21 Mei 2011

Kehidupan Yesus Dari Usia 12 - 30 Tahun (The Silent Periode of Jesus)

Masih banyak hal lain yang dilakukan oleh Yesus. Andaikata semuanya itu ditulis satu per satu, saya rasa tak ada cukup tempat di seluruh bumi untuk memuat semua buku yang akan ditulis itu. (Yohanes 21:25 LAI-TB)

Para penulis Injil hanya menceritakan kehidupan masa kecil Yesus ketika:

  1. Ia dilahirkan (Matius 1:18-25; Lukas 2:1-7)
  2. Ia disunat pada usia 8 hari dan diserahkan di Bait Allah (Lukas 2:21-40)
  3. Ia dan keluarga-Nya mengungsi ke Mesir karena akan dibunuh oleh Herodes pada saat berusia dibawah 2 (dua) tahun (Matius 2:13-18)
  4. Ia kembali dari Mesir setelah Herodes mati dan tinggal di Nazareth (Matius 2:19-23; Lukas 2:39-40)
  5. Kemunculan-Nya di Bait Allah pada usia 12 tahun (Lukas 2:41-52).

Kehidupan Yesus dari kelahiran sampai Dia berusia 12 tahun sudah saya bahas di artikel sebelumnya berjudul 'Kehidupan Yesus Sampai Berusia 12 Tahun'. Jadi, ada "waktu senyap" selama 18 tahun, antara usia 12 sampai 30 tahun. "Kesenyapan" ini telah menyebabkan banyak penulis mencoba mengisinya menurut tuntutan kepentingan mereka dan pengandaian-andaian mereka sendiri.

Setelah era Kerasulan berakhir, kira-kira mulai abad ke-2 mulai bermunculan tulisan-tulisan dari para penulis yang mengatas namakan para rasul atau orang-orang yang terdekat dengan mereka yang menceritakan tentang masa remaja Yesus sampai berumur 30 tahun.

Beberapa diantaranya :

  1. Injil Thomas (Infancy Of Jesus)
  2. Injil al-Tufuliyah (Arabic Gospel of Infancy) yang berasal dari abad ke-7 Masehi
  3. Injil Palsu Matius (Pseudo-Gospel of Matthew) yang berasal dari abad ke-5 Masehi.
  4. Injil Masa Kecil Yesus (The Infancy Of Christ)
  5. Injil Protoevangelium Yakobus

Menurut hukum Yahudi, usia seorang anak digolongkan dalam 8 tahapan:

  1. Yeled (usia bayi)
  2. Yonek (usia menyusui)
  3. Olel (lebih tua lagi dari menyusui)
  4. Gemul (usia *disapih)
  5. Taph (usia mulai berjalan)
  6. Ulem (anak-anak)
  7. Na’ar (mulai tumbuh remaja)
  8. Bahar (usia remaja) 

Keterangan:
*) Menyapih atau menghentikan bayi menyusu dari payudara terkadang menjadi masa yang emosional bagi ibu dan bayi. Bukan saja karena selanjutnya akan ada perubahan cara bayi mendapatkan nutrisi, tapi karena kebanyakan bayi mendapat ketenangan dengan menyusu langsung dari payudara ibunya.

Yesus kembali muncul pada usia 12 tahun karena usia 12 bagi tradisi Yahudi zaman Yesus begitu penting, karena seorang anak laki-laki Yahudi harus melakukan upacara yang disebut Bar Mitsvah (anak Hukum). Menurut legenda Yahudi, pada usia 12 tahun Nabi Musa meninggalkan rumah putri Firaun, Samuel menerima suara yang berisi visi Ilahi, Salomo  mulai menerima Hikmat Allah dan Raja Yosia menerima visi reformasi agung di Yerusalem.

Dalam rangkaian ritus Yahudi itu Yesus harus melakukan Aliyah (naik) dan Bemah (menghadap mimbar untuk menerima kuk hukum Taurat). Upacara ini dilakukan pada hari Sabat, karena itu disebut juga Thepilin Shabat.

Dalam film Yesus yang diadaptasi dari Injil Lukas, kita bisa melihat bagaimana Yesus pada usia 12 tahun membaca kitab Perjanjian Lama. Sejak abad-abad pertengahan, usia Bar Mitsvah dilakukan pada usia 13 tahun.

Menurut literatur Yahudi abad pertengahan Sepher Gilgulim, semua anak Yahudi sejak usia 12 tahun, mulai menerima ruah (roh hikmat) dan pada usia 20 tahun ditambahkan baginya Nishama (reasonable soul, jiwa akali).

Mulai usia 20 tahun tersebut seseorang harus memasuki sekolah khusus Yahudi (Bet Midrash). Sedangkan tahapan-tahapan pendidikan Yahudi adalah sebagai berikut:

  1. Miqra (membaca Taurat) mulai usia 5 tahun.
  2. Mishna mulai usia 10 tahun.
  3. Talmud pada usia 13 tahun (zaman Yesus 12 tahun)
  4. Midrash pada usia 20 tahun, dan sejak usia 30 tahun baru boleh mengajar di depan umum.

Alkitab memang tidak menjelaskan mengenai hal itu secara detail waktu-waktu yang dihabiskan Yesus pada masa kecil hingga dewasa. Ada beberapa ayat yang implisit menyatakannya. 

Jawab-Nya kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?"

Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka.

Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya.

(Lukas 2:49-51 LAI-TB)

Bait Suci menjadi tempat pendidikan ahli-ahli Taurat. Perhatikan frasa "Mengapa engkau mencari Aku? Aku harus berada di-Rumah Bapa-ku." Saat itu Yesus mengucapkannya saat Ia berada di-Bait Suci Yerusalem.

Jadi dari ayat tersebut, apabila kita kaitkan dengan budaya Yahudi pada masa itu, maka secara tradisi kita bisa memahami bahwa setiap anak-anak Israel harus sekolah hingga usia 17-19 tahun.

Lalu saat memasuki usia 20 tahun (usia madarasah), dan mereka yang mau melanjutkan sekolah Teologia, boleh memasuki pendidikan keimaman/pengajar Taurat. Pendidikan imam Yahudi berlangsung kurang lebih 10 tahun. Mulai dari jabatan imam pendamping, imam muda, hingga imam kepala.

Adakah bukti bahwa Yesus pernah menempuh pendidikan imam...?

Hal ini didasari atas 3 fakta :

  1. Memang jenjang pendidikan imam Yahudi adalah 10 tahun (usia 20-30 tahun). Hal tersebut saat ini diteladani oleh banyak Sinode Gereja Protestan dalam jenjang Kependetaannya.

  2. Para alumni/lulusan sekolah imam itu biasanya dipanggil : Rabbi atau Guru. Sebutan ini khas karena menunjukkan suatu jabatan. Tidak semua orang boleh dipanggil Rabbi atau Guru. Kecuali mereka yang pernah menempuh Study Theology di sekolah-sekolah imam tersebut. Gelar ini diucapkan oleh khalayak Yahudi pada masa itu karena Yesus pernah menjalani pendidikan sebagai ahli Taurat/ pendidikan keimaman. Banyak bukti Alkitab yang membuktikan Yesus dipanggil Rabbi atau Guru oleh masyarakat Yahudi yang bukan dari kalangan 12 murid-Nya. Dari situ kita dapat melihat bahwa Ia memang pernah menempuh pendidikan itu.

    Bahkan ahli-ahli Taurat dan para Farisi pun segan dengan Yesus dan mereka juga memanggil Yesus dengn sebutan : Rabbi, karena mereka memang tahu bahwa Yesus punya latar belakang pendidikan yang setara bahkan lebih tinggi dari mereka:

    Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah.” (Yohanes 8:3-4 LAI-TB)

  3. Tidak semua orang punya hak/akses mengajar di-bait suci. Bahkan Yohanes Pembaptis saja tidak melakukan itu. Karena hanya mereka yang punya latar belakang pendidikan keimaman dan Taurat yang boleh mengajar di Bait Suci. Dan karena Yesus mempunyai jabatan "Rabi", maka Ia diperbolehkan mengajar di Bait Suci.
    • Lalu Yesus masuk ke Bait Allah, dan ketika Ia mengajar di situ, datanglah imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi kepada-Nya, dan bertanya: "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?" (Matius 21:23 LAI-TB)
    • Pada suatu kali ketika Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berkata: "Bagaimana ahli-ahli Taurat dapat mengatakan, bahwa Mesias adalah anak Daud? (Markus 12:35 LAI-TB)
    • Pada siang hari Yesus mengajar di Bait Allah dan pada malam hari Ia keluar dan bermalam di gunung yang bernama Bukit Zaitun.Dan pagi-pagi semua orang banyak datang kepada-Nya di dalam Bait Allah untuk mendengarkan Dia. (Lukas 21:37-38 LAI TB)
    • Pagi-pagi benar Yesus berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka. (Yohanes 8:2 LAI-TB)

Mengapa kisah kehidupan-Nya baru dicatat setelah usia 30 tahun...?

Karena memang demikianlah lazimnya kehidupan orang Yahudi, sedangkan usia 12 tahun juga disinggung karena sebagai usia Bar Mitsvah. Adanya spekulasi-spekulasi Yesus telah sampai di India untuk belajar yoga bersama guru-guru dari Timur Jauh sebenarnya adalah hanya cerita dongeng dan fiksi yang hanya menarik didengar, daripada dapat dibuktikan secara historis ataupun sebagai fakta sejarah.

Alkitab cukup memberikan informasi bahwa sejak kecil hingga berusia ± 30 tahun, Yesus Kristus tinggal di Nazaret.

Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan (ên hupotassomenos) mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya. (Lukas 2:51 LAI-TB)

Frasa "Ia tetap hidup dalam asuhan mereka", "ên hupotassomenos autois" menyiratkan bahwa Yesus tetap bersama orang tuanya. Perhatikan ’hupotassomenos’ dari kata 'hupotasso' dibentuk dari kata 'hupo' (di bawah) dan 'tasso'(perintah, didikan, asuhan).

Yesus berdoa bersama ibu-Nya, Maria
 

Yesus belajar Hukum Taurat dari ayah-Nya, Yusuf

Dengan ini Alkitab merujuk bahwa usia 30 tahun merupakan usia yang sering dirujuk dalam Alkitab untuk seseorang memulai "tugas"nya. Yusuf mulai menjadi penguasa muda Mesir saat berusia 30 tahun (Kejadian 41:46). Orang Yahudi yang "wajib tugas" ditentukan mulai usia 30 tahun hingga 50 tahun (Bilangan 4), Daud mulai menjadi raja saat berusia 30 tahun (2 Samuel 5:4). Maka, adanya spekulasi-spekulasi Yesus sampai di India untuk belajar yoga bersama guru-guru dari Timur jauh, adalah fiksi yang hanya menarik didengar, ketimbang dibuktikan secara historis.

Ketika Yesus memulai pekerjaan-Nya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf. (Lukas 3:23 LAI-TB)

Mengapa ada spekulasi bahwa Yesus pernah ke India...?

Beberapa gulungan kuno yang ditemukan menyatakan bahwa Yesus menghabiskan 17 tahun di India dan Tibet. Dari usia 13 sampai 29 tahun, Yesus adalah seorang pelajar dan guru, sebagai seorang Buddha dan orang suci Hindu.

Kehidupan dan perjalanannya dari Yerusalem ke Benares dicatat oleh sejarah Brahman dan sampai saat ini mereka masih mengenal, mencintai dan menyembah Dia sebagai St Issa, seorang Buddha bagi mereka

Berikut ceritanya yang saya kutip dari The Reluctant Mesenger.

Pada tahun 1894 Nicolas Notovitch menerbitkan sebuah buku berjudul ‘The Unknown Life of Jesus’. Dia adalah seorang dokter Rusia yang berangkat secara luas di seluruh Afghanistan, India, dan Tibet. Notovitch perjalanan melalui lintasan indah Bolan, melewati Punjab, turun ke tanah berbatu kering Ladak, dan masuk ke Vale megah Kashmir dari pegunungan Himalaya. Dalam salah satu perjalanannya, ia mengunjungi Leh, ibukota Ladak, dekat tempat Budha. Dia mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kakinya yang patah. Hal ini memberinya kesempatan untuk tinggal sementara di biara Himis.

Notovitch belajar, sementara ia berada di sana, terdapat catatan kuno dari kehidupan Yesus Kristus. Dalam perjalanan kunjungannya di biara besar, ia membaca terjemahan legenda Tibet dan dengan hati-hati mencatatnya dalam sebuah dokumen yang disebut  ’The Life of St Issa’.

Dia menunjukkan dua volume cerita yang berisi biografi St Issa. Notovitch meminta anggota partai untuk menerjemahkan volume Tibet sementara ia dengan hati-hati mencatat setiap ayat di halaman belakang jurnalnya.

Ketika ia kembali ke dunia Barat ada banyak kontroversi mengenai keaslian dokumen. Ia dituduh menciptakan tipuan dan diejek sebagai penipu ulung. Dalam pembelaannya ia mendorong ekspedisi ilmiah untuk membuktikan dokumen asli Tibet ada.

Salah seorang skeptis, Swami Abhedananda. Abhedananda berangkat ke daerah Kutub Utara dari pegunungan Himalaya, bertekad untuk menemukan salinan dari naskah Himis atau untuk mengekspos penipuan. Bukunya dari perjalanan, berjudul ’Kashmir O Tibetti’, bercerita tentang kunjungan ke gonpa Himis dan termasuk terjemahan Bengali dari 224 ayat dasarnya sama dengan teks Notovitch. Abhedananda akhirnya yakin akan keaslian legenda Issa.

Pada tahun 1925, seorang Rusia bernama Nicholas Roerich tiba di Himis. Roerich, adalah seorang filsuf dan ilmuwan terkemuka. Dia rupanya melihat dokumen yang sama seperti Notovitch dan Abhedananda. Dan dia catat dalam buku harian perjalanannya sendiri, legenda yang sama tentang St Issa. Berbicara tentang Issa, Roerich mengutip sebuah cerita yang telah menjadi legenda Brahma selama berabad-abad.

... He passed his time in several ancient cities of India such as Benares. All loved him because Issa dwelt in peace with Vaishas and Shudras whom he instructed and helped. But the Brahmins and Kshatriyas told him that Brahma forbade those to approach who were created out of his womb and feet. The Vaishas were allowed to listen to the Vedas only on holidays and the Shudras were forbidden not only to be present at the reading of the Vedas, but could not even look at them.

Issa said that man had filled the temples with his abominations. In order to pay homage to metals and stones, man sacrificed his fellows in whom dwells a spark of the Supreme Spirit. Man demeans those who labor by the sweat of their brows, in order to gain the good will of the sluggard who sits at the lavishly set board. But they who deprive their brothers of the common blessing shall be themselves stripped of it.

Vaishas and Shudras were struck with astonishment and asked what they could perform. Issa bade them "Worship not the idols. Do not consider yourself first. Do not humiliate your neighbor. Help the poor. Sustain the feeble. Do evil to no one. Do not covet that which you do not possess and which is possessed by others."

Many, learning of such words, decided to kill Issa. But Issa, forewarned, departed from this place by night.

Afterward, Issa went into Nepal and into the Himalayan mountains ....

"Well, perform for us a miracle," demanded the servitors of the Temple. Then Issa replied to them: "Miracles made their appearance from the very day when the world was created. He who cannot behold them is deprived of the greatest gift of life. But woe to you, enemies of men, woe unto you, if you await that He should attest his power by miracle."

Issa taught that men should not strive to behold the Eternal Spirit with one's own eyes but to feel it with the heart, and to become a pure and worthy soul.

"Not only shall you not make human offerings, but you must not slaughter animals, because all is given for the use of man. Do not steal the goods of others, because that would be usurpation from your near one. Do not cheat, that you may in turn not be cheated."

"Beware, ye, who divert men from the true path and who fill the people with superstitions and prejudices, who blind the vision of the seeing ones, and who preach subservience to material things. "...

Then Pilate, ruler of Jerusalem, gave orders to lay hands upon the preacher Issa and to deliver him to the judges, without however, arousing the displeasure of the people.

But Issa taught: "Do not seek straight paths in darkness, possessed by fear. But gather force and support each other. He who supports his neighbor strengthens himself

"I tried to revive the laws of Moses in the hearts of the people. And I say unto you that you do not understand their true meaning because they do not teach revenge but forgiveness. But the meaning of these laws is distorted."

Then the ruler sent to Issa his disguised servants that they should watch his actions and report to him about his words to the people.

"Thou just man, "said the disguised servant of the ruler of Jerusalem approaching Issa, "Teach us, should we fulfill the will of Caesar or await the approaching deliverance?"

But Issa, recognizing the disguised servants, said, "I did not foretell unto you that you would be delivered from Caesar; but I said that the soul which was immersed in sin would be delivered from sin."

At this time, an old woman approached the crowd, but was pushed back. Then Issa said, "Reverence Woman, mother of the universe,' in her lies the truth of creation. She is the foundation of all that is good and beautiful. She is the source of life and death. Upon her depends the existence of man, because she is the sustenance of his labors. She gives birth to you in travail, she watches over your growth. Bless her. Honor her. Defend her. Love your wives and honor them, because tomorrow they shall be mothers, and later-progenitors of a whole race. Their love ennobles man, soothes the embittered heart and tames the beast. Wife and mother, they are the adornments of the universe."

"As light divides itself from darkness, so does woman possess the gift to divide in man good intent from the thought of evil. Your best thoughts must belong to woman. Gather from them your moral strength, which you must possess to sustain your near ones. Do not humiliate her, for therein you will humiliate yourselves. And all which you will do to mother, to wife, to widow or to another woman in sorrow-that shall you also do for the Spirit."

So taught Issa; but the ruler Pilate ordered one of his servants to make accusation against him.

Said Issa: "Not far hence is the time when by the Highest Will the people will become purified and united into one family."

And then turning to the ruler, he said, "Why demean thy dignity and teach thy subordinates to live in deceit when even without this thou could also have had the means of accusing an innocent one?"

Roerich juga mengutip versi lain dari cerita ini

Near Lhasa was a temple of teaching with a wealth of manuscripts. Jesus was to acquaint himself with them. Meng-ste, a great sage of all the East, was in this temple.

Finally, Jesus reached a mountain pass and in the chief city of Ladak, Leh, he was joyously accepted by monks and people of the lower class .... 

And Jesus taught in the monasteries and in the bazaars (the market places); wherever the simple people gathered there he taught.

Not far from this place lived a woman whose son had died and she brought him to Jesus. And in the presence of a multitude, Jesus laid his hand on the child, and the child rose healed. And many brought their children and Jesus laid his hands upon them, healing them.

Among the Ladakis, Jesus passed many days, teaching them. And they loved him and when the time of his departure came they sorrowed as children.

Dari kutipan di atas, kita menemukan beberapa fakta menarik yakni :

  1. Yesus melakukan mujizad
  2. Yesus mengajarkan hukum Taurat Musa kepada mereka

Bagaimana sikap kita tentang ini, apakah kita menerima atau tidak...?

Ketika kita membaca dan mengenal kehidupan masyarakat Yahudi pada zaman Yesus terutama para rabbi, kita bisa mengambil kesimpulan dari tahapan-tahapan pendidikan Yahudi pada zaman Yesus serta latar belakang agama dan budayanya, jelas bahwa spekulasi-spekulasi mengenai 18 tahun kehidupan Yesus yang hilang, sama sekali tidak mempunyai landasan sejarah.

Sayangnya, informasi tentang penemuan penting ini justru lebih digaungkan oleh para penulis seperti Charles Francis Potter, dan Barbara Theiring. Mereka bukanlah ahli-ahli Biblika. Francis Potter misalnya, ketika mengangkat tema penemuan Qumran, berambisi menemukan tahun-tahun kehidupan Yesus yang hilang. Padahal pencarian ‘the lost years’ itu disebabkan oleh orang salah mengukur kehidupan seorang tokoh yang lahir dari budaya Yahudi, dengan memakai kacamata kehidupan Barat modern.

Mengapa Alkitab hanya menyebut Yesus pada umur 8 hari, 12 tahun, lalu terjadilah ‘the missing years’, istilah mereka, selama kurang lebih 18 tahun. Sebab Yesus baru muncul kembali dalam Alkitab sekitar umur 30 tahun, ketika Ia mulai mengajar di depan umum, yang sebelum memulai pengajaran-Nya, Yesus terlebih dahulu dibaptis oleh Yohanes Pembabtis.

Kalau kita memahami konteks Yahudi, semua itu bukan problem lagi. Tradisi Yahudi hanya mencatat tahun-tahun penting dalam kehidupan seseorang. Usia 8 hari adalah usia untuk B’rit Millah (Perjanjian Sunat), sedangkan 12 tahun adalah usia Bar Mitvah (menjadi anak hukum), yaitu ketika seorang dinyatakan dewasa dan mulai dibebani kuk Taurat. Setelah setiap orang Yahudi menjalani pendidikan di Beth Midrash, baru mereka diperbolehkan mengajar di depan umum pada usia kira-kira 30 tahun. Jadi, mereka yang berambisi mencari “the lost years of Jesus” hanya membuktikan ketidaktahuannya akan sejarah. Lebih-lebih, kalau harus mencarinya sampai ke India dan Tibet. Inilah bukti ketidak tahuan Notovitch dan beberapa yang lain yang berusaha menceritakan kehidupan Yesus menurut versi mereka sendiri.

Yesus bersama orang tua dan saudara-saudara-Nya

Injil juga dengan cermat mencatat bahwa Yesus dikenal dalam lingkungan tetangga-Nya.

Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? (Matius 13:55 LAI-TB)

Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. (Markus 6:3 LAI-TB)

Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: "Bukankah Ia ini anak Yusuf?" (Lukas 4:22 LAI-TB)

Kata mereka: "Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?" (Yohanes 6:42 LAI-TB)

Ayat-Ayat diatas menyatakan bahwa Yesus dikenal oleh masyarakat dimana Dia tinggal (Nazareth), mereka mengenal Dia sebagai anak Yusuf dan Maria termasuk mengenal saudara-saudara-Nya. Dengan demikian jelas bagi kita bahwa Yesus sepanjang usia 12-19 tahun menempuh pendidikan umum sebagaimana anak-anak Israel yang lain, lalu memasuki usia 20-30 tahun, Ia menempuh dan lulus pendidikan imam/ahli Taurat di Bait Suci. Baru kemudian menapak usia 30 tahun, Ia memasuki dunia pelayanan publik dengan diawali oleh baptisan Yohanes Pembaptis.

TUHAN Yesus memberkati

 

Pustaka:

**) Dirangkum dari berbagai sumber.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar