan:

Mengingat apa yang telah kami katakan di atas, jelas bahwa dia (Cyprianus) tidak melihat uskup Roma sebagai atasannya, kecuali dengan cara kehormatan, meskipun uskup Roma yang sah juga memegang kursi Petrus dalam pengertian historis. Istilah lain yang sering digunakan oleh orang Afrika dalam berbicara tentang Gereja adalah 'akar'. Cyprianus kadang-kadang menggunakan istilah itu sehubungan dengan Roma, membuat beberapa orang menyatakan bahwa ia menganggap gereja Roma sebagai 'akarnya'. Namun kenyataannya, dalam ajaran Cyprianus, Gereja Katolik secara keseluruhan adalah akarnya.

(Eno 1990: 57-60)

Eno menyimpulkan, "satu kesimpulan teologis yang tidak pernah dia lakukan adalah bahwa uskup Roma memiliki otoritas yang lebih tinggi daripada otoritas uskup Afrika" (ibid). Eno tidak sendirian. Sejarawan Katolik Roma lainnya, Michael Winter, sebelumnya telah menarik kesimpulan yang sama, dia menuliskan:

Cyprian used the Petrine text of Matthew to defend episcopal authority, but many later theologians, influenced by the papal connexons of the text, have interpreted Cyprian in a pro-papal sense which was alien to his thought. […] Cyprian would have used Matthew 16 to defend the authority of any bishop, but since he happened to employ it for the sake of the Bishop of Rome, it created the impression that he understood it as referring to papal authority.

Terjemahan:

Cyprianus menggunakan teks Petrine dari Matius untuk membela otoritas Episkopal, tetapi banyak teolog kemudian yang dipengaruhi oleh hubungan Kepausan dari teks tersebut telah menafsirkan pandangan Cyprianus dalam pengertian pro-papal yang asing bagi pemikirannya. […] Cyprianus menggunakan Matius 16 untuk membela otoritas uskup mana pun tetapi karena dia menggunakannya demi uskup Roma, itu menciptakan kesan bahwa dia memahaminya sebagai rujukan pada otoritas Kepausan

(Winter 1960: 47-48)

Winter bahkan melangkah lebih jauh untuk mengklaim bahwa baik Katolik maupun Protestan "sekarang secara umum sepakat bahwa Cyprianus tidak memberikan otoritas yang lebih tinggi kepada Petrus" (ibid 48)

Bertentangan dengan Roma, Cyprianus dan Origenes percaya bahwa semua uskup menurut iman yang benar memiliki kehormatan dan otoritas Petrus. Cyprianus memandang semua uskup sebagai penerus Petrus. Jadi pemahaman Cyprian tentang Matius 16:18 bertentangan dengan Roma. Dia memang berpendapat bahwa Petrus adalah batu karang tempat Kristus membangun Gereja-Nya, dengan demikian menegaskan keunggulan kehormatannya tetapi sangat bertentangan dengan doktrin Roma, ia tidak memandang Petrus sebagai satu-satunya batu karang atau memahaminya sebagai batu yang benar dan pantas.

Dengan demikian, Cyprianus juga percaya bahwa karunia Petrus ditransfer secara berurutan kepada para uskup gereja, yang oleh karena itu menjadi fondasi gereja yang berkelanjutan melalui pengajaran dan otoritas mereka.

**) Eksposisi Uskup Eusebius Atas Matius 16:18 **

Eusebius (263-313 AC) dari Kaisarea mengungkapkan pandangannya tentang arti dari batu karang Matius 16, dia menuliskan:

And he sent out arrows, and scattered them; he flashed forth lightnings, and routed them. Then the channels of the sea were seen, and the foundations of the world were laid bear, at thy rebuke, O Lord, at the blast of thy nostrils’ (Psalms 18:14).

By ‘the foundations of the world,’ we shall understand the strength of God’s wisdom, by which, first, the order of the universe was established, and then, the world itself was founded—a world which will not be shaken.

Yet you will not in any way err from the scope of the truth if you suppose that ‘the world’ is actually the Church of God, and that its ‘foundation’ is in the first place, that unspeakably solid rock on which it is founded, as Scripture says: ‘Upon this rock I will build my Church, and the gates of hell shall not prevail against it’; and elsewhere: ‘The rock, moreover, was Christ.’ For, as the Apostle indicates with these words: ‘No other foundation can anyone lay than that which is laid, which is Christ Jesus.’

Then, too, after the Savior himself, you may rightly judge the foundations of the Church to be the words of the prophets and apostles, in accordance with the statement of the Apostle: ‘Built upon the foundation of the apostles and the prophets, Christ Jesus himself being the cornerstone.’ These foundations of the world have been laid bare because the enemies of God, who once darkened the eyes of our mind, lest we gaze upon divine things, have been routed and put to flight—scattered by the arrows sent from God and put to flight by the rebuke of the Lord and by the blast from his nostrils.

As a result, having been saved from these enemies and having received the use of our eyes, we have seen the channels of the sea and have looked upon the foundations of the world. This has happened in our lifetime in many parts of the world.

Terjemahan:

Dilepaskan-Nya panah-panah-Nya, sehingga diserakkan-Nya mereka, kilat bertubi-tubi, sehingga dikacaukan-Nya mereka. Lalu kelihatanlah dasar-dasar lautan, dan tersingkaplah alas-alas dunia karena hardik-Mu, ya TUHAN, karena hembusan nafas dari hidung-Mu. (Mazmur 18:14-15)

Dengan 'dasar dunia', kita akan memahami kekuatan hikmat Tuhan, yang dengannya, pertama, tatanan alam semesta didirikan dan kemudian dunia itu sendiri didirikan - sebuah dunia yang tidak akan terguncang.

Namun Anda sama sekali tidak akan menyimpang dari ruang lingkup kebenaran jika Anda mengira bahwa 'dunia' sebenarnya adalah Gereja Tuhan dan bahwa 'dasarnya' yang pertama adalah batu karang yang kokoh yang tak terkatakan di mana ia didirikan, seperti yang dikatakan Kitab Suci: 'Di atas batu karang ini Aku akan membangun Gereja-Ku, dan gerbang neraka tidak akan menguasainya' dan di tempat lain: 'Bahkan batu karang itu adalah Kristus.' Karena, seperti yang ditunjukkan rasul dengan kata-kata ini: 'Tidak ada dasar lain yang dapat diletakkan seseorang selain dari apa yang telah diletakkan, yaitu Kristus Yesus.'

Kemudian, juga, setelah Juruselamat sendiri, Anda dapat dengan tepat menilai dasar-dasar Gereja sebagai kata-kata para nabi dan rasul, sesuai dengan pernyataan rasul: 'Dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, Kristus Yesus sendiri yang menjadi batu penjuru.' Pondasi dunia ini telah ditelanjangi karena musuh-musuh Allah yang pernah menggelapkan mata pikiran kita, agar kita tidak memandang hal-hal ilahi, telah dialihkan dan diterbangkan—tersebar oleh panah yang dikirim dari Allah dan diterbangkan oleh teguran Tuhan dan oleh ledakan dari hembusan nafas hidung-Nya.

Akibatnya, setelah diselamatkan dari musuh-musuh ini, kita telah melihat saluran-saluran laut dan telah melihat ke dasar dunia. Ini telah terjadi dalam hidup kita di banyak bagian dunia.

(Commentary on the Psalms, M.P.G., Vol. 23, Col. 173, 176).

Eusebius dengan jelas mengajarkan bahwa batu karang itu adalah Kristus. Dia mengkorelasikan interpretasi ini dengan pernyataan batu dan pondasi paralel dari 1 Korintus 10:4 dan 3:11. Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa ada dasar tambahan dari Efesus 2:20 yakni para rasul dan nabi, Gereja juga dibangun di atas mereka, tetapi batu penjuru adalah Kristus.

Ini berarti bahwa Gereja harus dibangun di atas kata-kata atau ajaran para rasul dan nabi yang bertentangan dengan pribadi mereka. Dalam pengertian inilah dapat dikatakan bahwa Gereja dibangun di atas Petrus dan para rasul lainnya. Jelas bahwa Kristus sendiri adalah pondasi dan batu karang sejati Gereja dan bahwa Eusebius tidak melihat keutamaan Petrine yang aneh terkait dengan pernyataan Kristus dalam Matius 16.

Petrus hanyalah salah satu dari sejumlah rasul yang merupakan pondasi Gereja. Ini tidak ada hubungannya dengan pribadinya tetapi semuanya berkaitan dengan kata-katanya, pengakuannya. Ini membantu kita untuk memahami dengan baik referensi lain dari Eusebius kepada Petrus. Misalnya, ketika dia berkata: 'Tetapi Petrus, yang di atasnya Gereja Kristus dibangun, di mana gerbang neraka tidak akan menguasainya, telah meninggalkan satu surat yang tidak terbantahkan,' (Ecclesiastical History II.XXV (Grand Rapids: Baker, 1977), hlm. 246), ia tidak bermaksud bahwa Kristus mendirikan jabatan kepausan di dalam diri Petrus dan bahwa Gereja dibangun di atasnya dalam pengertian pribadi dan melalui dia di atas para penerusnya. Gereja dibangun di atas Petrus dengan dibangun di atas pengakuan imannya.

Mengingat komentarnya dari "Commentary on the Psalms", kita dapat menyimpulkan bahwa Eusebius tidak menafsirkan Matius 16:18 sesuai dengan gereja Katolik Roma. Hanya Kristus dan Kristus saja yang memenuhi visi Eusebius dari perikop ini.

Penafsiran Eusebius bersama dengan Origenes memiliki pengaruh besar pada bapa-bapa Gereja Timur dan Barat. Berkali-kali, seperti yang kita lihat, kita menemukan bapa-bapa generasi berikutnya menafsirkan bagian batu karang ini dengan fokus pada pribadi Kristus. Bagian yang sesuai dari 1 Korintus 3:11 dan 10:4 digunakan sebagai pendukung untuk interpretasi Matius 16:18.

**) Eksposisi Atas Matius 16:18 Dalam Pemahaman Beberapa Bapa Gereja **

Epiphanius (310-403 AC), uskup Salamis di Siprus. Dia adalah pembela setia ortodoksi Nicea, mengatakan:

He confessed that ‘Christ’ is ‘the Son of the living God,’ and was told, ‘On this rock of sure faith will I build my church’—for he plainly confessed that Christ is true Son.

Terjemahan:

Dia (Petrus) mengaku bahwa 'Kristus' adalah 'Anak Allah yang hidup' dan diberi tahu 'Di atas batu karang yang penuh keyakinan ini aku akan membangun gerejaku' - karena dia (Petrus) dengan jelas mengakui bahwa Kristus adalah Anak Allah yang benar

(The Panarion of Epiphanius of Salamis (Leiden: Brill, 1994), Books II and III, Haer. 59.7, 6-8,3, pp. 108-109).

John Chrysostom (347-407 AC) menguraikan bahwa "berdasarkan iman dari pengakuannya, Yesus akan membangun Gereja-Nya." (Chrysostom 1888: 333). Dalam Homili tentang Matius, Chrysostom membandingkan pengakuan Petrus dengan pengakuan sebelumnya yang menunjukkan bahwa pengakuan Petrus yang pertama yang datang dari pengetahuan yang benar tentang keunikan dan keilahian Kristus dan karena itu adalah yang pertama yang dapat dikatakan benar, diilhami secara ilahi. Oleh karena itu di atas batu karang iman yang diinformasikan secara ilahi inilah Gereja akan dibangun.

Agustinus dari Hippo (354-430 AC) juga berpendapat:

Peter is so called from the rock; not the rock from Peter; as Christ is not called Christ from the Christian, but the Christian from Christ. "Therefore, " He saith, "Thou art Peter; and upon this Rock" which thou hast confessed, upon this Rock which thou hast acknowledged, saying, "Thou art the Christ, the Son of the living God, will I build My Church"; that is upon Myself, the Son of the living God, "will I build My Church. " I will build thee upon Myself, not Myself upon thee.

Terjemahan:

Petrus disebut berasal dari karang, bukan karang berasal dari Petrus; karena Kristus tidak disebut Kristus berasal dari Kristen, tetapi Kristen berasal dari Kristus. "Oleh karena itu," Dia berkata, "Engkau adalah Petrus; dan di atas Batu Karang ini" yang telah kamu akui, di atas "Batu Karang" yang telah kamu akui dengan mengatakan, "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup, Aku akan mendirikan Gereja-Ku"; yaitu di atas Diri-Ku, Anak Allah yang hidup, "Aku akan membangun Gereja-Ku." Aku akan membangun engkau di atas Diri-Ku sendiri, bukan Diri-Ku di atasmu.

(Augustine 1888: 340)

Agustinus awalnya mengatakan Petrus adalah batu karang yang menjadi pondasi Gereja Kristus tetapi kemudian dia sampai pada kesimpulan yang berbeda dan berkhotbah bahwa Yesus sendirilah yang menjadi Batu Karang di mana Gereja didirikan. Dia beralasan bahwa Petrus ('Petros,' yang merupakan bentuk maskulin dari 'petra' - batu) diberi nama barunya sesuai dengan objek imannya yakni Kristus, sama seperti seorang Kristen dinamai menurut nama Kristus.

Dengan cara yang khas, Agustinus melihat gambaran yang lebih tinggi tentang orang Kristen dalam diri Petrus, yang dibangun di atas batu karang. Kekuatan Petrus adalah kekuatan kita, kelemahan Petrus adalah 'tipe' kelemahan kita. Agustinus mengatakan itu juga kepada semua orang yang mengaku bahwa Kristus adalah Anak Allah.

Agustinus seperti halnya Chrysostom dengan tepat menyimpulkan: "Oleh karena itu, di atas batu karang ini ... " Dia berkata, yang telah kamu akui. Saya akan membangun Gereja saya. Karena Batu Karang (Petra) adalah Kristus dan di atas dasar inilah Petrus sendiri juga dibangun." (Augustine 1888b: 450)

Cyril dari Alexandria (376-444 AC), memimpin Konsili Efesus dan dianggap sebagai pembela besar iman Ortodoks melawan Nestorius. Pandangannya tentang Batu Karang Matius 16 dan fondasi Gereja disajikan dengan jelas dalam tulisannya:

But why do we say that they are ‘foundations of the earth’? For Christ is the foundation and unshakable base of all things - Christ who restrains and holds together all things, that they may be very firm. Upon him also we all are built, a spiritual household, put together by the Holy Spirit into a holy temple in which he himself dwells; for by our faith, he lives in our hearts. But the next foundations, those nearer to us, can be understood to be the apostles and evangelists, those eyewitnesses and ministers of the word who have arisen for the strengthening of the faith.

For when we recognize that their own traditions must be followed, we serve a faith which is true and does not deviate from Christ. For when he wisely and blamelessly confessed his faith to Jesus saying, ‘You are Christ, Son of the living God,’ Jesus said to divine Peter: ‘You are Peter and upon this rock I will build my Church.’ Now by the word ‘rock’, Jesus indicated, I think, the immoveable faith of the disciple.

Likewise, the psalmist says: ‘Its foundations are the holy mountains.’ Very truly should the holy apostles and evangelists be compared to holy mountains for their understanding was laid down like a foundation for posterity, so that those who had been caught in their nets would not fall into a false faith.

Terjemahan:

Tetapi mengapa kita mengatakan bahwa itu adalah 'dasar bumi'? Karena Kristus adalah dasar dan dasar yang tak tergoyahkan dari segala sesuatu—Kristus yang menahan dan menyatukan segala sesuatu, agar semuanya menjadi sangat kokoh. Di atasnya juga kita semua dibangun, sebuah rumah tangga rohani, yang disatukan oleh Roh Kudus menjadi sebuah bait suci di mana Dia sendiri berdiam; karena oleh iman kita Dia tinggal di dalam hati kita. Tetapi fondasi berikutnya, yang lebih dekat dengan kita, dapat dipahami sebagai para rasul dan penginjil, para saksi mata dan pelayan Firman yang telah bangkit untuk memperkuat iman.

Karena ketika kita mengakui bahwa tradisi mereka sendiri harus diikuti, kita melayani iman yang benar dan tidak menyimpang dari Kristus. Karena ketika dia dengan bijaksana dan tanpa cela mengakui imannya kepada Yesus dengan mengatakan, 'Engkau adalah Kristus, Anak Allah yang hidup,' Yesus berkata kepada Petrus yang ilahi: 'Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku.' Sekarang dengan kalimat 'batu', menurut saya, Yesus menunjukkan, iman yang tak tergoyahkan dari sang murid.

Demikian juga, pemazmur berkata: 'Dasarnya adalah gunung-gunung suci.' Para rasul dan penginjil yang kudus harus benar-benar dibandingkan dengan gunung-gunung suci karena pemahaman mereka diletakkan seperti dasar untuk anak cucu, sehingga mereka yang telah ditangkap dalam jala mereka tidak akan jatuh ke dalam keyakinan yang salah.

(Commentary on Isaiah IV.2, M.P.G., Vol. 70, Col. 940).

Jerome (342-420 AC), penerjemah pertama Alkitab dalam bahasa Latin mengatakan:

The one foundation which the apostolic architect laid is our Lord Jesus Christ. Upon this stable and firm foundation, which has itself been laid on solid ground, the Church of Christ is built. For the Church was founded upon a rock ... upon this rock the Lord established his Church; and the apostle Peter received his name from this rock (Matthew 16:18)

Terjemahan:

Satu-satunya fondasi yang diletakkan oleh arsitek apostolik adalah Tuhan kita Yesus Kristus. Di atas dasar yang kokoh dan kokoh ini, yang dengan sendirinya telah diletakkan di atas tanah yang kokoh, Gereja Kristus dibangun. Karena Gereja didirikan di atas batu karang ... di atas batu karang ini Tuhan mendirikan Gereja-Nya; dan rasul Petrus menerima namanya dari batu karang ini (Matius 16:18)

Yohanes dari Damaskus (676- 749 AC), kematiannya dianggap sebagai akhir zaman patristik. Dia adalah seorang bapa Gereja Timur dengan reputasi sebagai pengkhotbah yang hebat dan penulis yang produktif. Dalam tulisannya ia dengan jelas mengidentifikasi batu karang Gereja sebagai pribadi Kristus atau iman Petrus yang menunjuk kepada Kristus:

This is that firm and immovable faith upon which, as upon the rock whose surname you bear, the Church is founded. Against this the gates of hell, the mouths of heretics, the machines of demons—for they will attack—will not prevail. They will take up arms but they will not conquer.

Terjemahan:

Inilah iman yang teguh dan tak tergoyahkan yang di atasnya, seperti di atas batu karang yang nama belakangnya Anda pakai, Gereja didirikan. Terhadap ini gerbang neraka, mulut para bidat, mesin iblis - karena mereka akan menyerang, tidak akan menang. Mereka akan mengangkat senjata tetapi mereka tidak akan menaklukkan.

(Homily on the Transfiguration, M.P.G., Vol. 96, Kol. 554-555).

This rock was Christ, the incarnate Word of God, the Lord, for Paul clearly teaches us: ‘The rock was Christ’ (1 Corinth 10:4)

Terjemahan:

Batu karang ini adalah Kristus, Sabda Allah yang berinkarnasi, Tuhan, karena Paulus dengan jelas mengajarkan kepada kita: 'Batu itu adalah Kristus' (1 Korintus 10:4)

(Homili on the Transfiguration, MPG, Vol. 96, Col. 548).

** Supremasi (Papal Infallibility) Roma Atas Gereja Universal Adalah Dusta **

Diatas telah disajikan bukti tentang sejarah eksegesis patristik Matius 16:18 serupa dengan Lukas 22:32 dan Yohanes 21:15-17. Bukti ini mengungkapkan bahwa para bapa Gereja tidak pernah menafsirkan bagian-bagian ini demi keunggulan eksklusif Romawi atau infalibilitas Kepausan. Tidak ada eksegesis patristik dari Matius 16:18 atau Lukas 22:32 yang bahkan menyiratkan bahwa para uskup Roma tidak dapat salah.

Dari dokumentasi utama tulisan para bapa dan komentar sejarawan Gereja kita dapat merangkum pemahaman patristik "Petrus dan Batu Karang" dari Matius 16. Secara umum, para bapa Gereja memandang Batu Karang dan dasar Gereja sebagai pribadi Kristus, atau pengakuan iman Petrus yang menunjuk kepada Kristus. Kadang-kadang mereka berbicara tentang Petrus sebagai batu karang atau fondasi dalam arti bahwa ia adalah teladan iman yang sejati - bahwa ia mencontohkan iman. Tetapi mereka tidak mengajarkan bahwa dia adalah wakil dari jabatan Kepausan atau bahwa Gereja dibangun di atasnya dalam pengertian legalistik. Mereka juga memandang Petrus secara kiasan sebagai wakil dari kesatuan seluruh Gereja. Apa yang Kristus katakan kepada Petrus, Ia sampaikan kepada Gereja secara keseluruhan dan apa yang diberikan kepada Petrus diberikan kepada semua rasul dan melalui mereka kepada seluruh Gereja. Kuncinya adalah wewenang deklaratif untuk mengajarkan kebenaran, mengkhotbahkan Injil dan menjalankan disiplin di Gereja.

Meskipun para bapa Gereja berbicara dalam istilah yang sangat agung tentang rasul Petrus, komentar mereka tidak diterapkan secara eksklusif kepada uskup Roma, mereka juga tidak memandang uskup Roma sebagai yurisdiksi universal yang diberikan atas Gereja. Meskipun mereka melihat para uskup Roma sebagai penerus Petrus, mereka tidak melihat mereka sebagai penerus eksklusif Petrus atau sebagai penguasa universal Gereja atau tahta Roma sebagai satu-satunya takhta apostolik. Katolik Roma berasumsi bahwa ketika seorang bapa Gereja berbicara tentang Petrus, dia juga berbicara tentang para uskup Roma, tetapi tidak demikian halnya. Yaitu dengan membacakan teologi yang terbentuk sebelumnya ke dalam tulisan-tulisan mereka. Para bapa Gereja mengajarkan bahwa semua uskup adalah penerus Petrus. Dalam interpretasi mereka atas Matius 16, Lukas 22 dan Yohanes 21 kita tidak menemukan penegasan apapun dari ajaran Vatikan I tentang yurisdiksi Kepausan dan infalibilitas.

Ini mengungkapkan dua poin penting baik dari perspektif teologis maupun historis. Secara teologis, tidak ada bukti konsensus patristik untuk mendukung interpretasi Kepausan atas Matius 16:18-19 yang menyamakan batu karang dengan pribadi Petrus, memberikan kepadanya dan para uskup Roma tempat kedudukan kekuasaan tertinggi dalam Gereja melalui otoritas kunci.

Seruan Gereja Katolik Roma untuk 'persetujuan universal bapa Gereja' untuk mendukung penafsirannya atas Matius 16 adalah keliru. Konsensus seperti itu tidak ada. Penafsiran Matius 16:18 oleh bapa Gereja utama zaman patristik baik dari Timur maupun Barat menunjukkan bahwa mayoritas pandangan Gereja secara historis bukanlah pandangan Gereja Katolik Roma saat ini.

Terlepas dari para paus sendiri, dimulai pada akhir abad keempat dan mereka yang tertarik untuk mempromosikan Kepausan, interpretasi Romawi atas Matius 16:18-19 secara historis telah ditolak secara universal oleh Gereja Timur dan Barat. Gereja tidak pernah beroperasi atas dasar keutamaan Roma yang universal atau kepercayaan pada Infalibilitas Kepausan.

Doktrin Papal Infallibility (Infalibilitas Kepausan) baru muncul hampir 18 abad setelah Kitab Suci selesai ditulis, dan ini menunjukkan bahwa memang doktrin ini tidak ada dasar Kitab Sucinya. Kalau memang ada dalam Kitab Suci, mengapa membutuhkan hampir 18 abad untuk menemukan doktrin ini?

Daftar Pustaka:

  1. Sejarah Gereja: Oleh H. Berkhof, disadur dalam bahasa Indonesia oleh I.H. Enklaar
  2. Mari Berfikir Tentang: Sejarah Apa Yang Membentuk Gereja? Oleh Robert Don Hughes, diterjemahkan oleh C. Krismariana W
  3. https://www.newadvent.org/fathers/0103303.htm
  4. https://www.ccel.org/s/schaff/history/2_ch04.htm
  5. https://www.catholic.com/tract/the-authority-of-the-pope-part-i
  6. https://mykowalska.wordpress.com/2021/10/08/4-otoritas-tradisi-apostolik/
  7. https://www.the-highway.com/Matt16.18_Webster.html
  8. https://reformation500.wordpress.com/2013/02/25/the-papacy-is-1600-years-old-not-2000-years-old/

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar