02 Juni 2011

Di Dalam Kristus, Tidak Ada Poligami dan Perceraian Dalam Pernikahan Kristen


Yesus meluruskan pandangan tentang poligami dan tidak membiarkan orang per orang mengikuti nafsu diri dan tegar tengkuknya untuk mencari-cari celah berpoligami.

Sampai sekarang pun, manusia tidak berhenti berdalih bahwa poligami itu adalah bagian dari perbuatan mulia, sejajar dengan menolong, "mensedekahkan" dirinya kepada perempuan yang belum mandiri atau para janda, atau menyeimbangkan statistik wanita yang jumlahnya lebih banyak daripada pria, dst …

Pendalihan bahkan berlanjut dengan membawa keabsahan sejumlah nama-nama raja yang berpoligami yang dicatat dalam Alkitab, padahal poligami yang mereka lakukan dan praktek menceraikan istri dimasa lalu tidaklah berarti bahwa Allah pernah melegalkan hal tersebut. Tak ada sepotong pun Firman dan izin Allah untuk itu. Yesus meluruskannya dan menuding asal-usul kesalahan ini sebagai akibat dari ketegaran hati manusia yang cenderung memaksakan perceraian dan poligami.

Terbukti sampai kini pun orang-orang tetap sama memaksakannya dengan pelbagai dalil.
Apakah yang dipersatukan Allah di dalam pernikahan?

Sesungguhnya bangsa Israel melakukan suatu hal yang dilarang oleh Allah dengan bercerai dan menikah kembali.

Tentang hal ini, Yesus Kristus berkata:

"Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.

Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."

Kata mereka kepada-Nya: "Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?"

Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian."

Tetapi Aku berkata kepadamu: "Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah (PORNEIA), lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah (MOICHAO)"

(Matius 19:4-8)

  • Definisi PORNEIA:  Segala jenis aktifitas seksual diluar hubungan pernikahan yang resmi seperti pedofilia, homoseksualitas / lesbianisme, prostitusi, persetubuhan dengan yang bukan pasangan nikah dan yang berkaitan dengan itu.
  • Definisi MOICHOS:  Aktifitas seksual dalam pernikahan yang dilakukan oleh laki-laki atau perempuan yang sudah bercerai dengan pasangan nikahnya yang baru padahal suami / istrinya yang diceraikan masih hidup.

Lantas bagaimana implikasi Ayat itu karena ini semacam legalisasi bahwa Allah mengizinkan perceraian dengan alasan PORNEIA.

Kita melihat latar belakang Ayatnya dan korelasikan dengan tradisi Israel. Zinah PORNEIA dengan MOICHOS itu berbeda seperti definisi yang Saya berikan.

PORNEIA (Inggris: Fornication - Hebrew: ZENUT) dan MOICHOS - (Inggris: Adultery - Hebrew: NI'UF). Yang dikecualikan adalah PORNEIA, yaitu hubungan sexual antara dua orang yang sama-sama belum menikah atau keduanya bukan pasangan yang sah, semisal orang pacaran atau tunangan.

Dalam tradisi Yahudi, pernikahan boleh dibatalkan kalau calon pasangannya itu kemudian selingkuh sama orang lain (tunangan dalam Yudaisme secara hukum dianggap "sudah suami-isteri" tetapi belum nikah resmi dan serumah, belum boleh ada hubungan seksual). Tapi kalau kasus MOICHOS di mana keduanya adalah sama-sama sudah menikah atau ada hubungan seksual dengan yang bukan suami/istrinya tidak masuk dalam pengecualian itu.

Yesus memperingatkan agar manusia kembali kepada fitrahnya, yaitu bahwa sejak semula Allah men-design institusi pernikahan dengan mempersatukan satu orang laki-laki kepada satu orang perempuan.

Begitu seriusnya persatuan dan kesatuan suami istri itu terlihat ketika Yesus mencela kasus perceraian (yang terjadi bukan karena zinah) yang sekalipun sudah terlanjur cerai, namun status keduanya (pasangan suami-istri yg telah berceerai) masih dinyatakan Yesus tetap terikat dalam kesatuan perkawinan.

Status Quo ini dicerminkan didalam Ayat dibawah ini:

"Setiap orang yang menceraikan istrinya, maka ia hidup dalam perzinahan terhadap istrinya itu. Dan siapapun yang kawin dengan perempuan itu, ia berbuat zinah"

** Pernikahan Monogami Yang Diajarkan Yesus **

Dan firman-Nya: "Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya (gunaiki/bentuk tunggal), sehingga keduanya itu menjadi satu daging." (Matius 19:5)

Artinya sederhana, yang sudah menikah itu sudah deadlock, tidak ada sama sekali kemungkinan untuk bercerai sesuai dengan rencana Tuhan pada mulanya (bereshit, sejak awal manusia diciptakan); karena yang dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia. Allah tidak pernah berubah jika Ia sudah mengatakan “sejak semula” maka sampai hari inipun hal ini tidak pernah berubah.

Di dalam ayat 5 dengan jelas dapat dilihat bahwa sudah seharusnya bagi seorang laki - laki untuk meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan “istrinya” bukan dengan “para istrinya”.

Dan mereka, seorang laki - laki dan seorang wanita tersebut akan menjadi satu daging. Jelas disini bukan seorang laki - laki dan beberapa wanita seperti yang banyak dilakukan oleh manusia. Dan apa yang telah dipersatukan oleh Allah tidak akan dapat dipisahkan oleh manusia.

Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia. (Matius 19:6)

Keputusan Tuhan Yesus begitu mengejutkan murid-murid-Nya juga, sampai-sampai mereka katakan, "Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin." (Matius 19: 12).

Jadi pilihan orang Kristen hanya ada dua: kawin atau tidak, gitu aja. Tidak ada alternatif untuk cerai karena cerai itu dibenci Allah dan tidak sesuai dengan maksud Allah mengadakan pernikahan bagi manusia sehingga kalau ada yang niat cerai dikatakan karena ada ketegaran hati manusia (Matius 19: 8).

Allah tidak pernah mensahkan dan mengijinkan perihal cerai dan menikah kembali sebagai suatu hal yang layak untuk dilakukan dan hal itu pun tetap berlaku sampai sekarang. Jadi definisi pernikahan bagi Allah adalah dipersatukannya “seorang laki - laki dan seorang wanita”.
Sebagian gereja mengajarkan bahwa mereka memiliki kewenangan untuk melegalkan perceraian yang pernikahannya telah disatukan didalam Kristus karena alasan tertentu (anulasi), namun Allah tidak pernah melegalkan perbuatan tersebut.

Allah tidak mempersatukan seorang laki-laki dengan banyak istri, jadi selama istri yang dipersatukan oleh Allah kepada seorang laki-laki itu masih hidup maka ia tidak diperbolehkan menikah kembali. Dan jikalau ia menikahi seorang wanita berdasarkan aturan manusia padahal istri sahnya masih hidup, maka wanita yang ia nikahi itu bukanlah istrinya.

Semua wanita yang masuk ke dalam pernikahan seorang laki-laki baik melalui kehidupan poligami ataupun perceraian tetapi selama istri sahnya masih hidup atau walaupun sudah diceraikan maka hal itu adalah sama dengan berzinah. Allah tidak pernah mempersatukan wanita yang kedua didalam pernikahan seorang laki-laki selama istrinya atau bekas istrinya masih hidup.

Jadi wanita-wanita tambahan itu bukanlah istri yang sesungguhnya, melainkan mereka adalah para penzinah demikian juga sang laki-laki itu adalah seorang penzinah.

Hal ini adalah pelanggaran terhadap hukum Allah dan termasuk dosa.

Kita lihat juga rujukan Ayat-Ayat lain dalam Perjanjian Baru:

Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu (bentuk tunggal) seperti dirimu sendiri dan isteri (gunh / bentuk tunggal) hendaklah menghormati suaminya. (Efesus 5:33)

yakni orang-orang yang tak bercacat, yang mempunyai hanya satu istri (gunaikov / bentuk tunggal), yang anak-anaknya hidup beriman dan tidak dapat dituduh karena hidup tidak senonoh atau hidup tidak tertib. (Titus 1:6)

Itulah monogami pernikaha yang diajarkan Yesus yang tidak berkompromi dengan pelbagai akal-akalan zinah dan cerai-modern yang mengatasnamakan macam-macam istilah dan "kepraktisannya", antara lain:

  1. Poligami sosial, demi menolong si-dia dan/ atau keluarganya
  2. Kawin kontrak, demi menghindari zinah kepelacuran, atau melonggarkan ikatan seumur hidup yang sulit diantisipasikan.
  3. Free-sex atas dasar suka-sama suka, tak akan merugikan siapa-siapa, mutlak urusan prive.
  4. Kumpul-kebo, uji-coba perkawinan untuk mengurangi resiko cerai, serta meringankan dosa zinah, dan menghemat biaya perkawinan.
  5. Cerai karena tidak cocok, daripada-daripada hidup seperti di neraka, setiap hari berdosa?
  6. Cerai karena mandul, kan kawin untuk itu, untuk pembenihan generasi? Dll.

Hubungan suami-istri yang dianggap tidak lagi menguntungkan, melainkan yang membawa penderitaan tragis, kini telah menjadi dasar yang valid bagi sebagian umat Kristen untuk melakukan perceraian. Istilah yang mereka gunakan untuk membenarkan perceraian adalah: DARI PADA. "Daripada hidup seperti di neraka, lebih baik…." dan Anda tahu apa terusan kalimatnya! (bercerai, bunuh diri, membunuh si dia, membakar/ meracuni …ooh…begitu mengerikan!).

Namun perkawinan yang dianggap gagal belum pasti gagal. Paradigma, ekspektasi (harapan) dan usaha, masih bervariasi sangat luas yang dapat diteroboskan secara determinatif didalam Tuhan.

Perkawinan yang "gagal" bukanlah suatu neraka-final. Ia adalah sebuah perjalanan keras, pencobaan berat. Sebaliknya, perceraian yang "sukses", bukanlah sukses kehidupan. Malahan dihadapan Tuhan "perceraian sukses" adalah lebih gagal ketimbang "perkawinan yang dianggap gagal". Perceraian sukses ini bukan keluar dari neraka, melainkan sedang masuk kedalam neraka - kehidupan perzinahan, baik bagi suami maupun istrinya. Tidak banyak lagi pasangan yang sadar bahwa itu adalah tipu-daya dan cengkeraman setan.

Kita meyakini bahwa pasangan yang akan bercerai telah berjuang keras mencoba segala sesuatu. Mengandalkan teman dan famili, penasihat perkawinan, sampai-sampai kepada "orang-pintar" dan pengacara-perceraian. Namun kita lebih percaya bahwa mereka belum cukup berseru melibatkan Yesus yang Imanuel, "Allah yang menyertai kita" yang berjanji: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5).

Suami dan istri yang siap-siap bercerai adalah orang-orang yang rebutan menempatkan dirinya masing-masing menjadi penguasa rumah-tangga. Mereka lupa bahwa Tuhanlah Pemimpin Keluarga Kristen yang sejati, sebab cinta dan perkawinan itu adalah design Tuhan. Namun seringkali Tuhan tidak dilibatkan dalam kasus yang satu ini secara memadai, dalam kuasa Roh Kudus. Padahal Yesus berjanji bahwa: "Bapa akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya."(Lukas 11:13). Dan Dia membuktikannya kepada murid-murid-Nya: "Terimalah Roh Kudus" (Yohanes 20:22) yang memampukan murid-murid ini menghadapi segala medan perjuangan tanpa kecuali, hingga mati.

Ini adalah kuasa ilahi yang memampukan kita untuk mematahkan supremasi setan, yang tidak bisa kita patahkan sendirian dengan akal Einstein.

Sebab segala perkara dapat ku tangung didalam Dia (bukan diluar-Nya) yang memberi kekuatan kepadaku. (Filipi 3:14)

Sangat banyak sekali kesaksian yang bisa diberikan, bahwa jiwa yang tak putus-putusnya menjerit memohon belas-kasih Tuhan-Sang designer perkawinan-mendapati rumah-tangganya dipulihkan kembali pada saat yang "mustahil".

Tuhan Yesus memberkati.

**) Referensi silang:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar