26 Mei 2011

Perjalanan Iman Para Rasul Kristus -- Dari Tidak Percaya Menjadi Percaya --

Yesus dari Nazaret menjalani tiga puluh tahun pertama-Nya tanpa banyak dikenal dan bekerja sebagai seorang tukang kayu bersahaja di sebuah desa kecil di Palestina. Tetapi dalam tiga tahun berikutnya Ia mengucapkan kata-kata yang mengejutkan semua orang yang mendengar-Nya; kata-kata yang pada akhirnya mengubah dunia kita. Dia juga tampil dengan perbuatan-perbuatan yang tidak bisa dilakukan orang lain seperti: menenangkan badai, menyembuhkan berbagai penyakit, memulihkan penglihatan, dan bahkan membangkitkan orang mati.

Namun perbedaan terbesar antara Yesus Kristus dan semua pemimpin agama lainnya adalah bahwa, menurut orang Kristen, Ia mengakui diri-Nya sebagai Allah. Jika klaim-klaim ini tidak benar, maka pesan Injil akan kehilangan semua kredibilitasnya. Pesan itu adalah bahwa Allah sangat mengasihi kita sehingga Dia menjadi manusia untuk mati bagi dosa-dosa kita, menawarkan kepada kita kehidupan kekal bersama-Nya. Jadi, jika Yesus bukan Allah, maka kita telah dibohongi.

Beberapa agama mengajarkan bahwa Yesus adalah makhluk ciptaan. Dan buku-buku, seperti The da Vinci Code telah menjadi best-seller dengan mengatakan baik Yesus maupun para rasul tidak mengajarkan bahwa Ia adalah Allah.

Bantahan-bantahan terhadap keilahian Kristus ini menimbulkan pertanyaan tentang apa yang terjadi hampir 2000 tahun yang lalu, yang menyebabkan agama Kristen mengklaim bahwa ‘pendirinya’, Yesus Kristus, adalah benar-benar Allah.

  • Adakah para aksi mata, yang mendengar kata-kata Yesus dan melihat perbuatan-perbuatan mujizat-Nya, yakin bahwa Ia sama dalam segala hal dengan Bapa-Nya?
  • Atau apakah mereka berpikir bahwa Yesus hanyalah makhluk ciptaan yang lebih tinggi atau seorang nabi besar seperti Musa?

Untuk memilah kebenaran dari fiksi, kita perlu kembali ke ucapan-ucapan para rasul yang berada di sana ketika Yesus berjalan di muka bumi ini, dan menulis kesaksian-kesaksian mereka tentang apa yang mereka lihat dan dengar.

** Para Saksi Mata **

Yesus telah memilih orang-orang yang sangat kebanyakan untuk menjadi pengikut-Nya. Dia menghabiskan tiga tahun bersama mereka, mengajar mereka tentang diri-Nya dan menjelaskan kepada mereka tentang kedalaman kebenaran firman Allah. Selama tiga tahun tersebut, Yesus melakukan banyak mujizat, membuat berbagai klaim yang berani dan menjalani hidup di dalam kebenaran seutuhnya. Di kemudian hari, para rasul ini menulis banyak tentang ucapan dan tindakan Yesus. Perjanjian Baru telah dibuktikan sebagai dokumentasi tertulis yang sangat dapat diandalkan, jauh melebihi semua dokumen sejarah kuno lainnya didalam hal keasliannya.

Para cendekiawan telah mencatat bahwa Perjanjian Baru mengungkapkan suatu objektivitas yang membuat cerita para rasul tentang Yesus benar-benar dapat dipercaya.  Mereka melaporkan apa yang mereka lihat dan dengar dengan jujur.

Sejarawan Will Durant berkata:

Orang-orang ini sepertinya bukan dari jenis orang yang akan dipilih untuk mengubah dunia. Injil secara realistis membedakan karakter mereka, dan dengan jujur mengungkapkan kelemahan mereka.1

Ketika mereka pertama kali bertemu Yesus, para rasul tidak tahu siapa Dia. Namun, ketika mereka mendengar kata-kata-Nya yang mendalam dan melihat dia memulihkan penglihatan orang buta dan membangkitkan orang mati, mereka mungkin menjadi teringat akan nubuat-nubuat yang menyatakan bahwa Mesias itu adalah Allah sendiri (Yesaya 9:6; Mikha 5:2). Tetapi ketika mereka menyaksikan Dia mati di kayu salib, Yesus nampaknya kalah dan tak berdaya. Setiap pemikiran yang mungkin ada pada mereka saat itu adalah Yesus sudah selesai, kehidupan dan pengajaran-Nya sudah berakhir.

Namun, tiga hari setelah peristiwa traumatik itu, Dia, yang telah terlihat tidak berdaya ketika tergantung di kayu salib, secara ajaib muncul hidup-hidup di antara para pengikut-Nya.  Dan Ia telah bangkit secara fisik. Mereka melihat Dia, menyentuh-Nya, makan bersama dengan Dia dan mendengar Dia berbicara tentang posisi-Nya yang mulia sebagai Penguasa tertinggi atas alam semesta. Simon Petrus, yang merupakan salah satu murid terdekat Yesus dan seorang saksi mata kehidupan-Nya, menulis:

Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya.

Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepada-Nya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."

2 Petrus 1:16-17

Tapi apakah fakta bahwa para rasul melihat kemuliaan Allah dan mendengar suara Allah melalui Yesus berarti bahwa mereka menganggap dia sebagai Allah?

A.H. McNeile, seorang pakar Perjanjian Baru memberikan jawabannya kepada kita:

"… tidak lama setelah kehidupan Yesus berakhir dengan kegagalan dan rasa malu kelompok besar orang Kristen — bukan hanya seorang individu di sini dan di sana, tapi seluruh Jemaat/Gereja berpindah sekaligus kepada kepercayaan yang kuat bahwa Dia adalah Allah. "2

Jadi, apakah para rasul yang menulis kisah Perjanjian Baru benar-benar percaya bahwa Yesus adalah Allah, atau apakah mereka menganggap-Nya sebagai makhluk ciptaan?

Jika mereka menganggap Yesus sebagai Allah, apakah mereka menganggap dia sebagai Pencipta alam semesta, atau sesuatu yang kurang dari itu?

Mereka yang menyangkali keilahian Yesus mengatakan bahwa para rasul mengajarkan bahwa Yesus adalah ciptaan Allah yang tertinggi, dan bahwa hanya Bapa sendiri yang adalah Allah yang kekal.  Karena itu, untuk menjelaskan keyakinan mereka tentang Yesus, kita akan memeriksa ucapan-ucapan mereka, dengan menanyakan tiga pertanyaan:

  1. Apakah para rasul dan orang Kristen mula-mula menyembah dan berdoa kepada Yesus sebagai Tuhan?
  2. Apakah para rasul mengajarkan bahwa Yesus adalah Pencipta seperti yang tertulis di dalam Kitab Kejadian?
  3. Apakah para rasul menyembah Yesus sebagai yang terbesar di alam semesta?

** Tuhan **

Setelah Yesus naik, para rasul mencengangkan baik orang Yahudi maupun orang Romawi dengan menyatakan Yesus sebagai "Tuhan". 3 Lalu, para rasul melakukan hal-hal yang tidak terpikirkan dan menyembah Yesus, bahkan berdoa kepada-Nya seolah-olah Dia adalah Allah. Stefanus berdoa, "Tuhan Yesus, terimalah rohku" ketika ia dilempari dengan batu sampai mati. (Kisah Rasul 7:59)

Orang-orang percaya yang lain segera bergabung dengan Stefanus, yang bahkan dalam menghadapi kematian, "tidak henti-hentinya mengajarkan dan memberitakan Kabar Baik bahwa Yesus adalah Kristus yang dijanjikan itu." (Kisah Rasul 5:42). Sebagian besar para rasul yang adalah martir, menyampaikan pengetahuan mereka tentang Yesus kepada para pendiri gereja yang membawa pesan mereka ke generasi berikutnya.

Ignatius, seorang murid rasul Yohanes, menulis tentang kedatangan Yesus yang kedua kali, "Carilah Dia yang berada di atas waktu, Dia yang tidak tergantung waktu, Dia yang tidak kelihatan". Di dalam sebuah surat kepada Polikarpus ia menyatakan "Yesus adalah Allah", "Allah yang menjelma" dan kepada jemaat Efesus, ia menulis, "… Allah sendiri yang muncul dalam bentuk seorang manusia, bagi pembaruan hidup yang kekal." (Surat Ignatius kepada jemaat di Efesus 4:13)

Clement dari Roma pada tahun 96 A.D. juga mengajarkan tentang keilahian Yesus, dan berkata, "Kita harus berpikir tentang Yesus Kristus sebagai Allah." (Surat kedua Clement kepada Korintus 1:1)

Polycarpus, juga murid dari Yohanes, diadili di hadapan gubernur Romawi karena menyembah Yesus sebagai Tuhan. Sementara kerumunan orang berteriak hingar-bingar untuk membunuh-Nya, hakim Romawi menuntut Dia untuk memproklamirkan Kaisar sebagai Tuhan.

Tetapi Polikarpus yang lebih memilih naik ke tiang gantungan, daripada menyangkal Yesus sebagai Tuhan, merespons:

"Delapan puluh enam tahun aku telah melayani Kristus, dan Ia tidak pernah berbuat sesuatu yang salah kepada saya. Bagaimana saya bisa menghujat Raja-ku yang menyelamatkan aku? " 4

Sejak Jemaat Kristen mula-mula bertumbuh, Gnostik dan bidat-bidat lain mulai mengajar bahwa Yesus adalah makhluk ciptaan yang lebih rendah daripada Bapa.  Hal ini memuncak pada abad keempat ketika Arius, seorang pengkhotbah populer dari Libya, meyakinkan banyak pemimpin bahwa Yesus tidak sepenuhnya Allah.  Kemudian pada tahun 325 Masehi, pada Konsili Nicea, para pemimpin gereja bertemu untuk menyelesaikan masalah apakah Yesus adalah Pencipta, atau hanya ciptaan.5 Para pemimpin gereja ini amat-sangat meneguhkan keyakinan Kristen dan pengajaran Perjanjian Baru yang telah lama diyakini bahwa Yesus adalah sepenuhnya Allah.6

** Pencipta **

Di dalam kitab Kejadian, Allah didalam Alkitab dinyatakan sebagai Pencipta segala sesuatu dari atom kecil hingga angkasa raya yang mahaluas dengan berisikan miliaran galaksi. Dengan demikian, adalah bidah bagi seorang Yahudi untuk berpikir bahwa seorang malaikat atau makhluk lain adalah Pencipta.   

Yesaya menegaskan bahwa Allah Bapa adalah Pencipta:

Beginilah firman TUHAN, Yang Mahakudus, Allah dan Pembentuk Israel: Akulah yang menjadikan bumi dan yang menciptakan manusia di atasnya; tangan-Kulah yang membentangkan langit, dan Akulah yang memberi perintah kepada seluruh tentaranya ... firman TUHAN semesta alam. (Yesaya 45:11 a, 12, 13b)

Jadi, apakah para rasul memandang Yesus sebagai Tuhan dan merupakan bagian dari penciptaan, atau sebagai Pencipta?

**) Kesaksian Rasul Petrus

Rasul Petrus sangat terkenal dengan kegigihannya membela Tuhannya dan bisa dikatakan "hampir" menjadi seorang pemberontak seandainya saja dia tidak mengakui kesalahannya telah menyangkal Yesus, berkata:

Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan. (Kisah Para Rasul 4:12)

Dalam suratnya kepada para jemaat, rasul Petrus dengan tegas mengatakan Allah yang menciptakan langit dan bumi ini disembah dalam nama Tuhan Yesus

Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu. (1 Petrus 1:3-4)

Bahkan dalam keberadaan Yesus sebagai manusia, rasul Petrus mengatakan dengan tegas kalau Yesus sama sekali tidak berdosa dan tidak ada kebohongan di dalam Dia.

Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. (1 Petrus 2:22)

**) Kesaksian Rasul Yakobus

Sebagai seorang rasul yang dipercaya untuk menggembalakan umat Kristen-Yahudi mula-mula di Yerusalem yang percaya Yesus adalah Tuhan, rasul Yakobus dalam suratnya dengan jelas mengajarkan bahwa Yesus adalah Tuhan.

Salam dari Yakobus, hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus, kepada kedua belas suku di perantauan. (Yakobus 1:1)

Selain itu, karena pengajarannya memang terfokus untuk umat Israel, rasul Yakobus mengajarkan mereka untuk menjauhkan diri dari tradisi-tradisi Yahudi yang mengikat, hal ini sejalan dengan pengajaran Yesus bahwa hidup ini tidak boleh terikat oleh pengajaran-pengajaran agama yang mengekang dan membuat manusia menjadi takut kepada pengajaran bukan kepada Allah yang memberikan pengajaran itu.

Dan salah satu pengajaran rasul Yakobus yang sangat indah tentang ketaatan kepada Allah adalah, hendaknya setiap kita harus melakukan apa yang kita imani, bukan hanya di mulut saja, tapi yang lebih penting adalah ucapan dan perkataan harus sejalan. Oleh karena itu rasul Yakobus mengatakan bahwa iman tanpa perbuatan pada dasarnya adalah mati dan dalam setiap perencanaan, hendaknya melibatkan Tuhan di dalamnya.

**) Kesaksian Rasul Thomas

Ketika semua orang hanya bersandar kepada iman, rasul Thomas mempunyai pemikiran yang berbeda, dia ingin membuktikan bahwa apa yang diucapkan Yesus dan para rasul adalah sebuah kenyataan, bukan sebuah pengakuan yang tidak bisa dibuktikan. Oleh karena itu, dia ingin membuktikan dengan pemikirannya sendiri bahwa Yesus adalah Tuhan. Dan ketika dia sudah membuktikan hal itu, secara sadar dia mengakui Yesus adalah Tuhan.

Tomas menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku!" (Yohanes 20:28)

**) Kesaksian Rasul Yudas

Mungkin sebagai pembaca setia Alkitab, kita jarang mendapatkan keterangan tentang Yudas Tadeus, tapi rasul Yudas dalam suratnya kepada para jemaat kembali mengingatkan pengajaran para rasul bahwa Yesus adalah Tuhan.

Tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, ingatlah akan apa yang dahulu telah dikatakan kepada kamu oleh rasul-rasul Tuhan kita, Yesus Kristus. (Yudas 1:17)

Dalam pengajarannya sendiri, rasul Yudas mengingatkan supaya setiap kita tidak boleh kalah terhadap hawa nafsu yang dapat merusak hubungan kita dengan Tuhan, selain itu kita juga harus waspada terhadap pengajaran-pengajaran sesat yang mengatasnamakan Tuhan.

Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus. (Yudas 1:4)

Banyak yang diajarkan rasul Yudas kepada kita bahwa ketika kita mulai melupakan Tuhan, kita harus membuka kembali lembaran-lembaran sejarah dimana Allah senantiasa ada untuk setiap orang yang berkenan kepada-Nya.

**) Kesaksian Rasul Yohanes

Ketika murid-murid Yesus memandang bintang-bintang di malam gelap, kemungkinan besar mereka bahkan tidak bermimpi bahwa Pencipta bintang-bintang tersebut mungkin hadir di antara mereka. Namun setelah kebangkitan-Nya, mereka memandang Yesus dengan mata yang baru.  Dan sebelum Ia meninggalkan bumi, Yesus mulai mengungkapkan misteri tentang identitas-Nya kepada mereka. Dengan mengingat perkataan, perbuatan dan kehidupan Tuhan-nya, Yohanes memulai Injilnya dengan mengungkapkan siapa sebenarnya Yesus:

Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. (Yohanes 1:1-4)

Meskipun para ilmuwan sekarang percaya bahwa alam semesta bermula dari kenihilan, mereka tidak bisa memberitahu kita tentang siapa yang ada di sana untuk memulai semua itu. Yohanes mengungkapkan bahwa sebelum penciptaan, "Firman sudah ada" dan "bersama dengan Allah."

Jadi, siapakah atau apakah ini Firman yang sudah ada ini?  

Kata-kata Yohanes berikutnya menjelaskan siapakah yang dia maksudkan: "Firman itu adalah Allah." 7

Sebagai seorang Yahudi, Yohanes percaya pada satu Allah.  Tetapi di sini, Yohanes bicara tentang dua entitas di sini, Allah dan Firman.  Saksi-Saksi Yehova, yang mengajarkan bahwa Yesus diciptakan, telah keliru menterjemahkan bagian ini sebagai "Firman adalah allah yang lain daripada Allah".  Namun, pakar Perjanjian Baru, F.F. Bruce menulis bahwa "melukiskan frasa ini sebagai allah lain adalah kesalahan terjemahan yang menakutkan, karena penghilangan benda tidak tentu sering terjadi dengan kata benda umum dalam konstruksi predikatif. "8

Oleh karena itu, di bawah bimbingan Roh Kudus, Yohanes memberitahu kita bahwa:

  1. Firman itu sudah ada sebelum penciptaan
  2. Firman itu adalah Pencipta yang menciptakan segala sesuatu
  3. Firman itu adalah Allah

Sejauh ini, Yohanes telah mengatakan kepada kita bahwa Firman adalah kekal, menciptakan segala sesuatu, dan adalah Allah. Tetapi ia tidak memberitahu kita apakah Firman adalah suatu kekuatan atau seseorang sampai pada ayat 14.

Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. (Yohanes 1:14)

Jelas bahwa di sini Yohanes merujuk kepada Yesus. Selanjutnya, dalam suratnya ia menegaskan hal itu:

Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup–itulah yang kami tuliskan kepada kamu. (1 Yohanes 1:1)

Yohanes memberitahu kita bahwa "tidak ada satupun yang ada yang tidak dijadikan-Nya." Jika tidak ada yang jadi di luar Dia, maka Yesus tidak mungkin menjadi makhluk ciptaan. Menurut Yohanes, Firman (Yesus) adalah Allah.

**) Kesaksian Rasul Paulus

Tidak seperti Yohanes, Paulus, (sebelumnya Saulus) adalah musuh besar dan penganiaya orang Kristen sampai Yesus menyatakan diri kepadanya dalam suatu penglihatan. Bertahun-tahun kemudian, Paulus menyatakan kepada jemaat di Kolose tentang apa yang telah ia ketahui tentang jati diri Yesus:

Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia. (Kolose 1:15-17)

Paulus mengungkapkan beberapa hal penting dalam bagian ini:

  1. Yesus adalah gambar Allah.
  2. Yesus adalah "anak sulung" penciptaan.
  3. Yesus menciptakan segala sesuatu.
  4. Yesus adalah alasan untuk penciptaan.
  5. Yesus sudah ada sebelum segala sesuatu.
  6. Yesus menopang seluruh ciptaan.

Apa artinya "gambar Allah"?  

Bruce mengatakan: 

Untuk memanggil Kristus sebagai gambar Allah adalah mengatakan bahwa di dalam Dia keberadaan dan sifat Allah telah sempurna diwujudkan - bahwa di dalam Dia yang tidak kelihatan telah menjadi kelihatan. Jadi, Allah yang terlihat dalam Kristus berkaitan dengan ucapan Yesus sendiri kepada Filipus, "Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa." (Yohanes 14:9).

Dalam ayat 15, kata Yunani untuk "anak sulung" (prototokos) lebih berarti "tertinggi" daripada dalam arti duniawi "yang lahir setelah." 10 Menurut Bruce, Paulus merujuk kepada "pra-eksistensi Kristus dan aktivitas kosmik dalam ciptaan dan tidak hanya menunjukkan prioritas-Nya tetapi juga keutamaan Yesus." 11 Yang membuat hal ini menjadi jelas adalah ayat 16, yang mengatakan kepada kita bahwa segala sesuatu di alam semesta diciptakan melalui Yesus Kristus, dan juga bagi-Nya.

Dalam ayat 17 kita melihat Kristus yang kekal menopang ciptaan. Menurut Paulus, setiap atom, masing-masing rangkaian DNA, dan semua miliaran galaksi ditopang oleh kuasa Yesus Kristus. Dengan demikian, Yesus adalah Dia yang daripada-Nya semuanya berasal, Dia yang kepada-Nya semua diciptakan, dan Dia yang menyatukan semuanya.

**) Kesaksian Kitab Ibrani

Kitab Ibrani di Perjanjian Baru12 juga mengungkapkan Yesus sebagai Pencipta dari segala sesuatu. Bagian pembukaannya mencerminkan kata-kata Paulus kepada Jemaat di Kolose:

Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.  Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. (Ibrani 1:1-3a)

Sama seperti Yohanes dan Paulus mengungkapkan, penulis kitab Ibrani memberitahu kita bahwa sebelum Yesus menjadi manusia, Allah menciptakan alam semesta melalui diri-Nya. Dan kitab Ibrani juga menyatakan Yesus Kristus sebagai Pribadi yang menopang alam semesta.

Ayat 3 berbicara tentang Yesus sebagai "salinan sempurna dan gambaran lengkap dari sifat Allah." 13

Kata Yunani di sini berarti bahwa "Sang Putera adalah kemilau pancaran cahaya kemuliaan Allah." 14 Pernyataan ini, bahwa Yesus adalah "salinan sempurna" dari Allah yang tak terbatas, menegaskan bahwa para rasul percaya bahwa Yesus adalah sepenuhnya Allah.

Penulis kitab Ibrani kemudian memberitahu kita lebih lanjut bahwa Yesus tidak hanya lebih tinggi dari para nabi, tetapi Ia juga berada jauh di atas para malaikat.

Ini menunjukkan bahwa Anak Allah jauh lebih besar daripada para malaikat, sama seperti nama yang Allah berikan kepada-Nya jauh lebih besar daripada nama mereka. (Ibrani 1:4)

John Piper menjelaskan mengapa Yesus adalah jauh lebih tinggi daripada malaikat:

Tidak ada malaikat di surga pernah menerima kehormatan dan kasih sayang seperti yang diterima Sang Putera sejak dari kekekalan dari Bapa-Nya.  Seindah-indahnya para malaikat, mereka tidak bisa menyaingi Sang Putera. Anak Allah bukanlah malaikat bahkan tidak - bahkan bukan malaikat kepala sekalipun. Sebaliknya Allah berkata, "Semua malaikat Allah harus menyembah Dia!" (Ibrani 1:6). Putera Allah layak menerima semua ibadah dan pujian yang dapat diberikan oleh penghuni surga - belum lagi yang dari kita.15

Penulis kitab Ibrani kemudian mengungkapkan keilahian Yesus:

Tapi seperti kepada Sang Putera, Ia [Bapa] berkata kepada-Nya, "takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya …. " (Ibrani 1:8 - Amplified Bible)

Kemudian di dalam Ibrani, kita pelajari bahwa Yesus Kristus "adalah sama kemarin, hari ini, dan selamanya" sebagai pernyataan yang jelas tentang kekekalan-Nya (Ibrani 13:8).

Suatu makhluk ciptaan hari ini tidak sama seperti kemarin karena ada waktu ketika ia tidak ada.  Akan sulit untuk menafsirkan ayat-ayat dalam kitab Ibrani ini sebagai yang memberikan arti lain apa pun, selain dari fakta bahwa Yesus adalah Allah seperti yang dibicarakan di dalam Perjanjian Lama, yang bersama-sama dengan Bapa-Nya dan Roh Kudus, menciptakan alam semesta.

Para rasul pasti ngeri untuk mempelajari bahwa orang yang mereka lihat berdarah dan tergantung pada sebuah salib Romawi adalah Dia yang menciptakan pohon yang daripadanya salib itu dibuat dan yang menciptakan orang-orang yang memakukan Dia ke salib tersebut.

** Yang Tertinggi **

Jemaat Kristen mula-mula dituduh oleh orang Romawi sebagai pencuri kemuliaan dari Kaisar, dan oleh orang Yahudi sebagai perampok kemuliaan dari Allah Bapa. Kekristenan dikritik oleh beberapa orang sebagai yang “terlalu terfokus kepada Yesus.” 

Tetapi, seperti itukah pemikiran para rasul? 

Mari kita dengar lagi dari Paulus ketika ia menulis kepada jemaat Kolose tentang Yesus.

Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu. Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia. (Kolose 1:18b-19)

Paulus menulis bahwa Allah Bapa menjadikan Yesus sebagai yang tertinggi di alam semesta. Tetapi Perjanjian Lama dengan jelas mengajarkan bahwa Allah Bapa tidak akan pernah menyerahkan keutamaan-Nya kepada makhluk ciptaan-Nya (Ulangan 6:4-5; Mazmur 83:18; Amsal 16:4; Yesaya 42:11). 

Dengan jelas Yesaya berbicara tentang keutamaan Allah Bapa.

Berpalinglah kepada-Ku dan biarkanlah dirimu diselamatkan, hai ujung-ujung bumi! Sebab Akulah Allah dan tidak ada yang lain.  Demi Aku sendiri Aku telah bersumpah, dari mulut-Ku telah keluar kebenaran, suatu firman yang tidak dapat ditarik kembali: dan semua orang akan bertekuk lutut di hadapan-Ku, dan akan bersumpah setia dalam segala bahasa. (Yesaya 45:22-23)

Tapi bagaimana bisa bahwa baik Yesus maupun Allah Bapa adalah yang terutama?

Mungkin ada petunjuk di dalam Kitab Kejadian, di mana kata Ibrani yang digunakan untuk Allah Pencipta adalah jamak (Elohim). Dan ketika Yesaya menyatakan bahwa Allah sendiri yang menciptakan segala sesuatu, kata Ibrani untuk Allah (Elohim) juga jamak. Dr Norman Geisler menyimpulkan, "Menurut Alkitab, terdapat lebih dari cukup bukti untuk menyimpulkan bahwa sifat dasar Allah yang digambarkan oleh Alkitab adalah sebagai kesatuan majemuk."16

Paulus memberikan atribut kepada Yesus dengan kata-kata yang sama yang Yesaya berikan sebagai penghormatan kepada Allah Bapa:

Yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!

Filipi 2:6-11

Bagian ini mengungkapkan bahwa sebelum Yesus menjadi manusia, Ia telah memiliki hak Keilahian penuh. Paulus juga mengatakan kepada kita, "bahwa setiap lutut akan tunduk dan segala lidah akan mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan."

Lebih dari tujuh ratus tahun sebelum Kristus, Allah Bapa memberitahu kita melalui Yesaya bahwa Ia sendirilah Allah, Tuhan, dan Juruselamat:

Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi. Aku, Akulah TUHAN dan tidak ada juruselamat selain dari pada-Ku. (Yesaya 43:10-11)

Kita juga diberitahu di dalam Perjanjian Lama bahwa Allah Bapa sendirilah yang menciptakan alam semesta. Juga bahwa "setiap lutut akan bertelut kepada-Nya". Bahwasanya Dia-lah "Tuhan, Raja Israel", "Penebus", "Yang Awal dan Yang Akhir." Daniel menyebut-Nya "Yang Lanjut Usianya." Zakharia berbicara tentang Allah sebagai "Raja, Tuhan semesta alam yang akan menghakimi bumi."

Tetapi dalam Perjanjian Baru kita mendengar Yohanes menyebut Yesus sebagai "Juruselamat", "Alpha dan Omega", "Yang Awal dan Yang Akhir", "Raja di atas segala raja" dan "Tuhan di atas segala tuan". Paulus memberitahu kita bahwa "setiap lutut akan bertekuk pada Yesus". Yesus sendirilah yang dikatakan para rasul kepada kita sebagai yang akan menghakimi nasib kita di kekekalan. Yesus, Tuhan yang terutama di alam semesta.

Packer berpendapat bahwa agama Kristen masuk akal hanya jika Yesus adalah sepenuhnya Allah:

Jika Yesus telah tidak lebih dari orang yang sangat luar biasa, lelaki yang saleh, maka kesulitan di dalam mempercayai apa yang Perjanjian Baru beritahukan kepada kita tentang hidup dan pekerjaan-Nya akan benar-benar menggunung.

Tetapi jikalau Yesus adalah orang yang sama sebagai Firman kekal, Perantara Bapa dalam penciptaan, melalui-Nya, Allah Bapa menciptakan segala sesuatu (Ibrani 1:2), maka tak heran jika perbuatan kuasa yang kreatif sudah dimulai sejak Yesus dikandung dalam rahim ibu-Nya hingga saat Dia bangkit dan naik ke Sorga. Tidaklah mengherankan bahwa Ia, Pencipta kehidupan, bangkit dari antara orang mati, Inkarnasi itu sendiri adalah sebuah misteri yang tak terduga, tetapi yang membuat segala hal lain yang terkandung di dalam Perjanjian Baru masuk akal. 17

** Kesimpulan **

Jika Yesus adalah Allah, maka pesan Kristen adalah bahwa Allah sendiri yang datang ke bumi, membiarkan orang meludahi-Nya, mengejek Dia, dan memaku-Nya di kayu salib sebagai pengorbanan tertinggi bagi dosa kita. Keadilan Allah yang sempurna hanya bisa dipenuhi oleh Allah sendiri sebagai pembayaran atas dosa dan ketidakbenaran kita. Malaikat atau wakil dari makluk ciptaan tidak akan cukup. Tindakan merendah seperti ini menunjukkan luasnya kasih Bapa serta tingginya nilai yang Dia berikan pada masing-masing dari kita. Dan inilah apa yang para rasul ajarkan dan khotbahkan dengan begitu sungguh-sungguh.

Dalam Kata-kata perpisahan kepada para penatua di Efesus, Paulus mendorong mereka untuk "menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri." (Kisah Para Rasul. 20:28). 

Paulus menggemakan nubuat Zakharia di mana dia menuliskan:

Pada waktu itu TUHAN akan melindungi penduduk Yerusalem, dan orang yang tersandung di antara mereka pada waktu itu akan menjadi seperti Daud, dan keluarga Daud akan menjadi seperti Allah, seperti Malaikat TUHAN, yang mengepalai mereka. Maka pada waktu itu Aku berikhtiar untuk memunahkan segala bangsa yang menyerang Yerusalem.

"Aku akan mencurahkan roh pengasihan dan roh permohonan atas keluarga Daud dan atas penduduk Yerusalem, dan mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi dia seperti orang meratapi anak tunggal, dan akan menangisi dia dengan pedih seperti orang menangisi anak sulung. "

Zakharia 12:8-10

Zakharia mengungkapkan bahwa Dia yang ditikam, di salib itu tak lain dari Allah (Firman, Anak Allah) yang telah menjadi manusia. Dengan demikian, kita lihat bahwa Yesus menyatukan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru seperti mengharmonisasikan instrumen-instrumen yang terpisah untuk menciptakan simfoni yang indah. Karena jika Yesus bukan Allah, maka Kristen akan kehilangan tema sentralnya. Tetapi jika Yesus adalah Allah, semua doktrin-doktrin utama Kekristen lainnya akan saling cocok seperti potongan-potongan puzzle yang disatukan. Kreeft dan Tacelli menjelaskan bahwa: 18

  1. Jika Kristus adalah Tuhan, maka inkarnasi, atau 'menjadi daging'-Nya Allah, adalah peristiwa yang paling penting dalam sejarah. Ini adalah engsel sejarah yang mengubah segalanya.
  2. Jika Kristus adalah Allah, maka ketika Ia mati di kayu salib, gerbang surga yang tertutup oleh dosa, menjadi terbuka kepada kita untuk pertama kalinya semenjak Firdaus. Tidak ada peristiwa dalam sejarah yang bisa lebih penting bagi setiap orang di bumi daripada peristiwa tersebut.
  3. Jika Kristus adalah Allah, maka, karena Allah itu Maha Kuasa dan hadir sekarang ini, maka Ia dapat mengubah Anda dan hidup Anda dan sekarang ini seperti yang tidak mungkin bisa dilakukan oleh siapapun atau apapun yang lain.
  4. Jika Kristus adalah Tuhan, Ia berhak atas seluruh hidup kita, termasuk batin kita hidup dan pikiran kita.

Para rasul menjadikan Yesus sebagai Tuhan atas hidup mereka, menulis tentang Dia sebagai Pencipta, dan menyembah Dia sebagai Yang Terutama. Para saksi mata langsung ini benar-benar yakin bahwa Allah telah mengunjungi planet bumi di dalam Pribadi Yesus Kristus, yang akan kembali sebagai Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan, serta sebagai Hakim atas kekekalan kita. 

Di dalam suratnya kepada Titus, Paulus menyatakan jati diri Yesus, dan tujuan Allah bagi hidup kita:

Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata.  Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keingina duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus.19 (Titus 2:11-13)


Diterjemahkan dari Larry Chapman, Rick James, Eric Stanford

Catatan kaki:

  1. Will Durant, Caesar and Christ, vol 3 of The Story of Civilization (New York: Simon & Schuster, 1972), 563.
  2. A. H. McNeile, Introduction to the New Testament (Oxford: Clarendon Press, 1955), 463, 464
  3. The title Lord is freely used in both Testaments to refer to God and Jesus. In the Old Testament the Hebrew word for Lord was Adonai. In the Septuagint and the New Testament, the word translated "Lord" is Kurios. Both Adonai and Kurios were used for God by the Jews. Josh McDowell & Bart Larson, Jesus: A Biblical Defense of His Deity (San Bernardino: Here’s Life, 1983), 33.
  4. Paul L. Maier, Ed, Eusebius, The Church History (Grand Rapids, MI: Kregel, 1999), 149.
  5. Although most early Christians believed in Jesus’ divinity, the church didn’t clarify what that meant until the Council of Nicaea in 325 A. D., when the Roman emperor Constantine convened church leaders together to deal with Arius’s view that Jesus was a created being. However, after an intense debate over the meaning of the apostles’ words about Jesus in the New Testament, all but two of 318 church leaders reaffirmed the majority Christian belief that he is fully God, co-eternal, co-equal and with the Father and Holy Spirit (See "Mona Lisa’s Smirk").
  6. See "Jesus.doc" to discover the reliability of the New Testament
  7. Martin writes, "Contrary to the translations of The Emphatic Diaglott and the New World Translation (of the Jehovah’s Witnesses) the Greek grammatical construction leaves no doubt whatsoever that this is the only possible rendering of the text…. Jehovah’s Witnesses in their New World Translation Appendix 773-777 attempt to discredit the Greek text on this point, for they realize that if Jesus and Jehovah are 'One' in nature their theology cannot stand…." Walter Martin, The Kingdom of the Cults (Minneapolis, Minn: Bethany, 1974), 75.
  8. F. F. Bruce, The Deity of Christ (Manchester, England: Wright’s [Sandbach] Ltd., 1964
  9. F. F. Bruce, "The ‘Christ Hymn’ of Colossians 1:15-20," Bibliotheca Sacra (April-June 1984): 101.
  10. D. Guthrie & J. A. Motyer, The New Bible Commentary: Revised (Grand Rapids, MI: Eerdmans, 1973), 1144.
  11. Bruce, 'Hymn', 101-102.
  12. Although the author of Hebrews is unknown, some scholars believe it was written by Paul.
  13. The Amplified Bible, Zondervan
  14. Kenneth S. Wuest, Word Studies in the Greek New Testament, Vol. II (Grand Rapids, MI: Eerdmans, 1986), 41.
  15. John Piper, The Pleasures of God (Sisters, OR: Multnomah, 2000), 33.
  16. Norman Geisler & Peter Bocchino, Unshakable Foundations (Minneapolis, MN: Bethany House, 2001), 297.
  17. J. I. Packer, Knowing God (Downers Grove, IL: InterVarsity Press), 54.
  18. Peter Kreeft & Ronald K. Tacelli, Handbook of Christian Apologetics (Downers Grove IL: InterVarsity Press, 1994), 152.
  19. "The Granville Sharpe rule of Greek grammar states that when two nouns are joined by kai (and) and the first noun has the article and the second does not, then the two nouns refer to the same thing, Hence, great God and Savior’ both refer to Christ Jesus." (The Moody Handbook of Theology, p. 225).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar