05 Februari 2012

Ketika Parakletos (Penolong/Pembela - Roh Kudus ) Menjadi Periklytos (Yang Terpuji - Muhammad SAW)

Adakah ramalan bagi Muhammad di luar Al-Qur'an...?

Adakah Kitab Yahudi maupun Kristen yang mengatakan tentang kedatangannya...?

Ada umat Islam yang percaya bahwa di dalam Injil Yohanes 16:7 terdapat rujukan kepada ramalan yang disebutkan dalam QS 7:157 dan QS 61:6.

(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. 7:157)

Dan (ingatlah) ketika Isa putera Maryam berkata:"Hai bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)". Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata:"Ini adalah sihir yang nyata". (QS. 61:6)

Tafsiran Hamza, menyatakan bahwa:

Kita tidak dapat memberi ulasan bagi ayat ini (QS 7:157) yang dituntutnya jika tidak kaitkan dengan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru (di dalam Al-Kitab) misalnya Yohanes 16:7. Segala salah paham yang mengasingkan umat-umat Yahudi, Kristian dan Islam berasal dari perkataan 'parakletos' yang oleh penerjemah Injil telah menterjemahkannya sebagai 'Penolong' atau Penganjur'. Apakah seharusnya kita membacakannya sebagai 'Parakletos' atau pun 'Periklytos'?

Umat Islam mengatakan bahwa Injil yg ditulis didalam bahasa Yunani telah memilih ejaan 'periklytos'; yang diterjemahkan sebagai 'terpuji', mereka tidak menterjemahkannya sebagai 'parakletos' yang berarti 'Penolong'.

Berdasarkan nats Al-Quran (QS 61:6), Muslims mengatakan bahwa Yohanes 14:16 dan 16:7 (dalam Injil) adalah satu ramalan bagi kedatangan Muhammad, dan perkataan 'periklytos' pula merujuk kepada 'Ahmad' satu bentuk nama Muhammad, yang juga berarti 'Yang terpuji'.

** Bahasa Yunani Menuliskan 'Parakletos' **

Umat Islam telah mencoba menggantikan kata-kata vokal dalam perkataan ini di dalam tempat yang sesuai MENURUT pandangan mereka (yaitu menggantikan 'a-a-e-o' dalam 'Parakletos' dengan 'e-i-y-o' dalam 'periklytos').

Dalam bahasa Ibrani dan Arab, kata-kata vokal (vowels) yang tidak terselit didalam perkataan-perkataan masing-masing dan kata vokalnya yang digunakan oleh penulis boleh diperdebatkan.

Tetapi, sebaliknya dalam bahasa Yunani segala kata-kata vokalnya di tulis dengan jelas di dalam semua naskah-naskah Yunani.

** Naskah-naskah Yunani Menuliskan 'Parakletos' **

Kalau ada yang dicurigai tentang bagaimana perkataan ini ditulis, adalah mudah sekali dengan merujuk kepada naskah-naskah yang ada. Siapa pun boleh memeriksa dokumen-dokumen dan naskah-naskah (termasuk dua yang paling tua, 'Codex Siniaticus' dan 'Codex Alexandrinus' yang terdapat di British Museum di London). Terdapat lebih daripada 70 buah naskah-naskah Yunani bagi Kitab Injil yang bertarikh sebelum kedatangan Muhammad.

Untuk memahami konsep ‘penolong yang lain’, bahasa asli ‘allon Parakleton’. Pertama, kita harus tahu konteks seluruh ayat Alkitab. Kedua, harus mengerti konsep Yudaisme waktu itu tentang maksud ‘penolong lain’.

Dalam pengharapan Mesianik agama Yudaisme, gelar Mesias yang ditunggu-tunggu itu bahasa Ibrani ‘Menahem’ (Comforter, Penolong atau Penghibur). Itu disebut dalam Talmud orang Yahudi. Orang Kristen - berdasarkan akar Yudaisme tadi - percaya bahwa Yesus itulah ‘Menahem’ (terjemahan bahasa Yunani: ‘parakleton’) sebagaimana disebut dalam 1 Yohanes 2:1 (dalam terjemahan Indonesia, "perantara", bahasa Malaysia "peguambela"). Lalu, menurut Yesaya 11:1, karya Mesias itu dikuatkan oleh Roh TUHAN. Karena itu kata "allon" dalam bahasa Yunani, maksudnya adalah "another of the same kind".

Mengapa tidak menggunakan istilah Yunani lain - "huteros", - yang lebih berarti "another of a different kind"?

Ini terkait dengan ajaran Tritunggal. Sebab secara kodrat Ilahi yakni Firman Allah. Yesus itu berdiam secara kekal dalam Bapa - yaitu Wujud Allah.

Pemahaman dalam Yohanes 1:1 dan 8:42, dan itu bersama Roh ALLAH, yang keluar dari Bapa (Yohanes 15:26; 1 Korintus 2:10-11). Karena itu, Roh Allah yang bersama Firman Allah yang menyatu dengan Wujud ALLAH itu disebut "Penolong yang lain"…yaitu 'allon' - another of the SAME KIND. Dan ini juga cocok dengan tafsiran Yahudi.

Kata "Parakletos" (Comforter atau Penghibur) itu, tidak boleh dibaca "Periklitos" (yang berarti: "Termasyhur") karena tidak mempunyai bukti linguistik dan tekstual yang kukuh. Dengan demikian, dekat dengan kata "terpuji", dan dalam bahasa Arab: "Ahmad", atau "Muhammad". Ini betul-betul ngawur dan hanya merupakan satu claim yang sembarangan dan wewenang!

Mengapa...?

Bahasa Yunani itu berbeda dengan bahasa Ibrani dan Arab, dan mempunyai vokal dan kosonan. Jadi, "Parakletos" tidak boleh diganti kata vokalnya dengan "Periklitos". Seperti kata Indonesia/Jawa, "cowok", "cewek", "cuwek", -semua makna istilah ini berbeda-beda. Masih ada orang yang menyangka: "Mungkin saja kata Periklitos telah dipalsukan jadi Parakletos...?"

Lebih amburadul lagi, siapa yang mengganti itu...?

Dan bila ia diganti...?

Sebab sekarang kita masih memilik sekitar 5000 manuskrip-manuskrip (tulisan tangan) Perjanjian Baru. Bahkan Kanon Muratori (yang memuat pasal 1-14 Injil Yohanes) yang berasal dari akhir abad pertama, juga terbaca "Parakletos" dan bukan "Periklitos". Demikian juga seluruh naskah Perjanjian Baru yang ada sampai hari ini, Codex Sinaiticus, Codex Alexandrinus dan masih banyak dalil-dalil serta dukungan-dukungan bersejarah yang lain lagi.

** Sejarah Plesetan Parakletos Jadi Periklytos **

Orang Muslim yang pertama kali mengutip dari Injil Yohanes adalah Ibnu Ishaq dari abad ke-8 Masehi. Ibnu Ishaq adalah seorang ulama besar Arab. Sayangnya, dia tidak bisa bahasa-bahasa Alkitab: Ibrani, Aram, dan Yunani. Ini menjadi titik awal salah tafsir kata “parakletos” itu. Ulama besar juga masih seorang manusia, tempatnya salah dan lupa.

Buah karya sampai kepada kita melalui kompilasi Ibnu Hisham, dalam buku "Sirat An-Nabawiyyah" (The Life of Prophet Mohammed).

Ibnu Ishaq menemukan kutipan ayat Injil itu dalam kutipan Bahasa Suryani (Aram) dalam logat Palestina. Dan itu tadi, kata Ibrani "Menahem" langsung ditransliterasikan dalam bahasa Aram "Menahemna", seperti kata Ibrani ‘ha-Mashhiah’ (Kristus) menjadi bahasa Aram ‘d'Mashiha.’

Penyalinan itu hanya berdasarkan persamaan bunyi.

Sama sekali bukan hasil penelitian filologi yang ilmiah. Nah … kok itu 'mirip dengan "Muhammad...?"

Sehingga disimpulkan, Wa al-Munhamana, bi as-Suryaniyat, " dan "Munhamana itu bahasa Suryani", kata Ibnu Ishaq.

Muhammad, wa huwa bi ar-Rumiyat: al-Baraqlithus, sholallahu 'alaihi wassalam (Muhammad, dalam bahasa Yunani Baraqlithus (Parakletos), semoga sholawat dan salam atas beliau).

Tapi jelas sekali, itu hanya kemiripan bunyi. ARTI kedua kata itu sama sekali berbeda, dan adalah TIDAK sama!

Lebih detailnya, begini ceritanya...

Pada periode waktu Sebelum Masehi, masyarakat Ibrani Kuno mengharapkan datangnya seorang Mesias atau Al Masih. Pengharapan itu berasal dari Alkitab, yakni Perjanjian Lama. Harapan juga muncul dalam tradisi lisan yang berabad-abad kemudian baru dituliskan jadi kitab Talmud, yaitu pada bagian “Bet Hammidrash”. Dalam tradisi lisan yang menjadi pengharapan rakyat tersebut dikisahkan sosok ‘Menaḥem’ menjadi perlambang bagi Mesias.

[Malaikat menjelaskan kepadaku,] Menaḥem bin Amiel tiba-tiba akan datang pada bulan Nisan dan berdiri di lembah Arbel. Semua orang bijak Israel akan datang kepadanya dan Menachem bin Amiel akan berkata kepada mereka: ‘Aku adalah Al Masih yang diutus oleh Allah sebagai Kabar Baik untuk menyelamatkan kamu dari musuh-musuhmu.’ Dan para orang bijak itu akan memandangnya rendah seperti sebelumnya dan tidak mempercayainya. Kegeramannya akan membara, dan ia akan mengenakan pakaian pembalasan dan datang ke gerbang Yerusalem dengan Nabi Elia dan membangkitkan kembali Nabi Nehemia bin Hushiel yang sudah mereka bunuh, dan mereka akan percaya pada Menaḥem.” (The pseudonymous Sefer Zerubavel, Bet haMidrash, tradisi lisan itu dituliskan pada sekitar abad 7 Masehi.)

Kata Ibrani מְנַחֵם ‘Menaḥem’ berpadanan dengan kata Παρακλητος ‘paraklētos’, artinya adalah: penolong, penghibur, pengantara.Kata Ibrani Paleo מְנַחֵם ‘Menaḥem’ kemudian diserap ke dalam bahasa Aram menjadi kata ‘Menahemna.’

Mengapa perlu diserap demikian...?

Sebab bahasa Ibrani Paleo tidak digunakan untuk bahasa sehari-hari; bahasa sehari-hari masyarakat Ibrani kala itu adalah bahasa Aram.

Itulah sebabnya mereka perlu menyerap bahasa Ibrani Paleo itu ke dalam bahasa sehari-hari mereka, yaitu bahasa Aram. Sampai di sini kita tahu bahwa kata “Menahemna” dalam bahasa Aram (Suryani) punya makna yang sama dengan Kata Ibrani מְנַחֵם (Menaḥem), yaitu: penolong, penghibur, pengantara.Bahasa Aram Kuno atau Suryani tidak punya huruf vokal, sehingga kata “Menahemna” hanya dituliskan “M-N-H-M-N” (ܡܢܚܡܢ).

Kata Suryani ini lantas dibaca oleh Ibnu Ishaq dengan cara bahasa non-Suryani. Inilah yang menjadi titik awal salah interpretasinya terhadap Injil Yohanes 14:26; 15:26; dan 16:7. Ibnu Ishaq membaca kata bahasa Suryani itu dengan cara baca Arab, dia membaca: 'MuNHaMaNa'.   'Wa al-Munhamana, bi as-Suryaniyat'dan 'Munhamana' itu bahasa Suryani (Aram)', kata Ibnu Ishaq.

Seharusnya dibaca 'Menahemna' tapi dibaca 'Munhamana'. Ini mengindikasikan Ibnu Ishaq tidak bisa bahasa Suryani, sebab salah bacanya parah. Jika salah baca sedikit-sedikit bisa dimaklumi, mungkin sedang belajar.

Kesalahan lain interpretasi Ibnu Ishaq adalah mengira arti dari kata 'Menahemna' yang dia salah baca jadi 'Munhamana' itu adalah mengira arti kata 'Menahemna' atau 'M-N-H-M-N' (ܡܢܚܡܢ) sama dengan arti kata 'Ahmad' atau 'Muhammad', yaitu 'Yang terpuji', padahal kata 'Menahemna' atau 'M-N-H-M-N' (ܡܢܚܡܢ) berarti 'penolong, penghibur, pengantara'.

**) Perbandingan makna M-N-H-M-N (ܡܢܚܡܢ) dengan M-H-M-D (محمد‎)

Bahasa: Aram/Suryani

Kasus: 'Menahemna' atau 'M-N-H-M-N' (ܡܢܚܡܢ)

Salah baca jadi 'Munhamana'

Arti kata: penolong, penghibur, pengantara

 

Bahasa: Arab

Kasus: Muhammad atau 'M-H-M-D' (محمد‎)

Arti kata: yang terpuji

Dari perbandingan makna antara kata Arab dan Suryani tersebut dapat kita ketahui bahwa kata ‘Menahemna’ atau ‘M-N-H-M-N’ bukan padanan kata ‘Muhammad’ dalam bahasa Suryani. Salah baca huruf Suryani dan salah makna kata Suryani itu lantas menarik Ibnu Ishaq menarik kesimpulan keliru: ‘Muhammad, wa huwa bi ar-Rumiyat: al-Baraqlithus, sholallahu ‘alaihi wassalam Muhammad saw’, dan dia dalam bahaya.

Kesimpulan ini membahayakan jiwanya sendiri, sebab παρακλητος ‘paraklētos’ yang Yesus Kristus maksudkan dalam Injil adalah Roh Sang Kudus atau Roh Allah.

Menyatakan Muhammad adalah παρακλητος (‘paraklētos’) sama artinya menyatakan ‘Muhammad adalah Roh Allah.’

Muhammad pasti sangat tidak senang bila disamakan dengan Roh Allah.

Dua belas abad telah berlalu dan interpretasi tersebut masih juga dianut orang dan dikira interpretasi yang benar. Ini dapat dipahami mengingat jarang sekali orang yang bisa bahasa-bahasa Alkitab (Ibrani, Aram, Yunani Koine), sehingga tidak mampu mengkritisi interpretasi tersebut.

Di sini kita dapat melihat jelas bahwa kesalahan ada pada interpretasi manusia, bukan pada kitab-kitab Allah. Mungkin yang paling memprihatinkan adalah ketika justru ada orang yang menuduh Firman Allah telah dipalsukan hanya gara-gara orang itu tidak tahu bahwa Ibnu Ishaq salah menginterpretasikan Alkitab pada abad 8 Masehi.

Allah itu ROH, dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran. (Yohanes 4: 4)

Yesus telah mengajari wanita Samaria itu, dan juga kepada semua umat manusia, bahwa Allah itu Roh dan hakikat ini pun sudah cukup jelas apabila Yesus menyatakan bahwa tidak lama kemudian, Roh Allah sendiri akan mendorong, membimbing dan menghidupi roh dan jiwa raga para pengikut-pengikut-Nya sendiri.

yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu. (Yohanes 14:17)

Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum!

Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup."

Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.

(Yohanes 7:37-39)

Dari Kisah Para Rasul 1:8, Yesus telah bersabda:

Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.

Lalu, Roh Kudus Allah itu telah benar-benar datang, mengurapi dan turun serta mendiami para rasul dan pengikut Kristus dan memberi kuasa kepada mereka untuk menjadi saksi-saksi yang andal lagi berwibawa kepada Yesus Kristus. Roh Kuduslah yang menolong murid-murid Kristus menyempurnakan Amanat Agung yang telah diperintahkan oleh Yesus Kristus seperti terkandung di dalam Injil Matius 28:18-20.

Peristiwa ini sudah pun termaktub dalam Kisah Para Rasul 2 yang termasyhur itu!

Dalam semua ini, kita tidak dapat memahami peranan dan identitas Roh Kudus atau malaikat Jibril seperti mana yang diandaikan oleh segelintir pentafsir Muslim. Itu adalah salah satu salah-tafsiran yang janggal dan ketara, sesungguhnya yang tidak didukung oleh nats Alkitab dari Taurat, Zabur atau pun Injil yang suci.

Dan Yesus Kristus sendiri juga tidak pernah mengajari tanggapan yang janggal itu!

Ini dituliskan dengan tanpa mengurangi penghormatan kita terhadap saudara Muslim. Lebih-lebih gereja-gereja Arab Timur Tengah yang pusatnya justru dilindungi oleh Islam. Di negara-negara Arab, meskipun secara teologis orang-orang Kristen medari perbedaan mereka dengan Islam, tetapi tidak demikian dalam kehidupan sosial politik dan budayanya.

Oleh karena itu, Makram 'Ubaid, seorang Kristen Koptik berkata: "Memang benar, secara iman saya adalah Kristen, tetapi secara tanah air saya adalah 'Muslim'."

Ini juga bukan basa-basi saja. Sejarah panjang gereja-gereja Timur Tengah membuktikan bahwa umat Kristian bersama saudara-saudara Muslim mereka selalu seiring sepenanggungan menciptakan masa depan mereka bersama.

** Dr. Bucaille Tentang Parakletos **

Suatu topik yang sangat diyakini oleh Dr. Bucaille bahwa ayat-ayat Injil yang benar telah diselewengkan oleh tangan-tangan manusia Kristen. Ia memilih sasarannya terambil dari Kitab Yohanes pasal 14-16 dimana tercantum kata-kata bahwa sang “Parakletos” akan datang menggantikan Yesus di dunia ini (BQS hal 118-124). Orang Kristen tahu bahwa Parakletos itulah Roh Kudus yang dijanjikan.

Namun Dr. Bucaille berusaha secara “ilmiah” untuk menbuktikan bahwa Parakletos ini bukan Roh melainkan manusia, dan itulah nubuat Alkitab yang “cocok” diperuntukkan bagi Muhammad. Ia memperingati para pembaca untuk berhati-hati menghadapi penulis-penulis Kristen yang sering bermain dengan bahasa yang bersifat apologetic (berdebat dengan berakrobat kata-kata) namun ternyata nanti menjadi bumerang balik untuk diri yang mengkritik.

Percakapan dan penghiburan Yesus kepada murid-muridNya saat-saat menjelang Ia ditangkap diistilahkan oleh Dr. Bucaille dengan “pidato”, pidato yang amat panjang, lalu segera ia mempertanyakan:

  1. Mengapa riwayat perpisahan yang mengharukan dan mengandung soal-soal pokok dan perspektif hari depan yang begitu penting itu, kok hanya terdapat pada Injil Yahya dan tidak pada ke-3 Injil lainnya...?
  2. Apakah teks tersebut tadinya ada pada ke-3 Injil lainnya itu, tetapi kemudian sengaja dihilangkan...?
  3. Mengapa dihilangkan...?

Tidak akan ada jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut. Rahasia tetap tersembunyi mengenai kekurangan yang sangat besar ini.

Mohon diperhatikan bagaimana alunan ketiga pertanyaan terakhir di atas. Belum dipastikan apa-apa tentang jawaban terhadap pertanyaan no.2, segera pertanyaan no.3 disodorkan secara menyiasati sehingga menempatkan pertanyaan diatasnya seolah-olah menjadi benar:Benarlah teks tersebut hilang, tetapi mengapa dihilangkan?”

Lalu disimpulkan dengan pernyataan terakhir bahwa “O, memang hilang, tapi kita tidak bakal tahu kenapa. Itulah rahasia dapur mengenai kekurangan yang sangat fatal dari Injil ini”.
Itulah siasat pengalunan bahasa yang menggiring mental para pembaca untuk masuk dalam arahannya.

Sekarang kembali pada pertanyaan Dr. Bucaille yang pertama, yang diajukan dengn cara sangat tendensius:

Bagaimana kita dapat menerangkan mengapa riwayat perpisahan (antara Yesus dan murid-murid-Nya) yang mengharukan dan yang mengandung pesan-pesan spiritualnya Yesus tidak terdapat dalam Injil Matius, Markus dan Lukas...? (melainkan hanya dilaporkan dalam Injil Yohanes saja – Lihat BQS hal. 119)

Ini tentu sangat mencurigakan Dr. Bucaille. Kelihatannya beliau berasumsi bahwa Tuhan yang Mahatahu dan Mahakuasa tidak akan membiarkan peristiwa sepenting begini dilapor oleh hanya satu orang penulis!

Kalau begitu, izinkan kita untuk bertanya balik kepadanya mengenai konsekuensi dari kecurigaan model begini.

**) Apakah Dr. Bucaille memustahilkan Tuhan untuk hanya memakai satu pelapor untuk melaporkan suatu peristiwa penting...?’

**) Kalau begitu bagaimana beliau harus menerangkan bahwa Quran juga “dilaporkan” oleh satu orang, yaitu Muhammad sendiri...?

**) Apakah Dr. Bucaille ingin menegaskan bahwa kalau suatu kasus penting sampai dilaporkan oleh banyak penulis Alkitab, maka kasus tersebut menjadi sah dan benar...?’

**) Kalau begitu Dr. Bucaille harus menganggap sah dan benar bahwa Yesus itu meninggal, bangkit dari kematian, dan menyelamatkan manusia. Bukankah hal-hal tersebut dicantumkan oleh banyak penulis Alkitab...?

**) Apakah kecurigaan Dr. Bucaille terhadap Injil akan diperlakukan sama fair terhadap Quran yaitu akan mencurigai setiap kasus penting yang hanya disebut satu kali (atau satu Surat saja) dalam Kitab Allah, dan menganggapnya tidak cukup sah...?’

Kalau begitu Dr. Bucaille harus menolak banyak perkara yang disebut oleh Quran hanya dalam satu Surat atau bahkan satu kali.

Misalnya:

Berapa Suratkah dalam Quran yang mengatakan bahwa Isa tidak benar-benar mati...?

Hanya satu bukan...?

QS An Nisa 4:157-158.

Surat-surat lain justru mengatakan Isa mati dengan pelbagai istilah seperti “akhir ajal”, “hari meninggal”, “wafat”. Mengapa Dr. Bucaille tidak mempersoalkan dan mencurigai masalah ini...?

Berapa kalikah Quran mencantumkan nubuat dari mulut Isa sendiri bahwa akan datang sesudah Dia, seseorang rasul bernama Ahmad...?

Hanya satu kali!

Berapa kalikah nama “Ahmad” muncul di Quran...?

Hanya satu kali!

Dan (ingatlah) ketika Isa Putera Maryam berkata “Hai Bani Israil, sesungguhnya Aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumKu, yaitu Taurat dan pemberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)” -- (Ash Shaff 61:6a)

Kalau hanya satu kali dari mulut Isa, kenapa Dr. Bucaille tidak mencurigai tentang kebenaran nubuat yang begitu penting ini...?

Malah mati-matian nubuat ini otomatis dianggapnya amat sangat benar, walau “rasul Ahmad” sama sekali tidak terjejak di Alkitab...?

Berapa kali peperangan Badar disebutkan di Quran dengan mencantumkan nama tersebut...?

Apakah disebutkan juga di luar QS Al Imran:123...?

Apa itu bukan perang yang penting dalam sejarah Islam sekalipun namanya tercantum hanya satu kali...?

Bagaimana Dr. Bucaille menghadapi kenyataan-kenyataan ini...?

Apakah Dr. Bucaille juga beranggapan bahwa nama atau peristiwa-peristiwa yang lebih banyak disebutkan dalam suatu Kitab Suci akan otomatis berarti bahwa nama/peristiwa tersebut lebih penting ketimbang yang lainnya...?

Kalau begitu, silahkan cek sendiri di seluruh Quran berapa kali disebutkan nama Muhammad secara eksplisit, dibandingkan dengan nama Isa dan/atau Al-Masih, bahkan bila dibandingkan dengan nama Maryam...?

Juga berapakah ayat-ayat Quran yang secara khusus memberikan nama dan sebutan bagi Muhammad dibandingkan dengan 22 jenis nama dan sebutan bagi sosok Isa, seperti Isa, Putera Maryam, Al-Masih, Rasul, Tanda, nabi, Hamba*), Kalimat, Roh, Anak laki-laki yang suci, terkemuka, rahmat, salah satu di antara yang di dekatkan, dll.

*) Pengertian “Hamba” dalam Quran berbeda dengan Alkitab. Yesus tidak pernah menamakan diri-Nya sebagai “Hamba Tuhan” dalam pengertian budak yang takluk kepada kekuasaan mutlak dari Pencipta, melainkan Ia sengaja melepaskan kesetaraan Ilahi-Nya dengan turun ke dunia untuk menjadi “Hamba Tuhan” dan “Hamba semua manusia” (Filipi 2:7 dan Markus 10:44-45).

Jadi dasar dari perhambaan Yesus adalah kerendahan hati dan kasih untuk melayani dalam hubungan “Bapa-Anak” bukan hubungan “Tuan-Budak”.

Ingat bahwa Yesus pada zaman-Nya memandang rendah para ahli kitab yang pintar menuduh dan mengecam, menjebak dan memergok secara apriori, yang mencurigai setiap kata dan perilaku Yesus kalau-kalau bisa ditemukan “kepalsuan” dan “kesalahan”. Walau sudah disinyalir oleh Yesus, namun rupa-rupanya para “Ahli Taurat Modern” selalu kembali melakukan usaha-usaha yang sama seperti “Ahli Taurat Purba” 2000 tahun sebelumnya!"

** Parakletos itu manusia, bukan Roh Tuhan **

Selanjutnya Dr. Bucaille menulis: “Kita mendapat kesimpulan menurut logika, bahwa Parakletos yang disebutkan oleh Yahya itu adalah seorang manusia seperti Yesus, yang dianugerahi anggota (tubuh) untuk mendengar dan berbicara seperti yang diakui dalam teks Yunani secara formal *)

*) BQS, hal 122, maksud Dr. Bucaille mati-matian ingin membuktikan bahwa Parakletos itu adalah manusia, bukan Roh, sehingga bias dicocokkan bagi Muhammad sebagai nabi yang akan datang kemudian, menggantikan Yesus.

Perhatikan gaya kata-kata yang sangat piawai dari Dr. Bucaille: “diakui dalam teks teks Yunani secara formal”. Padahal tidak ada yang mengakuinya kecuali ia saja yang memaksakan diri untuk mengosongkan Parakletos dengan membuang kata “Roh” yang dilekatkan pada Parakletos itu sendiri, seperti yang akan diperlihatkan di bawah ini.

Dr. Bucaille memilih mengutip 8 ayat, tetapi diringkas dari Injil Yohanes pasal 14, 15, 16 dengan jaminannya sendiri bahwa sekalipun ayat-ayat telah diringkas, namun hal ini TIDAKLAH akan merubah arti umum dari kutipan-kutipan tersebut.

Tetapi apa yang terjadi...?

Dr. William Campbell memergoki dan sekaligus menelanjangi “jaminan intelektuil” yang diberikan dr. Bucaille kepada para pembacanya! Ternyata ayat-ayat dengan kata-kata tertentu telah dengan sengaja dipangkas sedemikian rupa demi menghindari dirinya dari kesulitan-kesulitan dalam pembuktian.

Mari kita cermati bagaimana cara Dr. bucaille memangkas kata-kata Injil Yohanes dengan jaminan tidak akan merubah arti umum keseluruhannya. Kita cukup mengekspos beberapa ayat saja.*)

*) William Campbell, The Quran and The Bible, in the light of history & science (TQTB), Middle East Resources, 1986, halaman 245, 246. Kutipan mana mendapat izin dari pengarang dan penerbitnya.

Sayang penterjemah BQS tidak memakai terjemahan Alkitab resmi, melainkan terjemahan pribadi. Padahal Dr. Bucaille sedang mempersoalkan presisi kata-kata, ayat, bahkan asal kata, teks formal, dll, dimana terjemahan tidak boleh sekenanya saja.

Ayat yang diringkas oleh Dr. Bucaille kita tandai dengan (B), sementara ayat asli (yang seharusnya disajikan utuh) dari Alkitab kita tandai dengan (A).

Injil Yohanes pasal 14 dan 15

(B) “Jika kamu cinta kepada-Ku, ikutilah perintah-perintah-Ku, Aku akan mohon kepada Bapa: Ia akan memberi kamu seorang Paraklet lain” (14:15-16).

(A) “Jilakau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu. Aku tidak akan meningggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu”. (14:15-18)

(B) “Ia akan menyampaikan sendiri kesaksiannya daripada-Ku” (15:26)

(A) “Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku. Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku” (15:26,27).

Apa yang terjadi disana…? Ada beberapa bagian Ayat dalam Injil Yohanes diatas yang dihapus/dihilangkan/diedit oleh Dr Bucaille. Seandainya Muhammad SAW adalah Parakletos yang dimaksud Tuhan Yesus, maka pertanyaannya adalah:

Nabi mana yang akan dan bisa menyertai Petrus dan kawan-kawan sampai selama-lamanya...?

Nabi mana yang adalah Roh Kebenaran...?

Nabi mana yang dunia tidak melihat-Nya kecuali hanya Petrus dan kawan-kawan seiman...?

Nabi mana yang akan bersama-sama menyertai Petrus dan kawan-kawan dan diam di dalam mereka...?

(Walau Yesus menemui Bapa-Nya di Surga) Yesus tidak akan meninggalkan murid-murid-Nya sebagai yatim piatu. Kita bertanya:

Nabi mana yang mendampingi sisa hidup mereka, menguatkan roh mereka hingga mati syahid mereka...?

Nabi mana yang berani klaim dirinya sebagai Roh Kebenaran...?

Nabi mana yang diutus Yesus berasal dan keluar dari Bapa...?

Kembali lagi hujatan, bila ada manusia yang berani mengklaim dirinya sebagai “Roh yang keluar dari Bapa”.

Jadi, walau Dr. Bucaille cukup berani (nekad) memotong-motong dan menyembunyikan ayat-ayat yang tidak berdosa, namun mampukah Dr. Bucaille membuktikan bahwa Muhammad adalah sosok mutlak dalam 2 hal: sebagai Roh Kebenaran, dan sebagai utusan khusus dari Yesus Kristus yang keluar dari Bapa...?

Padahal kalau Dr. Bucaille mau jujur, ia tidak usah bersusah payah menyembunyikan data-data, berakrobat dan berkilah. Ia cukup membandingkan pasal-pasal Injil Yohanes ini dengan Kisah Para Rasul 1:4-5:

“Ia (Yesus yang telah bangkit) melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa (akan Parakletos) sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus”.

Nah, apakah Muhammad ada di Yerusalem pada waktu itu untuk bisa dicocokkan dengan Parakletos...?

*) Agaknya Dr. Bucaille memimpikan perkara yang paling tidak masuk akal: Bahwa kata Parakletos (Penolong, Roh Kudus) seharusnya berasal usul dari kata Periclytos (terpuji, Muhammad). Padahal itu adalah bahasa Yunani dimana setiap huruf hidup selalu harus tertulis (bukan bahasa Arab yang bisa menampilkan saja huruf mati tanpa huruf-huruf hidup. Dan kata Paracletos ini telah terdapat pada setiap dan semua salinan Injil Yohanes sejak tahun 100 M sehingga tidak ada alasan bahwa kata itu telah terubah oleh orang-orang Kristen. Juga tidak ada alasan kenapa itu harus diubah dari Periclytos menjadi Paracletos.

Sebab andaikata tadinya kata aslinya adalah Paraclytos, maka apakah alasan orang-orang Kristen untuk menolaknya...?

Toh mereka akan welcome terhadap kata ini karena tidak tahu menahu dan tidak mungkin mengkaitkan dengan kedatangan seseorang dari Arab 500-an tahun kemudian, melengkapi kepiawaian Dr. Bucaille masih menuduh orang-orang lain sebagai tidak becus menterjemahkan arti kata Parakletos.

Dalam catatan kaki (BQS halaman 122 ia menulis: “Banyak terjemahan dan tafsir, khususnya yang lama, menterjemahkan kata Paraklet dengan comforter (dalam Injil Indonesia disebut Penolong). Ini adalah kesalahan besar.*)”

*) Dr. Bucaille juga mempersalahkan para ahli keislaman sehubungan dengan pengertian “alaq” (QS 23:14) karena kebanyakan terjemahan Quran telah menyebutkan sebagai “segumpal darah”. Beliau berkata:

“Penjelasan semacam ini sangat tak dapat diterima oleh seorang spesialis… kita akan melihat kesalahan ahli-ahli ke-islaman yang tidak mengetahui soal-soal ilmiah” (hal. 231 BQS)

Di sini Dr. Bucaille ingin mengecam bukan satu orang, tetapi semua orang-orang yang telah terlibat dalam usaha penterjemahan tersebut. Maka pertanyaan kita yang wajar-wajar saja adalah apakah semua orang telah salah dan hanya Dr. Bucaille sendiri yang betul...?*)

Baiklah kalau Dr. Bucaille merasa dirinya betul. Tetapi lalu bagaimanakah terjemahan Dr. Bucaille sendiri, untuk Parakletos...?

TERNYATA DIA SENDIRI TIDAK MENTERJEMAHKAN APA-APA!!

Ia tidak (berani) melakukannya (!)

Ia tinggalkan begitu saja kata asli “Paraklet” itu dalam keadaan terlantar!!

Itulah akhir dari sebuah usaha yang dianggapnya heroik karena “menolak kemapanan”, namun berakhir sia-sia semata.

Tentang YOHANES 14:16, PENOLONG YANG LAIN

“Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu”. (Yohanes 14:16-17)

Catatan:

Jelas ayat ini menubuatkan ‘Roh’, dan karena itu tidak mungkin menunjuk kepada Muhammad. Apalagi adanya kata-kata ‘menyertai kamu selama-lamanya’. Para Muslim ‘menafsirkan’ bahwa artinya adalah ‘punya roh’, dan ‘ajarannya menyertai kamu selama-lamanya’. Lucu sekali!

Ayatnya mengatakan ‘Roh’, bukan ‘manusia yang punya roh’.

Mokoginta mengatakan adanya kata ‘seorang’, tetapi kita bisa jawab bahwa kata ‘seorang’ terpaksa digunakan dalam bahasa Indonesia karena kalau tidak, mau digunakan kata apa...? ‘Selembar’...?

Dalam KJV:

‘And I will pray the Father, and he shall give you another Comforter, that he may abide with you fotever’.

Perhatikan bahwa sama sekali tak ada kata ‘a man’ (seorang)!!

Lalu, bagaimana mungkin ditafsirkan ‘ajarannya yang menyertai kamu selama-lamanya...?

Pertama, kata ‘kamu’ mencakup murid-murid Yesus pada saat itu. Mana mungkin ajaran Muhammad menyertai para murid Yesus, padahal Muhammadnya sendiri belum ada pada saat itu...?

Juga, ayatnya sama sekali tak bicara tentang ‘ajaran’nya, tetapi tentang ‘orang’nya! Ini betul-betul merupakan suatu pemerkosaan ayat Kitab Suci.

Tetapi penekanan dalam hal ini adalah: Orang Islam bisa menganggap bahwa kedua nubuat itu (Yohanes 14:16 dan Ulangan 18:15-19) tergenapi dalam diri Muhammad padahal sama sekali tak ada kata-kata yang mirip / persis dimanapun (baik dalam Alkitab maupun Al-Quran) yang menunjukkan bahwa Muhammad adalah penggenapan kedua text tersebut! (Yohanes 14:16 dan Ulangan 18:15-19). Aneh bukan...???

Seandainya para muslim, mau membaca ayat berikutnya masih dalam pasal yang sama dan pasal berikutnya, maka PENOLONG itu SUDAH PASTI ROH KUDUS, bukan MUHAMMAD, Penulis Yohanes dan Yesus sendiri sudah jelas mengatakan bahwa PENGHIBUR/PENOLONG itu adalah ROH KUDUS.

tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu. (Yohanes 14:26)

Mau lebih JELAS lagi?

Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku. (Yohanes 15:26)

Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku (Tuhan Yesus Kristus) akan mengutus Dia kepadamu. (Yohanes 16:7)

Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. (Yohanes 16:13)

Ia (Roh Kudus) akan memuliakan Aku (Tuhan Yesus Kristus), sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku. (Yohanes 16:14)

Ada beberapa pertanyaan:

Yesus mengatakan bahwa Dia akan mengutus Penghibur. Kalau penghibur itu adalah Muhammad, pernahkah Muhammad mengatakan bahwa yang mengutus dirinya adalah Yesus? Tidak pernah.

Jadi Penghibur itu tidak mungkin Muhammad.

Muhammad mengatakan bahwa dirinya adalah utusan Allah.

Apakah menurut anda Yesus itu adalah Allah...?

Penghibur itu dijanjikan Yesus kepada murid-muridnya masih hidup di dunia.
Itu artinya, saat Penghibur itu datang, murid-murid Yesus masih hidup.
Saat Muhammad mengaku sebagai nabi, apakah murid-murid Yesus masih hidup...?

Tidak.

Saat Muhammad mengaku sebagai nabi, murid-murid Yesus sudah wafat.
Jadi Penghibur itu tidak mungkin Muhammad.

Yesus mengatakan bahwa Penghibur itu akan mengajarkan dan mengingatkan segala sesuatu yang telah dikatakan Yesus kepada murid-Nya.

Kalau Penghibur itu adalah Muhammad, pernahkah Muhammad mengajarkan dan mengingatkan semua yang telah di katakan Yesus...?

Tidak pernah.

Yesus mengatakan "Akulah Guru dan Tuhan" (Yohanes 13:13).

Pernahkah Muhammad mengatakan begitu...?

Pernahkah Muhammad mengatakan bahwa Yesus adalah Tuhan...?

Tidak pernah.

Jadi Penghibur itu tidak mungkin Muhammad.

Yesus mengatakan,"Jadikanlah semua bangsa murid-Ku" (Matius 28:19).

Kalau Penghibur itu adalah Muhammad, pernahkah Muhammad membimbing orang untuk menjadi murid Yesus...?

Tidak pernah.

Jadi kesimpulannya:

Anda bermimpi saja; menghayal bahwa nabi anda ada di Alkitab kami. Penghibur itu adalah Roh Kudus.Penghibur itu bukanlah Muhammad. Jadi, klaim Islam bahwa ayat tersebut digenapi dalam diri Muhammad adalah salah.

2 komentar:

  1. Berarti klaim sahabat muslim mengenai nbubuatan kedatangan muhamad tidak benar dong ....

    BalasHapus