20 Mei 2011

Kehidupan Yesus Sampai Berusia 12 Tahun (The Silent Periode of Jesus)

Masih banyak hal lain yang dilakukan oleh Yesus. Andaikata semuanya itu ditulis satu per satu, saya rasa tak ada cukup tempat di seluruh bumi untuk memuat semua buku yang akan ditulis itu. (Yohanes 21:25 LAI-TB)

Bercerita tentang kehidupan masa kecil Yesus, ibarat mencari jarum didalam tumpukan jerami karena Injil sangat sedikit mencatat peristiwa ini.

Memang demikian adanya karena fokus cerita dari Injil kanonik sendiri adalah peristiwa kelahiran-Nya, kehidupan dan pelayanan-Nya, kematian, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Surga.

Para penulis Injil hanya menceritakan kehidupan masa kecil Yesus ketika :

  1. Ia dilahirkan (Matius 1:18-25; Lukas 2:1-7)
  2. Ia disunat pada usia 8 hari dan diserahkan di Bait Allah (Lukas 2:21-40)
  3. Ia dan keluarga-Nya mengungsi ke Mesir karena akan dibunuh oleh Herodes pada saat berusia dibawah 2 tahun (Matius 2:13-18)
  4. Ia kembali dari Mesir setelah Herodes mati dan tinggal di Nazareth (Matius 2:19-23; Lukas 2:39-40)
  5. Pemunculan-Nya kembali di tempat Bait Allah yang sama pada umur 12 tahun (Lukas 2:41-52).

Dalam hal ini, saya akan mencoba merekonstruksi cerita tentang masa kecil Yesus di mulai dari kelahiran-Nya sampai kemunculan-Nya kembali pada saat Dia berusia 12 tahun. Cerita ini tentulah masih banyak kekurangan tapi tidak ada salahnya saya mencoba untuk merekonstruksi ulang semua kejadian ini.

** Peristiwa setelah kelahiran-Nya **

Para gembala datang melihat Dia. Peristiwa  ini dicatat dalam Injil Lukas 2:15-20

Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita."

Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi [brefov (Greek)/babe (KJV)]  itu, yang sedang berbaring di dalam palungan

Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak [brefov (Greek)/babe (KJV)] itu.

Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka.

Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya.

Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.

Sepertinya tidak ada yang istimewa tentang cerita ini, marilah kita memperhatikan beberapa ayat yang menjadi kata kunci dalam memahami peristiwa ini.

Pada ayat yang ke-16 dikatakan

Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan. (LAI-TB)

And they came with haste, and found Mary, and Joseph, and the babe lying in a manger (KJV)

Dalam KJV, disitu menggunakan kata 'babe' dimana kita bisa menyimpulkan bahwa para gembala menemui Yesus ketika Dia baru lahir. Kemudian, setelah melihat bayi Yesus, para gembala menceritakan kejadian itu kepada orang banyak, hal ini bisa dilihat pada ayat selanjutnya yang juga dalam KJV menggunakan kata 'abroad'.

Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu. Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka. (LAI-TB)

And when they had seen it, they made known abroad the saying which was told them concerning this child. And all they that heard it wondered at those things which were told them by the shepherds. (KJV)

Menurut saya, ada 2 (dua) pendapat yang bisa dipahami dari ayat ini :

  1. Para gembala mengajak serta orang-orang yang mereka temui di Migdal Eder untuk melihat peristiwa ini, hal ini bisa dibuktikan dengan penggunaan kata abroad dan all they that heard it oleh terjemahan KJV dimana kata abroad dapat berarti orang lain selain Maria dan Yusuf sehingga dalam kalimat selanjutnya KJV menuliskan …all they that heard it… Dan setelah bersama-sama orang lain melihat bayi Yesus, para gembala ini pergi dengan bersukacita.
  2. Ketika mereka (para gembala) telah Dia (when they had seen it), mereka (para gembala) pergi dengan bersukacita (And the shepherds returned, glorifying and praising God) dan menceritakan kejadian ini kepada orang lain (they made known abroad). Kabar tentang itu sampai kepada Maria.

Manakah yg benar….?

Keduanya benar dan bisa diterima karena belum pernah ada peristiwa kelahiran di Israel dimana kejadian itu diberitakan langsung oleh ALLAH melalui malaikat-NYA kepada orang lain.

Menurut hukum Yahudi, usia seorang anak digolongkan dalam 8 tahapan:

  1. Yeled (usia bayi)
  2. Yonek (usia menyusui)
  3. Olel (lebih tua lagi dari menyusui)
  4. Gemul (usia *disapih)
  5. Taph (usia mulai berjalan)
  6. Ulem (anak-anak)
  7. Na’ar (mulai tumbuh remaja)
  8. Bahar (usia remaja)

Keterangan:
*) Menyapih atau menghentikan bayi menyusu dari payudara terkadang menjadi masa yang emosional bagi ibu dan bayi. Bukan saja karena selanjutnya akan ada perubahan cara bayi mendapatkan nutrisi, tapi karena kebanyakan bayi mendapat ketenangan dengan menyusu langsung dari payudara ibunya.

** Yesus disunat pada umur 8 hari (usia Yeled) **

Selanjutnya, setelah berusia delapan hari, Dia disunat dan diberi nama Yesus sebagai bentuk ketaatan kepada hukum Taurat Musa. Peristiwa ini dicatat dalam Lukas 2:21.

Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya. (LAI-TB)

Hal ini sesuai dengan apa yang dicatat dalam hukum Taurat Musa dalam Imamat 12:3 yang menuliskan, 'Dan pada hari yang kedelapan haruslah dikerat daging kulit khatan anak itu.'

** Waktu Pentahiran Yesus Setelah Disunat (usia Gemul) **

Setelah disunat, bayi Yesus masih harus menjalani yang namanya pentahiran bagi bayi Israel yang sudah lahir, kejadian  ini dicatat dalam Injil Lukas 2:22.

Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan (LAI-TB)

Berapa usia bayi laki – laki harus ditahirkan…?

Dalam  hukum Taurat hal ini dicatat secara rinci yakni pada usia 41 hari atau 33 hari sejak bayi itu disunat pada usia 8 hari.

Selanjutnya tiga puluh tiga hari lamanya perempuan itu harus tinggal menantikan pentahiran dari darah nifas, tidak boleh ia kena kepada sesuatu apapun yang kudus dan tidak boleh ia masuk ke tempat kudus, sampai sudah genap hari-hari pentahirannya.

Bila sudah genap hari-hari pentahirannya, maka untuk anak laki-laki atau anak perempuan haruslah dibawanya seekor domba berumur setahun sebagai korban bakaran dan seekor anak burung merpati atau burung tekukur sebagai korban penghapus dosa ke pintu Kemah Pertemuan, dengan menyerahkannya kepada imam.

Imamat 12:4,6 (LAI-TB)

Kemudian, Injil Lukas mencatat dalam Lukas  2:27

Ia (Simeon) datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat. (LAI-TB)

Selama masa kelahiran sampai dengan pentahiran ini, Yusuf dan keluarganya masih berada di Yerusalem karena Maria masih harus beristirahat setelah melahirkan.

Namun ada hal yang tidak pernah diduga, ternyata bintang Betlehem yang menjadi penunjuk kelahiran Yesus masih bersinar diatas Yerusalem dan menjadi penunjuk arah bagi orang Majus untuk datang menyembah Dia. Rasul Matius mencatat peristiwa itu didalam Injilnya.

** Orang Majus Datang Menyembah Dia Setelah Dia Disunat (usia Taph) **

Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia." (Matius 2:1-2 LAI-TB)

Dalam ayat di atas diceritakan bagaimana orang Majus mendatangi Herodes dan pernyataan mereka membuat Herodes sangat terkejut.

Hmmmm....
Saya sedang membayangkan gimana ekspresi Herodes ketika mendengar pernyataan orang Majus itu Ditambah lagi ketika diselidiki oleh para ahli agama ternyata pernyataan orang Majus ini memang benar adanya. Hal ini diceritakan dalam peristiwa  selanjutnya dimana mereka membuka gulungan kitab suci nabi Mikha yg tertulis demikian:

Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala. (Mikha 5:1 LAI-TB)

Well...
Saya rasa Herodes langsung pucat pasi dan terguncang jiwanya. Ada seorang bayi yang menjadi ancaman bagi kekuasaannya. Karena peristiwa ini,maka Herodes melakukan sebuah tindakan keji yakni membunuh semua bayi laki-laki yang berusia di bawah 2 (dua) tahun.

** Penyingkiran ke Mesir **

Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: "Bangunlah, ambillah Anak [paidion (Greek)/young child (KJV)/anak kecil]  itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak [paidion (Greek)/young child (KJV)/anak kecil]  itu untuk membunuh Dia."

Maka Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak [paidion (Greek)/young child (KJV)/anak kecil] itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, dan tinggal di sana hingga Herodes mati.

(Matius 2:13-15 LAI-TB)

Saya tidak bisa membayangkan, dengan kondisi Maria yang masih lemah dan Yesus belum genap berusia 2 (dua) tahun, keluarga ini harus melakukan perjalanan Yerusalem – Mesir dengan transportasi seadanya.

Yang menjadi kekaguman saya adalah sikap Yusuf, meskipun Yesus bukan darah dagingnya, tapi dia dengan taat mengikuti perintah ini, sebuah teladan yang baik yang dicontohkan oleh seorang Yusuf.

** Pembunuhan anak-anak laki-laki berusia dibawah usia 2 tahun **

Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu. (Matius 2:16 LAI-TB)

Pembantaian itu tidak disebutkan oleh sejarawan Yahudi Romawi, Josephus. Beberapa sejarawan menganggap diamnya Yosefus sebagai bukti bahwa pembantaian itu tidak terjadi. Josephus mencatat beberapa contoh lain dari kesediaan Herodes untuk melakukan tindakan seperti itu untuk melindungi kekuasaannya, mencatat bahwa dia 'tidak pernah berhenti membalas dan menghukum setiap hari mereka yang telah memilih untuk melakukannya. menjadi bagian dari musuh-musuhnya.'.

R. T. France, sarjana Perjanjian Baru berpendapat untuk masuk akal dengan menawarkan penjelasan untuk kemungkinan penghilangan cerita oleh Josephus, 'Pembunuhan beberapa bayi di sebuah desa kecil [tidak] dalam skala untuk menandingi pembunuhan yang lebih spektakuler yang dicatat oleh Josephus'. Referensi non-Kristen pertama tentang pembantaian itu dicatat empat abad kemudian oleh Macrobius (395-423 AD), yang menulis dalam Saturnalia-nya: 'Ketika dia [kaisar Augustus] mendengar bahwa di antara anak-anak lelaki di Syria di bawah dua tahun tua yang raja Herodes perintahkan untuk dibunuh bahkan putranya sendiri juga dibunuh, dia berkata: lebih baik menjadi babi Herodes, daripada putranya.'

** Kembali Dari Mesir **

Setelah Herodes mati, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di Mesir, katanya: "Bangunlah, ambillah Anak [paidion (Greek)/young child (KJV)/anak kecil] itu serta ibu-Nya dan berangkatlah ke tanah Israel, karena mereka yang hendak membunuh Anak [paidion (Greek)/young child (KJV)/anak kecil] itu, sudah mati."

Lalu Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak [paidion (Greek)/young child (KJV)/anak kecil] itu serta ibu-Nya dan pergi ke tanah Israel.

Tetapi setelah didengarnya, bahwa Arkhelaus menjadi raja di Yudea menggantikan Herodes, ayahnya, ia takut ke sana. Karena dinasihati dalam mimpi, pergilah Yusuf ke daerah Galilea.

Setibanya di sana ia pun tinggal di sebuah kota yang bernama Nazaret. Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi-nabi, bahwa Ia akan disebut: Orang Nazaret.

(Matius 2:19-23 LAI-TB)

Setelah kematian Herodes, Yusuf membawa keluarganya kembali ke Nazareth, kampung halaman mereka dan setiap satu tahun sekali, Yusuf membawa keluarganya pergi ke Yerusalem pada perayaan Paskah untuk beribadah di bait Allah.

Kisah yang tertera dalam Lukas 2:25-41 terjadi ketika Yesus Kristus berumur antara 4-11 tahun. Perkiraan umur ini diketahui dari digunakannya kata 'anak' pada Lukas 2:27-39 (bukannya kata bayi) dan pada umur 2-4 tahun berada di Mesir, belum di Nazareth.

Kemungkinan pada saat pertama Yesus dibawa ke Yerusalem, pada saat itulah Dia bertemu dengan Simeon dan Hana .

Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan.

Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak [paidion (Greek)/young child (KJV)/anak kecil] itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak [paidion (Greek)/young child (KJV)/anak kecil] itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya:

"Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel."

Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia.

Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan--dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri--,supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang."

Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa.

Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak [paidion (Greek)/young child (KJV)/anak kecil] itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.

Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea.

Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.

Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah.

(Lukas 2:25-41 LAI-TB)

** Yesus pada umur 12 tahun dalam bait ALLAH (usia Bahar) **

Saat berusia 12 tahun, Yesus Kristus pergi ke Yerusalem untuk mengikuti Bar Mitzvah. Bar Mitzvah dilakukan ketika anak telah memiliki ciri fisik yang menunjukkan bahwa anak tersebut telah memasuki usia aqil baliq. Pada zaman modern, Bar Mitzvah dilakukan pada usia antara 13-14 tahun, namun pada zaman dulu, Bar Mitzvah dilakukan pada usia 12 tahun.

Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu.

Sehabis hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang tua-Nya.

Karena mereka menyangka bahwa Ia ada di antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan mereka.

Karena mereka tidak menemukan Dia, kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus mencari Dia.

Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka.

Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya.

(Lukas 2:42-47 LAI-TB)

Yusuf dan Maria mengungsi ke Mesir bukan setelah Yesus Kristus lahir, melainkan sekitar kurang dari 2 (dua) tahun setelah Yesus Kristus lahir. Juga, Yusuf dan Maria bukan menetap di Yerusalem sampai Yesus Kristus lahir, karena Matius dan Lukas sama-sama menyatakan Yesus Kristus lahir di Bethlehem. Lukas 22:22-40 terjadi setelah Yesus Kristus kembali dari Mesir, bahkan setelah berusia kanak-kanak, bukan bayi lagi.

** Masa Tenang di Nazaret (Lukas 2:51-52) **

Setelah ini Yesus kembali ke Nazareth dan tinggal bersama kedua orang tua-Nya.

Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya.

Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.

(Lukas 2:51-52 LAI-TB)

Yesus bersama Yusuf dan Maria di Nazareth

** Kehidupan Masa Kecil Yesus **

Kehidupan Kristus Yesus memang menyimpan misteri. Baik kelahiran-Nya, masa hidup-Nya, maupun kematian, dan kebangkitan-Nya. Namun yang kemudian menjadi banyak pertanyaan selain kematian dan kebangkitan-Nya, adalah kehidupan masa kecil-Nya.

Yesus menghabiskan masa kecil-Nya di Nazaret. Dia bertumbuh secara alami (jasmani dan rohani). Dia melakukan semua hal yang telah diperintahkan Bapa-Nya di surga. Salah satu di antaranya adalah untuk taat pada Yusuf dan Maria. Yesus melakukan hal-hal yang dilakukan oleh manusia namun sebagai Adam yang sempurna. Meskipun Dia adalah Raja dari segala raja, Dia benar-benar menjadi Hamba dari segala hamba. 

Dia mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. (Filipi 2:7-8 LAI-TB)

Aspek ketaatan Kristus yang aktif ini dijelaskan Yohanes Calvin dengan baik,

Ini adalah untuk keselamatan kita bahwa Kristus mengenakan pada diri-Nya status yang rendah agar Allah dan Kepala para malaikat dengan kesadaran menjadi tunduk pada ciptaan yang fana. Seperti itulah tujuan Allah bahwa Kristus harus tetap tinggal untuk beberapa lama, dibawah suatu bayangan, membawa nama Yusuf. Meskipun ketundukan ini timbul bukan karena keharusan yang tidak dapat dihindari-Nya, namun seperti yang Dia kenakan pada diri-Nya, sifat manusiawi pada kondisi yang harus tunduk pada orang tuanya, dan telah dianggap kedua karakter sebagai manusia dan hamba – dengan hubungannya dengan jabatan Penebus, hal ini adalah kondisi yang sesuai dengan hukum. Kesukaan yang besar dalam kesempatan ini seharusnya setiap orang menanggung kuk yang Allah dengan senang telah meletakkan pada-Nya. (Harmony 1:157)

Yesus bukan hanya menaati Bapa-Nya di surga dan orangtua-Nya di bumi, namun memiliki hubungan yang baik dengan tetangga dan keluarga disekitar-Nya.

Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia. (Lukas 2:52 LAI-TB)

Selain dari bagian firman Allah yang singkat ini dalam Injil Lukas, tidak ada lagi catatan masa kecil Kristus yang diilhamkan Allah.

Dari abad ke abad, khususnya setelah zaman Rasuli yang dimulai pada akhir abad ke-2 Masehi, berbagai spekulasi mulai berkembang. "Kisah-kisah lancung" inilah yang akhirnya menjadi tulisan-tulisan apokrifa dan pseudographa. Literatur ini banyak dijadikan rujukan oleh ahl al-bid'ah (heresy). Contoh-contoh tulisan apokrif ini misalnya: Injil al-Tufuliyah (Arabic Gospel of Infancy) yang berasal dari abad ke-7 Masehi. Dalam buku ini dikisahkan bahwa Yesus dapat berbicara pada waktu bayi ketika Yesus sedang digendong Maria, ibu-Nya. "Ana huwa Yasu'a Ibn Allah" (Akulah Yesus, Putra Allah), kata bayi Yesus kepada ibu-Nya, "alladzi walidati kamma basyiruki Jibril al-Malak wa atta arsalni lil khalash al-'alam" (yang dilahirkan sebagai berita gembira dari malaikat Jibril kepadamu dan Aku diutus untuk keselamatan dunia).

Selanjutnya, berita Injil Matius 2:13-15 mengenai pelarian ke Mesir, dalam Injil Palsu Matius (Pseudo-Gospel of Matthew) yang berasal dari abad ke-5 Masehi, dikembangkan menjadi kisah-kisah ajaib berlebih-lebihan, pohon palm yang membungkuk menuruti perintah Yesus kecil untuk mengeluarkan buahnya dan air segar yang memancar dari bawah pohon itu. Demikian pula, kisah-kisah ajaib mengenai remaja Yesus yang membuat burung dari tanah liat, dimuat dalam The Gospel of Thomas (Injil Thomas) berbahasa Yunani yang berasal dari abad ke-3 Masehi. Kisah-kisah ini sangat populer di kalangan sekte-sekte heretik Kristen di tanah Arab dan pada saat kelahiran Islam.

Buku-buku Apokripa Perjanjian Baru yang tidak termasuk tulisan yang diilhamkan Allah mencatat beberapa naratif (cerita) kehidupan masa kecil Yesus. Misalnya :

Dalam 1 Infancy 15:1-7 kita menemukan Yesus sebagai seorang yang menonjolkan diri:

Dan ketika Tuhan Yesus berumur tujuh tahun, di suatu hari dia sedang bersama teman-teman sebayanya. Ketika mereka sedang membuat mainan dari tanah dengan berbagai bentuk seperti keledai, lembu, burung dan lain-lain, tiap-tiap orang membanggakan pekerjaannya dan berusaha keras untuk mengalahkan satu sama lain.

Kemudian Yesus berkata kepada anak-anak yang lain, Saya akan memerintahkan bentuk mainan yang saya buat ini untuk berjalan. Dan tiba-tiba mereka berjalan dan ketika diperintahkan untuk kembali, mereka juga menurut.

Dia juga membuat bentuk burung-burung dan burung pipit dan ketika diperintahkannya, mereka langsung terbang dan ketika diperintahkan untuk diam, mereka juga diam dan tenang dan jikalau dia memberikan mereka makanan dan minuman, mereka makan dan minum. Ketika anak-anak itu pulang, mereka memberitahukan hal-hal itu pada orangtua mereka, dan orangtua mereka berkata, Perhatikanlah anak-anak, untuk masa yang akan datang, janganlah berteman dengan dia sebab dia itu adalah tukang sihir. Jauhilah dia dan jangan bermain lagi dengan dia.

Contoh lain dimana Yesus bertindak sebagai seorang anak yang nakal dapat ditemukan dalam 2 Infancy 2:7-18. Di sini kita melihat Yesus bertindak sebagai seorang yang jahat.

Pada suatu hari ketika Yesus sedang berjalan di pinggir jalan, seorang anak laki-laki berlari melewatinya dan Yesus langsung menarik bahunya. Yesus sangat marah dan berkata padanya, kamu tidak perlu hidup, dan tiba-tiba anak itu jatuh dan mati.

Ketika orang banyak melihat hal itu, mereka berkata, di manakah orang ini dilahirkan sebab apa yang diucapkannya pasti terjadi?

Kemudian orangtua anak yang meninggal itu datang menuntut kepada Yusuf dan berkata, Kamu tidak layak hidup bersama kami di kota ini karena kamu memiliki anak seperti itu, kamu tidak mengajarnya untuk memberkati dan untuk tidak mengutuk. Tinggalkanlah kota ini bersama anak itu, karena dia akan membunuh anak-anak kami. Kemudian Yusuf memanggil Yesus dan mengingatkan dia serta berkata, Kenapa kamu melakukan hal yang demikian, melukai orang lain hingga mereka membenci dan menganianya kita?

Tetapi Yesus menjawab, saya tahu apa yang kamu katakan bukanlah dari kamu sendiri, tetapi demi kamu saya tidak akan berkata apa-apa. Tetapi mereka yang mengatakan hal ini padamu akan menderita penghakiman kekal. Dan segera sesudah itu, mereka yang telah menuduhnya menjadi buta. Dan semua yang melihat hal itu sangat ketakutan dan berkata tentang dia, apa saja yang ia ucapkan, apakah itu baik atau buruk akan sungguh terjadi dan mereka sangat heran. Dan ketika mereka melihat tindakan Yesus ini, Yusuf bangkit dan menarik kuping Yesus, dan Yesus marah dan berkata, tenanglah.

Injil al-Tufuliyah berasal dari abad 7 M

Yesus dapat berbicara diwaktu bayi saat digendong Maria, 'Akulah Yesus Putra Allah yang dilahirkan sebagai berita gembira dari Malaikat Jibril kepadamu dan Aku diutus untuk keselamatan dunia.'

Injil tentang Masa Kanak-kanak Yesus menurut Tomas ini terdiri dari 19 pasal.

'Kenakalan' Yesus pada waktu masih anak-anak. Seperti anak-anak kecil pada umumnya, Yesus juga cenderung nakal, egois, melanggar hukum Sabat, mudah marah bila terganggu dan membantah nasihat orang tuaNya. Dalam beberapa perikop yang ada, diceritakan bagaimana Yesus membuat jengkel dan marah tetangga-tetangganya, ahli taurat, dan juga orang tuanya.

Suatu hari, pada saat Yesus berusia 5 tahun, ia bermain-main dengan kolam-kolam kecil buatannya sendiri yang ia isi dengan air. Entah kenapa, teman sepermainan Yesus, anak seorang ahli Taurat yang bernama Hanas, merusak kolam-kolam buatan Yesus ini dengan sebatang ranting pohon. Yesus tentu saja marah, ketika melihat kolam-kolamnya rusak. Yesus memaki anak itu, 'Kamu betul-betul kurang ajar dan bodoh! Apa kolam-kolam buatanku ini membahayakanmu? Mulai detik ini, kau akan layu dan kering seperti sebatang pohon, dan kau tidak akan mengeluarkan daun-daun atau akar atau buah lagi.'

Begitu selesai Yesus mengatakan hal itu, sekujur tubuh anak itu layu dan kurus kering. Orang tua anak yang telah layu dan kurus kering ini mendatangi Yusuf, bapak Yesus, dan berkata, 'Ini semua kesalahanmu! Anakmu yang melakukan semua itu!'

Kisah Yesus ini segera mengingatkan kita pada cerita di dalam Injil Markus 11:12-14 dan Matius 21:18-22 mengenai pohon ara yang juga oleh Yesus dewasa dijadikan layu dan kering.

Suatu hari, ketika Yesus sedang santainya berjalan, ada seorang anak yang berlari kencang menabrak punggung Yesus. Ditabrak begitu, Yesus marah, dan berkata, “Kamu tidak akan bisa meneruskan perjalananmu.” Begitu Yesus selesai bicara, mendadak saja anak itu jatuh dan mati. Orang tua anak yang mati itu datang kepada Yusuf dan menyalahkannya. Kata mereka, “Karena kamu punya anak seperti Yesus, kamu tidak boleh lagi tinggal bersama-sama kami di desa ini. Kalau kamu memang masih ingin tinggal di desa ini, ajari anakmu untuk memberkati dan bukan mengutuk orang lain. Ia terus saja membunuh anak-anak kami.”

Maka Yusuf segera memanggil Yesus dan menasehatinya, “Mengapa kamu melakukan semua itu?

Lihatlah, orang-orang ini menderita, jengkel dan membenci kita!” Tetapi Yesus tidak mau dipersalahkan, Ia bahkan menghukum orang-orang yang telah melaporkan dirinya kepada ayahnya sehingga mereka semua menjadi buta. Ketika Yusuf mengetahui Yesus melakukan hal itu, ia marah dan menjewer keras-keras telinga Yesus. Yesus protes terhadap tindakan ayahnya ini, Ia mengatakan bahwa bukan hak Yusuf untuk memperlakukan Yesus dengan cara semacam itu.

Yesus juga pernah membuat burung-burung pipit tanah liat sebanyak dua belas ekor pada hari Sabat. Ketika tetangganya melihat apa yang dikerjakan oleh Yesus, ia melaporkan kepada Yusuf bahwa Yesus telah melanggar hukum hari Sabat. Segera Yusuf datang dan bertanya kepada Yesus, “Mengapa kamu melakukan hal yang tidak boleh dikerjakan pada hari Sabat?”

Mendengar pertanyaan bapaknya tersebut Yesus hanya diam saja, bahkan kemudian mengeplok-ngeplokkan tangannya dan berteriak kepada burung-burung tanah liat itu, “Pergilah, terbanglah, dan ingat aku, kamu semua yang sekarang hidup!” Burung-burung mainan dari tanah liat itu kemudian hidup dan beterbangan.

Kisah Yesus yang menciptakan burung dari tanah liat dan berbicara sejak bayi ini ternyata juga dicatat di dalam Al-Quran.

Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mujizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung, kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah. (QS Ali Imran:49)

(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: 'Hai, Isa putera Maryam, ingatlah pula di waktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan izinKu, kemudian kamu meniup padanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku'. (QS Al Ma-Idah:110)

Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata, "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih berada dalam ayunan?" Berkata Isa, "Sesungguhnya, aku ini hamba Allah, Dia memberiku Alkitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku masih hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali." (QS Maryam:29-33)

Rupanya kisah Yesus yang menciptakan burung dari tanah liat dan berbicara sejak bayi ini terus diceritakan ulang dan beredar sampai ke Arab pada masa tampilnya Muhammad pada abad ketujuh untuk menyampaikan wahyu Allah SWT.

** Kasih Yesus pada waktu masih anak-anak **

Sebenarnya ada banyak bagian dari Injil Masa Kanak-kanak Yesus menurut Tomas yang juga menceritakan Yesus sebagai anak yang lemah-lembut, pengampun, penolong, penyembuh, dan sebagainya. Hal ini tampak dalam kisah-kisah sebagai berikut:

Suatu hari, Yesus sedang bermain-main di atap rumah bersama-sama anak-anak yang lain. Tiba-tiba salah seorang dari anak itu jatuh dari atap dan mati. Semua anak lari ketakutan dan meninggalkan Yesus sendirian. Tidak lama kemudian orang tua anak itu datang, marah pada Yesus dan menuduh Yesus yang mendorong anak itu hingga jatuh dari atap rumah. Yesus tidak terima tuduhan ini, Ia berkata, “Saya tidak mendorongnya. Ia jatuh sendiri hingga mati, karena tidak hati-hati.” Yesus membuktikan perkataannya ini dengan berseru dengan suara yang nyaring pada anak yang telah mati itu, “Zeno (demikian nama anak itu), bangunlah dan katakan padaku, apakah aku mendorongmu hingga jatuh?” Tiba-tiba saja anak itu bangun (bangkit dari mati) dan berkata, “Tidak, engkau tidak mendorongku, malah engkau telah membangkitkan aku.”

Beberapa hari kemudian, ada anak muda yang sedang membelah kayu sekarat karena kehabisan darah, akibat kejadian yang baru saja menimpanya. Kapak yang ia pakai untuk membelah kayu meleset dan menghantam tungkai kakinya. Yesus yang mengetahui kejadian itu segera memegang kuat-kuat kaki orang yang berlumuran darah itu. Segera saja orang itu menjadi sembuh.

Pada waktu Yesus berumur 8 tahun, ada seorang bayi, anak tetangga dekat rumah Yesus, yang mati karena sakit. Ibu bayi tersebut sangat berduka cita. Ketika Yesus mendengar ratapan keras serta jeritan menyayat hati ibu ini, Yesus menjadi tersentuh hatinya. Ia segera saja berlari masuk ke rumah tetangganya itu, menyentuh dada bayi yang mati itu dan berkata, “Hai bayi, kamu tidak boleh mati, melainkan hiduplah! Temani ibumu!” Lantas saja bayi itu membuka matanya dan tertawa.

Pada hari yang lain, Ia membantu ayahnya memanen hasil ladang. Banyaknya hasil panenan sebenarnya hanya satu timbangan, tetapi ketika ayahnya menyerahkan hasil panenan itu kepada Yesus, hasil panenan itu menjadi 100 timbangan. Yesus kemudian membagi-bagikan hasil panenan itu kepada orang-orang miskin.

Kisah Yesus yang bertanya-jawab dengan para pemuka agama sewaktu berusia 12 tahun yang kita baca di dalam Injil Lukas, menjadi pasal terakhir dari Injil ini.

Yang menarik untuk diperhatikan dan direfleksikan adalah kisah yang menceritakan kasih Yesus ini, secara kronologis semuanya terjadi setelah kisah-kisah yang menceritakan 'kenakalan' Yesus. Sehingga kita bisa menangkap ada aspek perubahan dan kematangan sikap Yesus. Dari sikap egois, mudah marah bila terganggu, keras, tidak punya empati dan kejam, berangsur-angsur menjadi sosok yang penuh belas kasih pada sesama-Nya.

Sepertinya memang begitulah mestinya kita memandang Yesus. Ketika hidup di dunia ini, Yesus bagaimana pun adalah sosok yang mencapai kematangan dan kedewasaannya melalui suatu proses. Yesus anak pasti berbeda dengan Yesus dewasa.

Pikiran yang dimiliki Yesus sewaktu masih anak-anak pastilah tidak sama dengan pikiran yang dimiliki Yesus pada waktu Ia dewasa.

Di dalam pasal terakhir ayat 12 dari Injil Masa Kanak-kanak Yesus menurut Tomas juga dituliskan:

Dan Yesus pun semakin bertumbuh di dalam belajar dan di dalam mendapatkan hormat.

Ungkapan senada juga kita temukan di dalam Injil Lukas 2:52.

Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia. (LAI-TB)

Tambah besar, Yesus ternyata juga semakin bertambah hikmat-Nya. Ia tidak hanya sekedar cerdas, tapi juga berhikmat. Ia semakin matang baik dalam hal-hal moral maupun spiritual. Di samping itu, Ia juga makin dikasihi Allah dan manusia. Jadi tidak perlu membayangkan bahwa sejak kecil Yesus sudah mengetahui segala sesuatu tentang Allah dan dunia ini.

Kehidupan Yesus di Nazaret tidak begitu jauh berbeda dengan kehidupan saudara-saudara sebangsa-Nya. Seperti mereka, Ia juga belajar membaca dan menulis. Tahap demi tahap, Ia juga berkenalan dengan kitab-kitab suci. Ia juga belajar berdoa, menghafal doa-doa yang wajib diucapkan oleh setiap orang Yahudi. Ia juga dibiasakan menuruti semua peraturan agama Yahudi. Beriman kepada Yesus berarti menerima bahwa Yesus tumbuh dan berkembang secara wajar. Tidak instant dan juga tidak mendadak, Yesus mencapai kesempurnaan-Nya tahap demi tahap.

Yesus belajar Hukum Taurat dari ayah-Nya, Yusuf

 Pustaka:

**) Dari berbagai sumber

4 komentar:

  1. Setuju sekali...terima kasih atas penjelasan anda. TUHAN ALLAH Pencipta Semesta Alam akan memberkati anda, karena anda telah mengasihi-Nya dengan segenap akal budi anda.

    BalasHapus
  2. Dapat disimpulkan bahwa ada bebarapa injil yg tidak masuk dalam kanonisasi telah beredar di dunia arab ketika muhamad mulai menyebarkan islam dan mengutip isi injil tersebut untuk di jadikan alquran, sehingga orang2 islam menganggap injil kita pergunakan sekarang telah diubah karena tidak sesuai dengan injil yg dikutip oleh muhamad.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitulah kira-kira, karena memang Injil2 apokripa yg memuat kisah masa kecil Yesus berusaha melengkapi itu dengan bahasa mereka sendiri.

      Hapus