27 Desember 2022

Pengamalan Tradisi Kekeluargaan Didalam Kehidupan Kekristenan

Kekristenan yang selama ini dipengaruhi budaya individualisme dunia Barat selalu menekankan bahwa Yusuf dan Maria hanya berdua saja pergi ke Betlehem (Lukas 2:4-5), namun penelitian Teolog dan Prof. Dunia Perjanjian Baru, Randolph Richards dan Brandon J. O'Brien dari Gereja Protestan Southwestern Baptist (penulis buku Keliru Tafsir Dunia Barat Dalam Membaca Kitab Suci) mengatakan bahwa kemungkinan besar, Yusuf dan Maria pergi bersama rombongan keluarganya ke Betlehem karena budaya Kekeluargaan dunia Timur yang tidak mungkin bagi keluarganya membiarkan hanya Yusuf seorang diri yang menemani Maria yang sedang hamil tua. Peristiwa lainnya yang membuat keduanya berpendapat demikian adalah ketika Yesus bersama keluarga-Nya mengunjungi Yerusalem untuk merayakan Paskah (Lukas 2:44-45).

Penekanannya sederhana, keduanya lahir dan besar dalam Tradisi Ketimuran yang menekankan Kekeluargaan (Kebersamaan/Kolektivitas), bukan dari Tradisi Barat yang menekankan individulisme.

Di Indonesia, tradisi ini dikenal sebagai Kekeluargaan dan tertuang dalam butir-butir pengamalan Pancasila khususnya sila ke-2 dan ke-5 yang menuliskan:

(2.11) Menumbuhkan sikap saling toleransi dan kebaikan antar manusia

(5.35) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.

Pun demikian jika bicara tentang Keselamatan, selama ini Kekristenan dunia Barat selalu menekankan bahwa hal itu hanya diperuntukkan untuk pribadi/seseorang; namun Randolph Richards dan Brandon O'Brien dengan tegas menyatakan bahwa Keselamatan itu diperuntukkan bagi Komunitas (minimal dalam sebuah Keluarga), jadi setiap orang tua bertanggungjawab untuk mengabarkan Injil Keselamatan kepada anak-anaknya sehingga iman itu bukan hanya sekedar berasal dari warisan (keturunan) melainkan juga pendengaran/pengajaran sesuai Tradisi Israel Kuno dalam Perjanjian Lama (Ulangan 6:4-7).

Ulangan 6:4-7 (TB) Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!

Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.

Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.

Inilah yang ditekankan oleh Paulus dan Silas dalam peristiwa Pertobatan Kepala Penjara di Filipi. Lukas mencatat peristiwa itu demikian:

Kisah Para Rasul 16:30-34 (TB) Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata: "Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?" Jawab mereka: "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu."

Lalu mereka memberitakan firman Tuhan kepadanya dan kepada semua orang yang ada di rumahnya. Pada jam itu juga kepala penjara itu membawa mereka dan membasuh bilur mereka. Seketika itu juga ia dan keluarganya memberi diri dibaptis.

Lalu ia membawa mereka ke rumahnya dan menghidangkan makanan kepada mereka. Dan ia sangat bergembira, bahwa ia dan seisi rumahnya telah menjadi percaya kepada Allah.

Dalam peristiwa yang lain kita dapat melihat bahwa keselamatan yang diterima oleh seorang kepala keluarga, harus diberitakan dan diterima oleh seluruh anggota keluarga. Jauh sebelum peristiwa diatas, dalam pertobatan Zakheus, Yesus tidak mengatakan keselamatan hanya untuk dia (Zakheus) melainkan:

Lukas 19:9 (TB) "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham."

Terkait keselamatan, Yesus ternyata mementingkan hal itu juga terjadi didalam keluarga inti-Nya. Dalam sebuah peristiwa Hari Raya Pondok Daun, rasul Yohanes dalam injilnya mencatat:

Yohanes 7:3, 5-6 (TB) Maka kata saudara-saudara Yesus kepada-Nya: "Berangkatlah dari sini dan pergi ke Yudea, supaya murid-murid-Mu juga melihat perbuatan-perbuatan yang Engkau lakukan." Sebab saudara-saudara-Nya sendiri pun tidak percaya kepada-Nya. Maka jawab Yesus kepada mereka: "Waktu-Ku belum tiba, tetapi bagi kamu selalu ada waktu."

Dalam bahasa yang sederhana, Yesus akan selalu memberikan dan menyediakan seluruh waktu-Nya bagi keluarga-Nya ditengah kesibukan-Nya dalam pelayanan penginjilan.

Buah dari pelayanan Yesus didalam Keluarga-Nya dicatat oleh Lukas demikian,

Kisah Para Rasul 1:14 (TB) Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus. (band: Galatia 1:18- 19)

Bahkan, Sejarah Kekristenan mencatat bahwa pemimpin Jemaat Kristen pertama di Yerusalem adalah Yakobus, saudara Yesus. Eusebius dari Caesarea (260-340 CE), mencatat:

"There were many James', but this one...the Lord's brother...was Holy from his birth. Everyone from the Lord's time till our own has called him the Righteous," and that "because of his unsurpassable Righteousness he was called the Righteous, and Oblias," (E.H. 2.23)

Josephus (37-96 CE), menuliskan:

"These things [the Uprising and consequent destruction of Jerusalem by the Romans] happened to the Jews in requital for James the Righteous, who was a brother of Jesus known as Christ, for though he was the most Righteous of men, the Jews put him to death."

Matthew Henry terkait tanggung jawab seorang kepala keluarga perihal pengajaran iman dan penginjilan didalam Keluarga menuliskan:

Seorang kepala keluarga harus memastikan bahwa semua orang yang ada di bawah tanggung jawabnya mengambil bagian dalam sarana pengetahuan dan kasih karunia, dan memastikan bahwa firman Allah disampaikan kepada mereka. Karena jiwa-jiwa hamba yang paling miskin sama berharganya dengan jiwa tuan mereka, dan ditebus dengan harga yang sama.

Tuhan Yesus memberkati


 

Oleh:

Sesandus Demaskus

Jemaat GKII Adonay desa Mekar Baru, Kab. Kubu Raya, Kalbar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar