24 Mei 2011

Rangkuman Singkat Tentang Keilahian dan Kemanusiaan Yesus

Ada banyak ayat yang membuktikan bahwa Yesus adalah Allah.

Ada banyak ayat yang membuktikan bahwa Yesus adalah manusia.

Tetapi ayat-ayat yang membuktikan bahwa Yesus adalah Tuhan tidak boleh digunakan untuk menyerang keberadaan Yesus sebagai manusia, sebaliknya ayat-ayat yang membuktikan bahwa Yesus adalah Manusia tidak boleh digunakan untuk menyerang keberadaan Yesus sebagai Tuhan.

Nama Yesus berasal dari bahasa Ibrani "Yehôsyûa'" atau "Yêsyûa'" (Ibrani-Aramaik, ibarat Alexander menjadi Alex) yang berarti YHVH adalah keselamatan, yakni menunjuk kepada Kristus sebagai Juruselamat. Yesus Kristus inilah yang memberikan identitas kepada Kekristenan, dan sekaligus membedakan umat Kristen dengan agama atau kepercayaan yang lain. Yesus membuat kepercayaan Kristen menjadi istimewa dan unik, sebab umat Kristen percaya kepada satu pribadi yang memiliki dua sifat dasar: Allah dan manusia.

Di dalam teologi, dua sifat dasar Allah dan manusia disebut sebagai fakta 'theantropis' (bahasa Yunani: 'Theos' berarti Allah dan 'anthropos' berarti manusia) Yesus Kristus.

** Fakta Keilahian Yesus **

Alkitab menyaksikan bahwa seluruh perkataan dan perbuatan Yesus Kristus adalah fakta tentang ke-Allah-an-Nya. Bukti-bukti ke-Allah-an Yesus Kristus:

  1. Yesus menyandang gelar Ilahi. Yesus disebut sebagai Firman ('logos') yang tidak lain adalah Allah sejati. Yesus disebut Anak Allah. Rasul Yohanes sebanyak lima kali menyebut Yesus sebagai Anak Tunggal Bapa. Selain itu, di dalam kitab Wahyu, beberapa kali Yesus dikatakan sebagai 'Alpha' dan 'Omega' - suatu nama Ilahi yang hanya boleh dikenakan bagi Allah sendiri.

  2. Yesus memiliki sifat-sifat dasar ke-Allah-an. Olah karena hakekat Allah dimiliki oleh Kristus, maka sifat-sifat dasar Allah melekat pada diri-Nya. Kalimat dari Kristus yang paling mengejutkan orang-orang Yahudi adalah klaim bahwa Dia sudah ada sebelum Abraham ada. Pernyataan ini jelas telah mengungkapkan sifat Keberadaan-Nya yang kekal, sama dengan Allah. Penulis surat Ibrani meneguhkan ketidakberubahan Kristus. Jadi Kristus berkuasa memberikan kehidupan kekal, yang hanya dapat diberikan oleh Allah sendiri. Kristus sendiri menyatakan bahwa Ia dan Bapa adalah satu, sehingga memiliki segala kekayaan sifat Allah dalam diri-Nya. Sifat-sifat lain yang menunjuk kepada ke-Allah-an Kristus: Maha Kuasa, Maha Tahu, Maha Ada, dan Maha Suci.

  3. Yesus setara dengan Allah Bapa. Sebagai konsekuensi logis dari karakteristik ke-Allah-an yang dimiliki Yesus maka Dia setara dengan Bapa-Nya, misalnya dalam hal disebutkan bersama-sama nama Bapa dan Roh Kudus sewaktu upcara baptisan, pengucapan salam, dan berkat dari Allah. Kesetaraan Kristus dengan Bapa terlihat di dalam kesatuan-Nya dengan Bapa dan kelayakan-Nya untuk disembah oleh manusia.

  4. Yesus melakukan karya yang hanya dikerjakan oleh Allah. Tentu saja di dalam karya penciptaan dan pemeliharaan semesta alam ini, Kristus juga turut berperan aktif bersama oknum-oknum lain dari Allah Tritunggal. Dikatakan pula bahwa Yesuslah yang menopang segala sesuatu dengan kuasa-Nya yang tak terbatas. Mujizat demi mujizat yang dilakukan Yesus dengan jelas menyatakan sifat ke-Allah-an-Nya. Di dalam karya penebusan, Kristus bukan saja berkuasa untuk mengampuni orang berdosa, tetapi Ia juga berkuasa untuk membangkitkan orang mati. Bahkan pada Hari Tuhan nanti, Kristus akan menghakimi semua manusia.

  5. 'Theophani' dalam Perjanjian Lama. Meskipun semua pernyataan yang disebut di atas berasal dari Perjanjian Baru, bukan berarti di dalam Perjanjian Lama sama sekali tidak ada bukti tentang ke-Allah-an Kristus. Sebaliknya, beberapa peristiwa 'theophani' (penampakan diri Allah yang hanya dapat dilihat oleh mata manusia) membuktikan bahwa Kristus adalah Allah. Beberapa contoh 'theophani' yang penting dalam Perjanjian Lama: Panglima Bala Tentara TUHAN yang disembah oleh Yosua.

** Kemanusiaan Yesus Kristus **

Kemanusiaan Yesus Kristus yang sempurna telah dinyatakan baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa bukti kemanusiaan Yesus:

  1. Yesus memiliki sifat sejati insani. Hal ini mengungkapkan bahwa Yesus memiliki segala unsur manusiawi, baik tubuh jasmani yang dapat dilihat dan dijamah maupun jiwa dengan segala dimensinya, seperti: pengetahuan, akal budi, emosi, dan kehendak. Yesus, sebagaimana manusia pada umumnya, juga mengalami fase-fase pertumbuhan fisik, mental, intelek, kesadaran sosial, dan sebagainya sejak bayi, masa kanak-kanak, remaja, pemuda hingga dewasa. Jadi kewajaran perkembangan ini adalah lumrah dan secara normal juga berlaku bagi sifat dasar insani Kristus. Oleh karena itu, dalam berbagai kondisi Yesus pun dapat merasakan keletihan fisik; mengantuk lalu tertidur; haus; geram, jengkel, bahkan marah; gelisah, gentar dan takut; terharu, sedih, dan menangis; Ia juga pernah merasa sangat lapar sewaktu berpuasa di padang gurun.

  2. Yesus mempunyai keluarga, silsilah, dan gelar sebagai Anak Manusia. Di dalam keempat kitab Injil, tidak kurang 80 (delapan puluh) kali Yesus menyebut diri-Nya sebagai Anak Manusia. Dengan menggunakan gelar ini secara pasti Yesus mengidentifikasikan diri-Nya sebagai manusia biasa. Selain itu, Yesus juga dipanggil dengan nama anak atau keturunan Daud. Yesus juga memiliki keluarga. Hal ini membuktikan bahwa Yesus memang pernah ada di dalam sejarah manusia.

  3. Yesus dilahirkan dari rahim seorang manusia. Meskipun umat Kristen mengetahui dan mengakui bahwa Yesus adalah Allah yang menjelma menjadi manusia, namun kehadiran-Nya di bumi ini juga melalui proses kelahiran seperti manusia pada umumnya.

  4. Yesus selaku manusia juga mengalami pencobaan. Sifat dasar insani Yesus Kristus diteguhkan melalui pencobaan yang dialami-Nya. Pencobaan adalah suatu situasi krisis namun netral di tengah-tengah antara ujian dan godaan. Yesus dipimpin oleh Roh Kudus ke padang gurun untuk diuji, sementara Iblis datang menggoda-Nya berulang-ulang. Kesaksian keempat Injil mengenai pencobaan-pencobaan yang dialami oleh Kristus dapat dirangkumkan dalam Ibrani 4:15, "Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita. Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa." Ujian yang paling berat yang dihadapi oleh Yesus ialah sewaktu Ia harus menghadapi penyaliban. Di Taman Getsemani Yesus bergumul begitu hebat sampai peluh-Nya menetes ke tanah seperti darah.

Pribadi Yesus Kristus adalah yang paling unik. Ia disebutkan sebagai Pengantara Tunggal antara Allah dan manusia. Sebagai pengantara antara Allah Bapa dan manusia. Yesus harus memiliki dua sifat dasar yang menyatu dalam satu pribadi, yaitu keilahian dan kemanusiaan. Namun harus dimengerti di sini bahwa Yesus Kristus sama sekali bukan termasuk kategori makhluk ciptaan, tetapi sebaliknya Ia adalah Allah sejati yang menjelma menjadi manusia sejati.

Yesus bukan Anak Allah dalam pengertian sebagaimana kita mengerti tentang anak laki-laki yang dilahirkan sebagai akibat dari hubungan biologis antara suami-istri. Allah tidak menikah dan kemudian mendapatkan seorang anak, Allah tidak beranak dan diperanakan.

Yesus adalah Anak Allah dalam pengertian yang sederhana, yakni Dia adalah (Firman) Allah yang menjadi manusia. Firman yang memiliki kesamaan dan kesetaraan Hakikat dengan Allah Bapa, Firman yang berasal dan keluar dari Allah Bapa (Yohanes 8:42), itulah Firman yang menjadi manusia. Dengan demikian, Yesus adalah Citra Allah dalam rupa (wujud) manusia yang kelihatan yang kehadiran-Nya bisa dirasakan secara inderawi oleh umat manusia, apa yang dimiliki Bapa juga dimiliki Yesus, apa yang menjadi sepenuhnya milik Allah Bapa, diserahkan kepada Yesus.

Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.

Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

Yohanes 1:1, 14 

Yesus juga disebut adalah Anak Allah dalam pengertian Dia dikandung oleh Roh Kudus.

Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah" (Lukas 1:35)

Dalam zaman Alkitab, frasa "anak manusia" digunakan untuk menggambarkan seorang manusia.

Anak manusia adalah manusia.

Ketika sebutan 'Anak Manusia' menunjuk pada Manusia - Yesus, itu bukan suatu penyangkalan terhadap Ketuhanan-Nya. Dengan menjadi seorang manusia, Yesus tidak berhenti menjadi Tuhan. Penjelmaan Kristus tidaklah mengakibatkan keilahian-Nya berkurang, melainkan dibatasi, ruang gerak-Nya terbatas karena Tubuh Manusia yang menjadi tempat Roh Ilahi-Nya berdiam, menyelimuti Dia, dengan demikian kehidupan Manusia-Nya ditampilkan sepenuhnya. Meskipun demikian, Yesus secara tegas menyatakan diri-Nya sebagai Tuhan dalam berbagai kesempatan, contohnya:

**) Dihadapan para murid

Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?"

Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"

Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga."

Matius 16:16-17

**) Dihadapan para pemuka agama

Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada." (Yohanes 8:58)

Firman Allah kepada Musa: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu." (Keluaran 3:14)

**) Keilahian-Nya dibatasi oleh wujud-Nya sebagai manusia ketika Dia berada di dunia

yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.

Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

Filipi 2:6-8

**) Wujud-Nya sebagai Manusia tidak membatasi kuasa Ilahi-Nya

Ia mempunyai dua hakikat (ilahi dan manusia) yang menyatu dalam satu pribadi.

Lebih lanjut, Kitab Suci mengungkapkan bahwa Yesus tidak pernah menyangkal keilahian-Nya dengan menyatakan dirinya sebagai Anak Manusia. Istilah anak Manusia justru sebenarnya digunakan dalam Alkitab dalam konteks keilahian Kristus.

Sebagai contoh, Alkitab mengatakan bahwa hanya Allah yang dapat menghapus dosa

Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu. (Yesaya 43:25)

Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri? (Markus 2:7)

Tetapi, sebagai 'Anak Manusia', Yesus mempunyai kuasa untuk menghapus dosa

Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa (Markus 2:1)

Juga, bahwa Kristus akan kembali ke bumi sebagai "Anak Manusia" dengan kemuliaan di atas awan-awan untuk memerintah diatas bumi.

Tetapi Yesus tetap diam. Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya: "Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak."

Jawab Yesus: "Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit."

Matius 26:63-64. 

Dalam bagian ini, Yesus menunjuk pada kitab nabi Daniel dimana Mesias digambarkan sebagai "Anak Manusia" yang menemui "Yang Lanjut Usianya" didalam Kemuliaan-Nya, yang mana ini juga merupakan suatu tindakan yang menunjukkan Kemahakuasaan Yesus diatas segala Tuhan (Lord of The Lords) sebagai akibat dari pelimpahan wewenang dan kekuasaan ketika semua kuasa di Surga dan di bumi diserahkan oleh Allah Bapa kepada Yesus, Anak Allah dan Anak Manusia (Matius 28:19)

Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar;

Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya.

Daniel 7:9,13

Juga ketika Yesus ditanya oleh imam agung apakah Ia adalah 'Anak Tuhan', Ia menjawab dengan tegas bahwa Ia adalah 'Anak Manusia' yang akan datang dengan kuasa dan kemuliaan yang agung. Ini menunjukkan bahwa Yesus sendiri menggunakan istilah 'Anak Manusia' untuk menyatakan keilahian-Nya sebagai Anak Tuhan.

Akhirnya, istilah 'Anak Manusia' juga menekankan siapakah Yesus dalam hubungan dengan Kehadiran-Nya dan Karya Keselamatan-Nya.

Dalam Perjanjian Lama, kaum kerabat (yang berhubungan secara darah) selalu berperan sebagai 'penebus saudara' dari anggota keluarga yang membutuhkan penebusan dari penjara. Yesus menjadi saudara kita 'berdasarkan darah' (yaitu dengan Ia menjelma menjadi manusia) sehingga Ia bisa menjadi Penebus-Saudara kita dan menyelamatkan kita dari dosa.


 TUHAN Yesus memberkati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar