20 Desember 2022

Apologetika Kristen -- Menjelaskan Kesalahan Tafsiran Oneness Pentacostal Tentang Kata "Onoma" (Nama) Dalam Matius 28:19

 
Ilustrasi Lukisan Tritunggal Ortodox yg menyesatkan, 1 wujud dengan 3 wajah

The Oneness heresy begins with the conviction that the orthodox Christian doctrine of the Trinity is fundamentally incompatible with a faith that there is only one God. Therefore, the Father, Son, and Holy Spirit cannot in this view be real, distinct, coequal persons in the eternal Godhead, but are only different roles that one divine person temporarily assumes. Though this heresy can initially appear relatively harmless, in rejecting the Trinity this belief actually cuts to the heart of all that is essential to the Christian faith.

Terjemahan bebas:

Bidat Keesaan dimulai dengan keyakinan bahwa doktrin Kristen yang ortodoks tentang Trinitas pada dasarnya tidak sesuai dengan iman bahwa hanya ada satu Tuhan. Oleh karena itu, Bapa, Putra, dan Roh Kudus dalam pandangan ini tidak dapat menjadi pribadi-pribadi yang nyata, berbeda, dan setara dalam Ketuhanan yang kekal, tetapi hanya peran-peran berbeda yang diemban oleh satu pribadi ilahi untuk sementara waktu. Meskipun bidat ini pada awalnya tampak relatif tidak berbahaya, dalam menolak Trinitas, kepercayaan ini sebenarnya memotong inti dari semua yang penting bagi iman Kristen.

Oleh: Gregory A. Boyd Oneness Pentecostals dan The Trinity: A World-wide movement assessed by a former Oneness Pentecostal (Grand Rapids: Michigan, 1992), 1.

Diatas adalah tulisan salah seorang eks-Oneness Pentacostal yang sudah menyadari bahaya penyesatan dari doktrin yang kembali berkembang ini setelah sebelumnya meredup.

Rasul Paulus menuliskan:

Galatia 1:6-9 (TB) Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia.

2 Timotius 4:3-4 (TB) Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.

Secara sederhana, Oneness Pentacostal adalah doktrin yang mengajarkan Allah Bapa dan Roh Kudus adalah Yesus karena Allah yang diimani oleh orang Kristen itu Allah yang satu/tunggal sehingga segala aktifitas Ilahi didalam Alkitab entah itu di Sorga maupun di bumi hanya dilakukan oleh Yesus. Jadi, ketika ada Ayat dalam Kitab Suci yang menyebutkan ‘Allah Bapa’ maupun ‘Roh Kudus’, keduanya hanyalah peran yang dilakukan oleh Yesus sebagai Allah yang Tunggal, Allah yang Maha Hadir, Allah yang Maha Kuasa.

Selain itu, untuk memperkuat doktrin yang mereka imani, digunakanlah analogi yang sudah cukup dikenal oleh umat Kristen, contohnya: Jimmy adalah seorang ayah, dikantor dia seorang karyawan dan di gereja adalah seorang majelis Seorang Jimmy memainkan 3 (tiga) peran yang berbeda.

Dari penjelasan sederhana diatas, hal pertama yang kita temukan adalah doktrin Oneness Pentacostal menggunakan istilah-istilah umum dalam Teologia Kekristenan seperti Maha Hadir dan Maha Kuasa untuk menutupi kesalahan berlogika mereka dalam menafsirkan dan memahami Doktrin Tritunggal.

Berbeda dengan Saksi Yehova yang sudah memiliki Alkitab VERSI mereka sendiri, Oneness Pentacostal belum memiliki itu karena kaum akademisi / polemikus yang mereka miliki, belum mumpuni dalam mengubah teks Kitab Suci supaya sesuai dengan doktrin yang mereka imani, hal ini mungkin saja karena mereka sadar bahwa teks-teks (salinan / manuskrip) Kitab Suci tidak mendukung apa yang mereka imani. Karena kesadaran itulah, yang bisa mereka lakukan hanyalah sebatas menyalahkan penerjemahan Alkitab yang sudah ada.

Cara lain yang juga dilakukan oleh denominasi Oneness Pentacostal untuk menyebarluaskan doktrin sesatnya diantaranya adalah:

  1. Mencari kesalahan para pendahulu Gereja Protestan yang menganut Doktrin Tritunggal Maha Kudus.
  2. Menyebarkan hoax dengan mengatakan bahwa istilah Kekristenan seperti misalnya Tritunggal, Homoousios, Hypostatis dan beberapa yang lain berasal dari paganisme (agama/aliran kepercayaan Non-Kristen/Non Abrahamik yang mana istilah ini mulai dikenal dan digunakan sejak agama Kristen berkembang pesat di Eropa).

Selain 2 (dua) hal diatas, para penyesat Oneness Pentacostal mencoba peruntungannya dengan melihat konteks sebuah kata yang tunggal yang diperuntukkan untuk tindakan yang dilakukan secara bersamaan, misalnya dalam Ayat dibawah ini:

Matius 28:19 (TB)  Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama (ONOMA) Bapa dan Anak dan Roh Kudus.

Kata ‘onoma’ dari segi morfologi merupakan bentuk tunggal tetapi menjadi keliru jika langsung menyimpulkan frasa ‘patros’ ‘kai huiou’, ‘kai hagou pneumatos’ adalah satu nama (to onoma), yaitu Yesus tanpa memedulikan kata penghubung ‘kai’ dan kata sandang ‘tou’ pada ketiga kata (‘patros’, ‘huiou’, ‘hagiou pnematos’) tersebut dalam bahasa Yunani.

Kata sandang dalam bahasa Yunani memiliki kemiripan dengan kata ‘si’ atau ‘sang’ dalam bahasa Indonesia. Kata ‘Bapa’, ‘Anak’ dan ‘Roh Kudus’ masing-masing memiliki kata sandang sehingga artinya menjadi "Sang Bapa", "Sang Anak", "Sang Roh Kudus". Ini merupakan fakta tiga oknum yang berbeda berdasarkan tata bahasa Yunani tersebut. Dipertegas lagi dengan penggunaan kata ‘kai’ (conjunction) yang artinya ‘dan’. Jadi, mengatakan bahwa Bapa, Anak, Roh Kudus adalah Yesus itu sendiri merupakan penafsiran yang absurd.

** Morfologi ialah cabang kajian linguistik (ilmu bahasa) yang mempelajari tentang bentuk kata, perubahan kata, dan dampak dari perubahan itu terhadap arti dan kelas kata (Mulyana, 2007: 6) **

Dari segi semantik, dalam buku Vine’s Complete Expository Dictionary of Old and New Testament Words dijelaskan bahwa kata Nama (onoma) digunakan untuk:

  1. Digunakan untuk seseorang atau sesuatu (Lukas 8:5) atau mewakili gelar dan martabat (Efesus 1:21 dan Ibrani 1:4).
  2. Nama yang menyiratkan otoritas, karakter, pangkat, keagungan, kekuasaan, dan keunggulan. Inilah yang digunakan dalam konteks "to onoma" dalam Matius 28:19.

Dan pada umumnya pembagian Nama Allah, dibedakan antara:

  • Nomina Propria (Nama Diri)
  • Nomina Essentialia (Nama Esensial atau Sifat)
  • Nomina Personalia (Pribadi seperti Bapa, Anak, dan Roh Kudus).

** Semantik adalah telaah makna yang menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lain, dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat (Tarigan, 1985, hlm. 7). **

Dengan demikian, ‘to onoma’ yang berarti singular (tunggal) menunjuk pada otoritas, keagungan, kekuasaan, keunggulan. Kesemuanya ini berbicara tentang nama Allah secara esensial atau disebut dengan istilah ‘Nomina Essentialia’. Dalam konsep Tritunggal, Allah itu satu esensi, satu hakikat. Sedangkan Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah nama Pribadi (Nomina Personalia) dan itu berbeda. Memang benar ‘to onoma’ (nama) dalam bentuk tunggal, tetapi harus merujuk bahwa nama itu adalah nama secara esensial/hakikat sehingga dapat dikatakan bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah nama Tiga Pribadi (oknum) yang berbeda-beda, namun satu secara esensial, hakekat.

Dengan demikian, benarlah apa yang dikatakan Graig L. Blomberg bahwa: ... nama tunggal yang diikuti dengan tiga rujukan "Bapa, Anak dan Roh Kudus” menunjukkan ‘unity and plurality in the Godhead.’ Di sinilah formula Tritunggal paling jelas di dalam Injil.”

Senada dengan buku Tafsiran Wyclife dikatakan bahwa rumusan lengkap (Bapa, Anak, dan Roh Kudus) harus dipergunakan untuk menekankan ciri khas Kristen. Jadi, kalimat "...to onoma tou patros kai tou huiou kai tou hagiou pneumatos..." dalam Matius 28:19 dimana kata "to onoma" yang diterjemahkan dalam bentuk tunggal (Nama/Name) baik dalam Alkitab TB-LAI, KJV dan sebagian besar Alkitab versi penerjemahan yang lain merupakan bentuk kesatuan Ilahi secara hakikat yang menegaskan keesaan Allah didalam Ulangan 6:4 yang merupakan rumusan awal pengakuan Iman bangsa Israel tentang Allah.

Ulangan 6:4 (TB) Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!

Ajaran dalam Kekristenan disepanjang abad menyatakan bahwa hanya ada 'Satu' Allah yang hadir dalam Tiga Pribadi (Bapa, Anak, dan Roh Kudus), ajaran ini dikenal sebagai Tritunggal Maha Kudus.

Secara sederhana, pengajaran Tritunggal adalah upaya yang dilakukan oleh bapa-bapa Gereja untuk menggambarkan Hubungan Bapa-Anak-Roh Kudus didalam Keesaan dan Kemahakuasaan-Nya yang tidak terjangkau oleh fikiran dan logika manusia.

Meskipun frasa Tritunggal tidak muncul di Alkitab, tetapi kata tersebut telah membedakan Ajaran Kristiani sejati dengan ajaran-ajaran yang menyimpang sejak zaman Gereja mula-mula.

Ketika Kita melihat sejarah, orang-orang percaya untuk pertama kalinya mengalami TUHAN saat DIA mengungkapkan diri-NYA kepada bangsa Israel, kemudian melalui Pribadi dan karya Yesus Kristus, dan akhirnya melalui kehadiran Roh Kudus yang berdiam dan menyertai setiap orang percaya.

Ketika Kita membuka Alkitab, Kita mendapati disana hanya ada satu TUHAN, tetapi BAPA, Anak dan Roh Kudus selalu dirujuk sebagai TUHAN, meskipun Mereka jelas dibedakan satu sama lain. Bahkan, tindakan penyelamatan pun adalah karya ALLAH Tritunggal.

Kita mencari Sang Bapa, tetapi satu-satunya jalan bagi Kita untuk dapat mencapai-NYA adalah melalui DIA yang menjembatani jurang antara TUHAN dan manusia, Yesus Kristus (Yohanes 14:6). Lalu setelah sampai kepada BAPA, Kita menyadari bahwa keinginan yang membuat Kita pertama-tama mencari-NYA tidak datang dari diri Kita sendiri, tetapi dari Roh Kudus yang bekerja di dalam Kita (Yohanes 16:13).

Kita mungkin tidak memahami Tritunggal seutuhnya namun sebagai pengikut Kristus jelas Kita telah mengalaminya.

 

Oleh:

Sesandus Demaskus

Jemaat GKII Adonay desa Mekar Baru, Kab. Kubu Raya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar