03 September 2012

Pertarungan Bagi Alkitab Melawan Zaman

Dunia modern Kita telah melangkah sedemikian jauh dari iman Kristen yang menguasai para pendiri Amerika Serikat dan Kanada sehingga sangat sulit bagi rata-rata warga dari kedua negara ini untuk melihat dan menyadari adanya perbedaan yang sangat besar antara kepercayaan yang dianut oleh dunia modern Kita dengan kepercayaan yang dianut oleh mereka yang telah membangun bangsa tersebut. Orang-orang Inggris yang datang ke Amerika Utara beberapa abad lalu telah menetapkan hati untuk melepaskan diri dari tekanan agama di Eropa. Mereka ingin menciptakan suatu bangsa yang merdeka di benua ini dimana pria dan wanitanya dapat menyembah ALLAH dengan bebas tanpa batas. Para pendiri negara Amerika Serikat telah bertekad untuk menciptakan suatu sistem pendidikan berdasarkan iman Kristen dan Firman yang diilhamkan ALLAH.

Pengarang Frederick Rudolph menulis dalam bukunya, The American College and University, bahwa dalam jangka waktu satu generasi setelah mendarat di Plymouth Rock, orang-orang Puritan asli yang menetap di Amerika meletakan dasar suatu sistem pendidikan yang bertujuan untuk membentuk "seorang pendeta yang berpengetahuan tinggi dan suatu jemaat yang terpelajar."

Orang-orang Kristen ini mendirikan Harvard College tahun 1636 sebagai suatu perguruan tinggi Kristen yang bertujuan untuk menjunjung tinggi kebenaran Alkitab, bahkan fakta-fakta menunjukan bahwa pada abad pertama dari eksistensinya, setiap profesornya adalah seorang pelayan Injil. Anggaran dasar mula-mula dari Harvard College tanpa malu-malu menyatakan bahwa "Tujuan akhir dari kehidupan dan kegiatan belajar setiap orang adalah untuk mengenal Yesus Kristus yang adalah hidup yang kekal."  Hasil kalkulasi menunjukan bahwa 87% dari 119 perguruan tinggi pertama yang dibangun oleh orang-orang Kristen untuk mendidik anak-anak muda di dalam iman mereka.

Sebagian besar dari universitas terkemuka di Amerika Serikat bagian timur didirikan sebagai lembaga pendidikan Kristen termasuk Harvard, Princetown, Yale dan Columbia. Lebih dari 25% dari lulusan tahun 1855 dari universitas-universitas ini menjadi pelayan-pelayan Injil. Meskipun dalam perkembangan selanjutnya, jumlah orang-orang yang agnostik semakin meningkat tapi masih ada beberapa orang yang berusaha menemukan kebenaran dengan cara mempelajari Firman ALLAH.

** Usaha Untuk Memusnahkan Alkitab **

Sepanjang sejarah, terdapat konflik yang berkepanjangan dan kejam antara sikap yang mau menerima ALLAH dan suatu pemberontakan yang dilakukan secara terang-terangan terhadap peraturan-Nya. Selama lebih dari 2000 tahun medan tempurnya terjadi seputar Alkitab. Setan membenci Firman ALLAH karena menyatakan kebenaran tentang Yesus Kristus, pengharapan keselamatan dan tujuan yang kekal yang terpampang dihadapan Kita antara Surga dan Neraka. Suatu penelitian yang seksama atas sejarah Kekristenan selama 2000 tahun terakhir ini telah memeperlihatkan bahwa serangan terbesar terjadi pada abad-abad pertama setelah Kristus hadir di bumi dalam rupa manusia datang dari para penyembah berhala di luar jemaat. Akan tetapi dalam masa-masa sesudah para rasul Kristus meninggal sampai saat sekarang ini, serangan terbesar terhadap Alkitab dan Kristen justru berasal dari mereka yang mengaku sebagai pengikut Kristus namun menyangkal otoritas Alkitab dan jati diri Kristus sebagai Anak ALLAH.

Kaisar-kaisar Romawi melakukan segala sesuatu yang ada dalam kekuasaan mereka untuk membinasakan iman Kristen yang baru berkembang dengan cara mengejar, menghukum, membunuh bahkan membakar orang Kristen maupun naskah-naskah Alkitab yang ada diseluruh wilayah kekuasaan mereka.

Contoh:

Tahun 303M, kaisar Diokletian mengeluarkan perintah resmi untuk membunuh orang Kristen dan membakar Kitab Suci mereka. Prof. SL Greenslade, editor buku Cambridge History of The Bible menulis sejarah penganiayaan ini:

"Sepucuk surat kerajaan diumumkan dimana-mana, memerintahkan penghancuran gereja sampai rata dengan tanah dan pemusnahan Kitab Suci dengan api, serta mengumumkan bahwa mereka yang mempunyai kedudukan tinggi akan kehilangan semua hak mereka sebagai penduduk, sedangkan emreka yang bekerja di dalam rumah tangga, jika mereka meneruskan status mereka sebagai orang Kristen, akan kehilangan kebebasannya"

(Prof Stanley L Greenslade, Cambridge History of The Bible, Cambridge Unversity Press, 1963)

Walaupun demikian, antusiasme dan dedikasi orang Kristen terhadap Kitab Suci pada abad-abad pertama sesudah Kristus mendorong mereka untuk membuat banyak naskah yang disalin, didistribusikan dan disebarluaskan ke seluruh wilayah dalam jumlah yang besar. Perjanjian baru merupakan kitab yang paling banyak dikutip dalam sejarah, mulai dari saat penulisannya oleh para rasuk Kristus dan pelayan Firman sampai sekarang. Ignatius, bishop Antiokhia pada tahun 70M yang melayani dan bertanggung jawab atas beberapa jemaat di Sayaria mengutip Perjanjian baru dalam tulisan-tulisannya, Clement yang bertugas sebagai bishop di Roma pada tahun 70M, juga mengutip Perjanjian baru secara ekstensif hanya 40 tahun setelah kebangkitan Kristus. Para sejarahwan telah mengumpulkan hampir 100.000 naskah dan surat karya penulis-penulis Kristen dari abad pertama era ini. Kasih dan pengabdian mereka terhadap Kitab Suci yang diilhamkan ALLAH sedemikian besar sampai surat-surat tersebut berisi sejumlah besar kutipan langsung dr Perjanjian Baru. Dengan kata lain, andai kata Romawi berhasil menghancurkan seluruh Alkitab Perjanjian baru, Kita masih bisa menyusun kembali 98% teks Alkitab PERJANJIAN BARU dari sekian kutipan dalam surat-surat tersebut. Fakta ini menunjukan bahwa integritas absolut dari teks Alkitab PERJANJIAN BARU sebagaimana Kita kenal dewasa ini serta memperlihatkan kecintaan yang dimiliki oleh orang Kristen mula-mula terhadap Firman ALLAH yang kudus.

Selanjutnya Kita melihat jemaat abad pertengahan yang mulai meninggalkan kebenaran Alkitab. Pada masa selanjutnya dikeluarkanlah hukum-hukum yang melarang orang-orang Kristen awam memiliki Alkitab. pada abad dimana Katolik Roma mengawasi secara ketat, mencari dan menghukum orang-orang yang menyimpang dari peraturan-peraturan agama yang mereka tetapkan, mereka secara kejam menghukum siapa saja yang kedapatan memiliki sebuah Kitab Suci. Bahkan dalam Abad Kegelapan ini, imam-imam gereja Katolik Roma abad pertengahan pada umumnya tidak mampu membaca naskah-naskah Alkitab dalam bahasa latin bagi diri mereka sendiri. Sebagian akibat ketidak tahuan mereka tentang Alkitab, mereka tidak mampu membandingkan doktrin-doktrin sesat yang sudah disebarluaskan dalam gereja Katolik Roma abad pertengahan dengan doktrin-doktrin yang terdapat dalam Alkitab.

Contoh beberapa doktrin sesat itu adalah:

  1. Mariologi
  2. Purgatory
  3. Infabilitas Paus 
  4. Tahta Petrus
  5. Tritunggal Subordinasi
  6. Sabelianisme/Modalisme

Hanya sedikit orang Kristen masa kini yang mengetahui bahwa sampai tahun 1870, di Italia, memiliki sebuah Alkitab dianggap ilegal karena kebencian yang membara di dalam hati para pejabat gereja terhadap rekan atau umatnya yang murtad dari Katolik Roma karena kebenaran Kitab Suci.

John Lea melaporkan dalam bukunya The Greatest Book in the World, seorang raja Prancis mengusulkan kepada istananya agar mereka melandakan suatu gelombang penganiayaan baru terhadap orang-orang Kristen yang berada di wilayah kekuasaannya. Akan tetapi seorang jenderal dan penasihat yang bijak menjawab usulan raja dengan kata-kata ini,  

"Tuan, jemaat Allah (baca: Kristen) adalah suatu landasan yang sangat kokoh sehingga banyak martil yang dipakai untuk menghantam mereka secara bertubi-tubi telah menjadi rusak".

Musuh-musuh Alkitab tersebut menyerang Kitab Suci tanpa henti selama hampir 2000 tahun. Meskipun demikian, Alkitab tetap berdiri teguh tidak tergoyahkan sebagai buku yang paling banyak dibaca dan diterbitkan dalam sejarah, sementara filsosofi dari musuh-musuh Alkitab terkubur bersama para juru bicaranya. Kemampuan Kitab Suci untuk bertahan secara cemerlang terhadap serangan-serangan iblis yang ganas ini membuktikan bahwa Kitab Suci benar-benar diilhamkan ALLAH dan DIA menjaga Firman-Nya sedemikian rupa sampai sekarang ini.

Akhirnya, setelah hampir 1000 tahun berada dalam kegelapan rohani, Reformasi Protestan membuka pintu-pintu kebenaran Alkitab bagi penduduk Eropa melalui penerjemahan, pencetakan dan penerbitan Alkitab dalam bahasa-bahasa kontemporer seperti Jerman, Prancis dan Inggris. Revolusi dalam agama dan kebebasan ini telah melampaui apapun yang pernah terjadi dalam sejarah umat manusia. Seruan pemulihan rohani dari reformasi ini adalah Sola Scripture yang berarti "hanya berdasarkan Kitab Suci". Setiap tradisi dan pengajaran Kristen disesuaikan dengan pengajaran dalam Alkitab. Hal ini berlawanan dengan posisi gereja Katolik Roma abad pertengahan yang menetapkan bahwa dewan-dewan gereja, tradisi dan dekrit paus sejajar dengan pengajaran dalam Kitab Suci. Itulah kenapa dalam Katolik Roma, Kitab Suci, tradisi dan magisterium (pengajaran dalam Katolik Roma) berdiri sejajar. 

Para tokoh reformasi menegaskan bahwa setiap doktrin yang diajarkan di Gereja harus diambil dari pengajaran Alkitab yang jelas. Gerakan untuk sepenuhnya mengandalkan kata-kata dari Firman yang diilhamkan ALLAH menempatkan reformasi ini pada kedudukan rohani yang sangat kokoh. Kitab Suci sebagai pegangan yang teguh mendorong tokoh-tokoh reformasi tersebut untuk memberitakan Injil Yesus Kristus dimana saja, sehingga banyak jiwa yang dimenangkan bagi Kristus untuk kemuliaan ALLAH, bahkan yang terbanyak dalam sejarah Gereja.

Sementara kebanyakan orang yang hidup dalam kebudayaan Barat pada abad-abad yang lalu menerima kebenaran dan eksistensi ALLAH serta penciptaan alam semesta yang telah dikerjakan-Nya, semakin banyak orang yang hidup dalam dunia modern Kita menyangkal eksistensi ALLAH dan peran kreatif-Nya sebagai Pencipta. Orang-orang yang menerima evolusi sebagai jawaban bagi pertanyaan bagaimana kehidupan manusia dibentuk, telah menolak konsep adanya Seorang Pencipta Ilahi yang menciptakan bumi ini beserta semua keberadaanya yang kompleks dan menakjubkan. 

Tambahan pula, sejumlah besar manusia dewasa ini sepenuhnya menolak ilham dan otoritas Alkitab selama abad terakhir ini dan belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah dunia Barat. Serangan yang mempertanyakan ketepatan dan kredibilitas Alkitab dan kebangkitan Kristus bukan hanya dari kaum akademis dari luar jemaat, melainkan juga dari sejumlah besar Theologia yang telah kehilangan imannya dan keyakinan pribadi mereka dalam otoritas Firman ALLAH.

Dr E.B Pusey, dalam pembelaannya yang brilian mengenai keauthentikan kitab nabi Daniel terhadap serangan para kritikus yang pada masa itu memiliki kedudukan lebih tinggi dari dirinya, menulis tentang serangan yang terus-menerus dilancarkan terhadap inspirasi Kitab Suci oleh orang-orang yang menyebut dirinya sebagai pelayan Injil:

"Iman tidak dapat benar-benar dirugikan kecuali oleh para pembelanya. Terhadap serbuan para penyerangnya, mereka yang ingin selamat, ALLAH melindungi. Andai kata terjadi (ALLAH melarang) pemusnahan di Inggris, hal itu tidak akan terjadi melalui serangan yang jelas-jelas berasal dari penentangnya, melainkan oleh orang-orang yang mengira bahwa mereka membelanya sementara mereka sendiri telah kehilangan iman itu. Demikianlah yang terjadi di Jerman. Rasionalisme merupakan akibat, bukan dari serangan-serangan terhadap Injil, melainkan dari para pembelanya yang lemah.

Setiap generasi, dalam pertentangan-pertentangannya dengan ketidakpercayaan, makin menyangkal imannya, sampai pada akhirnya sulit untuk meliha perbedaan apa yang ada di antara para penyerang dan para pembelanya. Teologi adalah suatu kuburan yang besar:manusia mempeributkan sesosok mayat, seolah-olah didalamnya terdapat kehidupan. Garam telah kehilangan rasa asinnya, kehidupan sudah lenyap."

(Dr. EB Pusey, The Prophet Daniel, Plymouth: Devonport Siciaty, 1864)

Ada beberapa hal dalam kehidupan yang secara rohani sangat tidak efektif atau menggelikan, yakni bila seorang pengkhotbah atau profesor seminari telah kehilangan imannya dalam otoritas dan inspirasi Kitab Suci, tetapi terus berkotbah dan mengajar tentang Alkitab. Orang yang tidak mau menerima otoritas Firman ALLAH tidak akan pernah belajar kebenaran-kebenaran tentang kehidupan dan kematian dari guru-guru yang tidak percaya semacam itu.

Yesus Kristus sendiri mengatakan: "Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati." (Lukas 16:82)

** Pemadaman Iman oleh Pemimpin Agama **

Setelah otoritas dan kredibilitas Kitab Suci diserang secara bertubi-tubi selama 1,5 abad, banyak pendeta, pastor dan profesor seminari yang telah kehilangan imannya berkaitan dengan pengilhaman Kitab Suci.

Dalam sebuah survey tahun 1965 oleh sosiolog Jeffrey Hadden terhadap lebih dari 10.000 pendeta Protestan Yayasan Danforth yang dimana mereka berasal dari 6 (enam) denominasi utama diberikan pertanyaan dibawah ini:

  1. Apakah Yesus dilahirkan oleh seorang perawan?
  2. Apakah Yesus Anak ALLAH?
  3. Apakah Alkitab, Firman yang diilhamkan ALLAH?

Lebih dari 50% pendeta-pendeta ini tidak dapat menjawab "benar-benar setuju" atas pertanyaan tersebut. Sebagian besar dari pendeta yang diselidiki ini mengubah jawaban mereka atas pertanyaan ini dengan memberikan indikasi agak setuju atau kurang setuju. Padahal 1 abad yang lalu, sebagian besar pendeta tersebut pasti menjawab "benar-benar setuju" atas pertanyaan-pertanyaan ini.

Apakah ada keraguan tentang mengapa banyak pemimpin gereja dan denominasi lemah rohani dan tidak memiliki suatu iman yang teguh?

Jika mereka tidak lagi beriman kepada Firman ALLAH, sebaiknya mereka bersikap jujur dan terus terang keluar dari pekerjaan mereka daripada memimpin seluruh generasi didalam jemaat-jemaat mereka ke dalam suatu kekekalan tanpa Kristus serta pengharapan tanpa keselamatan yang berdasarkan Firman ALLAH.

Filsuf Thomas Hobbes dengan bijak melukiskan bagaimana pertumbuhan agnostic dan penolakan, penyangkalan serta penyia-nyiaan secara bertahap terhadap otoritas Kitab Suci telah membuahkan efek yang tidak baik dan tidak bisa dielakkan. Dia menggambarkan akibat buruk yang terjadi apabila suatu bangsa telah kehilangan iman kepada Kristus.

Sungguh menyedihkan bahwa kemurtadan bangsa ternyata benar-benar membuahkan akibat seperti yang dinubuatkannya dalam tulisannya.

Pada tahun 1830, pemerintah Prancis mengutus seorang hakim terhormat bernama Alexis de Tochqueville untuk mempelajari maSayaarakat, kepercayaan dan penjara Amerika Serikat untuk mencari tahu mengapa hanya sedikit kejahatan dan penjara di negara ini. Setelah mempelajari masalah ini selama beberapa tahun, ia menuliskan satu buku terkenal, The Democrazy of The United States pada tahun 1840. Dia mengatakan demikian,

"Saya mencari kehebatan Amerika Serikat di pelabuhan-pelabuhannya yang luas, dalam sungai-sungainya yang lebar, di ladang-ladangnya yang subur, dan di hutan-hutannya yang sangat luas-namun tidak menemukannya. Saya mencarinya dalam tambang-tambangnya yang kaya, perdagangan dunianya yang luas, sistem sekolah-sekolah rakyat maupun perguruan-perguruan tingginya namun tidak menemukannya. Saya mencarinya dalam kongresnya yang demokratis dan konstitusinya yang tidak ada bandingannya-namun tidak menemukannya. Saya tidak menemukannya sampai Saya pergi ke gereja-gereja Amerika dan mendengar khotbahnya yang berapi-api tentang kebenaran. Pada saat itu Saya baru mengerti rahasia dari kemampuan dan kekuatannya yang luar biasa. Amerika hebat karena Amerika baik, dan jika Amerika berhenti berbuat baik, Amerika akan berhenti menjadi negara yang hebat!".

Satu setengah abad kemudian, Amerika secara umum meninggalkan Alkitab sebagai pegangan moral bagi masyarakat dan pendidikan mereka. Oleh karena itu, tidak heran setelah itu Amerika mengalami suatu kejatuhan moral yang mengerikan, sedangkan angka kejahatan makin meningkat. Presiden Andrew Jackson memiliki opini yang sama dengan Alexis de Tocqueville mengenai kedudukan sentral Kitab Suci didalam kehidupan bangsanya.  Sementara mendekati ajalnya, presiden Andrew Jackson menunjuk ke arah Alkitab yang terletak di meja pada sisi tempat tidurnya dan berkata kepada pendampingnya, "Buku itu, Tuan, adalah Batu Karang tempat Republik kita bertumpu."

** Authentical Alkitab Perjanjian Lama **

Dr Robert Dick Wilson melayani sebagai profesor Semitic di Seminari Princetown selama beberapa dekade. Beliau menguasai 45 bahasa dan dialek. Beliau dikenal senagai orang yang paling ahli dalam soal Perjanjian Lama yang ditulis dalam bahasa Ibrani. Selama 50 tahun karirnya, Dr Wilson menyumbangkan sejumlah besar karya ilmiah yang meneguhkan bahwa Alkitab Perjanjian Lama telah ditulis secara akurat. Penilaiannya yang brilian mengenai kesalahan dan kelemahan karya tulis Yahudi yang berupa tulisan-tulisan higher criticism (analisis tinggi): analisis tentang sumber, penulis, tanggal dan susunan berbagai dokumen dalam Alkitab sebegitu kuat, sampai-sampai tidak ada yang berani membantah.

Kritikus liberal hanya dapat mengabaikan argumentasinya yang menghancurkan penyangkalan mereka terhadap keakuratan Alkitab.

Dr Wilson mengatakan demikian:

"Sebagai konklusi, kami mengklaim bahwa serangan-serangan atas integritas dan kredibilitas Alkitab Perjanjian Lama dalam segi bahasa telah gagal total. Para kritikus tidak berhasil menunjukan bahwa diksi dan gaya bahasa dari Perjanjian Lama bagaimanapun tidak selaras dengan ide dan tujuan daripada penulis yang hidup didalam, atau di seputar saat terjadinya peristiwa-peristiwa sebagaimana yang tercatat dalam pelbagai dokumen. Dengan berani kami menantang goliat-goliat yang telah mengemukakan teori-teori para mantan profesor ini untuk turun ke padang dimana konkordansi, kamus dan literatur bisa digunakan dan melakukan pertempuran sampai selesai di tingkat dasar fakta dan data."

(Dr Robert Dick Wilson, A Scientific Investigation of The Old Testament, [Chicago:Moody Press, 1959], h. 130)

Kitab Suci dengan gamblang menyatakan Alkitab ditulis berdasarkan inspirasi ALLAH. Musa mengakhiri pelayannya dengan mengatakan: "Perhatikanlah segala perkataan yang kuperingatkan kepadamu pada hari ini, supaya kamu memerintahkannya kepada anak-anakmu untuk melakukan dengan setia segala perkataan hukum Taurat ini.Sebab perkataan ini bukanlah perkataan hampa bagimu, tetapi itulah hidupmu, dan dengan perkataan ini akan lanjut umurmu di tanah, ke mana kamu pergi, menyeberangi sungai Yordan untuk mendudukinya."  sebagai peneguhan atas inspirasi ini. Penulis kitab Amsal juga menegaskan:

Semua firman Allah adalah murni. Ia adalah perisai bagi orang-orang yang berlindung pada-Nya.Jangan menambahi firman-Nya, supaya engkau tidak ditegur-Nya dan dianggap pendusta.

Yesus Kristus maupun para rasul Kristus meneguhkan otoritas tulisan-tulisan Perjanjian Lama yang secara langsung diilhamkan oleh ALLAH

Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. (Matius 5:17-18)

Mendengar itu mereka memuliakan Allah. Lalu mereka berkata kepada Paulus:

"Saudara, lihatlah, beribu-ribu orang Yahudi telah menjadi percaya dan mereka semua rajin memelihara hukum Taurat.

Tetapi mereka mendengar tentang engkau, bahwa engkau mengajar semua orang Yahudi yang tinggal di antara bangsa-bangsa lain untuk melepaskan hukum Musa, sebab engkau mengatakan, supaya mereka jangan menyunatkan anak-anaknya dan jangan hidup menurut adat istiadat kita.

Jadi bagaimana sekarang?

Tentu mereka akan mendengar, bahwa engkau telah datang ke mari.

Sebab itu, lakukanlah apa yang kami katakan ini: Di antara kami ada empat orang yang bernazar.
Bawalah mereka bersama-sama dengan engkau, lakukanlah pentahiran dirimu bersama-sama dengan mereka dan tanggunglah biaya mereka, sehingga mereka dapat mencukurkan rambutnya; maka semua orang akan tahu, bahwa segala kabar yang mereka dengar tentang engkau sama sekali tidak benar, melainkan bahwa engkau tetap memelihara hukum Taurat.

Tetapi mengenai bangsa-bangsa lain, yang telah menjadi percaya, sudah kami tuliskan keputusan-keputusan kami, yaitu mereka harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan."

Kisah Para Rasul 21:20-25

Yesus dan para rasul mengutip kisah-kisah dalam Perjanjian Lama

**) Nabi Musa

Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan (Yohanes 3:14)

**) Raja Daud

Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan oleh Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan mengambil roti sajian, lalu memakannya dan memberikannya kepada pengikut-pengikutnya, padahal roti itu tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam? (Lukas 6:3-4)

**) Nabi Yunus

Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam. (Matius 12:40)

**) Nuh

Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera,dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. (Matius 24:38-39)

**) Habel

supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada Zakharia anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah. (Matius 23:35)

Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati. (Ibrani 11:4)

Bahkan Yesus Kristus dengan tegas mengatakan

1. Yesaya adalah penulis kitab nabi Yesaya

Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. (Markus 7:6)

2. Daniel adalah penulis kitab nabi Daniel

Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, menurut firman yang disampaikan oleh nabi Daniel--para pembaca hendaklah memperhatikannya-- (Matius 24:15)

Dan masih banyak lagi peneguhan-peneguhan yang dilakukan Yesus berkaitan dengan Alkitab Perjanjian Lama dan unfortunately, Yesus sama sekali tidak pernah menyinggung tentang kitab-kitab Deutarokanonika karena Yesus mengetahui bahwa kitab-kitab ini bertentangan dengan Hukum Taurat. Yang menarik adalah, tidak ada satupun peneguhan Kristus untuk setiap penulisan atau isi yang terkandung didalam kitab-kitab Deutarokanonika.

Bahkan tradisi-tradisi yang tertulis dalam kitab-kitab ini seperti misalnya mendoakan orang mati atau memberikan korban penebusan dosa dan korban penebusan salah kepada orang mati memang sangat bertentangan dengan pengajaran Hukum Taurat itu sendiri.

Hal ini bisa dilihat dengan tidak adanya pengadaan kurban penebusan dosa bagi Lazarus yang sudah 4 (empat) hari meninggal sebelum akhirnya dibangkitkan Yesus Kristus.

Sangat mengherankan bahwa sementara Yesus nmemberikan peneguhan absolute atas peristiwa-peristiwa sejarah dalam kejadian-kejadian ajaib yang dikisahkan oleh Perjanjian Lama, sejumlah pengkhotbah dan orang Kristen berani menyangkal kebenaran peristiwa-peristiwa dalam Alkitab ini. Orang-orang yang menerima Kristus adalah sepenuhnya ALLAH pasti akan dapat menerima pernyataan-Nya bahwa Perjanjian Lama berisi kebenaran absolute yang langsung diilhamkan ALLAH.

Jika Saya menerima Yesus sebagai ALLAH dan Juruselamat Saya maka Saya juga akan menerima peneguhan-Nya bahwa Saya dapat mempercayai otoritas Perjanjian Lama dan kebenarannya.

** Awal Mula Penulisan Alkitab Perjanjian Baru **

Kini telah diakui. bahkan oleh sejumlah besar sarjana yang berpandangan liberal, bahwa Injil dan Surat-Surat Para Rasul Kristus dalam Perjanjian Baru telah ditulis dan disebarluaskan di antara masyarakat Kristen dalam Kerajaan Romawi dalam periode sampai dengan 50 tahun sejak kenaikan Kristus berikut peristiwa-peristiwa yang terjadi didalamnya. Fakta ini sangat penting dalam menguji ketepatan absolute dari dokumen-dokumen yang bersifat historis ini. Ribuan manusia telah menyaksikan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan, pengajaran, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus masih hidup ketika para murid menulis dan menyebarkan Kitab Injil maupun surat-surat Pastoral Para Rasul Kristus ke berbagai jemaat. Naskah-naskah ini telah disalin dan secara teliti dibaca setiap Minggu dalam ratusan persekutuan jemaat Kristus oleh jutaan orang percaya baik dari keturunan Yahudi maupun Non Yahudi dan bangsa-bangsa lain yang tinggal di pantai-pantai utara Inggris yang dingin sampai ke Afrika yang ganas. Selain dari kesaksian orang Kristen mengenai Kristus dan iman percaya mereka kepada-Nya, keberadaan Kristus juga diakui oleh ahli-ahli sejarah non-Kristen seperti Tacitus dan Pliny bahkan tulisan-tulisan mereka meneguhkan kesaksian orang percaya dari jemaat mula-mula.

Seandainya Perjanjian baru mengandung kekeliruan faktual berkaitan dengan kehidupan, pengajaran, kematian dan kebangkitan Kristus sampai dengan kenaikan-Nya ke Surga, pasti telah terjadi perpecahan besar dalam jemaat mula-mula berkaitan dengan itu, tapi faktanya adalah, meskipun kelompok-kelompok gnostik atau berbagai aliran sesat yang berasal dari Kristen yang pengajarannya menyimpang dari pengajaran para rasul Kristus, mereka tidak pernah mempertanyakan kredibilitas Perjanjian Baru.

Bahkan meskipun mereka membuat Injil-Injil tandingan seperti Injil Thomas, Injil Maria Magdalena, Injil Filipus dan berbagai macam Injil apokrif lainnya, mereka sedikit pun tidak pernah meragukan eksistensi Kristus.

Orang-orang Kristen pada zaman itu dianiaya secara keji bahkan kebanyakan dari mereka mati syahid, tidak satupun dari mereka yang mengatakan kisah Yesus Kristus dalam Injil itu tidak benar. Padahal, jika mereka mau menyangkal realita kehidupan Kristus dan pengajaran-Nya berikut kematian dan kebangkitan-Nya sampai kenaikan-Nya, hakim-hakim Romawi bersedia melepaskan mereka. Kerajaan Romawi pasti akan mengumumkan dan menyebarluaskan setiap penyangkalan terhadap pernyataan-pernyataan Injil mengenai kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Sebaliknya, meskipun fakta memperlihatkan sejumlah besar dokumen resmi Kerajaan Romawi serta tulisan-tulisan Kristen (dalam jumlah yang lebih banyak lagi) masih eksis sampai sekarang, Kita tidak pernah menemukan satu bantahan pun dari orang-orang yang menyaksikan kebenaran peristiwa-peristiwa Injil tersebut. Fakta ini merupakan unsur yang sangat penting dalam meneliti dan menetapkan kebenaran dan kredibilitas Injil sebagaimana yang lazim dikerjakan dan diteguhkan oleh seorang hakim atau penasehat hukum.

Pada abad kedua dan ketiga setelah kematian para rasul Kristus, beberapa penyembah berhala dan gnostik menyusup kedalam Gereja, menanggapi peringatan dari TUHAN Yesus dan tulisan para rasul berkaitan dengan guru-guru palsu, pimpinan jemaat bersikap waspada dalam mendeteksi dan menolak tulisan-tulisan palsu yang merupakan tiruan dari tulisan-tulisan Perjanjian Baru yang asli dan mengandung inspirasi Roh Kudus.

Sebagai contoh, Tertulianus dan Jerome, memberitahukan kepada Kita bahwa seorang tua-tua dari Asia (Turki) telah menerbitkan surat-surat yang menurut pernyataannya adalah karya tulisan rasul Paulus. Para pemimpin jemaat segera menyarankan agar diadakan investigasi untuk menyelidiki pernyataan ini. Mereka kemudian menghukum si pemalsu dan menolak surat palsunya. Penolakan atas pemalsuan ini diumumkan kepada jemaat lain di seluruh kerajaan.

Apakah mungkin bahwa orang-orang yang sedemikian waspada dalam memelihara kebenaran Injil dan menjaga keaslian Kitab Suci berikut salinannya dapat dengan begitu saja menerima catatan Alkitab Perjanjian Baru tentang keajaiban-keajaiban yang dibuat oleh Kristus serta pengajaran dan kebangkitan-Nya kalau mereka tidak memiliki sejumlah besar bukti tentang kebenarannya...?

** Penyebarluasan Alkitab Perjanjian Baru Secara Universal **

Banyak sarjana mengakui bahwa Alkitab Perjanjian Baru telah disalin dan diterjemahkan kedalam berbagai bahasa selama beberapa abad pertama setelah kebangkitan Kristus. Sejumlah besar naskah Perjanjian Baru kuno telah berhasil dipertahankan didalam bahasa-bahasa lain. Naskah-naskah ini meneguhkan bahwa tidak ada perbedaan di dalam teks baik dari segi doktrin maupun dari segi fakta. Perpustakaan-perpustakaan Eropa dan Amerika Utara menyimpan banyak salinan dan terjemahan kuno dari Alkitab Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani, termasuk terjemahannya dalam bahasa Sayaria, Egyptical, Arab, Etiophia, Armenia, Persia, Goth, dan Latin. Penerbitan di dalam berbagai bahasa ini memainkan peranan penting dalam penyebarluasan Perjanjian Baru ke "Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." Selain itu, penyalinan dan penerjemahan Kitab Suci ke dalam pelbagai bahasa ini menutup kemungkinan terjadinya pemalsuan teks Alkitab Perjanjian Baru dengan cara memasukan suatu salinan palsu. Kecintaan mereka yang besar terhadap Firman ALLAH, orang Kristen yang mula-mula senantiasa mengutip dari teks-teks Kitab Suci ini.

Dan memang harus diakui bahwa pengajaran Kristen sangat dekat dengan bahasa non-Aramaic dan Yunani diawal penginjilannya. Hal ini bisa Kita temukan dalam Kitab Kisah Para Rasul yang menceritakan perjalanan mula-mula para rasul Kristus dalam memberitakan Injil.

**) Pada saat pencurahan Roh Kudus

Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.

Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit.

Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri.

Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: "Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea?

Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita: kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah."

Kisah Para Rasul 2:4-11

**) Penginjilan pertama kepada orang non Yahudi oleh rasul Filipus

Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya.

Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan tiba di suatu tempat yang ada air. Lalu kata sida-sida itu: "Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?"

(Sahut Filipus: "Jika tuan percaya dengan segenap hati, boleh." Jawabnya: "Aku percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah.")

Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia.

Kisah Para Rasul 8:35-38              

Andai kata ada orang yang berlaku sedemikian bodohnya sehingga berusaha untuk membuat suatu teks palsu yang berisi cerita, keajaiban atau doktrin palsu, perubahan tersebut akan segera terdeteksi dan ditolak oleh ratusan jemaat yang ada pada zaman itu.

Suatu teks yang telah diubah atau dipalsukan pasti akan dibandingkan dengan naskah-naskah Yunani yang asli maupun salinannya dan terjemahannya dalam bahasa lain yang sedemikian banyak jumlahnya. Setiap perbedaan tekstual akan langsung menunjukan bahwa tulisan tersebut merupakan hasil pemalsuan. Kecintaan yang luar biasa dalam hati jemaat mula-mula disepanjang abad pertama sampai abad ketiga terhadap Alkitab memberi kepastian pada Kita bahwa kewaspadaan mereka dalam mempertahankan dan memelihara integritas Kitab Suci sangat tinggi.

** Kemampuan Bertahan dan Kelangsungan Hidup Alkitab **

Berbeda dengan Alquran, ketika terjadi perbedaan dalam dialek didalam Quran karena memang sejak awalnya Quran diturunkan dalam bahasa Arab oleh allah swt, maka cara penyelesaiannya adalah dengan cara membakar mushaf-mushaf yang ada dan menyisakan satu mushaf Quran yang terus dipakai sekarang ini.

Alkitab, sekalipun banyak injil-injil apokrif beredar, bahkan yang terakhir adalah injil apokrif Barnabas, tidak pernah sekalipun injil-injil palsu itu dibakar, melainkan tetap diuji untuk ditunjukan kesalahannya kemudian akhirnya disimpan.

Penulis Prancis terkenal Voltaire, seorang skeptic, sering mengekspresikan kebenciannya terhadap Alkitab dan Kristen dalam tulisannya. Kebenciannya terhadap Firman ALLAH sangat membara larena Firman ALLAH mengingatkan dirinya bahwa suatu hari ia akan berdiri di depan Takhta Putih yang besar itu untuk dihakimi oleh Kristus. Dosa kesombongannya dinyatakan dalam kebenciannya yang tak terhingga terhadap Yesus Kristus.

Voltaire menulis suatu ramalan tentang Alkitab di perpustakaannya di Paris demikian:

Saya akan menjelajah hutan Kitab Suci dan mengikat semua pohon-pohonnya, supaya dalam waktu seratus tahun Kekristenan akan menjadi sekedar memory yang menguap lenyap.

Akan tetapi yang terjadi malah kebalikannya, terdapat lebih banyak orang Kristen yang hidup dewasa ini dibandingkan dalam sejarah.

Ironisnya, meskipun Voltaire dengan yakin telah meramalkan bahwa Kekristenan akan segera padam, perpustakaannya, di mana ia menuliskan prediksinya yang keliru dibeli oleh The British and Foreign Bible Society. Tidak lama kemudian, dari lantai sampai langit-langit perpustakaannya dipenuhi dengan ribuan Alkitab yang dibenci, namun tidak dapat dibinasakannya.

[David john Donnan, Treasury of the Christian World (New York: Harper Brothers, 1953]

Walaupun setan dan para pengikutnya senantiasa menentang dan berusaha memusnahkan Kitab Suci, Alkitab senantiasa berdiri sebagai pemenang; sebagai buku yang paling banyak dibaca, diterbitkan dan berpengaruh dalam sejarah manusia. Kebenaran yang terdapat didalam setiap Lembaran-Lembaran Sucinya telah mengubah kehidupan dan tujuan kekal jutaan manusia.

Kitab Suci juga telah mengubah perjalanan sejarah sejumlah bangsa dan kerajaan.

Ketika utusan seorang pangeran dari Afrika yang diperkenalkan kepada Ratu Victoria, ratu Inggris yang termasyur itu, ia mengajukan pertanyaan atas nama pangeran tersebut:

''Apakah rahasia dari kejayaan dan keberhasilan Negara anda diseluruh dunia?''

Ratu Victoria mengambil Alkitab yang terletak dimejanya lalu menjawab:

''Beritahukanlah kepada pangeran anda bahwa buku ini adalah rahasia kebesaran Inggris.''

Daftar pustaka:

Tanda Tangan ALLAH oleh Grant R Jeffrey

Tidak ada komentar:

Posting Komentar